Anda di halaman 1dari 11

Indian Journal of Basic and Applied Medical Research; December 2014: Vol.-4, Issue- 1, P.

315-323

Peran Pemeriksaan Mikologi Dalam Diagnosis Pitiriasis Versikolor Dan


Dermatitis Seboroik

Abstrak:
Pendahuluan: Pitiriasis Versikolor adalah infeksi ringan, kronis pada kulit, yang
disebabkan oleh ragi Malassezia. Infeksinya melibatkan stratum korneum ditandai
dengan diskrit atau konfluen, daerah bersisik/berskuama hipo atau
hiperpigmentasi terutama pada badan/tubuh bagian atas. Penelitian ini
mengevaluasi peran dari pemeriksaan mikologi dalam diagnosis dermatitis
seboroik dan infeksi Pitiriasis versikolor.
Material dan metode: pasien berturut-turut dipilih dari pasien yang mendatangi
Nair OPD atas dasar berbagai tanda-tanda dan gejala-gejala mereka tunjukkan.
Gejala dikonfirmasi oleh dua dermatologist/spesialis kulit yang terpisah. Pasien
menunjukkan lembar informasi pasien dan persetujuan tertulis diambil dari
masing-masing pasien.
Pengamatan dan hasil: KOH positif ditemukan pada 78,38% sebagai lawannya
KOH negatif yang mana 21,62% dari seluruh 40 kasus.
Para pasien dari Pityriasis versicolor kebanyakan muncul diri mereka sendiri
antara 1-6 bulan lamanya penyakit. Satu temuan mencolok yang terlihat adalah
jumlah pasien yang muncul setelah durasi 3 tahun adalah 7.
Kesimpulan: Diagnosis Pitiriasis versikolor dan dermatitis seboroik dapat
dilakukan atas dasar temuan klinis dan pemeriksaan KOH. Kultur dan reaksi
biokimia hanya diperlukan untuk konfirmasi spesies Malassezia.

Pendahuluan
Pitiriasis Versikolor adalah infeksi ringan, kronis dari kulit, yang disebabkan oleh
ragi Malassezia.infeksinya melibatkan stratum korneum ditandai dengan diskrit
atau konfluen, area bersisik/berskuama hipo atau hiperpigmentasi terutama pada
tubuh bagain atas. Kondisi ini terkadang disebut 'tinea versikolor', meskipun
istilah 'tinea' harus secara ketat mengacu pada infeksi fungi/jamur dermatofit.
Secara internasional, prevalensi telah dilaporkan setinggi 50% pada lingkungan

1
Indian Journal of Basic and Applied Medical Research; December 2014: Vol.-4, Issue- 1, P. 315-323

lembab, yang panas dari Samoa Barat dan serendah 1,1% pada temperatur yang
lebih rendah dari Swedia. Beberapa penelitian regional dilakukan pada daerah
India. Satu penelitian tersebut dilakukan di Imphal menunjukkan bahwa
prevalensi Pitiriasis versikolor pada semua infeksi kulit adalah 3% dari 451.560
kasus yang dinilai.
Ketombe tampaknya menjadi prekursor dari dermatitis seboroik, yang secara
bertahap berkembang menjadi dermatitis seboroik. Kulit yang terkena berwarna
merah muda, edema dan ditutupi dengan sisik/skuama kuning-coklat dan krusta.
Penyakit ini memiliki cakupan luas dari ringan sampai berat. Sinonim eczema
flannellaire istilah berasal dari sebuah ide bahwa retensi lipid permukaan kulit
oleh pakaian memicu atau memperburuk dermatitis seboroik. Ketombe, bentuk
paling ringan dari dermatitis ini, mungkin jauh lebih umum/sering dan muncul
pada sekitar 15-20% dari populasi. Prevalensi dermatitis seboroik jauh lebih
tinggi pada pasien dengan infeksi HIV. Infeksi ini 40-80% pada pasien AIDS.
Dermatitis seboroik terjadi sedikit lebih sering pada laki-laki dan memiliki dua
usia puncak salah satu pada bayi di dalam waktu tiga tahun pertama kehidupan
dan kedua sekitar dekade keempat hingga dekade ketujuh kehidupan. Ragi/yeast
dari genus Malassezia diketahui menjadi anggota mikroflora kulit dari vertebrata
berdarah panas. Ragi lipofilik ini adalah ragi yang dikaitkan dengan berbagai
infeksi terutama Pitiriasis versikolor, suatu dermatomikosis berskuama superfisial
kronis. Dermatitis seboroik adalah suatu kondisi yang lebih inflamasi yang jarang
terjadinya. Penelitian ini mengevaluasi peran pemeriksaan mikologi dalam
diagnosis seboroik dermatitis dan infeksi Pitiriasis versikolor. Alasan paling
umum/sering untuk pasien dengan Pitiriasis versikolor untuk tidak mencari atensi
medis adalah sifat tanpa gejalanya. Mereka datang ke dokter terutama untuk
alasan kosmetik. Hal ini menyebabkan penyakit ini meningkatkan di masyarakat
bahkan setelah ketersediaan pengobatan yang mudah. Meskipun penyakit bukan
suatu ancaman publik, orang harus disadarkan mengenai penyakit ini disebabkan
kemiripannya, terkadang, dengan patch lepromatous pada penyakit Hansen.

2
Indian Journal of Basic and Applied Medical Research; December 2014: Vol.-4, Issue- 1, P. 315-323

Material dan metode


Para pasien berturut-turut dipilih dari pasien yang mendatangi Nair OPD atas
dasar berbagai tanda-tanda dan gejala-gejala yang mereka tunjukkan. Gejala-
gejala dikonfirmasi oleh dua dermatologist/spesialis kulit yang terpisah. Pasien
menunjukkan lembar informasi pasien dan persetujuan tertulis diambil dari
masing-masing pasien. Penyakit didiagnosis baik Pitiriasis versikolor atau
dermatitis seboroik berdasarkan kriteria sebagai berikut.
Kriteria inklusi:
a. Untuk Pityriasis versicolor –
1) patch pada kulit: hiperpigmentasi atau hipopigmentasi
b. Untuk dermatitis seboroik –
1) Papula
2) Gatal
3) Eritema
4) Berskuama
Kriteria eksklusi:
a. Pasien dengan riwayat mengkonsumsi antijamur dalam 4 minggu
sebelumnya
b. Pasien dengan riwayat penggunaan steroid topikal dalam 7 hari
sebelumnya
c. Pasien dengan riwayat pengguaan steroid sistemik dalam 15 hari
sebelumnya
Penelitian ini melibatkan total 50 pasien (40 Pitiriasis versikolor dan 10
Dermatitis seboroik). Setelah konfirmasi klinis, pemeriksaan lampu Wood
dilakukan. Hal ini terutama berguna untuk membatasi lesi-lesi di mana pigmentasi
tidak banyak berbeda dengan kulit normal. Kerokan kulit yang dikumpulkan dari
pasien setelah membersihkan bagian tersebut dengan spirit/alkohol dan
pengeringan yang tepat. Lesi digores/scrap dengan pisau steril dari pusat ke
pinggiran sehingga flora normal kulit dihindari. Kerokan dikumpulkan dari lesi

3
Indian Journal of Basic and Applied Medical Research; December 2014: Vol.-4, Issue- 1, P. 315-323

seluruh tubuh. Sampel diletakkan pada kaca slide dan pemeriksaan KOH
dilakukan dengan KOH 20%, keduanya di bawah pembesaran rendah dan tinggi.
Sampel dibawa ke laboratorium mikrobiologi dalam suatu tabung reaksi/uji steril
atau kertas filter diautoklaf. Sampel disimpan selama satu hari dalam total asepsis.
Kultur dilakukan pada hari berikutnya pada Sabouraud’s Dextrose agar slant
dengan dua atau tiga tetes minyak zaitun. Sampel diinokulasi pada suhu kamar
dan 370C; dilakukan follow up selama satu bulan untuk memeriksa setiap
pertumbuhan. Slant yang tidak ada pertumbuhan di periode 1 bulan ini dilaporkan
negatif dan kemudian dibuang. Kultur yang menunjukkan pertumbuhan
didinginkan. Perawatan dilakukan untuk tidak membiarkan kultur menjadi kering.
Untuk mencegah ini sub kultur berulang dilakukan dari waktu ke waktu.
Subkultur dilakukan dari kultur asli pada mDixon agar (mikologi pepton - 3g,
ekstrak Malt - 30g, Ox-empedu - 20g, Tween 40 - 10 ml, Gliserol - 2ml, Agar
15g, Air Distilasi - 1L). Kultur difollow up selama 7 hari.

Mikroskopi
Kalium Hidroksida Mount (KOH)

Pewarnaan Gram

4
Indian Journal of Basic and Applied Medical Research; December 2014: Vol.-4, Issue- 1, P. 315-323

Pengamatan dan Hasil


Tabel No. 1: Mengevaluasi hubungan antara tipe pigmentasi dan kultur positif
dari Malassezia
Isolasi Hipopigmentasi Hiperpigmentasi Total
No. 22 4 26
Kultur Positif
% 84.62 15.38 100
No. 9 5 14
Kultur Negatif
% 64.29 35.71 100
No. 31 9 40
Total
% 77.50 22.50 100
Dengan Fischer’s Exact test, p (satu arah) = 0.1423 (NS)
Seperti yang tabel tunjukkan, kasus-kasus dengan lesi-lesi hipopigmentasi
(77.50%) lebih banyak dibandingkan dengan lesi-lesi hiperpigmentasi (22.50%).

Tabel No. 2: Mengevaluasi hubungan antara tipe pigmentasi dan KOH positif dari
Malassezia

5
Indian Journal of Basic and Applied Medical Research; December 2014: Vol.-4, Issue- 1, P. 315-323

KOH Hipopigmentasi Hiperpigmentasi Total


No. 29 8 37
KOH Positif
% 78.38 21.62 100
No. 2 1 3
KOH Negatif
% 66.67 33.33 100
No. 31 9 40
Total
% 77.50 22.50 100
Dengan Fischer’s Exact test, p (satu arah) = 0.5450 (NS)
KOH positif ditemukan 78.38% dibandingkan KOH negatif yang 21.62% dari
semua 40 kasus.
Tabel No. 5: Daerah-daerah kutaneus yang terkena pada pasien Pitiriasis
versikolor
Dad
Kepala & Leher Punggung Extremitas Lainnya
a
Pityriasis
80% 65% 72.5% 52.5% 20%
Versicolor
Dari tabel dapat dinyatakan bahwa daerah-daerah yang terkena utamanya adalah
daerah Kepala dan Leher (termasuk bahu-80%) dan Punggung (72.5%) yang
dekat diikuti oleh Dada (65%) dan Ekstremitas (52.5%). Di antara daerah lainnya,
daerah yang terkena adalah Aksila (5%), Perut (7.5%), Wajah (2.5%), Kaki
(2.5%) dan Bokong (2.5%).

Tabel No. 3: Durasi penyakit pada pasien Pitiriasis versikolor


<1 bln 1-6 bln 6 bln-1 th 1-3th >3th Total
No
5 17 8 3 7 40
Pityriasis Versicolor .
% 12.5 42.5 20 7.5 17.5 100
Pasien Pitiriasis versikolor kebanyakan muncul diri mereka sendiri antara 1-6
bulan durasi penyakit. Satu temuan mencolok yang terlihat adalah jumlah pasien
yang setelah durasi 3 tahun adalah 7.

6
Indian Journal of Basic and Applied Medical Research; December 2014: Vol.-4, Issue- 1, P. 315-323

Tabel Nomor 4: Korelasi temuan klinis (gatal-gatal) dengan KOH positif dari
Malassezia
Gatal yang timbul Gatal yang hilang Total
No
19 18 37
KOH Positif .
% 51.35 48.65 100
No
2 1 3
KOH Negatif .
% 66.67 33.33 100
No
21 19 40
Total .
% 52.50 47.50 100

Dengan Fischer’s Exact test, p (satu arah) = 0.5384 (NS)


Kasus-kasus dengan riwayat positif dari gatal-gatal (52.50%) adalah kurang lebih
sama dengan yang tanpa riwayat seperti ini (47,50%).

Tabel 5: Hasil berbagai reaksi Biokimia yang digunakan untuk identifikasi dan
spesiasi Genus Malassezia
Catalase Esculin Urease
Tota
+ve -ve +ve -ve Total +ve -ve Total
l
13 13 26 6 20 26 22 4 26
Pityriasis
76.9 84.6
Versicolor 50 50 100 23.08 100 15.38 100
2 2

Berbagai uji-uji biokimia yang digunakan menunjukkan bahwa urease adalah


positif pada 84,62% dari kasus kultur positif yang bertentangan dengan 50%
Katalase positif dan 23,08% Esculin positif.

7
Indian Journal of Basic and Applied Medical Research; December 2014: Vol.-4, Issue- 1, P. 315-323

Diskusi
Penelitian ini dilakukan pada pasien yang mendatangi Nair Hospital OPD untuk
meneliti penyakit-penyakit Pityriasis versicolor dan dermatitis seboroik,
sehubungan dengan klinis, mikroskopis, kultur dan karakteristik biokimia mereka.
Pasien dermatitis seboroik yang sangat sedikit (20%) dibandingkan dengan
Pitiriasis versikolor (80%). Jadi perbandingan dari dua penyakit secara statistik
tidak memungkinkan.
Usia rata-rata dalam penelitian ini ditemukan 27 tahun untuk Pitiriasis versikolor.
distribusi umur menunjukkan puncaknya terjadi penyakit ini pada kelompok 16
hingga 30 tahun (72,5%). Hanya 2 kasus (5%) dari usia di bawah 15 tahun
ditemukan [Table No.1]. Pada suatu penelitian yang dilakukan oleh Kanta dkk.
menunjukkan 75,0 persen kasus berada pada kelompok usia 11,30 tahun. Rathi
SK dkk. menemukan pada penelitiannya bahwa usia rata-rata adalah 18-32 tahun
yang hampir mirip dengan rentang usia dalam penelitian kami. Alasan paling
kemungkinan untuk ini dapat diberikan oleh fakta bahwa penyakit terjadi lebih
sering setelah pubertas karena sekresi lipid pada sebum favors pertumbuhan dari
fungi/jamur. Pada dermatitis seboroik usia rata-rata ditemukan 36 tahun pada 10
pasien. Dan insidensi puncaknya ditemukan pada kelompok usia 31-45 tahun.
Rasio jenis kelamin pada pasien Pitiriasis versikolor ditemukan 37:3 yaitu
93% dari pasien adalah laki-laki [Tabel No2]. Pada penelitian Kanta dkk. rasio
adalah 2:1 untuk laki-laki : perempuan. Pasien muncul dengan lesi hipopigmentasi
lebih banyak (77,50%) dibandingkan dengan mereka yang mengalami lesi
hiperpigmentasi (22,50%). Hubungan dari KOH positif suatu kultur positif
dengan pigmentasi tidak signifikan seperti dievaluasi dengan Fischer Exact Test.
[Tabel No.3 dan 4] Pada penelitian Rathi SK dkk., semua pasien memiliki lesi
hipopigmentasi dan berskuama.
Daerah yang dominan terlibat adalah daerah Leher dan Bahu (80% kasus).
Daerah lain yang terlibat adalah Punggung (72,5%), Dada (65%), Ekstremitas
(52,5%) dan daerah lainnya pada 20% dari kasus. [Tabel No.5]. Pada penelitian
yang dilakukan oleh Tarazooie dkk. daerah paling sering terkena adalah badan
dan leher. Kanta dkk. menemukan bahwa daerah yang dominan terlibat adalah

8
Indian Journal of Basic and Applied Medical Research; December 2014: Vol.-4, Issue- 1, P. 315-323

dada, punggung, leher, bahu dan perut. Lesi terdistribusi utamanya pada
punggung bagian atas, bahu, leher dan dada seperti yang diteliti oleh Rathi SK
dkk.
Durasi penyakit pada 42,5% dari kasus adalah di antara 1-6 bulan [Tabel
No.6]. Hal ini kurang lebih serupa dengan durasi 2 bulan hingga 1 tahun (Rata-
rata 5 bulan) seperti yang ditemukan dalam penelitian yang dilakukan oleh Rathi
SK dkk.
Penelitian ini juga mengevaluasi korelasi dari gatal dan KOH dan kultur
positif [Tabel No 7 dan 8]. Gatal ditemukan berhubungan dengan 52,5% dari
kasus Pitiriasis versikolor. Korelasi tidak ditemukan signifikan secara statistik.
Dari tiga puluh pasien pada penelitian yang dilakukan oleh Rathi dkk., 17 pasien
(56,67%) mengeluhkan gatal-gatal ringan yang memburuk setelah berkeringat.
Riwayat keluarga ditemukan berkaitan pada hanya 20% dari kasus Pitiriasis
versikolor [Table Nomor 9]. Pemeriksaan lampu Wood untuk menunjukkan
fluoresensi kuning-oranye ditemukan menjadi positif pada 70% dari kasus [Tabel
No. 10].
KOH positif ditemukan pada 37 dari 40 kasus yaitu 92,5% . Kultur positif
ditemukan 65% pada Sabouraud Dextrose agar dengan minyak zaitun dilapisi di
atasnya. Pada penelitian yang dilakukan oleh Rajshekhar dkk., pemeriksaan KOH
langsung pada kerokan kulit mengungkapkan elemen jamur pada semua 100 kasus
yang diteliti, kultur memperlihatkan pertumbuhan positif hanya pada 60 kasus
yaitu, 60%. Minyak digunakan untuk meningkatkan pertumbuhan organisme
seperti yang ditunjukkan oleh Kanta dkk., yang menemukan bahwa tingkat isolasi
meningkat menjadi 17% dari 6% setelah penambahan minyak zaitun.
Kultur lebih lanjut pada Sabouraud Dextrose agar tanpa minyak apapun
juga dilakukan untuk memeriksa isolasi M.pachydermatis. Subkultur dilakukan
pada mDixon agar menunjukkan hasil positif pada 16 dari 26 agar Sabouraud.
Dari ini, salah satu isolat dikonfirmasi untuk menjadi Candida parapsilosis. Dari
sisa 15 isolat, yang paling sering adalah M.restricta (46,67%). Spesies lain yang
terisolasi adalah M.slooffiae (26,67%), M.globosa (20%) dan isolat tunggal dari
M.nana (6.67%).

9
Indian Journal of Basic and Applied Medical Research; December 2014: Vol.-4, Issue- 1, P. 315-323

Di antara berbagai uji-uji biokimia melakukan Urease ditemukan positif pada 84%
kasus. Ini menegaskan bahwa spesies yang terisolasi bukan Candida. Juga,
katalase yang positif pada 50% kasus, mungkin disebabkan karena isolasi tinggi
M.restricta. Uji esculin yang positif hanya 23% dari kasus [Table No. 13]. Tween
asimilasi juga dilakukan dengan konsentrasi Tween 20,40,60 dan 80. Uji
membutuhkan keahlian untuk dilakukan. Pengujian ditemukan konklusif pada 15
isolasi dan membantu untuk sebagian besar dalam mengkonfirmasikan spesies
organisme.

Kesimpulan
1) Diagnosis Pitiriasis versikolor dan dermatitis seboroik dapat dilakukan atas
dasar temuan klinis dan pemeriksaan KOH. Kultur dan reaksi biokimia
hanya diperlukan untuk konfirmasi spesies Malassezia.
2) Distribusi usia dari Pityriasis versikolor adalah di sama dengan penelitian
sebelumnya mengkonfirmasikan peningkatan pada insidensi penyakit hanya
setelah pubertas. Insiden paling sedikit di antara 0-15 tahun.
3) Berbagai tindakan pencegahan yang diperlukan untuk diambil saat
melakukan mounts KOH dan kultur. Asepsis total harus dipertahankan pada
setiap level yang tepat dari scrapping/kerokan dari lesi hingga penanganan
dari agar.
4) Untuk kultur dari organisme milik genus Malassezia, Sabouraud Dextrose
agar dengan melapisi minyak zaitun dapat digunakan sebagai medium
kultur universal menunjukkan pertumbuhan dari semua spesies pada genus
tersebut. Media kultur khusus seperti Sabouraud Dextrose agar tanpa
minyak dan mDixon agar diperlukan untuk spesiasi dari organisme.
5) Di antara uji biokimia, uji generik ditemukan menjadi Urease yang dapat
membedakan spesies Malassezia dari spesies Candida. Antara lain, katalase
didapatkan positif oleh sebagian besar Malassezia kecuali M.restricta.
Esculin berguna untuk spesiasi. Uji paling mengkonfirmasi adalah uji
asimilasi Tween yang sangat sulit untuk dilakukan dan membutuhkan
keahlian.

10
Indian Journal of Basic and Applied Medical Research; December 2014: Vol.-4, Issue- 1, P. 315-323

6) Spesiasi yang ditemukan dapat digunakan untuk tujuan epidemiologi dengan


maksud menemukan spesies yang lebih sering di daerah mana. Juga, uji-uji
sensitivitas antijamur dapat dilakukan untuk spesies tertentu. Hal ini dapat
membantu dalam memberikan pengobatan spesifik spesies dari penyakit
(Pitiriasis versikolor dan dermatitis seboroik).

11

Anda mungkin juga menyukai