Anda di halaman 1dari 11

RANCANGAN PELAYARAN PERTEMUAN KE 9

KOMPETENSI : VOYAGE PLANNING AND NAVIGATION FOR ALL CONDITION

POKOK BAHASAN : NAVIGATION ANG MONITORING OF THE VOYAGE

SUB POKOK BAHASAN : DETERMINED THE VESSELS POSITION IS AT


APPROPRIATE INTERVALS AND MONITORIED COUNTINOUSLY

Bahasan :

Sudah di jelaskan pada pertemuan ke 7 bahwa bagaimana monitoring selama kapal dalam
pelayaran , untuk mencapai selamat harus selalu kapal ada di garis haluan yang sudah di buat dan
bila ada deviasi dari haluan sejati karena pengaruh arus,angina dan faktor faktor laian ,harus
segera di kembalikan pada garis haluan yang sudah di buat untuk mengembalikan kepada haluan
harus ada posisi fix .ini sebagai dasar titik baru atau way point baru yang dipakai sebagai dasar
dalam pengambilan keputusan untuk kembali pada haluan semula di usahakan dalam pngambilan
posisi kapal harus lebih dari satu untuk chek and recheck, dalam pengambilan pasisi kapal bisa
menggunakan baringan benda darat kalau ada,atau benda angkasa ,atau alat bantu navigasi
lainnya ,radar ,loran ,RDF,GPS,atau satellite untuk memastikan ,bahwa kapal berada pada fik
position lintang dan bujur yang benar.maka Perwira Jaga harus mengecek pada setiap saat, pada
tahapan tugasnya dan bila dalam keadaan ragu ragu wajib memanggil Nakhoda, didalam
pengamatan keliling dan tugas jaga anjungan,dalam keadaan darurat harus segera mengambil
tindakan penyelamatan.
Dalam melakukan monitoring selama dinas jaga harus dilakukan secara konsisten dan mengikuti
kesepakatan rancangan pelayaran dengan team harus benar benar dijalankan secara runtut dan
konsisten,
Basik dalam aksi pelaksanaan monitoring harus di analisa serta dievaluasi dan kalau ada yang
tidak sesuai selama dalam pelayaran yang sedang berjalan harus ada perbaikan antara :

1.Fixing method
Dalam Membuat rancangan pelayaran untuk memonitoring selama dalam pelayaran dalam
menentukan posisi fix,harus sudah di tentukan metode pencarian posisi kapal yang akan
digunakan selama dalam pelayaran,dalam perencanaannya,dapat menggunakan benda darat atau
benda angkasa tergantung dari sifat pelayarannya atau menggunakan alat bantu navigasi
elektronik,yang tersedia diatas kapal,didalam pelaksaan fixing method harus di sesuaikan dengan
kondisi perairan serta sifat pelayaran.
Ada dua dua (2) jenis pelayaran yang biasanya direncanakan dalam membuat perencanaan
diatas kapal ,Pelayaran dekat pantai(near coastal) dan Pelayaran Samudera.
Pelayaran samudera Sifatnya dalam membawaka lebih aman dari bahaya navigasi di karenakan :
a.Bahaya navigasi tidak terlalu banyak
b.Lalu lintas pelayaran kapal tidak begitu ramai
c.Mengikuti alur lalu lintas atau aluran pelayaran sesuai Ocean Passage for the words
d.Penentuan posisi dapat menggunakan benda angkasa apabila sudah tidak ada benda baringan
darat dan alat navigasi elektronik yang tidak dapat menangkap benda darat yang akan di jadikan
posisi kapal,Dalam kondisi seperti ini maka dalam penentuan posi kapal dapat menggunakan,
pengamatan benda angkasa dengan menggunkan:
1).Matahari
2).Bulan
3).Planet serta Bintang
e.Lautnya luas serta pandangan kapal tidak terhalang dan kedalaman kapal juga tidak terkendala
dengan sarat kapal.
f.Pelayaran samudera haruas selalu diamati adalah perubahan cuaca atau iklim,arus dan
diusahakan kapal selalu ada di garis haluan yang telah direncanakan.

Penentuan posisi dengan benda angkasa bisa dilakukan atau di recanakan dengan kalau siang
hari dengan mencari posisi dengan bantuan matahari dan malam hari dapat menentuan posisi
dengan bintang,planet,atau bulan.
Menentukan posisi kapal dengan matahari sudah di jelaskan pada pertemuan ke 7 yaitu yang di
dapat dalam observasi matahari adalah agt (arah garis tinggi) pada saat dilaksanakan observasi,
dan perpotongan antara agt dengan lintang tengah hari itulah posisi kapal saat matahri tertinggi
diatas upuk atau merpass.Lalu setelah mendapatkan lintang dan bujur kapal saat dilakukan
penentuan agt dengan lintang tengah hari,itu posisi kapal yang harus di pindahkan ke peta selama
dalam pelayaran tersebut.
Dan untuk mencari posisi kapal dengan bintang atau dengan planit serta bulan yaitu dengan
mencari agt dan azimuth yang paling sedikit dua benda angkasa yang diambil lebih baiknya lebih
dua benda angkasa yang di observasi untuk mendapatkan posisi kapal yang lebih akurat lagi dan
setelah mendapatkan arah garis tinggi dari benda benda angkasa tersebut maka perpotongan dari
agt dari hasil pengamatan tersebut itulah posisi kapal ,kalau dari hasil perpotongan terjadi bentuk
segitiga maka perlu dilakukan atau cari titik tengah tengah nya dari segitiga tersebut untuk
mendapatkan penentukan posisi kapal, yang akan dipindahkan ke peta,dengan lintang dan bujur
yang telah diperhitungkannya.
Contoh menentukan arah garis tinggi (agt) dari hasil pengamatan (observasi) dari benda angkasa
apabila hasil pengamatan dari azimuth sejati di dapat intercept negative maka titik agtnya searah
(toward) dan bila interceptnya positif maka titik agtnya kebalikannya atau tidak searah (away)
ini contoh menentuan arah garis tinggi matahari pada jam
10.00 pagi di dapat p kecil atau intercept -2’ dan azimuth 150° T

Contoh di bawah gambar dengan hasil observasi dua buah bintang atau pengamatan dengan
benda angkasa :

1.Plot DR posisi

2.dari posisi DR gambarkan garis baringan yang pertama kemudian tandai intercept dengan
memilih skala yng sesuai,kemudian digambarkan intercept yang di dapat away (+) positif atau
award (-) negativ dari gambar posisi DR setelah itu gambarkan titik jarak intercept dan
gambarkan arah garis tingginya perpotongan dengan azumutnya.

3.Ulangi seperti pada pont 2 untuk pengamatan benda angkasa yang kedua untuk mendapatkan
agt ke 2 dengan azimuth dan interceptnya perpotongan kedua agt menjadi fix posisi kapal.

4.Dari posisi DR tadi di hitung diukur jarak D.lintang itulah lintang dari kapal berangkat
samapai pada pengamatan benda angkasa tersebut juga di ukur jarak D bujurnya dan
diperhitungkan untuk merubah D bujur dari kapal berangkat samapai pengamatan.

5.menggunakan D lintang dan D bujur dari Posisi DR itulah hasil dari Fix posisi kapal.
Dari gambar ini jelas pada perpotongan dar arahi garis tinggi didapatkan posisi kapal :
1,gambar posisi duga kapal (DR)
2.dari Posisi duga dibuatkan baring sudut 110°T untuk baring pertama dengan jarak intercept
atau p (kecil) away (-) kebalikannya dari arah azimuth.
3 Untuk Posisi agt kedua sama seperti NO.2
4.Perpotongan agt 1 dan agt 2 itulah posisi kapal.
Ini contoh memindahkan hasil pengamatan benda angkasa ke peta nya

Dari d.lintang yang di dapat 4.0 lebih ke selatan dan d.bujur lebih ke barat maka dapat posisi
kapal hasil pengamatan bintang 00°14,5’N - 156°18,5 B inilah fix posisi kapal yang akan di
pindahkan ke peta.
Didalam memindahkan Posisi kapal ke peta yang telah di hitung dengan benda angkasa tersebut
harus diperhatikant skala peta yang di pergunakan supaya sesuai dan tidak ada kekeliruan dalam
menentukan posisi, didapat ke peta yang di pergunkan selama kapal berlayar, sesuai rancangan
pelayaran yang telah di buat serta garis haluan yang telah di tentukan dengan baik,agar tidak
salah dalam fix posisi yang telah ditetapkan.

2.Visual bearing
Untuk menentukan vusual bearing pertama tama banda yang akan di baering ahrus
a. Benda yang akan di baring harus dikenal antara benda yang terlihat sewaktu penilikan
dan yang ada dipeta harus sama.
b. Sewaktu akan membaring alat yang dipakai harus dikoreksi terlebih dahulu (koreksi
kompas) atau mencari deviasi dengan benda angkasa atau dengan benda darat atau
dengan kapal..
c. Koreksi Variasi di peta.
d. Koreksi Pengamatan
Sehingga dalam membaring secara visual mendapatkan baringan sejati sehingga dalam
penentuan posisinya akan mendapatkan posisi kapal yang akurat.Penentuan posisi dengan benda
darat biasa dilakukan ,bila kapal berlayar dekat pantai atau kapal berlayar dekat kepulauan yang
dapat di baring dengan bantuan alat reapeter kiri dan kanan kapal yang telah di buat.

3.Frequency
Frekwensi dalam pengecekan posisi kapal selama pelayaran harus sesering mungkin terutama
kalau berlayar di dekat pantai,diusahakan paling lambat setengah jam sekali harus diadakan
posisi fix tergantung kecepatan kapalny,karena ini berpengaruh kepada keselamatan kapal .
Maka di dalam membuat rancangan pelayaran untuk daerah daerah tertentu yang banyak bahaya
navigasinya harus direncanakan dengan baik dan dilaksankan atau di jalankan dengan
konsekwen,cara menentukan posisi akan sudah dibuatkan way point way poinnya kapan kapal
berubah haluan ,kapan kapal menghindari bahaya navigasi dan menghindari bahaya tubrukan
harus di buat secara baik, sehingga frekwensinya penentuan posisinya harus lebih cepat
dilaksanakan paling telat satu jam sekali harus ada posisi kapal yang fix.
,kecuali kapal berlayar dilautan samudera bisa frekwensi petentuan posisi paling lambat 4 jam
sekali ,selesai tugas jaga dalam pertukaran jaga dengan perwira pengganti ada posisi fik kalau
ada posisi fix dapat menentukan posisi duga atau DR (dead reconing ) dengan melihat kecepatan
rata rata sebelumnya,dan melihat pengaruh angin serta arus selama dalam pelayaran berjalan.

4.Regularity
Secara beraturan perwira jaga setiap selesai jaga harus melaporkan kondisi kapal selama dalam
tanggung jawabnya selama dalam pengawasan dan di achir jaga melaporkan kondisi cuaca mulai
arah angin,jenis awan,tekanan Barometer dan temperature udara dan temperature air laut,haluan
yang di kemudikan,dan keadaan sekelilingnya misalkan kapal ,tindakan yang dilakukan selam
tugas jaga,atau ada standing order dari nakhoda serta posisi terakhir kapal semua harus di catat
dalam log book kapal dan catatan mualim jaga.dan selesai jaga harus mengadakan pengamatan
sekeliling kapal di nyatakan aman.
5.Estimated position
Posisi perkiraan kapal bila tidak mendapatkan posisi kapal dengan baik seperti tidak di dapat
benda darat,karena cuaca jelek posisi kapal dengan benda angkasa tidak didapat dilaksanakan
dan juga keterbatasan alat navigasi elektro,maka perkiraan posisi kapal atau posisi duga(DR) di
buat berdasarka perkiraan :
a.kecepatan kapal rata rata sebelumnya,
b.Pengaruh angin dan
c.Pengaruh Arus
d.Pengaruh pasang surut air
Ini menjadi dasar dalam menentukan posisiperkiraan selama dalam pelayaran ,bila tidak
mendapatkan posisi Fix untuk sementara.ini akan berdampak kepada perencanaan kapal tiba ke
tempat pelabuhan tujuan,untuk perkiraan bahan bakar,air tawar dan kebutuhan permakanan yang
telah di rencanakan semula.

6.Soundings
Kedalaman laut hrus selalu menjadi perhatian ,terutama satuan yang dipakai apakah
menggunakan Meter atau Fathom ini juga berhubungan dengan cara menentukan draft kapal
menggunakan Meter atau Fathom agar tidak terjagi kekeliruan dalam membaca Sounding yang
tertera dalam peta laut, hasil survey juga harus dilihat tahun berapa survey yang dilaksankan oleh
hidros atau yang berkompeten lainnya dalam menentukan sounding dalam pemetaan kedalaman
laut yang dibuat dalam peta tersebut.dan ini selalu berhubungan dengan under keel clearance
kapal, agar tidak kandas bila berlayar di derah pelayaran dekat pantai,alur pelayaran sempit.

7.Cross track Error


Cross track error ini bisa terjadi dalam penentuan posisi,diakibatkan oleh :
a.Alat tidak di dikoreksi atau di kalibrasi
b.Jarak baringan waktunya terlalu lama satu baringan dengan baringan
c.Jarak baringan satu sama lain terlalu dekat ambillah jarak sudut perbedaannya lebih dari
30°perbedaan antara baringan satu dengan baringan lainnya
d.Salah memilih benda baringan.
e.Perhatikan Skala peta yang di pakai
d.Updatae peta yang dipakai harus di perhatikan,terutama tahun pembuatan peta atau
pemetaaannya.
f.Perwira kapal yang mengambil barinagn kurang teliti.

Dalam kontek ini apabila tidak di perhatikan dan dan teliti dalam penentuan posisi bisa terjadi
Cross track error,dan tidak mendapatkan posisi kapal yang di harapkan,ini akan berdampak pada
keselamatan kapal.

8.Internasional regulation for preventing Collisions at sea


Untuk menghindari aturan bahaya tubruka di laut sudah jelas ,setiap perwira yang bekerja diatas
kapal harus sudah memahami aturan in,karena ini menjadi dasar seorang perira deck harus
mengusai aturan ini dalam membawa kapalnya ,jadi dalam rancangan pelayaran ini termasuk
dalam perencanaan yang harus di masukan kedalam rancangan pelayaran terutama memasuki
daerah pelayaran ramai,pelayaran sempit,masuk TSS,dan berlayar dekat pantai,atau berlayar
mendekati pelabuhan tujuan.

9.Non navigation emergencies


Non navigatioan emergencies bila juga harus dimasukan sebagai rancangan pelayaran ,karena
ada kendala kendala tertentu selama dalam pelayaran yang harus di rencangan kendala di luar
navigasi,apabila terjadi kebakaran diatas kapal apa yang harus diperbuat,daerah zona
berkumpulnya diatur sebagai mana mestinya dan bila terjadi Mesin kapal rusak apa yang harus di
perbuat oleh seorang perwira ini harus di masukan kedalam rencana pelayaran,atau ada ABK
sakit yang harus mendapat pertolongan bagaimana mendapat bantuannya,ada orang jatuh kelaut
yang harus di tangani diatas kapal di luar navigasi atau non navigation emergencies.

10.Time management
Untuk keselamatan pelayaran dalam membawa kapal, menagemen waktu sangat di perlukan
dalalan rancangan pelayaran agar dalam membawa kapal lebih effektif dan effesien,Untuk itu
waktu yang ada di atas kapal perlukan diminij, agar Anak Buah Kapal :
a.Selalu fit dalam menjalankan tugas jaga
b.Tidak terlalu overlap pekerjaan yang di bebankan terhadap perira kapal
c.Perwira kapal cukup waktu istirahat
d Pekerjaan bisa diselesaikan tepat waktu
e.Dapat memilih mana pekerjaan yang Prioritas mana pekerjaan yang bukan prioritas
f.Dapat melakukan on board training bagi crew kapal yang tidak mengganggu pekerjaan
utamanya.

11.Look out
Mengamatan keliling sangat di perlukan sewaktu jaga kapal baik di pelabuhan, berlabuh jangkar
maupun kapal sedang berlayar,dalam keamanan diatas kapal harus benar benar dilaksanakan
dengan baik untuk keamanan dan keselamatan kapal,baik itu kondisi kapalnya, muatannya,serta
sumber daya manusianya dan keadaan sekeliling kapal kita ini harus selalu di adakan
pengamatan selama kita jaga mulai dari serah terima jaga ,saat jaga dan selesai jaga kondisi
kapal dan sekelilinggnya harus selalu aman.
Dalam melaksanakan look out diatas kapal,harus lebih waspada bila dalam cuaca buruk dan
kondisi penglihatan terbatas atau visibily terbatas,dalam kondisi seperti ini berjaga jaga dilaut
harus menggunakan panjarwala khusus atau menggunakan alatelektronik seperti radar dan Arpa.

Penggunaan Radar :
Dalam aturan 19 d ,berlaku bagi semua kapal yang dalam tampak terbatas ,yang mendeteksi
kapal lain dengan radar ,tanpa melihatnya secara visual ,atau melalui semboyan kabutnya Kapal -
kapal yang saling melihat dan bisa menimbulkan bahaya tubrukan ,maka harus diadakan
tindakan perubahan haluan.

Bila kapal lain terdeteksi radar atau mendengar isyarat kabut dimuka atau dibelakang arah
melintang,maka haruslah melakukan tindakan sesuai aturan 19 Dalam tindakan tersebut
sebaiknya dilakukan sbb:

a.Pada jarak 8-12 mil terdeteksi adakan radar ploting

b.Jarak Nampak 4-8 mil terdeteksi adakan perubahan haluan

c.Jika semakin dekat lagi ,gunakan kemudi tangan( Emergansi sterring )

d.Jarak Nampak terdeteksi pada 3 mil , jangan merubah haluan kekiri,

e.Mengurangi kecepatan,

f.dan tetap menjaga bahaya-bahaya navigasi,

Gunakan radar automatic ploting aids ( Arpa ):

Jika berlayar dalam tampak terbatas jika ada radar arpa sebaiknya digunakan agar lebih
baik,pengamatanya dalam tampilan radar arpa ,Dengan menggunakan tombol-tombol sbb :

a.tombol guard ring , berfungsi untuk memberi isyarat setiap target yang masuk dalam garis ring
dengan gambar bintang. Hanya target yang belum didata.

b.tombol suppression area ,berfungsi untuk membatasi target-target yang ada dalam tabir, jika
menggunakan automatic Aquired,kalau tidak dibatasi semua targets masuk semua terdeteksi
secara auto

c.Tombol ring suppression ,berfungsi untuk menjaga agar target –target yang masuk dalam ring
suppression tetap dalam kondisi tidak terdata,agar jika masuk dalam ring guard akan terdeteksi
yaitu target tersebut terlihat gambar bintang.

d.Tombol alarm CPA/TCPA : tombol ini berfungsi untuk memberi signal alarm bisa CPA
/TCPA yang terdeteksi lebih kecil dari yang di programkan .Dari data-data target arpa dapat
diadakan tindakan pencengahan bahaya tubrukan agar bahaya bisa berlalu.Simbol-simbol target
dari dari radar automatic ploting ( Arpa ): tanda bulat target menunjukkan aman:,tanda segi tiga
target menunjukkan bahaya: ,tanda segi empat target sangat berbahaya.

Tindakan yang harus dilakukan saat daya tampak terbatas :


Jika daya tampak terbatas,berkurang atau diperkirakan akan berkurang tanggung jawab perwira
jaga navigasi adalah menganut aturan-aturan sesuai dengan peraturan International pencengahan
Tubrukan dilaut tahun 1972,dengan perhatian khusus pada isyarat kabut,melaju dengan
kecepatan yang aman dan menyiapkan mesin untuk mengolah gerak setiap saat. Selain itu
perwira navigasi haruslah memberitahukan :

. “ Memberi tahu nakhoda ‘

“ Menempatkan seorang pengamat yang baik.

“ menghidupkan lampu-lampu navigasi.

“ Mengoperasikan dan mengoperasikan radar.

memberitahukan :

. “ Memberi tahu nakhoda ‘

“ Menempatkan seorang pengamat yang baik.

“ menghidupkan lampu-lampu navigasi.

“ Mengoperasikan dan mengoperasikan radar.

Anda mungkin juga menyukai