Anda di halaman 1dari 13

Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau

tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Mansjoer, 2010).


Fraktur adalah kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan
luasnya. Fraktur dapat disebabkan pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan punter
mendadak, dan bahkan kontraksi otot ekstrem (Bruner & Sudarth, 2010).
Kebanyakan fraktur disebabkan oleh trauma dimana terdapat tekanan yang
berlebihan pada tulang, baik berupa trauma langsung dan trauma tidak langsung
(Sjamsuhidajat & Jong, 2010).

Klasifikasi frktur secara umum :

Fraktur komplit (garis patah melalui seluruh penampang tulang atau


melalui kedua korteks tulang).

Fraktur Segmental: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak
berhubungan.

Fraktur Multiple: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak
pada tulang yang sama.

Fraktur Undisplaced (tidak bergeser): garis patah lengkap ttetapi kedua


fragmen tidak bergeser dan periosteum masih utuh.
Fraktur Displaced (bergeser): terjadi pergeseran fragmen tulang yang
juga disebut lokasi fragmen

Fraktur Tertutup (Closed), bila tidak terdapat hubungan antara fragmen


tulang dengan dunia luar, disebut juga fraktur bersih (karena kulit masih
utuh) tanpa
jaringan lunak sekitar trauma, yaitu:
a) Tingkat 0: fraktur biasa dengan sedikit atau tanpa cedera jaringan
lunak sekitarnya.
b)

c) Tingkat 2: fraktur yang lebih berat dengan kontusio jaringan lunak


bagian dalam dan pembengkakan.
d) Tingkat 3: cedera berat dengan kerusakan jaringan lunak dan ancaman
sindroma kompartement.
Fraktur Terbuka (Open/Compound), bila terdapat hubungan antara
hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar karena adanya
perlukaan kulit. Fraktur terbuka dibedakan menjadi beberapa grade yaitu :
a) Grade I : luka bersih, panjangnya kurang dari 1 cm.
b)
c) Grade III : sangat terkontaminasi, dan mengalami kerusakan jaringan
lunak ekstensif.

Fraktur Transversal: fraktur yang arahnya melintang pada tulang dan


merupakan akibat trauma angulasi atau langsung.

Fraktur Oblik: fraktur yang arah garis patahnya membentuk sudut terhadap
sumbu tulang dan meruakan akibat trauma angulasi juga.
Fraktur Spiral: fraktur yang arah garis patahnya berbentuk spiral yang
disebabkan trauma rotasi.
Fraktur Kompresi: fraktur yang terjadi karena trauma aksial fleksi yang
mendorong tulang ke arah permukaan lain.
Fraktur Avulsi: fraktur yang diakibatkan karena trauma tarikan atau traksi
otot pada insersinya pada tulang..

Tidak adanya dislokasi.

At axim : membentuk sudut.

At lotus : fragmen tulang berjauhan.

At lotus cum contractiosnum : berjauhan dan memendek.


Penyebab yang paling sering adalah trauma misalnya jatuh, cidera,
penganiayaan; terdapat riwayat fraktur sebelumnya atau memiliki riwayat fraktur saat
yang tidak meyakinkan; atau diakibatkan oleh beberapa fraktur ringan karena
kelemahan tulang, osteoporosis, individu yang mengalami tumor tulang bagian
antebrachii, infeksi atau penyakit lainnya, hal ini dinamakan fraktur patologis; atau
bisa juga diakibatkan oleh fraktur stress yaitu terjadi pada tulang yang normal akibat
stress tingkat rendah yang berkepanjangan atau berulang misalnya pada atlet-atlet

melakukan aktifitas melebihi tingkat sebelumnya walaupun mungkin tulang


tidak mampu menunjang peningkatan tekanan (Corwin, 2009).
Dari faktor penyebab diatas, berpengaruh ketika terjadi tekanan dari luar ke tulang.
Tulang itu bersifat rapuh hanya memiliki sedikit kekuatan dan gaya pegas untuk
menahan. Suatu keadaan
resistensi tulang untuk melawan tekanan
berpindah mengikuti gaya tekanan tersebut (Muscari, 2010). Disaat demikian itu,
terjadilah trauma yang mengakibatkan rusaknya atau terputusnya kontinuitas
tulang.Setelah fraktur terjadi, peritoneum, pembuluh darah, saraf dalam korteks
marrow dan jaringan lunak yang membungkus tulang rusak.Kemudian timbul
pendarahan pada sekitar patahan dan dalam jaringan lunak yang ada di dalamnya
sehingga terbentuk hematoma
distal tubuh (Suratun, 2012).
Etiologi patah tulang menurut (Suratun, 2012) adalah :
Fraktur akibat peristiwa trauma Jika kekuatan langsung mengenai tulang maka
dapat terjadi patah pada tempat yang terkena, hal ini juga mengakibatkan
kerusakan pada jaringan lunak disekitarnya. Jika kekuatan tidak langsung
mengenai tulang maka dapat terjadi fraktur pada tempat yang jauh dari tempat
yang terkena dan kerusakan jaringan lunak ditempat fraktur mungkin tidak ada.

langsung

Bila fraktur terjadi ditempat dimana bagian tersebut terdapat ruda paksa,
misalnya : benturan atau pukulan pada tulang yang mengakibatkan fraktur
Misalnya pasien jatuh dengan lengan dalam keadaan ekstensi, dapat
terjadi fraktur pada pergelangan tangan, suprakondiskuler, klavikula.
ringan

Dapat menyebabkan fraktur bila tulang itu sendiri sudah rapuh.Selain itu
fraktur juga disebabkan olehkarena metastase dari tumor, infeksi,
osteoporosis, atau karena tarikan spontan otot yang kuat.
Fraktur akibat kecelakaan atau tekanan

Tulang jika bisa mengalami otot-otot yang berada disekitar tulang tersebut
tidak mampu mengabsobsi energi atau kekuatan yang menimpanya.
Fraktur dari distal radius adalah jenis fraktur yang paling sering terjadi.Fraktur
radius dan ulna biasanya selalu berupa perubahan posisi dan tidak stabil sehingga
umumnya
distal radius dan fraktur tertutup dari ulnadapat diatasi secara
efektif dengan primary care provider.Fraktur distal radius umumnya terjadi pada anak-
anak dan remaja, serta mudah sembuh pada kebanyakan kasus.
Terapi fraktur diperlukan konsep ”empat R” yaitu : rekognisi, reduksi/reposisi,
terensi/fiksasi, dan rehabilitasi.
Rekognisis atau pengenalan adalah dengan melakukan berbagai diagnosa
yang benar sehingga akan membantu dalam penanganan fraktur karena
perencanaan terapinya dapat dipersiapkan lebih sempurna.
Reduksi atau reposisi adalah tindakan mengembalikan fragmen-fragmen
fraktur semirip mungkin dengan keadaan atau kedudukan semula atau
keadaan letak normal.
Retensi atau fiksasi atau imobilisasi adalah tindakan
mempertahankan atau menahan fragmen fraktur tersebut selama
penyembuhan.
Rehabilitasi adalah tindakan dengan maksud agar bagian yang menderita
fraktur tersebut dapat kembali normal.

Memberi alas linen dan perlak/upad pada meja operasi


Memeriksa mesin suction, lampu operasi dan foto rontgen, mesin diatermi
dan
listrik agar bisa digunakan
Mengatur suhu ruangan

Surat Persetujuan Operasi (Informed consent).

Pasien diposisikan supine dengan pembiusan General Anastesi

Memasanag kateter urine


Memasang plat diatermi dipaha kanan

▶ Set linen, terdiri dari :

Duk besar (buntu)

Duk

Duk
▶ Gown / jas operasi / scort : 5 buah
▶ Handuk steril : 5 buah
▶ Sarung meja mayo

▶ bowls (kom) besar / cucing

▶ Desinfeksi klem/ Dressing forceps

▶ Towel forceps / duk klem : 5 buah


▶ Handle mess (Scaple handle) no.3 / no.4 : 1/1 buah

▶ Pinset chirugis/ Delicate Tissue Forceps : 2 buah

▶ Pinset anatomis/ Delicate Disseding Forceps : 2 buah

▶ Gunting metzemboum/ Metzemboum sccisors : 1 buah

▶ Gunting mayo / gunting kasar/ Mayo sccisors : 1 buah

▶ Gunting benang / suture scissors : 1 buah

▶ Mosquito klem/ Baby hoemostatic forceps : 1 buah

▶ Arteri van pean straight/Pean hoemostatic forceps : 2 buah

▶ Pean cantik (sweet clamp / chrome clamp) : 1 buah

▶ Arteri van cocher lurus/Cocher hoemostatic forceps : 2 buah

▶ Nald voeder/ Needle horder : 2 buah

▶ Knable tang / bone rongeurs : 1 buah

▶ Elevator/ Elevatories : 1 buah

▶ Raspatorium / raspatories : 1 buah

▶ Bone curret / scrappellapple : 1 buah

▶ Cobra / hohmann / bone lever

▶ Canulesuction : 1 buah
Set Tambahan ( di meja instrumen
▶ Bor baterai : 1 buah
▶ Jack cob / kepala bor : 1 buah
▶ Mata bor / drill 2.5 mm : 2 buah
▶ Chucky key / kunci bor / drilling drilling chuck : 1 buah
▶ Sleave 2.5 mm : 1 buah
▶ Tapper 2,5 mm : 1 buah
▶ Bander : 2 buah
▶ Pengukur / dept gauge : 1 buah
▶ Kotak implan small set : 1 set
▶ Pinset implan : 1 buah
▶ Screw drivers : 1 buah

▶ Handscoen maxitek sesuai ukuran : sesuai kebutuhan


▶ NS 0.9 % : 3000cc
▶ Deppers steril : 8 buah
▶ Kasa kecil steril : 4 bendel
▶ Under pad on/ steril : 2 / 2 buah
▶ Paragon mess/Scalpel blade no. 22/10 : 1 / 1 buah
▶ Spuit 10cc : 2 buah
▶ Folley catheter no.16 : 1 buah
▶ Urobag : 1 buah
▶ Povidone iodine10% : 200 cc
▶ Tensocrep no. 10 cm : 1 buah
▶ Softband no. 10 : 1 buah
▶ Cairan normal saline/NS 0,9% 1 liter : 2 buah
▶ O-psite : 1 buah
▶ Water for Injection : 1 buah
▶ Sufratul
▶ Alcohol 70% : 50 cc
▶ Sabun antiseptic : 50 cc
▶ Poli glicolik acid 3.0 : 2 buah
▶ Poli propylene 4.0 : 1 buah

▶ Bandage scissors / gunting verban


▶ Mesin suction : 1 buah
▶ Mesin Anastesi : 1 buah
▶ Lampu operasi : 2 buah
▶ Lampu foto rontgent : 1 buah
▶ Meja operasi : 1 buah
▶ Alas meja operasi : 1 buah
▶ Meja mayo : 1 buah
▶ Meja instrument : 1 buah
▶ Standar
▶ Tempat sampah medis



Diruang Premedikasi/ Sebelum pasien dilakukan pembiusan di tanyakan ke
pasien, Identitas pasien, rencana tindakan, persetujuan tindakan operasi,
penandaan area operasi, riwayat alergi obat (Sign In).
Setelah pasien ditidurkan terlentang (supinasi) dengan tangan terlentang
dan mendapat general anestesi (GA), Circulating nurse memasang folley
catheter no.16 + urobag dan mencuci lapangan operasi dengan sabun
antiseptik dan dikeringkan dengan doek kecil steril. Pasang ground pada
ungkai kaki kanan pasien dan tourniquet pada lengan kiri.
Perawat instrumen melakukan surgical scrub, gowning dan gloving,
kemudian membantu operator dan asisten mengenakan handuk steril + gown
+ handscone steril sesuai ukuran.
Perawat instrumen memberikan disinfeksi klem + povidone iodine +
deepers dalam bengkok dan cucing kepada asisten 1 dan operator untuk
dilakukan disinfeksi area operasi.
Berikan 2 underpad steril pada operator untuk alas pada tangan sebelah kiri
dan bawah pinggul penderita yang akan dioperasi.
Drapping area operasi: pasang duk besar untuk bagian bawah pasien,
pasang duk kecil dibawah tangan pasien sebelah kiri, berikan 1 duk kecil
(Segitiga) dan 1 duk klem untuk bagian proksimal tangan penderita, pasang
duk besar untuk menutupi bagian atas pasien, pasang duk panjang kanan dan
kiri dan berikan 4 duk klem untuk fiksasi , setelah itu berikan op-site untuk
menutup area operasi, ikat slang suctionl dan kabel couter lalu fiksasi dengan
duk klem di duk, dekatkan meja mayo, meja instrument dan baskom.
Tim bedah melakukan “time out briefing” ( konfirmasi nama klien, umur,
ruangan / bangsal, diagnosa, jenis tindakan, tim operasi, antibiotik, lama
operasi dan antisipasi kejadian kritis / Time Out).
Berikan pada operator kassa basah (1) + kassa kering (1) untuk
membersihkan bekas povidon iodin.
Berikan mess 1 (handle mess no.4 dan mess no.22) pada operator untuk
membuka kulit.
Berikan pean cantik dan kassa serta cotter pada assisten untuk merawat
perdarahan dan hak kombinasi untuk membuka area insisi.
Setelah fat terlihat berikan mess 2 (handle mess no.3 dan mess no.10) dan
pinset cirurgis untuk membuka fasia dan otot, kemudian berikan gunting
metzemboum untuk insisi lebih dalam, berikan langenback (2) pada asisten
memperluas lapang pandang operasi.
Rawat perdarahan berikan operator pean manis dan coutter, berikan asisten
suction.
Berikan raspatorium pada operator untuk membuka otot lapis demi lapis
sampai nampak tulang.
Berikan cobra pada asisten atau operator untuk mengelevasikan tulang
Berikan bone tang/ reduction untuk memegang fragmen tulang
Berikan bone curretes dan semprot dengan NS 0,9% menggunakan spuit
10cc
Berikan knable apabila terdapat jaringan fibrokalus
Lakukan cara yang sama pada fragmen tulang yang satunya
Operator melakukan proses reduksi
Berikan plate sesuai kebutuhan (plate 1/3 tubuler 6 hole)
Berikan verburgee untuk memfiksasi tulang dan plate.
Berikan bor listrik yang telah dipasang mata bor ukuran 2.5 mm pada
operator dan berikan juga sleave untuk melindungi jaringan sekitarnya, saat
pengeboran agar focus pada daerah yang dibor. Pada saat mengebor semprot
dengan cairan NS menggunakan spuit 10 cc.
Setelah dibor berikan pengukur atau penduga untuk menentukan ukuran
screw
Berikan tapper untuk membuat alur, kemudian berikan screw sesuai ukuran
kedalaman saat pengukuran (screw no. 12 dengan diameter 3,5 cm) dan
berikan screw driver
Lakukan langkah 22 - 24 sampai jumlah screw yang diminta terpasang
semua, (screw no.12 sebanyak 6 buah)
Plate terpasang, tutup luka dengan kassa
Ulangi langkah 9 – 25 untuk pemasangan plat area ulna (memakai plat 1/3
tubuler 5 hole dengan screw no. 12 diameter 3,5 cm sebanyak 5 buah)
Setelah selesai taruh bengkok dibawah tangan, cuci dengan NS 0,9%
sebanyak 1 liter bagian radius dan 1 liter bagian ulna, assisten menyedot
dengan suction dan operator membersihkan dengan kassa.
Lakukan Sign Out dengan mencocokan jenis tindakan dan instrumen serta
bahan habis pakai yang telah digunakan.
Otot, fasia sampai dengan fat dijahit dengan memberikan neddle horder
dan poly glycolic acid no 3.0 dan kulit dengan propiline 4-0.
Setelah proses penjahitan selesai bersihkan area operasi dengan kassa
yang dibasahi dengan NS dan keringkan dengan kassa kering.
Tutup luka operasi dengan sufratule, kemudian kassa kering, dan hypafix.
Kemudian balut dengan softban 10 cm lalu elastic bandage 10 cm
Operasi selesai bersihkan pasien, dan catat bahan habis pakai di lembar
depo.
Rendam instrument ke dalam larutan alkacid selam 15 menit
Kemudian rendam di larutan alkazime selama 5 menit lalu disikat
Lalu cuci dengan air mengalir dan keringkan
Insrumen di packing seperti semula dan siap di sterilisasi
Rapikan kembali ruangan, catat pemakaian screw dan plate ke buku
pemakaian alat.
Melengkapi pengisian buku register ruangan
Brokker, 2011 Medical Surgical Nursing Clinical Management for Positive
Outcomes.2004 Brunner and Suddarth , 2010. Buku Ajar Bedah, Ed. 6, EGC, Jakarta.

Carwin, 2009. Perawatan Medikal Bedah : Suatu Pendekatan Proses Keperawatan.


Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC.

North American Nursing Diagnosis Association. 2012. Nursing Diagnosis : Definition


and Classification 2011-2012. NANDA International. Philadelphia.

Smeltze. 2010. Buku Ajar Keperawatan Medikal – Bedah. EGC: Jakarta.

Suratun. 2012. Anatomi Muskuloskeletal, Program Studi Anatomi


FakultasKedokteran Universitas Airlangga / RSUD. dr. Soetomo

Anda mungkin juga menyukai