Pada tahapan ini dapat dilakukan oleh Perwira Jaga untuk mengecek pada tiap tahapan
tugasnya dan wajib memanggil Nakhoda bila dalam pelaksanaan tugasnya terdapat keragu-
raguan atau dalam keadaan darurat dapat segera mengambil tindakan penyelamatan. Dalam
melakukan monitoring harus dilakukan secara konsisten dan mengikuti secara runtut dari fungsi,
hasil analisa, dan baik dalam aksi pelaksanaan seperti analisa yang sedang berjalan.
1. Fixing Method
2. Visual Bearing
3. Frequency
4. Regularity
5. Estimated Position
6. Soundings
7. Cross Track Error
8. Internasional Regulation for Preventing Collisions at Sea
9. Non Navigation Emergencies
10. Time Management
11. Look Out
Perwira jaga yang bertugas selalu waspada dalam segala situasi yang juga akan selalu
mempertinggi dalam pengamatan yang dalam segala situasi keadaan dan selalu memperhatikan :
1. Under Keel Clearance
2. Transits (Ranges)
3. Waypoints
4. Leading Lines
5. Natural Leading Lines
6. Clearing Marks & Bearings
7. Rising/Dipping Distances atau berat benaman kapal karena pengaruh berat jenis air.
8. Light Sectors
A. Menyusun rancangan pelayaran daerah pantai (route coastal navigation) harus
memperhatikan :
1. Penggunaan peta yang up to date (sesuai);
2. Mengetahui semua hal / tanda-tanda yang relevan terhadap benda-benda navigasi;
3. Fix posisi ditentukan secara terus menerus, hal tersebut tergantung dari jarak terdekat
dengan bahaya navigasi dan kecepatan kapal;
4. Penggunaan radar hanya sebagai alat bantu navigasi saja;
5. Bila tanda navigasi tidak dapat terlihat dengan jelas, dapat menggunakan method paralel
indeks.
Ini berarti bahwa setiap baringan dengan pedoman tersebut ,selalu +2° untuk mendapatkan
baringan sejati,dan dilukiskan di peta.
2.Baringan Kebalikan
Hal ini dilakukan dengan membaring kapal lain yang sudah diketahui kesalahan
pedomannya.kemudian meminta baringan dari kapal itu terhadap kita .setelah salah baringan
di tambah atau dikurangi dengan 180°,kita bandingkan baringan baringan tersebut.
Untuk menentukan posisi kapal akan berbeda natara near costal dengan pelayaran samudera
perbedaan ini dikarenakan oleh sebab tingkat resiko kecelakaan kapal dari berbagai factor
internal dan external kapal maka diatas sudah di jelaskan bahwa kalau berlayar di dekat
pantai,perairan ramai serta perairan sempit tingkat resiko kecelakaan sangat tinggi sehingga
pengamatan dan pengambilan posisi fix harus sesering mungkin.
Kalau berlayaran diperairan samudera dapat mengambil posisi kapal (fik Position) dengan jarak
4 jam sekali, yang diusahakan pada serah terima jaga diusahakan dapat posisi fik,baik posisi
dengan alat bantu elektronik radar,GPS atau satellite maupun loran atau dengan benda angkasa
baik itu Bintang maupun Matahari.
Menentukan posisi fik adalah agar kecepatan kapal rata rata bisa di ketahui untuk mendapatkan
ETA (estimed time arrival) kapal sambil di pelabuhan tujuan dengan tepat juga mengetahui
posisi kapal masih di garis haluan yang di buat,menghitung kecepatan rata rata dengan
berdampak kepada persedian bahan bakar,air minum dan persedian permakanan diatas kapal
serta suku cadang kapal yang di butuhkan mencukupi.
Kalau menggunakan alat elektronik radar,GPS,Loran RDF atau Satelite harus chek tingkat
akurasinya serta Deviasi alat dan kekuatan alat dalam mendeteksi benda benda yang di tangkap
oleh alat sehingga mendekati kebenarannya serta akurat.
Untuk menentukan posisi dengan manual maka perlu alat alat perlengkapan di siapkan untuk
menentukan posisi dengan Matahari yng harus disiapakan :
1.Sektan
2.Stop wacht
3.Cronometer dengan koreksinya
4.Buku Almanak Nautika
5.Daftar Ilmu Pelayaran atau Kalkurator
Setelah mempersiapkan peralatan diatas maka kita melakukan pengamatan matahari dan bintang,
untuk matahari kita tentuukan garis tinggin pada obsevasi terbaik misalkan pada jam 9
(Sembilan) atau pada jam 10.00 (sepuluh) dua kali observasi dalam menentukan garis tinggi
lebih baik, agar posisi kapal lebih mendekati posisi fix. Setelah menentukan garis tinggi baru
menentukan merpass yaitu matahari tertinggi maka di dapatkan lintang tengah hari perpotongan
lintang tengah hari dengan garis tinggi (agt) itulah posisi kapal.
Gambar : di bawah ini menggambarkan bagai mana kita meng obsevasi matahari atau benda
angkasa lainnya dari kapal
Dalam gambar diatas di mana observer di titikO maka akan di dapat Tinggi ukur melalui alat
bantu sekatan,setelah dilakukan pengkuran untuk mendapatkan tinggi ukur sejati maka perlu
adanya beberapa koreksi yang perlu di perhatikan dari gambar kita dapat penilikan yang baik
matahari maupun dengan benda angkasa lainnya harus di koreksi baik koreksi alat maupun tinggi
mata serta koreksi tanggal, koreksin yang harus dilakukan adalah :Indek error,Dip koreksi
tinggi,Refraction,cor. Temperaturm,cor,pressure,semi diameter dan parallax koreksi ini untuk
mendapatkan tinggi sejati yang di harapkan.
Contoh perhitungan dengan mengamatan matahari dari perjalanan atau pelayaran dari AGUSTA
KE NORFOCK PADA TANGGAL 27 maret 1981
1 2 3
033⁰ 18.0 N ~ 036⁰ 56.6
ppw 12⁰⁰
14 01 10 14 03 46 14 04 05 W
ddk 46.5 46.5 46.5
GMT 14 00 23.5 14 02 59.5 14 03 18.5
z 2⁰ 42.1 N
033⁰ 18.0
l
N jam: 12⁰ 00 00
z+l 30⁰ 35.9 Bdw: 2⁰ 23 44
14⁰ 23 44
Log cos z 9.99952
Log cos l 9.92211
19.92163 19.92163 19.92163 Mer pass: 12° 05
Log sin
v.p 8.02567 7.95541 7.94656 Bdw: 2⁰ 23 44
Term II 27.94730 27.87704 27.86819 Gmt: 14° 28 44
II Dz: -2
W. Rem: 12.28 44
N bila l +
z 0.86074 0.86074 0.86074
II 0.00886 0.00754 0.00738 z: 28°42.2 N
Sin Th 0.85188 0.85320 0.85336 lint: 33° 18 N
Th 58⁰ 25' 58 33.6 58 34.6 30 °35.8
90
tu 58 14 58 24.9 58⁰ 26.5 Ho: 59° 23.2
c.mt 8.9 8.9 8.9 C.tgl: 8.9
c.tgl 0.0 0.0 0.0 Ho: 59 °15.3
ts 58⁰ 22.9 58 33.8 58⁰ 26.5 Hc: 59°15 0
th 58 25 58 33.6 58 34.6 p: - 0.3
- 2 + 0.2 + 0.8
Setelah mennghitung ini baru di gambar sesuai skalanya dan ini posisi kapal.
Sebelum kita mengadakan pengamatan benda angkasa seperti bintang kita harus menghitung
dulu sunset dan civil agar tidak terjadi rancu dalam pengamatan bintang yang akan di ambil kita
menghitung LHA ariesnya untuk menentukan bintang bintang yang akan muncul dengan bantuan
alat starfender sesuai dengan lintang duga kapal.
Contoh seperti ini :
Posisi
33⁰ 22.5 N Jam 16.00
kapal
043⁰ 17.0 W
Sunset Civil
NA 18 17 18 41 30
Bdw 2² 53 08 2² 53 08
21² 10 21² 34
Gmt
08 38
Ozone -3 -3
Lmt 18 10 08 18 34 38
Menghitung
LHA:
141⁰ 11.1
GHA = Azimuth 274
Bujur = 043⁰ 17.0
GHA = 097⁰ 54.1
Incr = 8⁰ 40.9
LHA = 106⁰ 35.0
Bintan
g
bintang
yang
akan
muncul
:
1. ALphara 135⁰ 35⁰
2. DubHe 35⁰ 36⁰
3. Alioth 40⁰ 29⁰
4. Alkaid 48⁰ 19⁰
5. Denebola 88⁰ 28⁰
6. Sirius 188⁰ 05⁰
7. Adhara 183⁰ 27.5⁰
8. Regulus 108⁰ 42⁰
Maka di dapatlah bintang bintang yang muncul azimuth dan tinggi ukurnya ini adalah untuk
mempermudah navigator dalam menentukan arah dan tinggi ukur bintang sementara,setelah itu
baru kita pengadakan penelikan yang sebenarnya berapa tinggi ukur bintang tersebut dan bintang
mana yang akan di ambil untuk membantu pengambilan posisi kapal.
Setelah di tung baru di gambar perpotongan nya Arah garis tinggi (agt) itulah posisi kapal.
Perencanaan pelayaran yang akan menggunakan posisi kapal dengan benda –benda angkasa
bagaimana mulai dari :
a.persiapan
b.pelaksaan
c.monitoring dan
d.evaluasinya
untuk itu diatas sudah di jelaskan dalam menentukan posisi kapal dengan menggunakan benda
benda angkasa yng berlayar di samudera dimana benda darat atau menggunakan pelayaran datar
atau menggunkan posisi kapl dengan alat alat Navigasi elektonik tidak terjangkau maka
menentukan pososo kapal dengan menggunakan alat sektan merupakan seni bernavigator dalam
menentukan posisi kapal dengan penilikan benda angkasa.