Anda di halaman 1dari 5

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Arsitektur tradisional merupakan representasi teknik membangun dari tradisi


budaya bermukim masyarakat sesuai dengan nilai-nilai dan kepercayaan yang dianut
sekelompok budaya tertentu.

Rumah Adat Walewangko terdiri dari tiga bagian yakni bagian bawah, bagian
tengah dan bagian atas. Pada bagian bawah rumah, terdapat tiang-tiang yang
menyangga rumah panggung. Pada bagian tengah rumah, terdapat beberapa
ruangan. Sedangkan pada bagian atas terdapat atap yang biasanya menggunakan
rumbia atau daun nipah.

1.2 Maksud dan Tujuan


Maksud dan tujuan dari pembuatan makalah ini:
1) untuk memahami sejarah arsitektur tradisional
2) untuk memahami struktur rumah adat walewangko
3) serta memamhami sejarah dari suku minahasa

1.3 Manfaat
Dengan makalah diharapkat dapat memberikan manfaat bagi kami, dan secara
umum bagi siapa yang membaca makalah ini. Serta dapat mengetahui dan
memahami sejarah minahasa dan rumah adat suku minahasi yakni rumah adat
walewangko.
BAB II

ISI

2.1 Mitologi Suku minahasa

Berdasarkan cerita rakyat “MINAHASA” berasal dari keturunan pasangan Toar


dan lomimuut yang berasal turunan mongolia dan tiongkok.

Cerita turun temurun legenda Toar Lumimuut lebih memperkuat tesis diatas,
bahwasannya Lumimuut sebagai putri kaisar Tiongkok yang menjalin hubungan dengan
panglima perang dari Mongol. Karena hubungan tersebut tidak direstui, maka sang
putri diusir menuju tanah Minahasa, anaknya yang bernama Toar, lambat laun ketika
dewasa, mereka dalam keadaan terpisah sampai kembali bertemu, akhirnya di nikahkan
oleh Karema seorang pendamping Lumimuut yang dikirim pihak kerajaan. Turunan
Toar Lumimuut ini yang menjadi orang Minahasa sekarang ini.

Jauh sebelumnya Minahasa dikenal dengan nama Malesung, dan kata Minahasa
sendiri berasal dari kata Minaesa, Mahasa, Minhasa yang berarti menjadi satu, Sebutan
ini pertama kali muncul dalam laporan Residen Manado J. D. Schierstein kepada
Gubernur Maluku tertanggal 8 Oktober 1789. ini merujuk dari musyawarah-
musyawarah tertinggi di Minahasa dulu dalam rangka menyelesaikan perselisian atau
konflik antar mereka, membagi batas-batas wilayah sub etnik, dan membicarakan
persatuan menghadapi musuh dari luar.

2.2 Simbol Rumah Adat Minahasa

Rumah adat Walewangko sering disebut oleh masyarakat minahasa ialah rumah
pewaris, Rumah Wale berupa rumah panggung yang dibangun di atas tiang dan balok.

Rumah yang dipakai sebagai tempat tinggal berukuran besar sehingga bisa
menampung beberapa anggota keluarga. Kamar di bagian depan akan ditempati kepala
keluarga dan tetua. Anggota keluarga yang mudah akan menempati kamar selanjutnya
hingga yang termuda berada di bagian terbelakang.

Susunan ini menunjukkan bahwa kehidupan memiliki tatanan sendiri. Orang


muda harus menghormati yang tua. Disisi lain, tetua juga mengayomi dan memimpin
yang muda karena selalu terdepan saat menghadapi masalah pelik.

2.3 Religi
Mayoritas suku minahasa memeluk agama kristen protestan sementara
sebagiannya menganut agama Islam dan Kristen Katolik. tetapi dengan kepercayaan
yang berbeda masyarakat minahasa bisa hidup berdampingan dan menghargai satu
sama lain, ini diperkuat dengan peribahasa dari Sam Ratulangi “Si Tou Timou Tumou
Tou” yang berarti manusia hidup untuk memanusiakan manusia lain.

2.4 Ritual Kawasaran/kabasaran

Ini merupakan tarian Keprajuritan atau tarian perang traditional minahasa yang
diangkat dari kata Wasal, yang berarti ayam jantan yang dipotong jenggernya agar sang
ayam menjadi lebih garang dalam bertarung.

Pada zaman dahulu para penari Kabasaran, hanya menjadi penari pada upacara-
upacara adat. Namun, dalam kehidupan sehari-harinya mereka adalah petani dan
rakyat biasa. Apabila Minahasa berada dalam keadaan perang, maka para penari
Kabasaran menjadi Waraney.

Waraney adalah dia sebagai seorang yang dapat melindungi suku, menafkahi
keluarga, memimpin suku dan menjaga tradisi dari para leluhur Minahasa.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Rumah Walewangko juga disebut dengan rumah pewaris dan merupakan salah
satu jenis rumah panggung, Sehingga arsitektur Nusantara merupakan dasar
pembentuk Regionalisme Arsitektur Indonesia yang bertujuan untuk
mengkinikan arsitektur Nusantara sebagai sebuah kekayaan dan kekuatan yang
sarat dengan nilai dan makna. Tanpa nilai dan makna maka arsitektur hanya
sebuah artefak yang tidak mempunyai arti
DAFTAR PUSTAKA

http://repository.petra.ac.id/17366/1/Publikasi1_85012_2286.pdf

https://www.rumah.com/panduan-properti/rumah-adat-sulawesi-Utara-54613

https://www.orami.co.id/magazine/amp/rumah-adat-sulawesi-utara

https://amp.kompas.com/skola/read/2021/01/22/140000669/rumah-walewangko-
rumah-adat-minahasa-

Anda mungkin juga menyukai