Anda di halaman 1dari 7

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lanjut usia (lansia) merupakan kelompok manusia yang berusia 60

tahun ke atas. Pada lanjut usia akan terjadi proses menghilangnya

kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan

mempertahankan fungsi normalnya secara perlahan–lahan sehingga tidak

dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang terjadi.

(Sunaryo dkk, 2016).

Masa lansia adalah masa penurunan fungsi-fungsi tubuh dan semakin banyak

keluhan karena tubuh tidak dapat lagi bekerja sama dengan baik seperti kala

muda, sehingga akan banyak menimbulkan masalah-masalah kesehatan akibat

penuaan tersebut. Masalah kesehatan khususnya penyakit degeneratif pada lansia

yang sering terjadi meliputi, hipertensi 63,5 %, DM 57 %, masalah gigi 53,6 %,

penyakit jantung 4,5 %, stroke 4,4 %, masalah mulut 17 %, gagal ginjal 0,8 %,

kanker 0,4 % (Suntara, 2021).

Stroke adalah penyakit serebrovaskular yang terjadi karena otak mengalami

kematian jaringan. Stroke merupakan penyakit yang tidak menular, faktor risiko

yang sering mengakibatkan stroke adalah Hipertensi. Hipertensi merupakan faktor

risiko stroke yang potensial. Hipertensi dapat mengakibatkan pecahnya maupun

menyempitnya pembuluh darah otak. Apabila pembuluh darah otak pecah maka

timbullah pendarahan otak dan apabila pembuluh darah otak menyempit, maka

1
2

aliran darah ke otak akan terganggu dan sel-sel otak akan mengalami kematian

(Aldipratama dan Minardo, 2022).

Stroke merupakan penyakit gangguan fungsional otak berupa kelumpuhan

pada saraf (deficit neurologic) akibat gangguan aliran darah pada salah satu

bagian otak. Stroke ada dua yaitu Hemoragik dan iskemik/non hemoragik. Stroke

hemoragik adalah kejadian dimana pembuluh darah pecah sehingga aliran darah

menjadi tidak normal. Sedangkan stroke non hemoragik/iskemik, dimana aliran

darah ke otak terhenti karena adanya bekuan darah yang menyumbat pembuluh

darah (Tamburian, 2020).

World Health Organization (WHO) menyatakan 15 juta orang menderita

stroke di seluruh dunia setiap tahun. Dari jumlah tersebut, 5 juta meninggal dan 5

juta lainnya menderita/mengalami cacat permanen. Tekanan darah tinggi

berkontribusi lebih dari 12,7 juta pada kejadian stroke di seluruh dunia. Jenis

stroke yang utama adalah iskemik dan hemoragik. Jumlah total stroke iskemik

sekitar 83% dari seluruh kasus stroke. Sisanya sebesar 17% adalah stroke

hemoragik (WHO, 2018).

Berdasarkan data Riskesdas menunjukkan angka kejadian stroke di

Indonesia tahun 2018 yaitu 10.9‰. Angka kejadian stroke tertinggi berada di

Kalimantan Timur dengan 14.7‰ dan kejadian terendah berada di Papua dengan

4.1‰. Sedangkan Provinsi Lampung menenpati urutan 27 dari 34 Provinsi

dengan 7.6‰ (Kemenkes RI, 2018). Data Riskesdas provinsi aceh, didapatkan

angka kejadian stroke di Aceh tahun 2018 yaitu 13,389 jiwa dengan persentase

7,8 % (Riskesdas, 2019).


3

Salah satu tanda dan gejala dari pasien stroke yang sering dijumpai adalah

hemiparase. Hemiparasis (kelemahan) pada pasien stroke ini biasanya disebabkan

oleh stroke arteri serebral anterior atau media sehingga mengakibatkan infark

pada bagian otak yang mengontrol gerakan (saraf motorik) dari korteks bagian

depan (Bella, 2021).

Penderita atau pasien stroke yang mengalami penurunan atau kelemahan

memerlukan pencegahan sehingga jumlah penderita berkurang, peran perawat

adalah untuk meningkatkan kekuatan otot. Pencegahan dan pengobatan yang tepat

pada penderita stroke merupakan hal yang sangat penting. Stroke yang tidak

mendapatkan penanganan yang baik akan menimbulkan berbagai tingkat

gangguan, seperti penurunan tonus otot, hilangnya sensibilitas pada sebagian

anggota tubuh, menurunnya kemampuan untuk menggerakkan anggota tubuh

yang sakit dan ketidakmampuan dalam hal melakukan aktivitas tertentu (Bella,

2021). Penderita stroke dapat mengalami kesulitan saat berjalan karena gangguan

pada kekuatan otot, keseimbangan, dan koordinasi gerak, sehingga kesulitan

dalam melakukan aktivitas sehari-hari (Irdawati, 2018).

Hambatan mobilitas fisik merupakan salah satu dampak dari Stroke Non

Hemoragik. Pasien mengalami gangguan atau kesulitan saat berjalan karena

mengalami gangguan pada kekuatan otot dan keseimbangan tubuh (Siswanto,

2018). Hambatan mobilitas fisik yaitu keterbatasan dalam gerakan fisik satu atau

lebih ekstremitas secara mandiri dan terarah (Herdman & Kamitsuru, 2018).

Latihan range of motion (ROM) merupakan salah satu bentuk latihan dalam

proses yang dinilai cukup efektif untuk mencegah terjadinya kecacatan pada
4

penderita stroke. Latihan ini adalah salah satu bentuk intervensi fundamental

perawat yang dapat dilakukan untuk keberhasilan regimen terapeutik bagi

penderita dan dalam upaya pencegahan terjadinya kondisi cacat permanen pada

penderita stroke paska perawatan di rumah sakit, sehingga dapat menurunkan

tingkat ketergantungan penderita pada keluarga, meningkatkan harga diri dan

mekanisme koping penderita (Bella, 2021). Sejalan dengan hasil penelitian

membuktikan bahwa latihan ROM dapat berpengaruh terhadap peningkatan

kekuatan otot secara signifikan (Yudha & Amatiria, 2017).

Berdasarkan penjelasan diatas, stroke non-hemoragik merupakan jenis stroke

yang terjadi akibat penyumbatan pada pembuluh darah otak. Stroke non-

hemoragik dapat menyebabkan terjadinya hambatan mobilitas fisik karena

terjadinya kelamahan otak. Dari hasil penelitian terdahulu, teknik ROM (Range

Of Motion) efektif untuk meningkatkan kekuatan otak pasien stroke non-

hemoragik. Dengan begitu penulis tertarik melakukan penelitian studi kasus

“Asuhan Keperawatan pada Lansia yang mengalami Stroke Non Hemoragik

dengan Hambatan Mobilitas Fisik di Desa Sawang Bau Kecamatan Sawang

Kabupaten Aceh Selatan”.

1.2 Batasan Masalah

Masalah pada studi kasus ini dibatasi pada Asuhan Keperawatan pada

Lansia yang mengalami Stroke Non Hemoragik dengan Hambatan Mobilitas

Fisik di Desa Sawang Bau Kecamatan Sawang Kabupaten Aceh Selatan.

1.3 Rumusan Masalah


5

Rumusan masalah pada studi kasus ini yaitu bagaimana Asuhan

Keperawatan pada Lansia yang mengalami Stroke Non Hemoragik dengan

Hambatan Mobilitas Fisik di Desa Sawang Bau Kecamatan Sawang Kabupaten

Aceh Selatan.

1.4 Tujuan Penulisan

1.4.1 Tujuan Umum

Melaksanakan Asuhan Keperawatan pada Lansia yang mengalami

Stroke Non Hemoragik dengan Hambatan Mobilitas Fisik di Desa

Sawang Bau Kecamatan Sawang Kabupaten Aceh Selatan.

1.4.2 Tujuan Khusus

Mendapatkan pengalaman menerapkan asuhan keperawatan dengan

menggunakan pendekatan proses keperawatan, meliputi:

a. Melakukan pengkajian keperawatan pada Lansia yang

mengalami Stroke Non Hemoragik dengan Hambatan Mobilitas

Fisik di Desa Sawang Bau Kecamatan Sawang Kabupaten Aceh

Selatan.

b. Menganalisa data dari hasil pengkajian pada Lansia yang

mengalami Stroke Non Hemoragik dengan Hambatan Mobilitas

Fisik di Desa Sawang Bau Kecamatan Sawang Kabupaten Aceh

Selatan.

c. Merumuskan diagnosa keperawatan pada Lansia yang

mengalami Stroke Non Hemoragik dengan Hambatan Mobilitas


6

Fisik di Desa Sawang Bau Kecamatan Sawang Kabupaten Aceh

Selatan.

d. Menyusun rencana keperawatan pada Lansia yang mengalami

Stroke Non Hemoragik dengan Hambatan Mobilitas Fisik di

Desa Sawang Bau Kecamatan Sawang Kabupaten Aceh Selatan.

e. Melakukan tindakan-tindakan keperawatan pada Lansia yang

mengalami Stroke Non Hemoragik dengan Hambatan Mobilitas

Fisik di Desa Sawang Bau Kecamatan Sawang Kabupaten Aceh

Selatan.

f. Mengevaluasi asuhan keperawatan yang telah dilakukan pada

Lansia yang mengalami Stroke Non Hemoragik dengan

Hambatan Mobilitas Fisik di Desa Sawang Bau Kecamatan

Sawang Kabupaten Aceh Selatan.

1.5 Manfaat Penulisan

1.5.1 Manfaat Teoritis

Manfaat teorits bagi pengembangan ilmu keperawatan adalah untuk

menambah pengetahuan dan pendalaman tentang ilmu terapan bidang

keperawatan dalam memberi dan menjelaskan tentang penyakit stroke

yang lebih rinci dan jelas.

1.5.2 Manfaat praktisi

a. Institusi Pelayanan Kesehatan

Dapat digunakan untuk meningkatkan bentuk pelayanan kesehatan

dan peningkatan kualitas mutu asuhan keperawatan dirumah sakit


7

b. Institusi Pendidikan

Sebagai bahan masukan pada kegiatan proses belajar mengajar dalam

memberi dan menjelaskan tentang penyakit stroke

c. Perawat

Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan untuk memberikan

penyuluhan kepada masyarakat dan klien stroke, sehingga semakin

menambah pengetahuan kepada penderita stroke, mempercepat proses

penyembuhan dan kekambuhan penyakit.

d. Klien

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi untuk

klien dalam mengatasi hambatan mobilitas fisik dan meningkatkan

kekuatan otak. .

Anda mungkin juga menyukai