Anda di halaman 1dari 47

BAB IV

ANALISIS AYAT – AYAT KAUNIYAH JUZ 30 DALAM TAFSIR


AL-MUNIR DAN RELEVANSINYA DALAM DAKWAH PERIODE
MEKAH SERTA PENGARUHNYA DALAM DAKWAH DI ERA
MODEREN

A. Penafsiran ayat - ayat Kauniyah (Juz 30) Dalam Kitab Tafsir Al


Munir
1. Fungsi Bumi Bagi Manusia, Gunung Sebagai Pasak dan Manusia
diciptakan berpasang-pasangan.

Allah SWT menyebutkan sebagian fenomena kekuasaan-


Nya yang agung untuk menciptakan berbagai hal yang menakjubkan
yang menunjukan betapa agung kekuasaan-Nya dan yang lainya.
Kemudian Allah menyebutkan dalam firman-Nya yang
membuktikan kebenaran hari kebangkitan dan perkumpulan di
Padang Mahsyar yang mereka ingkari. Hal itu juga menunjukan
kekuasaan Allah SWT untuk melakukan berbagai hal yang Allah
kehendaki dan mengetahui segala sesuatu. Allah SWT berfirman
dalm QS An-Naba ayat 6 7 & 8 :

ً َ َ َ ْ َّ ً ٰ َ ْ َْ َ َْ ْ ََ
ۖ‫الج َبال ا ْوتادا‬
ِ ‫و‬ ۙ‫ا‬‫د‬ ‫ه‬‫م‬ِ ‫ض‬ ‫الم نجع ِل الار‬

Artinya: “Bukankah Kami telah menjadikan bumi sebagai


hamparan, dan gunung-gunung sebagai pasak, Kami menciptakan
kamu berpasang-pasangan.”(QS An-Naba : 6 – 7)

Wahbah Az-Zuhaili menafsirkan ayat-ayat diatas dalam


tafsirnya kitab Al-Munir, bagaimana kalian mengingkarinya,
padahal kalian sudah mengetahui tanda-tanda kekuasaan Allah
SWT yang sempurna, Allah telah menjadikan bumi untuk ditempati
berbagai makhluk hidup, seperti kasur yang digunakan sebagai alas
tidur bayi. Juga menjadikan gunung-gunung yang kokoh dan kuat
seperti pasak bumi agar bumi tidak bergerak, tenang dan tidak
bergoncang karena aktivitas penghuninya seabagai mana firman
Allah SWT dalam QS An Naziat : 32 yang artinya:

“Dan Gunung-gunung Dia pancangkan dengan teguh.” (QS


An Naziat: 32)

Kemudian firman Allah mengenai Manusia diciptakanya


berpasang-pasangan

ً َْ ُ ٰ َْ َ
ۙ‫َّوخلقنك ْم از َواجا‬

Artinya: Kami menciptakan kamu berpasang-pasangan.”(QS


An-Naba : 8)

Kami menciptakan kalian bermacam-macam, laki-laki dan


perempuan untuk saling menyayangi dan membantu serta menjaga
kelestarian anak cucu adam, sebagaimana firman Allah SWT yang
artinya: “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia
menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya
kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-
Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang
demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang
berfikir.” (QS Ar-Rum : 21)1

1
Wahbah Az-Zuhaili, “Tafsir Al-Munir fi Al-Aqidah wa Al-Syariah wa Al-Manhaj”,
(Damaskus: Dar Al Fikr), Jilid 15, Cet. 10, hlm 330 – 335.
2. Diatas Terdapat 7 Langit yang Kukuh dan Pelita yang Terang
benderang
Allah SWT berfirman dalm QS An-Naba ayat 12 & 13

ً َّ ً َْ َ َ ً َ ً ُ َ َ َ َ
ۖ‫َو َبن ْينا ف ْوقك ْم َس ْبعا ِشداداَّۙوجعلنا ِس َراجا َّوهاجا‬

Artinya: “Kami membangun tujuh (langit) yang kukuh di


atasmu. Kami menjadikan pelita yang terang-benderang
(matahari).”

Wahbah Az-Zuhaili menafsirkan ayat-ayat diatas dalam


tafsirnya kitab Al-Munir, maksudnya kami telah membangun di atas
kalian tujuh langit yang kuat dalam penciptaanya, yang kukuh
bangunanya, sempurna bentuknya dan Kami hiasi dengan bentang
bintang serta planet-planet. Dan Kami telah menjadikan matahari
sebagai pelita yang menerangi seluruh alam semesta. Cahayanya
dapat menerangi dan panasnya dapat terpancar menghidupi makhluk
di bumi, kata ‫ وهج‬mempunyai dua makna, yaitu cahaya dan panas,
dan seluruh makhluk hidup membutuhkan dan mengambil manfaat
dari kedua hal tersebut. 2

3. Air Tercurah dari Awan Yang Menumbuhkan biji-bijian


Allah SWT berfirman dalm QS An-Naba ayat 14 & 15

ً ََ َ َ ْ ُ ً ََّ ْ ُ ْ َ َ ْ َ ْ َ َّ
ۙ‫ص ٰر ِت َما ًۤء ثجاجاۙ ِلنخ ِرج ِب ٖه ح ًّبا َّونباتا‬
ِ ‫وانزلنا ِمن الم‬
‫ع‬

2
Wahbah Az-Zuhaili, “Tafsir Al-Munir fi Al-Aqidah wa Al-Syariah wa Al-Manhaj”,
(Damaskus: Dar Al Fikr), Jilid 15, Cet. 10, hlm 336 – 338.
Artinya: “Kami menurunkan dari awan air hujan yang
tercurah dengan deras. Agar Kami menumbuhkan dengannya biji-
bijian, tanam-tanaman”.

Wahbah Az-Zuhaili menafsirkan dalam kitabnya, maksudnya


dari awan dan mendung yang penuh dengan air dan belum
menurunkan hujan, Kami menurunkan hujan yang sangat lebat.
Dengan air yang lebat dan bermanfaat tersebut, kemudian Kami
menumbuhkan biji-bijian yang dapat dimakan oleh manusia, seperti
biji gandum, jagung dan padi. Demikian juga agar Kami dapat
menumbuhkan tumbuh-tumbuhan yang dapat dimakan oleh hewan,
seperti jerami, rumput, dan tumbuh-tumbuhan lainya. Juga Kami
menumbuhkan taman yang indah, dengan buah-buahan yang
bermacam-macam rasa, warna dan baunya. Sekalipun itu semua
tumbuh dalam satu tempat, sebagaimana firman Allah SWT .

َ ٌ ْ ٌ َ َّ ٌ ْ َ َّ َ ْ َ ْ ٌ ّٰ َ َّ ٌ ٰ ٰ َ ُّ ٌ َ َْ َ
‫نخ ْيل ِصن َوان َّوغ ْي ُر‬
ِ ‫و‬ ‫ع‬‫ر‬ ‫ز‬ ‫و‬ ‫اب‬
ٍ ‫ن‬ ‫ع‬‫ا‬ ‫ن‬ ‫م‬
ِ ‫ت‬ ‫ن‬ ‫ج‬‫و‬ ‫ت‬ ‫ر‬‫و‬ِ ‫ج‬‫ت‬ ‫م‬ ‫ع‬ ‫ط‬ ‫ق‬ ْ
ِ ِ ‫و ِفى ال‬
‫ض‬ ‫ر‬ ‫ا‬

َ ٰ َّ ُ ُ ْ ْ ٰ َ َ ْ ُ َُ َّ َ ٰ ْ ُّ َْ
‫اح ٍدَّۙونف ِضل َبعض َها على َبع ٍض ِفى الاك ِلِۗ ِان ِف ْي ذ ِلك‬
ِ ‫ان يسقى ِبما ٍۤء و‬ ٍ ‫ِصنو‬

َ ُ ْ َ َٰ
‫لا ٰي ٍت ِلق ْو ٍمَّيع ِقل ْون‬

Artinya: “Di bumi terdapat bagian-bagian yang


berdampingan, kebun-kebun anggur, tanaman-tanaman, dan pohon
kurma yang bercabang dan yang tidak bercabang. (Semua) disirami
dengan air yang sama, tetapi Kami melebihkan tanaman yang satu
atas yang lainnya dalam hal rasanya. Sesungguhnya pada yang
demikian itu benar-benar (terdapat) tanda-tanda (kebesaran Allah)
bagi kaum yang mengerti.” (QS Ar-Ra’d : 4)

Kata “Ats-Tsajju” berarti guyuran air yang sangat lebat dan


juga terus-menerus, sebagaimana sabda Nabi SAW yang
diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dari Ibnu Umar

‫ العج والثلج‬: ‫أفضل الحج‬

Artinya: “Haji yang paling utama adalah ibadah Haji yang


bertalbiyah dengan keras dan banyak menyembelih hewan kurban”.

Maka QS An-Naba ayat 6, 7, 8, 12, 13, 14 dan 15 yang penulis


sebutkan di atas menunjukan kesempurnaan, kekuasaan, ilmu dan
hikmah Nya, yaitu menjadikan bumi sebagai hamparan, seperti
sebuah alas tidur untuk bayi, serta menjadikan gunung-gunung
sebagai pasak bumi, yang menguatkan agar dapat ditempati dan tidak
berguncang disebabkan ulah para penghuninya. Juga menciptakan
manusia yang bermacam-macam, laki-laki dan perempuan, yang
saling berlawanan, baik dan buruk, tinggi dan pendek, agar alam
semesta ini menjadi sempurna dan saling melengkapi, berkembang
dengan keindahan, bersahabat, saling tolong menolong dan saling
melestarikan.

Dan membangun tujuh lapis langit yang kuat dan kokoh, kuat
ciptaanya dan kokoh bangunanya tanpa tiang yang terlihat. Kemudian
menjadikan matahari menjadi pelita yang bercahaya yang menyinari
alam semesta dan juga memberi kehangatan dengan energi panas.
Semua itu memberikan manfaat bagi manusia. Menurunkan hujan
dari awan yang telah menyimpan air sehingga dapat menurunkan
hujan yang lebat yang dapat memberikan kehidupan kepada tanah
yang tandus dan gersang, serta memberikan kehidupan bagi manusia.
Dengan hujan yang lebat tersebut Allah SWT juga menumbuhkan
biji-bijian bagi manusia dan hewan, seperti biji gandum, jagung padi
dan yang lainya. Juga menumbuhkan tumbuh-tumbuhan bagi hewan
seperti rerumputan.

Hal-hal yang telah penulis sebutkan juga memungkinkan


memeiliki kesinambungan, yaitu menunjukan keberadaan Zat yang
meciptakan semua itu. Juga menunjukan akan kesempurnaan ilmu
dan hikmah Allah SWT. Jika kesempurnaan Allah SWT terbukti
dengan adanya sifat-sifat ini, dapat meyakinkan orang yang tidak
percaya hari kebangkitan bahwa hari itu benar-benar ada.
Menumbuhkan kembali tanah yang tandus dan tumbuhan yang kering
merupakan bukti yang nyata akan adanya kebangkitan setelah
kematian. Lebih dari itu, maka hal-hal di atas juga merupakan nikmat
yang sangat agung yang harus disyukuri dengan senantiasa
meningkatkan ketaatan dan ketakwaan kepada Allah, menjalani
perintah Nya dan menjauhi larangan Nya.3

4. Rahasia Penciptaan Langit, Bumi dan Gunung.


Allah SWT berfirman dalam QS An Naziat ayat 27 – 32

3
Wahbah Az-Zuhaili, “Tafsir Al-Munir fi Al-Aqidah wa Al-Syariah wa Al-Manhaj”,
(Damaskus: Dar Al Fikr), Jilid 15, Cet. 10, hlm 336 - 340
َ َ َ َ ْ َ َ ّٰ َ َ َ َ َ َ َ َ َ ٰ َ َ َّ َ ً ْ َ ُّ َ َ ْ ُ ْ َ
‫ىهاۙ َواغطش ل ْيل َها‬‫َءانتم اشد خلقا ا ِم السما ُۤءۚ بنىهاِۗ رفع س ْمكها فسو‬

َ ٰ ْ َ َ َ َ َ َ ْ َ َ ْ َ َ ٰ َ َ ٰ َ َْ َ َْْ َ َ ٰ ُ َ َ ْ َ َ
ۖ‫واخرج ضحىهاۖ والارض بعد ذ ِلك دحىهاِۗ اخرج ِمنها ماۤءها ومرعىها‬

َ َ َ ْ
ۙ‫الج َبال ارسىها‬
ٰ ْ َ
ِ ‫و‬

Artinya: “Apakah penciptaan kamu yang lebih hebat ataukah


langit yang telah dibangun-Nya? Dia telah meninggikan
bangunannya, lalu menyempurnakannya. Dia menjadikan malamnya
(gelap gulita) dan menjadikan siangnya (terang benderang). Setelah
itu, bumi Dia hamparkan (untuk dihuni). Darinya (bumi) Dia
mengeluarkan air dan (menyediakan) tempat penggembalaan.
Gunung-gunung Dia pancangkan dengan kukuh”. (QS An Naziat :
27 – 32)

Wahbah Az-Zuhaili menafsirkan dalam kitabnya, wahai


manusia, apakah membangkitkan kalian setelah kematian lebih sulit
dari pada menciptakan langit? Maka menciptakan langit lebih sulit,
sebagaimana firman Allah SWT yang artinya : “Sungguh penciptaan
langit dan bumi lebih besar dari pada penciptaan manusia”. (QS Al-
Mu’min : 57)

Dalam ayat yang lainya Allah SWT juga berfirman yang


artinya: “Dan tidaklah Tuhan yang menciptakan langit dan bumi itu
berkuasa menciptakan yang serupa dengan itu? Benar, Dia
berkuasa. Dan Dialah Maha Pencipta lagi Maha Mengetahui”. (QS
Yasin : 81).
Maka Tuhan yang mampu menciptakan langit, bumi dan
seisinya serta tuhan yang mampu menciptakan angakasa araya, alam
semesta yang sangat agung serta terdapat berbagai macam keajaiban
dalam penciptaanya dan kekuasaan yang begitu besar, bagaimana
mungkin Dia tidak dapat mengembalikan dan membangkitkan jasad
yang telah hancur dan setelah kematianya?

Kemudian Allah SWT menjelaskan sifat penciptaan langit,


bahwasanya Dia membangunya dengan menggabungkan bagianya
yang satu dengan yang lainya dan mengikatnya sehingga menjadi
satu bangunan yang mengokohkan satu sama lain. Dan Dia
meninggikan bangunan langit tersebut sehingga seperti bangunan
yang sangat tinggi di atas bumi dan tanpa tiang. Sempurna dalam
penciptaanya dan seimbang bentuknya tidak benngkok dan tidak
berlubang. Allah SWT juga menciptakan jutaan bintang dan setiap
bintang mempunyai ukuranya masing-masing dengan garis orbit
sehingga tidak ada yang bertabrakan satu dengan yang lainya.
Kumpulan dari semua itu dinamakan langit yang mempunyai
bangunan.

Kemudian dalam menafsirkan QS An-Naziat ayat 29 Wahbah


Az-Zuhaili mengatakan, maksud dari ayat itu adalah Allah
menjadikan gelap waktu malam dan terang di waktu siang dengan
cahaya matahari. Dan menjadikan pergantian siang dan malam serta
perubahan cuaca serta iklim yang cocok untuk hidup dan bertempat
tinggal.

Dan dalam menafsirkan QS An-Naziat ayat 30 Wahbah Az-


Zuhaili mengatakan, Allah membetangkan bumi dan menjadikanya
lonjong seperti telur setelah penciptaan langit, hanya saja, bumi
sebelumnya tidak di bentangkan sebelum penciptaan langit.
Kemudian dalam proses membetangkan bumi, Allah SWT
menjelaskan mengenai berbagai sarana kehidupan Dia berfirman:
َ َ ُ َْ َ ْ َ ْ َ َ َ ْ َّ َ ْ ُ ُ ْ َ َ ْ ُ َّ َ ْ ُ
ْ َ َ ْ ََْ ْ
ٗٓ‫۞ قل اىِٕنكم لتكفرون ِبال ِذي خلق الارض ِفي يومي ِن وتجعلون له‬

ْ َ
َّ َ َ َ
‫اس َي ِم ْن ف ْو ِق َها َو ٰب َرك ِف ْي َها َوقد َر‬ َ َ َ ْ َ َ َ َ َ ْ َ ٰ ُّ َ َ ٰ ً َ ْ
ِ ‫انداداِۗذ ِلك رب العل ِمينۚ وجعل ِفيها رو‬

َ َ َ َ
ْ ‫لساۤىِٕل ْي َن ُثَّم‬
َّ ‫اس َت ٰوى الى‬
َ‫الس َما ِۤء َو ِهي‬ َّ ‫ف ْي َهآٗ ا ْق َو َات َها ف ْي ا ْر َب َعة اَّيام َس َوا ًۤء ل‬
ِ ٗٓ ِ ِ ٍِۗ ِ ٗٓ ِ ِ

َْ َ َ ْ ََ ََ َ ً ْ َ ْ َ ً ْ َ َ ْ ْ َ ْ َ ََ َ َ َ ٌ َ ُ
‫دخان فقال لها و ِللار ِض ائ ِتيا طوعا او كرهاِۗ قالتآٗ اتينا طاۤى ِِٕعين‬

Artinya: “Katakanlah, “Pantaskah kamu mengingkari Tuhan


yang menciptakan bumi dalam dua masa dan kamu adakan pula
sekutu-sekutu bagi-Nya? Itulah Tuhan semesta alam.” Dia ciptakan
pada (bumi) itu gunung-gunung yang kokoh di atasnya, lalu Dia
memberkahi dan menentukan makanan-makanan (bagi penghuni)-
nya dalam empat masa yang cukup untuk (kebutuhan) mereka yang
memerlukannya. Dia kemudian menuju ke langit dan (langit) itu
masih berupa asap. Dia berfirman kepadanya dan kepada bumi,
“Tunduklah kepada-Ku dengan patuh atau terpaksa.” Keduanya
menjawab, “Kami tunduk dengan patuh.” (QS Fussilat : 9 – 11)

Dan ayat ini sebagai dalil bahwasanya dalam langit diciptakan


setelah penciptaan bumi, akan tetapi dalam proses pembetangkan
bumi setelah penciptaan langit.

Kemudian Allah menjelaskan bahwa Dia telah


menyempurnakan fasilitas bagi manusia dari perangkat kehidupan
dan hal-hal yang yang dibutuhkan dalam berlangsungnya kehidupan
di muka bumi. Allah berfirman dalam QS An-Naziat ayat 31 – 33
ُ ُ َّ ً َ َ َ َ َ ْ ٰ ْ ََ َ َ َ َ ْ َ َ ْ َ
ْ‫اعا لك ْم َول َا ْن َعامكم‬ ٰ ْ َ
‫الجبال ارسىهاۙ مت‬ َ َ
ِۗ ِ ِ ِ ‫اخرج ِمنها ماۤءها ومرعىهاۖ و‬

Artinya: “ Darinya (bumi) Dia mengeluarkan air dan


(menyediakan) tempat penggembalaan. Gunung-gunung Dia
pancangkan dengan kukuh. (Semua itu disediakan) untuk
kesenanganmu dan hewan ternakmu.

Dalam Tafsirnya Wahbah mengatakan, yaitu Allah


mengeluarkan air dari bumi, sungai, lautan, mata air dan sumber mata
air. Dan menumbuhkan di dalamnya tumbuh-tumbuhan untuk anak
cucu adam sebagai makanan pokok seperti biji-bijian dan buah-
buahan. Dan juga Allah menumbuhkan rerumputan untuk hewan
ternak, dan juga Allah menjadikan gunung seabagai pasak untuk
bumi sehingga tidak bergoncang, serta menguatkanya agar tetap
dalam posisinya.

Segala sesuatu yang telah Allah ciptakan agar manusia


mengambil manfaat dan faedah darinya, dan juga sebagai makanan
untuk hewan ternak manusia, yang kemudian dapat dijadikan
makanan dan kendaraan seperti Unta, Sapi dan Kambing,
sebagaimana firman Allah SWT:

َ ْ ُ ْ ُ ْ ٌ َ َ ُ ْ َّ ٌ َ َ ُ ْ ْ ُ َّ ً َ َ َّ َ َ َ ْ َ ْ َّ َ ُ
‫ي انزل ِمن السما ِۤء ماۤء لكم ِمنه شراب و ِمنه شجر ِفي ِه ت ِسيمون‬
ٗٓ ‫هو ال ِذ‬

Artinya: “Dialah yang telah menurunkan air (hujan) dari


langit untuk kamu. Sebagiannya menjadi minuman dan sebagiannya
(menyuburkan) tumbuhan yang dengannya kamu menggembalakan
ternakmu.” (QS An-Nahl : 10)

Dari penafsiran ayat-ayat di atas maka dapat kita ambil


pelajaran bahwasanya Allah menetapkan hari kebangkitan bagi
orang-orang yang mengingkarinya, bahwa dengan kekuasaan Allah,
Dia mampu membangkitkan manusia setelah kematianya, karena
Allah mampu menciptakan dari yang tidak ada menjadi ada, maka
Allah juga mampu mengembalikan makluk yang telah Allah
ciptakan, dan kekuasaan Allah dalam peciptaan langit sangat luar
biasa, yang menjadian siang dan malam, yang menjadikan bumi
sebagai hamparan setelah menciptakan langit, dan mengeluarkan air
dari sumber mata air, dan meneguhkan gunung-gunung agar tetap
pada posisinya. Semua itu Allah ciptakan untuk kemaslahatan ummat
manusia dan hewan ternak manusia. Dan Allah mampu menciptakan
langit dan bumi beserta isinya, maka Allah juga sangat mampu untuk
membangkitkan kembali manuisa yang telah mati pada hari
kebangkitan. Karena jika Allah saja mampu menciptakan sesuatu
yang besar dan dahsyat, maka akan sangat mudah bagi Allah untuk
menciptakan sesuatu yang lebih kecil darinya, juga atas hari
kebangkitan.

Allah SWT menisbahkan terjadinya malam dan siang kepada


langit karena keduanya dapat hilang tenggelam dan terbitnya
matahari, keduanya terjadi karena pergerakan astronomi. Allah SWT
juga menjelaskan proses penciptaan bumi setelah penciptaan langit
dengan menyebutkan 3 sifat yaitu Allah membentangkan bumi dan
menjadikanya hamparan setelah proses penciptaan langit,
memancarkan air dan tumbuhan dari dalam bumi dan mengokohkan
gunung di tempatnya dan menjadikan gunung tersebut sebagai pasak
bumi. Kemudian Allah SWT mengeruniakan kepada manusia
bahwasanya sesuatu yang diciptakan di langit dan di bumi hanya
untuk menjadikan kesenangan dan sebagai manfaat bagi manusia dan
hewan ternak mereka.4

5. Makanan dan Nikmat-nikmat yang Diperlukan Oleh Manusia


Allah SWT berfirman :

ًّ َ َ َ ْ َ ْ َ َ ُ َ َ ْ َ َ َ ََّ َ َ ٰ ُ ْ ْ ُ ََْْ
ۙ‫فلينظ ِر ال ِان َسان ِالى طع ِام ٖ ٓٗهۙ انا صب ْبنا الما َۤء ص ًّباۙ ثَّم شققنا الا ْرض شقا‬

َ ً َ َ ً ْ ُ َ َ َ َّ ً ْ َ َّ ً ْ ُ ْ َ َّ ً ْ َ َّ ً َ َّ ًّ َ َ ْ َ ْ َ ْ َ َ
‫اك َهة َّوا ًّبا‬
ِ ‫فانْۢبتنا ِفيها حباۙ و ِعنبا وقضباۙ وزيتونا ونخلاۙ وحداۤىِٕق غلبا وف‬

Artinya: “Maka, hendaklah manusia itu memperhatikan


makanannya. Sesungguhnya Kami telah mencurahkan air (dari
langit) dengan berlimpah. Kemudian, Kami belah bumi dengan
sebaik-baiknya. Lalu, Kami tumbuhkan padanya biji-bijian, anggur,
sayur-sayuran, zaitun, pohon kurma, kebun-kebun (yang) rindang,
buah-buahan, dan rerumputan. (QS Abasa ayat 24 – 31)

“Maka, hendaklah manusia itu memperhatikan makanannya.


(QS Abasa : 24). Wahbah Az-Zuhaili menafsirkan dalam kitabnya,
yaitu hendaknya manusia memikirkan bagaimana Allah SWT
menciptakan makananya yang ia tidak bisa hidup tanpanya. Dan
bagaimana Dia mengaturnya dan menyiapkanya untuk kita, dan
dalam proses memberikan nikmat itu kepada kita, dan dalam ayat ini
sebagai penjelasan bagaimana Allah dapat menhidupkan segala jenis

4
Wahbah Az-Zuhaili, “Tafsir Al-Munir fi Al-Aqidah wa Al-Syariah wa Al-Manhaj”,
(Damaskus: Dar Al Fikr), Jilid 15, Cet. 10, hlm 439.
tanam-tanaman, maka Allah juga mampu menghidupkan kembali
jasad manusia pada hari kebangkitan.

Sesungguhnya Kami telah mencurahkan air (dari langit)


dengan berlimpah. Kemudian, Kami belah bumi dengan sebaik-
baiknya. (QS Abasa : 25 – 26).

Sesungguhnya kami telah menurunkan air dari langit atau dari


awan ke bumi dengan sangat lebat, dan air tersebut adalah hujan,
kemudian kami jadikan air tersebut menggenang di bumi, kemudian
kami siram dengan air hujan itu biji-bijian, kemudian kami belah
bumi dengan menumbuhkan tumbuhan yang kemudian keluar
darinya, lalu tumbuh dan menjadi besar, yang mana tumbuhan
tersebut sangat bermacam macam bentuknya dan ukuranya, ada yang
kecil dan ada yang besar. Dan juga berbeda dalam warnanya, sifatnya
dan manfaatnya, ada tumbuhan yang dapat di konsumsi, di jadikan
obat dan tumbuhan yang di makan hewan ternak. Oleh karenanya
Allah SWT melanjutkan dalam ayat setelahnya

Lalu, Kami tumbuhkan padanya biji-bijian, anggur, sayur-


sayuran (QS Abasa : 27 – 28)

Yaitu kami telah tumbuhkan dari bumi biji-bijian yang dapat


di konsumsi oleh manusia seperti biji gandum, jagung dan padi, dan
juga Dia telah menumbuhkan anggur bermacam macam jenisnya, dan
kurma beserta ruthob (yaitu kurma basah) dan maknanya dari ayat ini
bahwasanya tumbuhan masih terus tumbuh dan bertambah besar dari
mulai menjadi biji, pohon dan kemudian berbuah.

zaitun, pohon kurma (QS Abasa : 29)


yaitu kami telah tumbuhkan juga pohon zaitun dan pohon
kurma dan telah menjadikanya berbuah.

kebun-kebun (yang) rindang, buah-buahan, dan rerumputan.


(QS Abasa ayat 30 – 31)

Yaitu kebun-kebun yang mempunyai pepohonan yang


banyak, hijau dan lebat, dan buah-buahan yang segar yang dapat
manusia nikmati, seperti buah apel, pisang, buah tiin dan sebagainya.
Dan rerumputan serta semak semak untuk makanan hewan ternak
sepertu unta, sapi dan kambing.

Adapun pelajaran yang dapat kita ambil dari ayat-ayat yang


telah kita sebutkan di atas adalah, Allah SWT memerintahkan hamba
Nya untuk melihat dan mentadaburi makanan yang dimakan oleh
manusia, dan bertahan hidup dengan makanan tersebut. Bagaimana
Allah mengaturnya, dari menurunkan air dari langit, kemudian
membelah tanah dengan menumbuhkan tumbuhan yang bermacam-
macam jenis dan bentuknya. Kemudian Allah SWT menyebutkan
delapan macam tumbuh-tumbuhan, yaitu yang pertama, biji-bijian
yang bisa di panen seperti gandum, padi dan jagung. Biji-bijian ini
didahulukan karena fungsinya sebagai makanan pokok, kemudan
yang kedua adalah anggur, disebutkan setelah bii-bijian karena
anggur berfungsi sebagai buah buahan dan juga dapat berfungsi juga
sabagai makanan poko. Ketiga sayur mayur. Di kalangan penduduk
Mekah dan Yaman adalah maksudnya sejenis makanan yang di sebut
Al-Qatt. Keempat, zaitun. Kelima pohon kurma. Keenam kebun yang
memeiliki banyak pohon dan lebat serta rindang. Ketujuh buah
buahan yang bisa dinikmati oleh manusia. Disebutkan secara umum
agar bisa mencakup semua jenisnya. Dan kedelapan rerumputan yaitu
rumput yang menjadi makanan bagi hewan ternak.

Kemudian tujuan dari penciptaan tumbuh-tumbuhan ini yang


mencangkup makanan bagi manusia dan hewan adalah agar bisa
dimanfaatkan, baik untuk manusia ataupun hewan ternak.
Penumbuhan semua ini adalah untuk memberikan kesenangan
kepada semua hewan. Dan tujuan dari hal hal ini adalah
perumpamaan dari Allah SWT mengenai hari kebangkitan setlah
meninggalnya manusia dan untuk mengingatkan nikmat Allag
kepada para hambaNya.5

6. Malam dan Bulan Purnama


Allah SWT berfirman dalam QS Al Insyiqaq ayat 17 – 18 :

َ َ َّ َ َ َ ْ َ َ َ َ َ َ ْ َّ َ
ۙ‫والي ِل وما وسقۙ والقم ِر ِاذا اتسق‬

Artinya: “Demi malam dan apa yang diselubunginya, dan


demi bulan apabila jadi purnama”. (QS Al Insyiqaq ayat 17 – 18)

Allah SWT bersumpah dengan malam yang gelap gulita dan


segala yang meliputi dan menutupi segala sesuatu dan gegelapan
yang tersebar sehingga tidak nampak apa yang nampak di siang hari.
Juga Allah bersumpah dengan bulan ketika ia menjadi purnama di
pertengahan bulan Qamariyah. Bersumpah dengan segala hal ini
merupakan tanda agungnya sesuatu tersebut dan pengagungan
terhadap kemakauasaan penciptanya.6

5
Wahbah Az-Zuhaili, “Tafsir Al-Munir fi Al-Aqidah wa Al-Syariah wa Al-Manhaj”,
(Damaskus: Dar Al Fikr), Jilid 15, Cet. 10, hlm 441
6
Wahbah Az-Zuhaili, “Tafsir Al-Munir fi Al-Aqidah wa Al-Syariah wa Al-Manhaj”,
(Damaskus: Dar Al Fikr), Jilid 15, Cet. 10, hlm 462
7. Awal Mula Hancurnya Matahari dan Alam Semesta
Allah SWT berfirman dalam QS At Takwir ayat 1 – 6 :

َ َ ْ َ ُ ُ َ ْ َ َ ْ َ َ َ ْ ُ ْ ُ ُّ َ َ ْ َ ُ ُ ْ َّ َ
‫الجبال س ِيرتۖ واِ ذا‬
ِ ‫ِاذا الشمس ك ِورتۖ واِ ذا النجوم انكدرتۖ واِ ذا‬

ْ َ ُ ُ َ ْ َ َ ْ َ ُ ُ ْ ُ ُْ َ َ ْ َ ُ ُ َ ْ
ۖ‫ال ِعشار ع ِطلتۖ واِ ذا الوحوش ح ِشرتۖ واِ ذا ال ِبحار س ِجرت‬

Artinya : “Apabila matahari digulung. Apabila bintang-


bintang berjatuhan. Apabila gunung-gunung dihancurkan. Apabila
unta-unta yang bunting ditinggalkan (tidak terurus).Apabila
binatang-binatang liar dikumpulkan. Apabila lautan dipanaskan”.
(QS At-Takwir : 1 – 6)

Ini adalah ayat-ayat Kauniyah yang menjelaskan sifat-sifat


hari kiamat dan kejadianya yang sangat dahsyat untuk menjadikan
manusia takut darinya.

“Apabila matahari digulung. Apabila bintang-bintang


berjatuhan. Apabila gunung-gunung dihancurkan (QS At-Takwir :
1 – 3)

Ketika matahari digulung dan dikumpulkan satu sama lainya,


seperti ketika kita menggulung sorban atau pakaian satu sama lain,
kemudian di padamkan dan dihilangkan cahayanya. Ini menunjukan
dan mengakibatkan hancurnya alam semesta. Dan apabila gunung-
gunung diangkat dari bumi dan dihancurkan di udara ketika bumi
berguncang sebagaimana firman Allah dalam ayat yang lainya:

ً ََ ْ َ ُ ْ َ َ ْ ُ ٰ ْ َ َ َّ ً َ َ َ ْ َ ْ َ َ َ َ ْ ُ َُ َ ْ ََ
ۚ‫اد ْر ِمن ُه ْم احدا‬
ِ ‫غ‬ ‫ن‬ ‫م‬ ‫ل‬ ‫ف‬ ‫م‬‫ه‬ ‫ن‬‫ر‬ ‫ش‬ ‫ح‬ ‫و‬ ‫ة‬‫ز‬
ۙ ِ ‫ار‬ ‫ب‬ ‫ض‬ ‫ر‬‫ا‬‫ال‬ ‫ى‬‫ر‬َ ‫ت‬ ‫الجبال و‬
ِ ‫ويوم نس ِير‬
Artinya: “(Ingatlah) pada hari (ketika) Kami perjalankan
gunung-gunung (untuk dihancurkan) dan engkau melihat bumi itu
rata. Kami kumpulkan mereka (seluruh manusia) dan tidak Kami
tinggalkan seorang pun dari mereka”. (QS Al Kahfi : 47)

Lalu Allah SWT berfirman :

Apabila unta-unta yang bunting ditinggalkan (tidak


terurus).Apabila binatang-binatang liar dikumpulkan. Apabila
lautan dipanaskan”. (QS At-Takwir : 4 – 6)

Apabila unta-unta yang hamil yang di dalam perutnya


terdapat bayi unta dan itu menjadikan harta yang paling mahal dan
paling mulia di kalangan bangsa arab pada masa itu, ditinggalkan
begitu saja tanpa gembala karena agungnya perkara dan besarnya
huru hara di hari itu. Dan apabila binatang-binatang liar melata
dibangkitkan segingga bisa saling membalas satu sama lain.
Dikatakan pengumpulanya adalah dengan mematikan dan
membinasakanya. Dan apabila lautan dinyalakan dengan gunung
berapi dan gempa bumi sehingga menjadi api yang menyala setelah
semua melimpah dan menjadi satu. Ketika itu terjadi, laut dan daratan
akan menjadi satu dalam keadaan yang sangat panas dan membakar
semuanya.

8. Kesempurnaan Dalam Peciptaan Manusia


Allah SWT berfirman dalam QS Al-Infithor ayat 7 – 8 :

َ َّ َّ
َ ُ َ َ ََ َ َ َ َ َ ََ َ
ِۗ‫ال ِذ ْي خلقك ف َس ّٰوىك فعدلكۙ ِف ْ ٓٗي اي ص ْو َر ٍة َّما شا َۤء َرك َبك‬
ِ
Artinya: “Yang telah menciptakanmu lalu menyempurnakan
kejadianmu dan menjadikan (susunan tubuh)-mu seimbang? Dalam
bentuk apa saja yang dikehendaki, Dia menyusun (tubuh)-mu”.

Dimana Allah SWT telah menciptakanmu dari setetes air


mani dari tidak ada menjadi ada. Kemudian manjadikanmu rata dan
lurus, dapat berdiri tegak dalam keadaan yang bagus dan bahkan
sempurna, dengan organ tubuh yang saling melengkapi, dan
disempurnakan dengan panca indera seperti pengelihatan dan
pendengaran dan kekuatan akal serta pemahaman.

Dan Allah juga menyusunmu dalam bentuk yang Dia


kehendaki dalam keadaan yang paling baik dan paling sempurna, dan
engkau belum memilih bentukmu dan wajahmu sendiri.7

Dari dua ayat yang kami cantumkan di atas dapat diambil


kesimpulan bahwasanya nikmat Allah kepada manusia sangatlah
banyak sekali sehingga tak terhitung dan tidak terhingga. Allah SWT
telah menciptakanya dari sperma, setetes air yang hina kemudian
menjadikanya sempurna, seimbang dalam rupa dan bentuk dengan
anggota tubuh yang serasi dan siap menerima kesempurnaan denga
dihiasi dengan pengelihatan dan pendengaran serta akal dan yag
lainya. Dia membentuknya dala, rupa terindah dan paling
menakjubkan. Dia memeilihkan untuknya bentuk yang paling indah
dan rupa yang sangat menarik dan menawan sebagai mana firman
Allah SWT

7
Wahbah Az-Zuhaili, “Tafsir Al-Munir fi Al-Aqidah wa Al-Syariah wa Al-Manhaj”,
(Damaskus: Dar Al Fikr), Jilid 15, Cet. 10, hlm 471
َ َ َْ ْ َ ْ َ َ ْ َ َ
‫م‬ ْ ‫ان ف ْي ا ْح َسن َت ْقو‬
‫ي‬
ٍۖ ِ ِ ٗٓ ِ ‫لقد خلقنا ال ِانس‬

Artinya: “sungguh, Kami benar-benar telah menciptakan


manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”. (QS At-Tiin : 4)

9. Awal Mula Penciptaan Manusia


Allah SWT berfirman dalam QS At-Thariq ayat 6 – 7 :

َّ َ ْ ُّ
َ ‫الت‬ ْ ‫ن َب‬ ْ‫جم‬ُ ُ ْ َّ َ َّ ْ َ ُ
‫ِٕب‬
ِۗ ِ ‫ى‬ ‫ا‬
ۤ ‫ر‬ ‫و‬ ‫ب‬
ِ ‫ل‬‫الص‬ ‫ن‬
ِ ‫ي‬ ْۢ ِ ‫خ ِلق ِمن ما ٍۤء د ِاف ٍقۙ يخر‬

Artinya: “Dia diciptakan dari air (mani) yang memancar,


yang keluar dari antara tulang sulbi (punggung) dan tulang dada”.
(QS At-Thariq : 6 – 7)

Manusia diciptakan dari air yang terpancar dengan kuat, yang


berasal dari laki-laki maupun perempuan di dalam rahimnya. Dan air
tersebut maksudnya adalah percampuran antara air mani laki-laki dan
perempuan di dalam rahim. Air tersebut keluar dari tulang Sulbi yang
letaknya berada pada di saraf tulang belakang yang berpusat pada
otak laki-laki dan dari tulang dada perempuan atau pada tempat
kalung dada. Seorang anak bayi diciptakan dari dua air mani tersebut.
Kemudian campuan air mani tersebut berada dalam rahim hingga
akhirnya berbentuk janin dengan izin Allah SWT sebagaimana dalam
firmanya:

ْ‫َو ُنق ُّر فى ْال َا ْر َحام َما ن َ َشا ُۤء الٰٓى َا َجل ُّم َس ًّمى ُثَّم ُنخْر ُج ُك ْم ط ْف ًلا ُثَّم ل َت ْب ُل ُغوٓٗا‬
ِ ِ ِ ٍ ِ ِ ِ ِ

ُ َ
ْ‫ا ُشَّدكم‬
ۚ
Artinya: “Kami tetapkan dalam rahim apa yang Kami
kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan. Kemudian, Kami
mengeluarkanmu sebagai bayi, lalu (Kami memeliharamu) hingga
kamu mencapai usia dewasa” (QS Al Hajj : 5)

Maka makna keluarnya air mani dari tulang sulbi laki-laki dan
tulang dada perempuan adalah bahwa kebanyakan mani tersebut
keluar dari dua tempat ini, karena kedua tulang ini posisinya
membungkus seluruh badan manusia. Sebenarnya air mani tersebut
dibentuk oleh berbagai macam organ tubuh dan hasil makanan
manusia dan kemudian berkumpul di testis dan ovarium pada awal
pembentukanya. Kedua organ tubuh tersebut sama-sama berada
dekat dengan ginjal dan berada di anatara tulang sulbi dan tulang
dada, yaitu kira-kira berada di tengah-tengah tulang punggung dan
berhadapan dengan tulang rusuk (iga) paling bawah. Itu semua
merupakan anggota tubuh yang terkoneksi dengan otak. Sumsum
merupakan saluran otak dan dia berada di tulang sulbi yang juga
mempunyai banyak cabang yang turun ke permulaan badan yaitu
dekat dengan tulang dada.8

Pelajaran yang dapat diambil dari kedua ayat diatas adalah


bahwasanya Allah SWT telah menciptakan anak adam (manusia) dari
mani yang terpancar, yaitu dari mani laki-laki dan dari mani
perempuan yang tercampur di dalam rahim perempuan. Dan tidak
diragukan lagi bahwa ibi merupakan kekukasaan Allah SWT dalam
awal mula penciptaan manusia, oleh karenanya tidaklah pantas bagi

8
Wahbah Az-Zuhaili, “Tafsir Al-Munir fi Al-Aqidah wa Al-Syariah wa Al-Manhaj”,
(Damaskus: Dar Al Fikr), Jilid 15, Cet. 10, hlm 552
manusia untuk bersifat congkak, angkuh dan sombong, karena
manusia hanya di ciptakan dari air yang hina, Allah SWT berfirman

ْ َّ َّ ْ َ ٰ ُ ْ َ َ َ َ َ َُّ
ۚ‫ثم جعل ن ْسله ِمن سلل ٍة ِمن ما ٍۤء م ِهي ٍن‬

Artinya: “Kemudian, Dia menjadikan keturunannya dari sari


pati air yang hina (air mani)”. (QS As Sajadah : 8)

10. Penciptaan Hewan Ternak


Allah SWT memerintahkan kepada manusia untuk melihat
dan mengambil pelajaran dari setiap makhluk-makhluk Nya yang
menunjukan atas kekuasaan, keagungan dan kehebatan Nya. Allah
SWT berfirman dalam QS Al-Ghasyiyah ayat 17:

ْ َ ُ ََْ ْ َ َ ْ ُ ْ َ َ ََ
ُ
‫ت‬
ِۗ ِ‫ق‬‫ل‬‫خ‬ ‫ف‬ ‫ي‬‫ك‬ ‫ل‬ِ ِ ِ ‫افلا ينظرون ِالى‬
‫ب‬ ‫ا‬‫ال‬

Artinya: “Tidakkah mereka memperhatikan unta, bagaimana


ia diciptakan?” (QS Al Ghasyiyah : 17)

Ayat ini menunjukan bagaimana orang-orang musyrikin


mengingkari dan tidak mengimani hari kebangkitan dan akhirat dan
juga mereka meyakini bahwa hari kiamat tidak mungkin terjadi,
sementara mereka melihat dan hidup berdampingan dengan unta yang
merupakan mayoritas hewan ternak yang mereka miliki dan unta
adalah merupakan hewan yang paling dalam hewan peliharaan
mereka. Allah SWT menciptakan unta dengan bentuk yang sangat
indah, tulang yang kuat serta mempunyai kekuatan yang sangat luar
biasa, sesuai dengan medan dan kondisi geografis mereka. Maka unta
merupakan hewan yang sangat menakjubkan dan merupakan hewan
yang sangat unik. Meskipun ia hewan yang besar dan kuat yang
mampu membawa barang-barang yang berat, namun unta adalah
hewan yang jinak yang dapat dituntun oleh anak kecil. Unta juga
dapat dimakan dagingnya, dimanfaatnkan bulu dan kulitnya serta
dapat diminum susunya. Unta dapat menahan lapar dan dahaga. Allah
SWT menyebutkan untu pada surat ini karena unta adalah hewan
yang paling banyak dimiliki dan digembala oleh orang-orang arab
dan unta adalah hewan yang paling banyak berinteraksi dengan
mereka dibandingkan hewan lainya. Daging unta dapat dimakan dan
susunya dapat diminum, dan unta adalah hewan yang paling efektif
untuk dijadikan kendaraan gurun pasir untuk mengangkut barang
maupun sebagai alat transportasi karena unta dapat menempuh jarak
yang sangat jauh, dapat menahan rasa haus, lapar, sedikit makan dan
juga kuat menahan bebean yang berat. Oleh karenanya unta
merupakan harta yang paling mahal yang dimiliki orang arab pada
masa itu.9

B. Relevansi Ayat-ayat Kauniyah dalam Dakwah Periode Mekah


1. Pengaruh Ayat-ayat Kauniyah dalam Ketauhidan
Misi utama diutusnya para Nabi dan Rasul adalah supaya
manusia bertauhid, yaitu meyakini bahwa tidak ada tuhan yang haq
untu disembah kecuali Allah SWT, Allah berfirman dalam QS Al-
Anbiya ayat 25 :

ْ ُ ُ ْ َ ۠ َ َ َّ َ ٰ َ ََّ ْ َ ْ ْ ُ َّ ْ ُ َّ ْ َ ْ َ ْ َ ْ َ ْ َ َ َ
‫ومآٗ ارسلنا ِمن قب ِلك ِمن رسو ٍل ِالا نو ِح ٓٗي ِالي ِه انه ل ٓٗا ِاله ِال ٓٗا انا فاعبدو ِن‬

Artinya: “Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum


engkau (Nabi Muhammad), melainkan Kami mewahyukan

9
Wahbah Az-Zuhaili, “Tafsir Al-Munir fi Al-Aqidah wa Al-Syariah wa Al-Manhaj”,
(Damaskus: Dar Al Fikr), Jilid 15, Cet. 10, hlm 594
kepadanya bahwa tidak ada tuhan selain Aku. Maka, sembahlah
Aku”. (QS Al-Anbiya ayat 25)
Imam At-Thabari dalam tafsirnya mengatakan: “Dan tidaklah
kami mengutusmu wahai Muhammad dan Rasul-rasul sebelumu
kepada ummatnya masing masing, kecuali kami mewahyukan kepada
mereka bahwasanya tidak ada tuhan yang berhak disembah di langit
dan di bumi kecuali Allah SWT. Walaupun aturan dan syartiat
ibadahnya berbeda-beda.10
Maka salah satu media untuk mengenalkan manusia kepada
sang pencipta adalah dengan memahami dan melihat ke dalam
ciptaanya yaitu alam semesta, maka dari keagungan dan kedahsyatan
alam semesta ini manusia akan memahami betapa agung dan kuasa
Dzat yang menciptakanya. Maka tatkala orang-orang Musyrik
ditanya siapakah Tuhan yang memiliki langit yang tujuh dan yang
memiki Arsy yang agung, mereka akan menjawab milik Allah. Allah
berfirman dalam QS Al-Mu’minun ayat 86 – 87 :

َ َ َ ْ ُ ّٰ َ ْ ُ ْ ُ َ َ ْ َ ْ َْ َّ ‫ُق ْل َم ْن َّر ُّب‬


َّ ‫الس ٰم ٰوت‬
ِ ِ ‫الس ْب ِع َو َر ُّب الع ْر ِش الع ِظي ِم سيقولون‬
‫ّلِلِۗقل افلا‬ ِ

َ ُ ََّ
‫تتق ْون‬

Artinya: “Katakanlah, “Siapakah pemilik langit yang tujuh


dan pemilik ʻArasy yang agung?” Mereka akan menjawab, “Milik
Allah.” Katakanlah, “Apakah kamu tidak bertakwa?” (QS Al-
Mu’minun : 86 – 87).

10
Muhammad Abu Ja’far bin Jarir ath-Thabari, “Jami al-bayan an ta’wil ay al-
Qur’an”, (Beirut: Muassah Ar-Risalah), jilid 5, hlm 247
Wahbah Az-Zihaili mengatakan dalam tafsirnya. Wahai Nabi
katakan kepada orang-orang yang mengingkari dan tidak beriman
kepada hari akhir itu, “Siapakah pemilik dan penguasa bumi, yang
telah menciptakan langit dan bumi beserta isinya, termasuk semua
makhluk yang di dalamnya berupa hewan, tumbuh-tumbuhan dan
buah-buahan dan seluruh makhluk hidup lainya. Jika kalian termasuk
dalam golongan orang-orang yang mengetahui mengenai hal tersebut.

Maka kalimat (‫ )إن كنتم تعلمون‬adalah sebuah ungkapan untuk

merendahkan sekaligus menjelaskan kebodohan mereka. mereka


akan mengakui apa yang dipahami oleh akal sebagai sesuatu yang
nyata, bahwa segala sesuatu yang telah mereka lihat dan mereka
pahami adalah milik Allah SWT. Segala makhluk ciptaan Allah.

Katakanlah wahai Nabi kepada mereka yang tidak beriman


kepada hari akhir, “Jika memamng begitu, apakah kalian tidak
melihat dan merenungkan bahwa Zat yang maha kuasa yang telah
menciptakan menjadi ada dari tidak ada, juga kuasa untuk
mengembalikanya. Sesungguhnya ibadah tidak pantas kecuali hanya
kepada sang khaliq pencipta yang memberikan rezeki yaitu Allah
SWT. Maka hujjah ini adalah sebagai bantahan dan sekaligus
memunculkan kesadaran untuk merengkan secara mendalam
terhadap segala penciptaanNya. Agar mereka mengetahui dan
menyadari kesesatan yang telah mereka yakini selama ini.

Perlu diketahui bahwa orang-orang kafir quraisy sejatinya


mengakui dan mengimani tauhid Rububiyyah Nya, akan tetapi
mereka juga meyakini tuhan yang lainya dan mempersekutukan Nya
dalam susi ibadah atau Uluhiyyah. Padahal mereka juga tau bahwa
sesembahan dari berhala mereka tidak sedikitpun mampu
menciptakan atau mengabulkan doa-doa mereka, bahkan mereka juga
yakin bahwa berhala yang mereka sembah tidak memiliki apapun,
namun mereka meyakini berhala-berhala tersebut dapat mendekatkan
diri mereke kepada Allah SWT. Allah berfirman dalam QS Az-Zumar
ayat 3 yang artinya:

Artinya: “Ketahuilah, hanya untuk Allah agama yang bersih


(dari syirik). Orang-orang yang mengambil pelindung selain Dia
(berkata,) “Kami tidak menyembah mereka, kecuali (berharap) agar
mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-
dekatnya.”(QS Az-Zumar : 3)

Kemudian katakanlah wahai Nabi kepada mereka yang tidak


beriman, siapakah yang menciptakan langit dan bumi beserta benda-
benda langit dan malaikat dan siapakah yang menciptakan ‘Arsy yang
menjadi atap bagi setiap makhluq. Maka mereka pasti akan mengakui
dan membenarkan bahwa semua itu adalah milik Allah SWT dan
mereka tidak mempunyai jawaban selain itu. Jika kalian telah
mengakui semuanya bahwa segala sesuatuu yang kalian lihat dari
ayat-ayat kauniyah adalah milik Allah, apakah kalian kemudian tidak
takut akan azab dan siksa Allah karena kalian telah menyekutukan
Nya?

2. Pengaruh Ayat-ayat Kauniyah dalam Keimanan

Perlu diketahui bahwa orang-orang kafir quraisy sejatinya


mengakui dan mengimani tauhid Rububiyyah Nya, akan tetapi
mereka juga meyakini tuhan yang lainya dan mempersekutukan Nya
dalam sisi ibadah atau Uluhiyyah. Dan juga mereka tidak beriman
kepada hari kebangkitan. Allah berfirman dalam QS Al-Isra ayat 49
:
ً ْ َ ً ْ َ َ ْ ُ ْ ُ ْ َ َ َّ َ ً َ ُ َّ ً َ َُّ َ َ ْ ُ َ َ
‫وقالوٓٗا ء ِاذا كنا ِعظاما ورفاتا ء ِانا لمبعوثون خلقا ج ِديدا‬

Artinya: “Mereka berkata, “Apabila kami telah menjadi


tulang-belulang dan kepingan-kepingan (yang berserakan), apakah
kami benar-benar akan dibangkitkan kembali sebagai makhluk yang
baru?” (QS Al Isra’ : 49)

Lalu Allah SWT berfirman dalam QS Ar-Rum ayat 27


sebagai bantahan orang-orang yang tidak beriman dengan adanya hari
kebangkitan, dengan memerintahkan mereka untuk melihat makluk-
makluk Allah yang agung seperti langit dan bumi, maka jika Allah
mampu menciptakanya dan menciptakan dari tidak ada menjadi ada,
maka lebih mudah bagi Allah untuk membangkitkan orang yang telah
mati, Allah befirman:

ٰ ْ َْ َُ ْ َُ ََ ُ َْ ُ ُ ُ َ ْ َْ ُ َ َّ ُ
‫َوه َو ال ِذ ْي َي ْبدؤا الخلق ثَّم ُي ِع ْيده َوه َو اه َون عل ْي ِهِۗ َوله ال َمثل الاعلى ِفى‬

َْ َْ ُ َْ
ࣖ ‫الس ٰم ٰو ِت َوالا ْر ِضۚ َوه َو الع ِزْي ُز الح ِك ْي ُم‬
َّ

Terjemah: “Dialah yang memulai penciptaan, kemudian


mengembalikannya (menghidupkannya) lagi (setelah
kehancurannya). (Hal) Itu lebih mudah bagi-Nya. Milik-Nyalah sifat
yang tertinggi di langit dan di bumi. Dialah Yang Mahaperkasa lagi
Mahabijaksana”. (QS Ar-Rum : 27)

Ibnu Hatim meriwayatkan dari Ikrimah bahwa sebab turunya


ayat ini adalah bahwasanya orang-orang kafir merasa heran dan tidak
percaya jika Allah SWT akan membangkitkan kembali orang yang
sudah mati, lalu turunla ayat ini.
Maka Allah lah yang memulai menciptakan manusia dari
permulaan dari yang tidak ada menjadi ada. Kemudian Allah
mematikanya dan meniadakanya. Kemudian mengembalikanya
seperti pada bentuk semula lagi. Maka mengembalikan seperti
semula lebih mudah bagi Allah dari memulainya, tentunya
pandangan ini adalah konsep umum manusia, bahwa mengembalikan
sesuatu atau mengulangnya lebih mudah daripada memulai,
mengawali dari permulaan. Maka perumpamaan yang Allah sebutkan
dalam Al-Quran bertujuan sebagai gambaran dan ilustrasi untuk
memudahkan untuk dipahami dan diterima oleh akal orang-orang
kafir yang sejatinya mereka bodoh, karena telah mengingkari dan
tidak beriman terhadap hari kebangkitan. Hal ini sejatinya memulai
dalam dari awal penciptaan dan membangkitkan adalah sama saja
bagi kuasa Allah, tidak ada bedanya, keduanya sama-sama mudah
bagi Allah untuk melakukanya. Dan apa yang menjadi milik Nya
adalah sifat yang paling sempurna yaitu sifat keesaan. Sesungguhnya
tidak ada tuhan yang berhaq disembah kecuali Allah, dia adalah Rabb
yang satu dan tidak ada sekutu bagi Nya.

Dialah yang mempunyai sifat yang sempurna, tidak ada


kekurangan sedikitpun dalan Dzat dan kuasa Allah. Dan tidak ada
satupun yang serupa dengan Nya, tidak ada tandingan bangi Nya dan
tidak ada satupun makhluk yang manyamai Nya. Allah SWT
berfirman dalam ayat yang lain yaitu QS Ar-Rum ayat 50 :

ْ ُ َ َ ٰ َّ َ ْ َ َ ْ َ َ ْ َ ْ ْ ُ َ ْ َ ّٰ َ ْ ٰ ٰ ٰٓ ُْ َ
ِ ‫فانظ ْر ِالى اث ِر َرحم ِت‬
‫اّلِل كيف يحي الارض بعد مو ِتهاِۗ ِان ذ ِلك لمحي‬
ِ ِ

َ َ ُ ٰ َ ُ ٰ ْ
‫ال َم ْوتىۚ َوه َو على ك ِل ش ْي ٍء ق ِد ْي ٌر‬
Artinya: “Perhatikanlah jejak-jejak rahmat Allah, bagaimana
Dia menghidupkan bumi setelah mati (kering). Sesungguhnya (Zat
yang melakukan) itu pasti berkuasa menghidupkan orang yang telah
mati. Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. (QS Ar-Rum : 50)

Wahai para Rasul dan ummat-ummat kalian, lihatlah


bagaimana Allah telah menurunkan hujan yang itu merupakan
sebagian dari rahmat Allah untuk kemudian direnungi dan disyukuri,
bagaimana hujan tersebut dapat menghidupkan tumbuh-tumbuhan,
tanaman, buah-buahan dan pepohonan. Itu merupakan salah sati
tanda akan luasnya rahmat Allah dan keagungan kekuasaanya
terhadap manusia. Selanjutnya hujan yang telah Allah turunkan dapat
menghidupkan bumi yang mati dan kering, dan menumbuhkan
tumbuh-tumbuhan adalah bukti yang sangat jelas untuk menegaskan
dan meyakinkan bahwa Allah mampu dan akan mengembalikan
jasad-jasad setelah mati dan hancur serta tulang-belulang.
Sesungguhnya Zat yang kuasa dan mampu untuk menghidupkan
kembali bumi yang sudah kering dan menjadikanya subur dan
menghijau serta mampu untuk menumbuhkan tumbuh-tumbuhan
darinya, juga kuasa dan mampu untuk menghidupkan kembali orang-
orang yang sudah mati. Allah maha kuasa atas segala sesuatu.11

Dalam ayat yang lainya juga Allah berfirman dalam QS Al


Ahqaf ayat 33 :

11
Wahbah Az-Zuhaili, “Tafsir Al-Munir fi Al-Aqidah wa Al-Syariah wa Al-Manhaj”,
(Damaskus: Dar Al Fikr), Jilid 11, Cet. 10, hlm 130
ٰ َّ ْ َ َ ْ َ ْ َ َ َ ْ َ ْ َ ٰ ٰ َّ َ َ َ ْ َّ َ ّٰ ََّ ْ َ َ ْ َ َ َ
‫اولم يروا ان اّلِل ال ِذي خلق السمو ِت والارض ولم يعي ِبخل ِق ِهن ِبق ِد ٍر‬

ُ ٰ َ ‫يحي ْال َم ْوتٰى‬


ٌ‫ِۗبلٰٓى ِاَّنه َعلى كل َش ْي ٍء َق ِد ْير‬ ْ ُّ ْ َ ٰٓ َ
‫على ان‬
ِ ِ

Artinya : “Tidakkah mereka memperhatikan bahwa


sesungguhnya Allah yang menciptakan langit dan bumi serta tidak
merasa lelah karena menciptakannya, Dia kuasa untuk
menghidupkan yang mati? Tentu demikian. Sesungguhnya Dia
Mahakuasa atas segala sesuatu. (QS Al Ahqaf : 33).

Para pengingkar Ba’ts meyakini bahwa pada hari kiamat dan


dikembalikanya kehidupan dan ruh ke dalam tubuh manusia adalah
sesuatu yang tidak mungkin terjadi. Tidakah mereka berfikir dan
mengetahui bahwa zat yang telah menciptakan alam semesta ini dari
permulaan dari yang tidak ada menjadi ada, sedikitpun Allah tidak
merasa kesulitan, apalagi jika menghidupkan kembali orang-orang
mati dari kubur mereka pasti itu akan lebih mudah.

Maka ayat-ayat yang telah penulis cantumkan disini


merupakan bukti dan bantahan dari Allah terhadap orang-orang kafir
yang tidak beriman kepada hari kebangkitan. Mereka menganggap
jika kematian adalah akhir dari pada segalanya, maka melwati ayat-
ayat ini Allah menjelaskan kepada mereka bahwa Allah lah yang
mampu menciptakan langit dan bumi, dan mampu menciptakan
manusia dari awal penciptaan dengan sangat mudah, maka Allah akan
sangat mudah membangkitkan mereka dari kuburnya. Maka ayat-
ayat kauniyah ini yaitu QS Isra’ : 49, QS Ar-Rum : 27, QS Ar-Rum :
50 dan QS Al-Ahqaf : 33 adalah bukti dan dalil yang kuat bahwa
Allah mampu dan kuasa untuk membangkitkan mereka setelah
kematian mereka, maka ayat-ayat ini merupakan ayat yang dapat
mematahkan keyakinan mereka terhadap ketidak percayaan mereka
atau kekufuran mereka terhadap hari kebangkitan. Oeleh karena
Allah menurunkan ayat-ayat ini yang berisikan ayat kauniyah supaya
mereka beriman kepada hari kebangkitan.12

3. Pengaruh Ayat-ayat Kauniyah dalam Kecerdasan

Selain ayat-ayat Kauniyah berpengaruh dan memperkuat


Tauhid serta menambah keimanan pada seseorang, bahkan orang-
orang kafir yang tidak percaya kepada keesaan Allah ataupun tidak
percaya kepada hari kebangkitan, sehingga mereka beriman kepada
Allah dan beriman kepada hari kebangkitan karena metode Al Quran
yang Allah gunakan, meminta mereka untuk melihat kepada ayat-
ayat Allah Kauniyah, maka Ayat-ayat kauniyah juga dapat
menambah kecerdasan, bagi mereka yang memang tidak pernah
berpikir akan adanya tanda-tanda kebesaran Allah di dalam alam
semesta. Allah berfirman dalam QS Al-Baqarah ayat 73 :
ُ َّ َ ٰ ُ ْ ّٰ ْ ُ َ ٰ َ َ ْ َ ُُْ ْ َُْ َ
ْ‫اّلِل ال َم ْوتٰى َو ُير ْيك ْم ا ٰيت ٖه ل َعلكم‬
ُ ‫يحي‬ ‫ك‬ ‫ل‬ ‫ذ‬‫ك‬ ِۗ
‫ا‬‫ه‬‫ض‬ ‫ع‬‫ب‬ ‫ب‬ ‫ه‬ ‫و‬‫ب‬ ‫ر‬ ‫اض‬ ‫ا‬‫ن‬ ‫فقل‬
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ

َ ُ َْ
‫تع ِقل ْون‬

Artinya: “Lalu, Kami berfirman, “Pukullah (mayat) itu dengan


bagian dari (sapi) itu!” Demikianlah Allah menghidupkan (orang)
yang telah mati, dan Dia memperlihatkan kepadamu tanda-tanda
(kekuasaan-Nya) agar kamu mengerti.” (QS Al Baqarah : 73)

12
Wahbah Az-Zuhaili, “Tafsir Al-Munir fi Al-Aqidah wa Al-Syariah wa Al-Manhaj”,
(Damaskus: Dar Al Fikr), Jilid 13, Cet. 10, hlm 330
Maka kami berfirman “Pukulah orang yang terbunuh itu dengan
sebagian anggota tubuh sapi yang sudah disembelih oleh kalian itu,
kemudian setelah mereka memukul mayat tersebut Allah
menghidupkanya, kemudian mayat itu memberitahukan siapa
pembunuh yang sebenarnya. Seperti halnya preses menghidupkan
orang yang mati di hadapan mereka, maka seperti itulah Allah akan
menghidupkan kembali orang-orang yang sudah mati pada hari
kiamat, lalu berkumpulah semua makhluk untuk hisab yang
kemudian mempertanggung jawabkan setiap manusia apa yang sudah
ia kerjakan selama di dunia.13 Begitulah Allah memperlihatkan tanda-
tanda kekuasaan Nya serta memperlihatkan ayat-ayat Nya termasuk
ayat kauniyah untuk menunjukan kebenaran Al Quran serta beriman
kepada Allah dan RasulNya serta beriman kepada hari akhir yang
benar adanya. Maka ayat ayat Allah inilah yang Allah tunjukan
kepada mereka agar mereka memahami dan mengerti serta patuh
kepada apa yang Allah perintahkan dan apa yang Allah larang supaya
mereka menjadi pribadi yang cerdas dan berakal.

Allah SWT juga berfirman dalam QS Ghafir ayat 67 :

ً ْ ْ ُ ُ ْ ُ َُّ َ َ َ ْ َُّ َ ْ ُّ ْ َُّ


َ ُ ْ ْ ُ َ َ َ ْ َّ َ ُ
‫اب ثم ِمن نطف ٍة ثم ِمن علق ٍة ثم يخ ِرجكم ِطفلا‬
ٍ ‫هو ال ِذي خلقكم ِمن تر‬

ُ
ْ‫ۚوم ْن ُك ْم َّم ْن ُّي َت َوفّٰى م ْن َق ْب ُل َول َت ْب ُل ُغوٓٗا‬ ُ َ
َِ ‫ُثَّم ل َت ْب ُل ُغ ْوٓٗا ا ُشَّدك ْم ُثَّم ل َتك ْو ُن ْوا ُش ُي ْو ًخا‬
ِ ِ ِ ِ

َ ْ ُ ْ َ ْ ُ َّ َ َ َّ ًّ َ ُّ ً َ َ
‫اجلا مسمى ولعلكم تع ِقلون‬

13
Wahbah Az-Zuhaili, “Tafsir Al-Munir fi Al-Aqidah wa Al-Syariah wa Al-Manhaj”,
(Damaskus: Dar Al Fikr), Jilid 1, Cet. 10, hlm 148
Artinya: “Dialah yang menciptakanmu dari tanah, kemudian
dari setetes mani, lalu dari darah yang menggumpal, kemudian Dia
lahirkan kamu sebagai seorang anak kecil, kemudian (Dia
membiarkan) kamu sampai dewasa, lalu menjadi tua. (Akan tetapi,)
di antara kamu ada yang dimatikan sebelum itu. (Dia pun
membiarkan) agar kamu sampai kepada kurun waktu yang ditentukan
dan agar kamu mengerti.” (QS Ghafir : 67)

Dia lah Allah yang telah menciptakan nenek moyang kalian


yaitu Adam dari tanah, kemudian menciptakan keturunanya juga dari
tanah, oleh sebab itu semua makhluk hidup termasuk manusia dan
binatang tercipta dari air mani yang berasar dari darah, dan darah
tersebut berasal dari sari pati makanan yang berasal dari tumbuh-
tumbuhan, kemudian tumbuh-tumbuhan tersebut berasal dari air yang
keluar dari tanah, oleh karenanya manusia tercipta dan juga tumbuh
dari tanah dan akan dikembalikan ke tanah. Allah SWT membetuk
sari pati tanah tersebut juga dari air mani kemudian menjadikanya
darah yang menggumpal, kemudian setelah proses dalam rahim itu
sempurna maka manusia keluar atau dilahirkan menjadi bayi. Setelah
itu tumbuh menjadi dewasa hingga tumbuh sampai usia matang yaitu
pada puncak kekuatan fisik dan akal, lalu manusia menjadi tua yaitu
melewati umur 40 tahun.

Lalu banyak di antara manusia yang kemudian meninggal


sebelum mencapai usia lansia (lanjut usia), hal itu sangat lumrah
terjadi karena memang ajalnya sudah habis. Huruf Lam disini
menunjukan makna akibat atau menjadi, maksudnya agar manusia
merenungkan dan memikirkan tahapan perkembangan atau fase
pertumbuhan manusia, tentunya ini menjadi bukti kekuasaan Allah,
sebagaimana Dia dapat menjadikan fase yang begitu sistematis bagi
manusia, maka Allah jiuga dapat membangkitkan makhluk hidup
yang sudah mati. Maka perkembangan manusia atau fase
pertumbuhan manusia dari janin, bayi, balita, anak-anak, remaja,
dewasa hingga menjadi tua merupakan ayat-ayat Kauniyah yang
semestinya dapat menjadikan bukti dan petunjuk akan kekuasaan
Allah, sehingga manusia dapat mengambil pelajaran dari fase
pertumbuhan ini, agar manusia berfikir, untuk menambah ilmu
pengetahuan dan kecerdasan.14

Allah SWT juga berfirman dalam QS Al Hadid ayat 17


mengenai ayat-ayat Kauniyah bahwasanya ayat-ayat Kauniyah
mampu menambah wawasan dan kecerdasan manusia, Allah
berfirman:

َ ْ ُ ْ َ ْ ُ َّ َ َ ٰ ٰ ْ ُ ُ َ َََّّ ْ َ َ ْ َ َ ْ َ َ ْ َ ْ ْ ُ َ ّٰ ََّ ْ ُ َ ْ
‫ِاعلموٓٗا ان اّلِل يحي الارض بعد مو ِتهاِۗ قد بينا لكم الاي ِت لعلكم تع ِقلون‬
ِ

Artinya: “Ketahuilah bahwa Allah menghidupkan bumi


setelah matinya (kering). Sungguh, telah Kami jelaskan kepadamu
tanda-tanda (kebesaran Kami) agar kamu mengerti.” (QS Al Hadid
: 17)

Sebagaimana Allah SWT mampu menghidupkan bumi yang


telah kering dan gersang dengan air yang Dia turunkan dari langit
yang kemudian dengan air tersebut Allah membelah tanah dan
mengeluarkan tumbuh-tumbuhan yang bermanfaat bagi manusia, dan
hewan ternak mereka. Allah juga berkuasa untuk menghidupkan
kembali hari yang telah mati atau keras, serta Allah juga mampu
membimbing orang-orang yang telah sesat kepada petujuk Al-Quran.

14
Wahbah Az-Zuhaili, “Tafsir Al-Munir fi Al-Aqidah wa Al-Syariah wa Al-Manhaj”,
(Damaskus: Dar Al Fikr), Jilid 12, Cet. 10, hlm 372
Maka Allah benar-benar telah menjekaskan kepada manusia ayat-
ayat atau tanda-tanda kekuasaan Allah dan kebesaran Nya, supaya
kalian wahai manusia dapat merenunginya, memahaminya dan
memikirkan nasehat-nasehat yang terdapat di dalamnya serta dapat
memperayainya. Juga mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari.15

Maka penulis mengambil kesimpulan dari ketiga ayat di atas


bahwasanya Allah SWT telah menjelaskan dalam banyak sekali ayat
di dalam Al-Quran yang menjelaskan bahwa Allah mampu bahkan
dengan mudah untuk menghidupakan dan menjadikan bumi yang
kering menjadi hidup subur kembali dan mengelarkan darinya
tumbuh tumbuhan, dan juga Allah mampu untuk menciptakan
makhluk hidup dari permulaan, yang mana ini menujukan bahwa
Allah juga mampu dan sangat mudah untuk membangkitkan manusia
setelah kematianya. Allah menggambarkan dengan begitu jelas dan
gamblang serta memberikan contoh di antaranya fase kehidupan atau
pertumbuhan manusia, agar orang-orang kafir yang tidak
mempercayai adanya hari kebangkitan berpikir kembali bahwa
sesungguhnya hari kebangkitan benar adanya dan pasti akan terjadi.
Orang yang mampu berpikir seperti itu kemudian di kategorikan
sebagai manusia yang cerdas, yaitu manusia yang mempunyai akal.

4. Pengaruh Ayat-ayat Kauniyah dalam Akhlaq dan Kepribadian

Ayat-ayat Kauniyah tidak hanya bertujuan untuk


meningkatkan keimanan dan kecerdasan manusia, akan tetapi juga
untuk menambah akhlaq dan kepribadian orang-orang yang baru saja
masuk islam, untuk meneguhkan hati dan keimanan mereka terhadap

15
Wahbah Az-Zuhaili, “Tafsir Al-Munir fi Al-Aqidah wa Al-Syariah wa Al-Manhaj”,
(Damaskus: Dar Al Fikr), Jilid 14, Cet. 10, hlm 346
Islam. Dengan ayat-ayat Kauniyah seseorang akan lebih takut kepada
Allah, dan takut akan hari kiamat serta hari pembalasan. Dia akan
cenderung menjadi muslim yang bertakwa, baik dan berkepribadian
serta ber akhlaqul karimah.

Dalam Al Quran banyak sekali ayat-ayat secara umum yang


menjalaskan dan berhubungan dengan akhlaq. Baik berupa perintah
untuk berakhlaqul karimah, yaitu untuk berakhlaq yang baik, maupun
larangan untuk mempunyai akhlaq yang buruk. Dalam Al Quran juga
banyak sekali kisah-kisah yang membahas contoh-contoh akhlaq
yang baik wajib kita ikuti, juga contoh-contoh akhlaq yang buruk
yang harus kita jauhi. Salah ayat al Quran yang menekankan kita
untuk berakhlaq dan berkepribadian baik adalah firman Allah SWT
dalam QS Ali Imran ayat 159 :

ُّ َ ْ َ ْ َ ْ َ َ ًّ َ َ ْ ُ َ َ َ ْ ّٰ َ َ ْ َ َ
‫اّلِل ِلنت ل ُه ْمۚ َول ْو كنت فظا غ ِل ْيظ القل ِب لانفض ْوا ِم ْن‬
ِ ‫ف ِبما َرحم ٍة ِمن‬

َ َ
ۖ‫ح ْو ِلك‬

Artinya: “Maka, berkat rahmat Allah engkau (Nabi


Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Seandainya
engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka akan
menjauh dari sekitarmu.” (QS Ali Imran : 159)

Allah SWT memberikan karunia Nya kepada utusan Nya dan


kepada kaum Muslimin dengan menjadikan hati Nabi Muhammad
SWT lembut terhadap ummat beliau yang Taat kepada Allah dan
Rasul Nya serta yang selalu berpegang teguh kepada sunnah-sunnah
baginda Rasulullah SAW. Tentunya berkat rahmat Allah lah serta
tufiq dan bimbingan Nya kepada mu wahai Muhammad dan kepada
kaum Muslimin, Allah kemudian menjadikan kekasih Nya bersikap
lembut, ramah, penyayang dan baik hati. Selalu berkata dengan
lembut, santun dan mampu menjaga amarahnya, serta dapat
mengarahkan kaumnya dan memaafkan kesalahan sebagian sahabat-
sahabatnya ketika perang uhud. Semua ini tentunya membuktikan
kepada kita semua selaku ummatnya betapa mulianya dan
bijaksananya sikap dan akhlaq serta kepemimpinan baginda Nabi
agung Muhammad SAW16. Sebagaiman dalam ayat yang lain Allah
berfirman dalam QS Al Qalam ayat 4 :

َ ُ ُ ٰ َ َ َ َّ
‫َواِ نك لعلى خل ٍق ع ِظ ْي ٍم‬

Artinya: “Sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti


yang agung.” (QS Al Qalam : 4)

Kamu wahai Muhammad benar-benar orang yang memiliki


dan di anugerahi budi pekerti yang agung. Serta mampu menjalankan
apa yang Allah perintahkan dalam Al Quran dan menyampaikanya
kepada ummatmu, dan menanggung beban derita dalam dakwah yang
belum tentu bisa ditanggung oleh para nabi sebelumu. Dalam dirimu
wahai Muhammad terdapat adab yang agung, rasa malu, keder
mawaan yang luar biasa, tidaklah engkau diminta oelh ummatmu
kecuali engkau memberikanya. Pada dirimu juga terdapat keberanian,
kelembutan, pemaaf, dan akhlaq-akhlaq yang baik lainya17

16
Wahbah Az-Zuhaili, “Tafsir Al-Munir fi Al-Aqidah wa Al-Syariah wa Al-Manhaj”,
(Damaskus: Dar Al Fikr), Jilid 2, Cet. 10, hlm 475 - 476
17
Wahbah Az-Zuhaili, “Tafsir Al-Munir fi Al-Aqidah wa Al-Syariah wa Al-Manhaj”,
(Damaskus: Dar Al Fikr), Jilid 15, Cet. 10, hlm 69 - 70
Allah SWT juga berfirman dalam QS Al-Ahzab ayat 33:

ْٰ ْ َ َ ْ َ ٌ َ َ َ ٌ َ ْ ُ ّٰ ُ َ َ َ ْ ََ
َ ّٰ ‫ان َي ْر ُجوا‬
َ‫اّلِل َوال َي ْو َم الاخر‬ ‫اّلِل اسوة حسنة ِلمن ك‬ ْ ُ َ ْ ْ
ِ ‫لقد كان لكم ِفي رسو ِل‬
ِ

َ ّٰ َ َ
ً ْ َ
ِۗ‫َوذكر اّلِل ك ِثيرا‬
َ

Artinya: “Sungguh, pada (diri) Rasulullah benar-benar ada


suri teladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap
(rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat serta yang banyak
mengingat Allah.” (QS Al-Ahzab : 21)

Bahwa pada diri Rasulullah SAW ada suri tauladan dan


contoh yang baik untuk menjadi panuttan dan untuk ditiru dari segala
aspek kehidupanya, cara beliu tidur, makan, minum, berjalan,
berbicara dan tentunya dalam ibadah beliau. Beliau adalah suri
tauladan yang memeiliki kepribadian seperti Al Quran, maka
sepatutnya menjadi contoh bagi orang yang mengharapkan pahala
dan syurga dari Allah, serta bagi orang yang selalu mengharapkan
untuk bertemu dengan Nya. Maka orang yang demikian ia akan
memperbanyak berdzikir kepada Allah. Maka seseorang dapat
meraik predikat takwa dengan cara memperbanyak berdzikir kepada
Allah SWT. Karena ciri-ciri orang yang bertakwa dan orang yang taat
kepada Allah adalah orang yang taat kepada Rasul Nya. Bahkan
dalam surah Ali Imran Allah berfirman bahwa orang yang cinta
kepada Nya adalah orang yang mengikuti sunnah-sunnah kekasihnya.
Dengan ia mengikuti sunnah Rasulullah maka orang tersebut tidak
hanya akan dicintai oleh Allah saja, namun juga akan diampuni
segala dosa-dosanya.18

C. Pengaruh Metodologi Ayat-ayat Kauniyah dalam Dakwah di Era


Modern
1. Pengaruh Metodologi Ayat-ayat Kauniyah Dalam Dakwah
Fardiyah (Individu)

Dakwah fardiyah memiliki banyak sekali keutamaan


dibanding dakwah Jamaiyyah, beberapa keutamaan dakwah
Faridayah antara lain:

1) Dakwah Fardiyah lebih banyak dilakukan oleh mayoritas juru


dakwah karena didalamnya ada Mukhatabah (komunikasi) serta
bertatap muka satu sama lain dengan target dakwahnya, sehingga
menimbulkan suasana kedekatan dan dakwah secara intens. Hal
ini kemudian mempermudah terbukanya berbagai macam
permasalahan yang belum tentu dapat diungkap secara mudah.
Cara ini juga mampu mendorong dan memotivasi target dakwah
agar lebih aktif karena ia merasa spesial karena menjadi satu-
satunya pusat perhatian dalam pembicaraan. Serta dapat
memaksimalkan penjelasan dalam ayat-ayat Kauniyah karena
tidak terikan dengan kondisi tertentu yang mengharuskan ia juga
fokus pada target dakwah yang lainya seperti pada dakwah
Jamaiyyah.
2) Penyampaian dan pembahasan ayat-ayat kauniyah kepada target
dakwah dapat dilakukan secara konsisten, agar terjaganya
kelanjutan dakwah, khususnya di momen yang kurang

18
Wahbah Az-Zuhaili, “Tafsir Al-Munir fi Al-Aqidah wa Al-Syariah wa Al-Manhaj”,
(Damaskus: Dar Al Fikr), Jilid 11, Cet. 10, hlm 281
mendukung sekalipun. Serta dapat dilakukan secara berulang-
ulang setiap saat tanpa harus menunggu momentum terntentu.
3) Dakwah Fardiyah lebih mudah karena dapat dilakukan setiap
orang, tidak membutuhkan banyak tenaga serta tidak
membutuhkan adanya keterampilan khusus, tapi tetap harus
sesusi dengan fiqih dakwah, yang diperlukan hanya kemauan,
kesungguhan, pemikiran yang sitematis, perkataan yang tertata
dengan baik dan cara menyampaikan dengan baik pula.
4) Dapat dilakukan kapanpun dan dimanapun ketika kita
mendapatkan pemikiran atau keyakinan yang menyimpang dari
koridor Al-Quran dan sunnah, yaitu dapat di akukan via media
sosial dan Channel Youtube yang tentunya saat ini menjadi
media dakwah paling strategis dan yang paling efektif dalam
menjangkau target dakwah sebanyak-banyaknya.
5) Dakwah Fardiyah dapat membantu mengungkap potensi dan
bakat yang terpendam juru dakwah itu sendiri, oleh sebab itu
seorang target dakwah dapat diletakan pada posisi yang cocok
dan sesuai dengan bakat dan potensi yang dimilikinya.
6) Dakwah Fardiyah juga dapat memberikan kesempatan yang
seluas-luasnya bagi Mad’u untuk menanyakan segala sesuatu dan
menggali informasi yang ia inginkan kepada da’i.

Terlepas dari kelebihan dan keutmaan dakwah Fardiyah,


dakwah Fardiyah juga memiliki beberapa kekurangn yang dapat
terjadi di medan dakwah, beberapa kekurangan dakwah Fardiyah
antara lain sebagai berikut:

1) Dakwah Fardiyah membutuhkan Da’i yang banyak, sedangak


jumlahnya terbatas, karena permintaan dakwah Faridyah
tentunya akan lebih banyak. Dengan kata lain dakwah Fardiyah
relative membutuhkan lebih banyak waktu dan tenaga
dibandingkan dakwah Jamaiyyah
2) Pada kondisi tertentu, jumlah Mad’u yang mau hanya sedikit,
meskipun sejatinya tolak ukur bukan pada kuantitas akan tetapi
pada kualitas. Maka seseorang yang berhasil menempuh dakwah
Fardiyyah biasanya akan lebih baik dari dakwah Jamaiyyah,
karena dalam dakwah Fardiyah ia akan lebih fokus dalam
menimba ilmu yang disampaikan oleh da’I
3) Seorang peserta dakwah Fardiyyah akan cenderung lebih bosan
dan jenuh, akan tetapi hal ini dapat diatasi dengan menambahkan
beberapa metode dan variaso dalam menyampaikan dakwah.19
Terdapat kemungkinan dalam tahap awal dakwah Fardiyyah
tidak menampakan hasil yang signifikan, namun jika kita melihat
apa yang lakukan Rasulullah SAW dalam dakwahnya beliau
pertama kali menggunakan metode dakwah Fardiyyah, beliau
menyampaikan Islam kepada Assabiqunal Awwalun mulai dari
istrinya, kemudian sahabat karibnya Abu Bakar As-Shidiq dan Ali
bin Abi Thalib dengan dakwah Fardiyah, yang mana metode
tersebut menampakan hasil yang sangat luar biasa, Abu Bakar As-
Shidiq setelah masuk Islam juga menggunakan metode ini untuk
menyampaikan Islam ke beberapa sahabat yang mayoritas menjadi
sahabat yang di kabarkan masuk Syurga.
Maka dakwah Fardiyah sangat besar pengaruhnaya dalam
menyebarkan ajaran Islam, karena ia merupakan metode yang
sangat efektif untuk mengajak dan mendakwai mad’u.

19
Muhammad Ivan Alfian, “Dakwah Fardiyah”, Jurnal AT-TABSYIR Vol. 3, No.
1 (Juni 2015), hlm 72 - 74
Maka jika kita analisa lebih dalam Metodologi Ayat-ayat
Kauniyah dalam Al-Quran, maka ayat-ayat Kauniyah yang berisikan
perintah untuk merenungkan alam semesta, menggunakan perintah
secara Fardi (Individual) ataupun secara jama’ (Umum). Beberapa
ayat-ayat Kauniyah yang menggunakan perintah secara Fardi
(Individual) antara lain firman Allah SWT dalam QS Ar-Rum ayat 50
:

ْ ُ َ َ ٰ َّ َ ْ َ َ ْ َ َ ْ َ ْ ْ ُ َ ْ َ ّٰ َ ْ َ ٰ ٰ ٰٓ ْ ُ ْ َ
‫اّلِل كيف يحي الارض بعد مو ِتهاِۗ ِان ذ ِلك لمحي‬
ِ ‫فانظر ِالى اث ِر رحم ِت‬
ِ ِ
ُ ٰ ْ
ٌ‫ال َم ْوتٰىۚ َو ُه َو َعلى كل َش ْي ٍء َق ِد ْير‬
ِ

Artinya: “Perhatikanlah jejak-jejak rahmat Allah, bagaimana


Dia menghidupkan bumi setelah mati (kering). Sesungguhnya (Zat
yang melakukan) itu pasti berkuasa menghidupkan orang yang telah
mati. Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. (QS Ar-Rum : 50)

Dalam ayat ini Allah memerintahkan kepada manusia secara


individu agar mernungkan jejak-jejak Rahmat Allah SWT dalam
menghidupkan kembali bumi yang telah mati, artinya tanah yang
telah tandus maka dengan Rahmat Allah berupa hujan, Allah
mampu menjadikan tanah yang kering itu subur kembali. Maka
dengan kemampuan itulah Allah akan menghidupkan kembali
manusia yang telah mati dan membangkitkan dari kuburnya.
Maka dalam kesendirianya harusnya setiap dari kita berfikir
bahwa Allah pasti mampu dan berkuasa untuk menghidupkan
kembali orang yang sudah mati dan membengkitkanya dari
kuburnya. Tentunya metode ayat-ayat kauniyah dalam dakwah
Fardiyah akan lebih efektif, karena seseorang cenderung dapat
bermunasabah dan dapat merenung dalam kesendirianya. Dia
kemudian akan lebih yakin bahwa apa yang Allah kabarkan dalam
Al-Quran adalah sebuah kebenaran yang mutlak, apalagi dalam
penyampainya Allah juga mencantumkan bukti yang nyata, yang
dapat kita lihat dengan mata kepala kita sendiri dan mudah kta cerna
dengan akal kita, yaitu bahwa sebagaimana Allah berkuasa
menghidupkan kembali bumi yeng telah mati, maka Allah juga
berkuasa membangkitkan manusia dari kuburnya.
Maka hendaknya seorang dai dalam dakwahnya sebisa
mungkin untuk mengaplikasikan metode yang diterapkan dalam Al-
Quran, contohnya akan lebih efektiv sekali jika kita mendapatkan
atau melihat kesalahan sesorang, maka kita tidak menegurnya di
muka umum, karena itu akan menghinakanya, oleh karenanya
ajaklah ia duduk secara empat mata dan sampaikanlah apa yang
menjadi kesalahanya dengan cara yang baik tentunya, maka
insyaAllah orang tersebut akan menerimanya.
2. Pengaruh Metodologi Ayat-ayat Kauniyah Dalam Dakwah Ammah
(Umum)

Sesungguhnya Rasulullah SAW lah dai pertama yang memulai


dakwah secara Ammah (Umum), ketika turun firman Allah SWT
tentang dakwah Jahriyyah, maka itulah pertama kali dalam islam
dilakukanya dakwah secara Umum yang sebelumnya dakwah hanya
dilakukan secara Fardiyah (Individu) dan secara sembunyi-sembunyi.
Allah SWT berfirman dalam QS Asy-Syuara: 214-216:
َ ْ ْ َ َ َّ َ َ َ َ ْ ْ َ َْْ َ َ َ َْ
ۚ‫َوان ِذ ْر ع ِش ْي َرتك الاق َر ِب ْينۙ َواخ ِفض جناحك ِل َم ِن ات َبعك ِم َن ال ُمؤ ِم ِن ْين‬

َ ُ ْ َ َّ ْ َ ْ ُ َ َ ْ َ َ ْ َ
ۚ‫ي ٌء ِّما تع َمل ْون‬ ‫ي‬ْ
ۤ ِ ِ ‫ف ِان عصوك فق‬
‫ر‬‫ب‬ ‫ن‬ ‫ا‬ِ ‫ل‬

Artinya: Berilah peringatan kepada keluargamu yang terdekat.


Rendahkanlah hatimu terhadap orang-orang yang mengikutimu,
yaitu orang-orang mukmin. Jika mereka mendurhakaimu,
katakanlah, “Sesungguhnya aku tidak bertanggung jawab terhadap
apa yang kamu kerjakan.”

Pada tahun keempat dan kelima kenabian, dakwah periode ini,


yaitu dakwah jahriyyah bahwasanya nabi dan para sahabat
mendaptakan banyak sekali tekanan, kedzoliman bahkan siksaan dari
kafir Quraisy penduduk Mekah, sampai tibalah kabar yang sangat
menggembirakan nabi dan para sahabat dengan masuknya Hamzah
bin Abdul Mutholib pamanya nabi pada tahun keenam kenabian,
yang disusul oleh Umar bin Khatab tiga hari setelah islamnya
Hamzah. Dengan islamnya kedua orang inilah, dakwah kemudian
memasuki babak baru, yaitu periode kekuatan dan kebranian

Maka ayat diatas merupakan perintah kepada Rasulullah untuk


melaksanakan dakwah jahriyyah, setelah turun ayat ini, kemudian
Rasulullah naik ke bukit Shafa dan berseru: “Wahai Bani Fihr, Wahai
Bani Adi’!” Tak lama kemudian mereka berkumpul, bahkan seorang
yang berhalangan hadir, mengutus utusanya untuk mencari tau apa
yang terjadi. Datang pula Suku Qurasy dan Abu Lahab, kemudian
Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda: “Bagaimana
pendapat kalian jika aku mengabarkan kepada kalian bahwa ada
pasukan berkuda di belakang bukit Shafa ini yang akan menyerang
kalian, apakah kalian akan mempercayaiku?” mereka menjawab:
“Tentu, kami mengenalmu, engkau adalah orang yang paling jujur
diantara kami”, maka Rasulullah shalallahu alaihi wasallam
bersabda: “Sesungguhnya aku pemberi peringatan untuk kalian,
sebelum datang azab yang sangat pedih”. Maka majulah Abu Lahab
yang kemudia menghardik dan mencela nabi dengan berkata:
“Celakalah engkau selama-lamanya, untuk inikah engaku
mengumpulkan kami?” maka turunlah ayat QS Al-Lahab

َّ َ َّ َ َ ْ َ َ َ ْ ََّ
ِۗ‫تبت يدآٗ ا ِبي له ٍب وتب‬

Artinya: Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan benar-benar


binasa dia.

Disaat seruan Rasulullah shalallahu alaihi wasallam menjadi


bahan pembicaraan, maka turunlah wahyu Allah SWT untuk
mempertegas misi dakwah Rasulullah shalallahu alaihi wasallam
kepada seluruh masyarakat Mekah, ayat tersebut dalam QS Al-Hijr
ayat 94:

َْ ْ ُْ َ ْ َْ َ ُ َ ُْ َ ْ َ ْ َ
‫فاصدع ِبما تؤمر واع ِرض ع ِن المش ِر ِكين‬

Artinya: Maka, sampaikanlah (Nabi Muhammad) secara


terang-terangan segala apa yang diperintahkan kepadamu dan
berpalinglah dari orang-orang musyrik.

Disinilah kemudia Rasulullah dituntut untuk lebih berani


dalam dakwah secara terang-terangan, ketika fase dakwah ini
dimulai, maka dimulailah dakwah secara Ammah (Umum).
Adapun metodologi ayat-ayat Kauniyah dalam dakwah
Ammah (Umum) maka penulis sampaikan bahwa ayat-ayat
kauniyah tidak hanya berisi ajakan merenungkan ayat-ayat
kauniyyah dengan cara Fardiyah atau Mufrodah namun lebih
banyak berisikan ajakan-ajakan mentadaburi ayat-ayat kauniyah
dengan metode Ammah atau Jama’. Berikut beberapa ayat Al-Quran
yang membahas metodologi ayat-ayat kauniyah dalam dakwah
ammah atau umum antara lain firman Allah SWT dalam QS An-
Nahl ayat 125 :
ْ ْ َ
ُ‫ك بالح ْك َمة َو ْال َم ْوع َظة ال َح َس َنة َو َجاد ْل ُه ْم بَّالت ْي ه َي َا ْح َسن‬ ‫ب‬ ‫ر‬
ٰ ُ ُْ
َ ‫ع الى َسب ْيل‬
ِۗ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ‫اد‬

َ ْ َْ َ ُ َ َّ َ َْ َ ُ َ َّ
‫ِان َرَّبك ه َو اعل ُم ِب َم ْن ضل ع ْن َس ِب ْي ِل ٖه َوه َو اعل ُم ِبال ُم ْهت ِد ْي َن‬

Artinya: “Serulah (manusia) ke jalan Tuhanmu dengan


hikmah424) dan pengajaran yang baik serta debatlah mereka
dengan cara yang lebih baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang
paling tahu siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia (pula) yang
paling tahu siapa yang mendapat petunjuk.” (QS An-Nahl : 125)
Menyampaikan dakwah adalah sebuah keharusan dan
sebuah kuwajiban. Dan dakwah merupakan tugas para Rasul, Allah
memrintahkan para Rasul dalam ayat ini wahai rasul ajaklah seluruh
manusia kepada syariat tuhanmu yaitu Islam dengan hikah artinya
dengan perkataan yang kuat, tepat, menyentuk dan berkesan serta
sesuai dengan keadaan dan kondisi target dakwah. Yaitu dengan
nasehat nasehat dan pelajaran-pelajaran yang efektif dan juga
berkesan dalam hati mereka. sampaikanlah itu semua agar mereka
waspada akan azab dan siksa dari Allah SWT.
Dan juga debatlah mereka dengan cara debat yang paling
baik dengan penuh kelembutan dan kesopanan dengan tidak
menggunkan emosi. Dan maafkanlah serta bersikaplah lapang dada
kepada orang-orang yang berkata kasar atau tidak baik.
Berbicaralah kepada mereka dengan bahasa yang sopan dan lemah
kembut, balaslah perkataan kasar mereka dengan kelembutan dan
perkataan yang positif karena tujuan dari diskusi atau perdebatan itu
untuk mancapai dan mencari kebenaran bukan untuk saling
meninggikan suara dan siapa yang paling benar. Maka berdebatlah
dengan argumen yang kuat tanpa menyakiti dan mencaci maki.

Ayat ini menunjukan perintah berdakwah dengan hikmah dan


perkataan yang baik, artinya dakwah dengan metode ammah. Yang
ditunjukan kepada ummat islam ataupun ahli kitan dari kalangan
yahudi dan nasrani. Allah SWT juga berfirman dalam QS Al Hadid
ayat 17 bagaimana Allah SWT menggunkan lafadz jamak pada ayat
ini yaitu berupa informasi bahwa Allahlah yang mampu
menghidupakan kembali bumi setelah mati, maka Allah juga mampu
untuk mengidupkan kembali jasad yang telah mati, Allah berfirman:

َ ْ ُ ْ َ ْ ُ َّ َ َ ٰ ٰ ْ ُ ُ َ َََّّ ْ َ َ ْ َ َ ْ َ َ ْ َ ْ ْ ُ َ ّٰ ََّ ْ ُ َ ْ
‫ِاعلموٓٗا ان اّلِل يحي الارض بعد مو ِتهاِۗ قد بينا لكم الاي ِت لعلكم تع ِقلون‬
ِ

Artinya: “Ketahuilah bahwa Allah menghidupkan bumi


setelah matinya (kering). Sungguh, telah Kami jelaskan kepadamu
tanda-tanda (kebesaran Kami) agar kamu mengerti.” (QS Al Hadid
: 17)

Sebagaimana Allah SWT mampu menghidupkan bumi yang


telah kering dan gersang dengan air yang Dia turunkan dari langit
yang kemudian dengan air tersebut Allah membelah tanah dan
mengeluarkan tumbuh-tumbuhan yang bermanfaat bagi manusia, dan
hewan ternak mereka. Allah juga berkuasa untuk menghidupkan
kembali hari yang telah mati atau keras, serta Allah juga mampu
membimbing orang-orang yang telah sesat kepada petujuk Al-Quran.
Maka dalam ayat ini Allah benar-benar telah menjekaskan kepada
manusia ayat-ayat atau tanda-tanda kekuasaan Allah dan kebesaran
Nya, supaya kalian wahai manusia dapat merenunginya,
memahaminya dan memikirkan nasehat-nasehat yang terdapat di
dalamnya serta dapat memperayainya. Juga mengamalkan dalam
kehidupan sehari-hari.20

Maka pengaruh dakwah dengan metodologi ayat-ayat


kauniyah dalam dakwah Ammah (umum) jika kita terapkan dalam
dakwah kita, maka akan sangat efektif untuk memberikan informasi
atau untuk mengajak target dakwah kita lebih dekat dengan Allah.
Dengan cara mengajak para jamaah untuk sama-sama mentadaburi
ayat-ayat kauniyah, nahwa dalam ayat-ayat kauniyah terdapat tanda-
tanda kebesaran Allah.

20
Wahbah Az-Zuhaili, “Tafsir Al-Munir fi Al-Aqidah wa Al-Syariah wa Al-Manhaj”,
(Damaskus: Dar Al Fikr), Jilid 14, Cet. 10, hlm 346

Anda mungkin juga menyukai