Anda di halaman 1dari 17

“OPTIMASI SUDUT PEMASANGAN

PANEL SURYA ATAP BIFASIAL PADA BANGUNAN MANDIRI


ENERGI DI INDONESIA DENGAN METODE PVSYST”

Disusun Oleh :
LUDIANA
NIM . 20200110052
Dosen Pembingbing :
MUKHLIS ALI, S.T.,M,T.
NIP. 0402108209

FAKULTAS TEKNIK, KOMPUTER DAN DESAIN


PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
UNIVERSITAS NUSA PUTRA
2022
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Panel surya atap merupakan salah satu energi terbarukan yang menjadi prioritas untuk
dikembangkan oleh pemerintah Indonesia dalam implementasi bangunan hemat energi atau
bangunan mandiri energi, terutama untuk mengejar target bauran energi terbarukan yang
diharapkan mencapai 23% di tahun 2025 [3]. Akan tetapi, saat ini yang menjadi tantangan
adalah efisiensi panel surya atap yang masih rendah di Indonesia sebagai akibat kondisi cuaca
di Indonesia yang sebagian besar berawan dan curah hujan yang relatif tinggi. Selain itu
temperatur lingkungan yang panas juga berdampak pada turunnya efisiensi panel surya atap
yang dipasang. Akibatnya untuk mencukupi kebutuhan suatu rumah atau bangunan secara
menyeluruh dibutuhkan jumlah panel surya yang lebih banyak untuk dipasang, padahal luas
atap yang tersedia terbatas [16].
Salah satu solusi untuk meningkatkan efisiensi panel surya atap yang dipasang adalah
penggunaan panel surya atap jenis bifasial. Panel surya jenis ini lebih efisien karena tidak hanya
menangkap cahaya yang langsung datang dari cahaya matahari secara langsung, tapi juga dapat
menangkap cahaya matahari yang dipantulkan oleh atap bangunan. Dari penelitian sebelumnya
dapat dibuktikan adanya peningkatan efisiensi sebesar 6,5-11% dibandingkan panel surya jenis
monofasial [6]. Tetapi, penggunaan panel surya bifasial membutuhkan investasi yang lebih
banyak karena harganya relatif lebih mahal. Selain itu untuk memaksimalkan kemampuan
panel surya bifasial dalam menyerap energi matahari baik yang datang secara langsung maupun
yang berasal dari pantulan atap, maka sudut pemasangan panel surya monofasial tidak dapat
digunakan. Sehingga dibutuhkan penelitian untuk mengetahui sudut pemasangan yang
optimum bagi panel surya bifasial ketika dipasang di atap bangunan.
Penelitian terkait optimasi sudut pemasangan panel surya bifasial yang sudah dilakukan
baru ada di daerah subtropis bagian utara seperti Eropa dan Amerika Utara. Penelitian tersebut
menyimpulkan bahwa pengaruh lokasi (posisi garis lintang) sangat dominan dalam penentuan
sudut pemasangan tersebut [1] [13]. Sehingga penelitian tersebut tidak dapat dijadikan acuan
dalam pemasangan panel surya atap bifasial di Indonesia. Hal ini dikarenakan Indonesia berada
di daerah tropis dan mempunyai wilayah yang berlokasi tersebar di berbagai garis lintang yang
berbeda, yaitu sebagian di wilayah utara dan sebagian wilayah di selatan garis khatulistiwa.
Oleh karena itu penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui sudut optimum
pemasangan panel surya atap bifasial di berbagai lokasi di Indonesia dengan variasi derajat
lintang lokasi dari 6oLU sampai 11oLS.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara pemasangan panel surya atap bifatial pada bangunan mandiri energi di
Indonesia dengan metode PVSYST?
2. Bagaimana memaksimalkan kemampuan panel surya bifasial dalam menyerap energi
matahari?
3. Bagaimana rancangan panel surya bifatial dengan optimasi sudut pemasangan panel
Surya yang baik?

1.3 Tujuan Penelitian


1. Untuk mengetahui potensi listrik yang dihasilkan dengan optimasi kemiringan panel
surya bifatial
2. Untuk mengetahui kemampuan panel surya dua muka dalam menyerap energi matah
hari
3. Untuk memperoleh rancangan panel surya bifatial dalam optimasi sudut kemiringan
pemasangan yang tepat

1.4 Batasan Masalah


Mengoptimalkan sudut pemasangan panel surya yang baik agar dapat menjadi sumber
energi cadangan
1.5 Manfaat
1. Memberikan kontribusi ide dalam petujuk pemasangan panel surya bifatial yang setabil
dan baik
2. Memberikan saran dalam pengembangan potensi panel surya
3. Memberika kontribusi ide untuk implementasi panel surya bifatial bagi daerah daerah
terpencil

1.6 HIPOTESIS
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi para kontraktor atau teknisi yang
akan melakukan pemasangan panel surya atap bifasial di seluruh wilayah Indonesia. Sehingga
tingkat efisiensi dari panel surya atap bifasial yang dipasang di atap bangunan mandiri energi
dapat lebih maksimal sesuai lokasi pemasangan yang dilakukan.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Panel Surya Bifasial
Panel surya jenis bifasial saat ini mulai banyak digunakan termasuk di Indonesia. Tapi
berdasarkan kajian atas penelitian-penelitian sebelumnya belum ditemukan penelitian yang
berupaya melakukan optimasi terhadap instalasi panel surya atap bifasial terutama terkait
faktor sudut pemasangan yang merupakan salah satu faktor yang menentukan dalam
memaksimalkan energi listrik yang bisa diperoleh.
2.1.1 Pengertian Panel Surya
Panel Surya adalah pembangkit listrik yang mengubah energi surya menjadi
energi listrik. Pembangkitan listrik bisa dilakukan dengan dua cara, yaitu secara
langsung menggunakan fotovoltaik dan secara tidak langsung dengan pemusatan energi
surya. Fotovoltaik mengubah secara langsung energi cahaya menjadi listrik
menggunakan efek fotoelektrik. Pemusatan energi surya menggunakan sistem lensa
atau cermin dikombinasikan dengan sistem pelacak untuk memfokuskan energi
matahari ke satu titik untuk menggerakan mesin kalor. Sel surya atau sel fotovoltaik
adalah alat yang mengubah energi cahaya menjadi energi listrik menggunakan efek
fotoelektrik. Dibuat pertama kali pada tahun 1883 oleh Charles Fritts. [3]

Gambar 2.1 Panel Surya


2.1.2 Struktur Panel Surya
Panel surya yang memiliki tipe fotovoltaik memanfaatkan tegangan yang
dihasilkan dari efek fotoelektrik untuk memproduksi energi listrik. Panel surya
memiliki 3 lapisan utama, yaitu di baguian paling atas terdapat lapisan panel P, di
tengah terdapat lapisan pembatas, dan di bagian paling bawah terdapat lapisan panel N.
Panas matahari yang menyinari lapisan paling atas panel surya menyebabkan efek
fotoelektrik yang mengakibatkan terjadinya perpindahan elektron di lapisan panel P,
kemudian proton akan mengalir ke lapisan panel N di bagian bawah dan terjadinya
perpindahan arus proton ini menghasilkan arus listrik. Dibawah ini penulis akan
menjelaskan struktur utama panel surya yang berbahan dasar silicon yang sering
ditemukan di pasaran.

Gambar 2.2 Struktur Panel Surya


Gambar diatas menunjukan ilustrasi panel surya dan juga bagianbagiannya. Secara
umum terdiri dari :
1. Substrat/Metal backing
Substrat berjasa dalam menopang hampir seluruh bagian dari panel surya.
Dikarenakan substrat berfungsi sebagai kontak terminal positif panel surya, substrat
harus memiliki tingkat konduktifitas listrik yang baik. Oleh karena itu beberapa
logam biasanya digunakan sebagi bahan dasar substrat seperti aluminium atau
molybdenum. Berbeda pada panel surya dye-sensitized (DSSC) dan panel surya
organic, substrat selain dibuat dari bahan yang konduktif akan tetapi juga akan
dibuat transparan karena berfungsi sebagai tempat masuknya cahaya matahari.
2. Material semikonduktor
Material semi konduktor merupakan bagian inti dari panel surya dikarenakan
berfungsi untuk menyerap panas cahaya matahari. Bagian semikonduktor memiliki
ketebalan beberapa ratus mickrometer tergantung dengan jenis panel surya yang
digunakan. Pada gambar diatas merupakan panel surya yang menggunakan silicon
sebagai bahan semikonduktor utama. Sedangkan untuk sel surya lapisan tipis,
material semikonduktor yang umum digunakan dan telah masuk pasaran yaitu
contohnya material Cu(In,Ga)(S,Se)₂ (CIGS), CdTe (kadmium telluride), dan
amorphous silikon, disamping material-material semikonduktor potensial lain yang
dalam sedang dalam penelitian intensif seperti Cu2ZnSn(S,Se)₄ (CZTS) dan Cu²O
(copper oxide).
3. Kontak metal / contact grid
Selain substrat yang berfungsi sebagai kontak positif, material semikonduktor
pada panel surya juga dilapisi dengan material konduktif transparan yang berfungsi
sebagai kontak negatif
4. Lapisan antireflektif
Agar cahaya matahari dapat terserap secara maksimal oleh lapisan semi
konduktor harus ditambahkan lapisan antireflektif. Lapisan ini bertugas untuk
membelokkan cahaya matahari agar mengarah ke lapisan semi konduktor. Material
anti-reflektif ini adalah lapisan tipis material dengan besar indeks refraktif optik
antara semikonduktor dan udara.
5. Enkapsulasi / cover glass
Enkapsulasi merupakan bagian pelindung yang berfungsi untuk enkapsulasi
yaitu melindungi panel surya dari hujan atau kotoran. [4]
2.1.3 Prinsip Kerja Panel Surya
Panel surya konvensional bekerja menggunakan prinsip p-n junction, yaitu
junction antara semikonduktor tipe-p dan tipe-n.Semikonduktor ini terdiri dari
ikatanikatan atom yang dimana terdapat elektron sebagai penyusun dasar.
Semikonduktor tipe-n mempunyai kelebihan elektron (muatan negatif) sedangkan
semikonduktor tipep mempunyai kelebihan hole (muatan positif) dalam struktur
atomnya. Kondisi kelebihan elektron dan hole tersebut bisa terjadi dengan mendoping
material dengan atom dopant. Sebagai contoh untuk mendapatkan material silikon tipe-
p, silikon didoping oleh atom boron, sedangkan untuk mendapatkan material silikon
tipe-n, silikon didoping oleh atom fosfor.
2.1.4 Karakteristik Panel Surya

Gambar 2.3 Kurva Arus Tegangan Surya Panel


2.2 MPPT (Maximum Power Point Tracking)
Maximum Power Point Tracking atau biasa dikenal dengan MPPT merupakan suatu
sistem elektronik pada surya panel yang digunakan untuk menghasilkan efisiensi daya
maksimum panel surya. MPPT tidak bekerja secara mekanik atau seperti metode tracking sinar
matahari pada panel surya. Akan tetapi MPPT bekerja secara elektronik yang memanfaatkan
algoritma dan converter di dalam sistem nya. Jika kita amati grafik dibawah ini. Ketika surya
panel tidak diberi MPPT atau secara langsung dihubungkan dengan beban baterai maka panel
surya tersebut memiliki karakteristik seperti yang telah ditunjukkan oleh grafik. Panel surya
akan menghasilkan daya sebesar 53Watt pada tegangan 12Volt pada temperatur 25 derajat
Celcius dan insolasi 1000W/m² dengan kata lain panel surya hanya menghasilkan 70.67% dari
daya maximum sebenarnya. Akan tetapi jika kita memanfaatkan system MPPT maka daya
maksimum panel surya akan dapat dicapai

Gambar 2.4 Grafik Daya MPPT


(Sumber gambar :Richard A. Cullen, “What is Maximum Power Point Tracking
(MPPT) and How does It Work?”, Blue Sky Energy, inc.,
http://www.blueskyenergyinc.com )

Seperti yang penulis sebutkan diatas MPPT memiliki sebuah DC/DC converter dengan
sebuah controller. Pada penelitian skripsi ini DC/DC conveter yang digunakan adalah Buck
Converter.
2.3 Buck Converter
Buck-converter berfungsi untuk mengubah level tegangan DC ke level yang lebih
rendah. Namun buck-converter mengubah polaritas dari tegangan output terhadap tegangan
input. Pada Gambar dibawah merupakan rangkaian dasar buck-converter yang terdiri dari
induktor (L), dioda, kapasitor filter (C),resistor sebagai beban (RL) dan power MOSFET
sebagai switching komponen.Walaupun mosfer dan transistor memiliki fungsi yang sama akan
tetapi penulis lebih memilih menggunakan Mosfet pada rangkaian buck-converter dikarenakan
mosfet dapat mengalirkan daya lebih besar dan dapat melakukan switching lebih cepat daripada
transistor. Selain itu lesapan daya pada mosfet juga lebih kecil sehingga memiliki efisiensi yang
lebih baik daripada transistor.

Gambar 2.5 Rangkaian Buck Converter

2.4 ALGORITMA P&O


Dalam penelitiannya Morale melaporkan metode Perturb and Observeterdiri dari dua
tahapan: (1) perturb, mengirimkan perubahan kepada teganganatau arus referensi solar cell (2)
observe, melakukan penghitungan daya yangdisebabkan oleh perturb-nya. Pembandingan daya
sebelum dan sesudah prosesperturb dilakukan digunakan sebagai acuan untuk menambah atau
mengurangitegangan untuk langkah berikutnya dan mendapatkan nilai MPP-nya.
Dalam penelitian yang dilakukannya, Francis dkk menggunakan algoritmaini dan
memulainya dengan mengukur tegangan V(k) dan arus I(k) untukmemperoleh P(k) [17].
Perturb d(V) diberikan untuk meng-observe nilai dayaoutput P(k+1). Nilai P(k+1) kemudian
dibandingkan dengan nlai P(k). Jika nilaiP(k+1) lebih besar dibandingkan P(k) dapat
disimpulkan bahwa niali perturb yang dilakukan adalah benar. Sebaliknya jika nilai P(k+1)
lebih kecil dari P(k) maka perturb harus dilakukan dalam arah sebaliknya. Dengan demikian
nilai Maximum Power Point (MPP) dapat diperoleh. [7]

2.5 KONTROLER PID


PID Controller adalah salah satu jenis kontrol yang banyak digunakan.

Gambar 2.6 Blok Diagram Kontroler PID


PID Controller sebenarnya terdiri dari 3 jenis cara pengaturan yang saling
dikombinasikan, yaitu P (Proportional), Controller, D (Derivative) Controller, dan I (Integral)
Controller. Masing-masing memiliki parameter tertentu yang harus diset untuk dapat
beroperasi dengan baik, yang disebut sebagai konstanta. [8] Setiap jenis, memiliki kelebihan
dan kekurangan masing-masing, hal ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 2.1 Respon PID Controller Terhadap Perubahan Konstanta

Parameter di atas dapat berubah dan tidak bersifat konkret bekerjaberdasarkan nilai
konstanta yang diberikan. Sistem mungkin bisa bekerja tidaksesuai seperti yang diinginkan jika
konstanta yang diberikan tidak sesuai.

2.7 Pvsyst
Referensi yang terkait dengan “Analisis Teknis dan Ekonomis Pembangkit Listrik
Tenaga Surya (PLTS) Sistem On Grid Menggunakan Software PVsyst (StudiKasus PT.
Pertamina RU II Dumai)” adalah dapat dilihat dari beberapa penelitianberikut:

“Perencanaan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Terpadu menggunakan


Software PVsyst pada komplek perumahan di Banda Aceh”. Penelitian ini melakukan
perencanaan perancangan PLTS menggunakan data rata-rata penyinaran matahari dari BMG
Aceh 2009-2010 yakni lamanya penyinaran matahari dalam satu hari diperkirakan 8 jam,
sehingga besarnya insolasi matahari dapat dihitung dengan mengalikan persentase penyinaran
dengan lamanya penyinaran matahari menggunakan PVsyst sebagai simulasi perancangan
PLTS (Suriadi danMahdi, 2010).

“Studi Pemanfaatan Energi Matahari di Pulau Panjang sebagai Pembangkit Listrik


Alternatif”. Penelitian ini membandingkan kelebihan yang didapatkan pada pembangkit
hibrida ketika mengalihkan pemasok supplai daya listrik dari PLTD kePLTS, diperoleh nilai
kontribusi daya optimal PLTS sebesar 6% dan PLTD 33%.Dalam aspek ekonomis, biaya
energi/kWh yang dibutuhkan PLTH setelah lima tahun akan lebih murah dari PLTD dengan
BPP sebesar $0,64/kWh dan dari aspek lingkungan pengembangan PLTS membuat emisi
karbon menurun 85,93% dari kondisi operasi disel 24 jam(Wiyadinata., 2013).

“Analisis Unjuk Kerja Pembangkit Listrik Tenaga Surya 15 Kw Di DusunAsah Teben


Desa Datah Karangasem”. Penelitian ini melakukan perancangan perubahan pemasok listrik
menggunakan PLTS dengan menggunakan PVsystsebagai simulasi. Simulasi yang dilakukan
dibagi menjadi 4 skenario, yaitu scenario1 15 KW tanpa shading untuk memperoleh potensi
optimum dari produksi energi listrik pada lokasi PLTS Datah. Skenario 2 15 KW dengan
shading untuk memperoleh potensi energi listrik PLTS Datah. Skenario 3 10 KW dengan
shadingdilakukan karena pada PLTS Datah sistem yang bekerja sebenarnya hanya sebesar
10KW, dikarenakan adanya permasalahan pada charge controller 2. Skenario 4 10 KWtanpa
shading untuk memperoleh potensi optimum produksi energi listrik PLTS Datah. Data
pengukuran shading didapat dengan melakukan pemodelan PLTS Datah dalam bentuk 3D pada
software PVsyst. Selanjutnya hasil simulasi akan dibandingkan dengan hasil produksi riil
energi listrik PLTS Datah (Putra,2015).

2.8 Penelitian Sebelumnya


Berikut ringkasan hasil kajian atas penelitian-penelitian sebelumnya terkait panel surya
bifasial:

No. Topik Aplikasi Hasil Pustaka


Simulasi menggunakan acuan lokasi di
Cairo (Mesir) dan Oslo (Norwegia).
Penelitian ini menyimpulkan bahwa
penempatan panel surya bifasial sejauh
Simulasi
dua meter dari permukaan tanah dapat
produksi Permukaan Yusufoglu,
1 meningkatkan 30% produksi energi yang
energi panel tanah dkk., 2014
dihasilkan dalam setiap tahunnya.
surya bifasial
Ditemukan juga perbedaan sudut
pemasangan optimum yang berbeda
antara panel surya bifasial dengan yang
standar [15].
Simulasi menggunakan acuan lokasi di
Hannover (Jerman) dan San Diego (AS).
Penelitian ini menyimpulkan bahwa panel
Simulasi surya bifasial dapat meningkatkan energi
Permukaan Kreini, dkk.,
2 kinerja panel listrik yang dihasilkan sebesar 40%
tanah 2016
surya bifasial bergantung dari faktor desain yang
ditentukan seperti jarak panel surya dari
permukaan tanah, albedo, dan sudut
pemasangan [11].
Simulasi menggunakan acuan lokasi di
Constance (Jerman) dan El Gouna
Pemodelan (Mesir).
Atap dan
perolehan Penelitian ini menyimpulkan penempatan Shoukry,
3 permukaan
energi panel panel surya bifasial di atap bangunan dkk., 2016
tanah
surya bifasial mampu meningkatkan perolehan energi
sebesar 33,9%, sedangkan pada
permukaan tanah mencapai 31,4% [14].
Karakteristik Pengujian dilakukan di Laboratorium TUV
Herrmann,
4 kinerja panel Laboratorium Rheinland Energy GmbH, Cologne
dkk., 2017
surya bifasial (Jerman).

No. Topik Aplikasi Hasil Pustaka


Penelitian ini menyimpulkan bahwa panel
surya bifasial mempunyai perolehan
energi sebesar 12,2% dibandingkan panel
surya monofasial tipe crystalline, dan 5%
dibandingkan monofasial thin film [9].
Penelitian dilakukan di Laboratorium
Solar Energy Research Institute of
Peningkatan Singapore (SERIS).
kinerja optikal Penelitian ini menyimpulkan Saw, dkk.,
5 Laboratorium
panel surya penambahan reflective coating pada 2017
bifasial bagian belakang kaca panel surya bifasial
mampu meningkatkan perolehan energi
sebesar 4% [13].
Penelitian dilakukan di Albuquerque (AS)
menggunakan panel surya bifasial yang
Detail kinerja dilengkapi tracking sinar matahari.
Atap Hansen, dkk.,
6 panel surya Penelitian ini menyimpulkan bahwa panel
bangunan 2017
bifasial surya bifasial dapat meningkatkan daya
luaran sebesar 2%-8% dibandingkan
panel surya monofasial [8].
Penelitian dilakukan di Albuquerque (AS)
menggunakan panel surya bifasial dengan
Analisis menggunakan simulasi RADIANCE.
pengaruh Penelitian ini menyimpulkan bahwa
parameter semakin tinggi nilai albedo dan jarak
instalasi Permukaan penempatan dari permukaan tanah Asgharzadeh,
7
terhadap tanah sejauh satu meter dapat menghasilkan dkk., 2017
perolehan energi yang maksimum, sedangkan
energi panel pengaruh sudut pemasangan masih perlu
surya bifasial dikaji lebih lanjut, karena dipengaruhi
oleh lokasi, iklim, dan musim yang
berlangsung [1].
Penelitian dilakukan di Albuquerque (AS)
menggunakan panel surya bifasial dengan
memvariasikan kondisi musim yang
Studi tentang
berlangsung di iklim sub tropis.
pengaruh
Penelitian ini menyimpulkan bahwa
parameter
Permukaan sudut pemasangan panel surya yang Asgharzadeh,
8 instalasi
tanah optimum berubah-ubah seiring dengan dkk., 2018
terhadap
perubahan musim dari -5o pada musim
kinerja panel
panas menjadi -65o pada musim dingin
surya bifasial
sebagai akibat pergeseran posisi
matahari dengan derajat yang besar pada
iklim sub tropis [2].
Penelitian dilakukan dengan membuat
Model analitik model analitik untuk mengkaji pengaruh
prediksi Permukaan parameter jarak panel surya dari Galluzzo,
9
kinerja panel tanah permukaan tanah, sudut pemasangan, dkk., 2019
surya bifasial dan albedo. Lokasi acuan yang digunakan
Sicily (Italia).

No. Topik Aplikasi Hasil Pustaka


Penelitian ini menyimpulkan bahwa
perolehan energi meningkat seiring
peningkatan jarak panel surya dari
permukaan tanah dan peningkatan nilai
albedo. Sedangkan sudut pemasangan
optimum diperoleh pada sudut 20o.
Sudut ini berlaku untuk lokasi Sicily yang
berada pada 37,41oLU [7].
Penelitian dilakukan dengan mengkaji
penggunaan panel surya bifasial terhadap
perolehan energi dan penurunan LCOE
Karakteristik (Levelized Cost of Energy).
kinerja panel Penelitian ini menyimpulkan bahwa
surya bifasial perolehan energi panel surya meningkat Liang, dkk.,
10 Umum
berbasis berbanding lurus dengan albedo dan 2019
crystalline bifasialitas. Selain itu penggunaan panel
silicon surya bifasial efektif meningkatkan
efisiensi dan menurunkan LCOE sehingga
biaya total investasi panel surya dapat
diturunkan [12].
Penelitian dilakukan dengan
membandingkan data hasil simulasi
dengan hasil pengukuran kinerja panel
Kinerja panel
surya bifasial dengan lokasi di Zurich
surya bifasial
(Swiss).
dengan sudut
Penelitian menyimpulkan bahwa
pemasangan
Atap penggunaan panel surya mampu Berrian, dkk.,
11 tetap dan
bangunan meningkatkan perolehan energi 2019
penggunaan
dibandingkan panel surya monofasial.
horizontal
Kenaikan perolehan energi dari
single-axis
monofasial ke bifasial sebesar 9% pada
tracking
panel surya dengan HSAT dan 12% pada
panel surya dengan sudut pemasangan
tetap [4].
Penelitian dilakukan melalui studi
berbagai data hasil penelitian panel surya
bifasial di NREL (AS).
Pemodelan Penelitian menyimpulkan bahwa
Deline, dkk.,
12 kinerja panel Umum penggunaan panel surya bifasial
2019
surya bifasial meningkatkan perolehan energi sebesar
6,5%-11% dari panel surya monofasial.
Selain itu LCOE dapat diturunkan sebesar
17%-30% [6].
Penelitian dilakukan dengan simulasi
Simulasi panel kinerja panel surya bifasial dibandingkan
surya bifasial dengan panel surya monofasial. Lokasi
Atap Bouchakour,
13 pada tingkat acuan yang digunakan adalah Terrassa
bangunan dkk., 2020
albedo yang (Spanyol).
tinggi Penelitian menyimpulkan bahwa
penggunaan panel surya bifasial mampu

No. Topik Aplikasi Hasil Pustaka


meningkatkan energi sebesar 21 kWh
dalam 74 hari pemantauan atau sekitar
6,55% dibandingkan panel surya
monofasial [5].
Penelitian dilakukan di Korea Polytechnic
University (Korsel) dengan dua variasi
sudut pemasangan (37o dan 90o) dan
pengaturan sudut azimuth dalam 3
variasi (0o, 37o, dan 90o).
Penelitian ini menyimpulkan bahwa
Analisis
Atap kondisi kecerahan langit berpengaruh Jang dan Lee,
14 kinerja panel
bangunan pada perolehan energi panel surya 2020
surya bifasial
bifasial. Pada kondisi cerah, panel surya
bifasial mampu meningkatkan perolehan
energi sebesar 4%, sedangkan pada cuaca
mendung, panel surya bifasial justru
mengalami penurunan energi sebesar 9%
dibanding panel surya monofasial [10].

Dari hasil penelitian-penelitian di atas, dapat diketahui bahwa masih jarang dilakukan
penelitian terhadap kinerja panel surya bifasial di daerah tropis. Selain itu sudut pemasangan
yang terbukti berpengaruh terhadap peningkatan perolehan energi juga belum diteliti di
Indonesia. Oleh karena itu penelitian yang diusulkan dalam proposal ini menjadi penting
artinya untuk mengetahui karakteristik kinerja panel surya bifasial di Indonesia dan
mendapatkan sudut optimum pemasangan panel surya bifasial untuk daerah tropis baik yang
berada di utara maupun selatan khatulistiwa.
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN

1.3 Metoda

Penelitian ini dilakukan dengan metode simulasi menggunakan bantuan perangkat


lunak PVSyst, dengan data irradiance menggunakan data dari Global Solar Atlas
(www.globalsolaratlas.info) Selanjutnya hasil simulasi dilakukan uji kinerja panel surya untuk
validasi. Adapun tahapan-tahapan penelitian yang dilakukan digambarkan pada diagram alir
berikut :

Gambar 1. Diagram Alir Penelitian


1.4 Alat dan Bahan
1.4.1 PVSyst
Alat dan bahan yang dipergunakan dalam penelitian ini sebuah software
PVSyst yang menjadi alat untuk simulasi dalam penelitian berlangsung.

1.4.2 Panel surya


Untuk instalasi listrik tenaga surya sebagai pembangkit listrik,
diperlukan komponen sebagai berikut:
1. Solar panel
2. Charge controller
3. Inverter
4. Battery
1.4.3 Batrai
Jenis baterai lead acid sendiri dapat dibagi menjadi dua yaitu starting
battery dan deep cycle battery. Starting baterai adalah jenis baterai yang dapat
dengan cepat menghasilkan arus listrik yang tinggi.

1.5 Desain Panel Surya


Untuk panel surya yang digunakan berbeda dengan panel surya pada umumnya
yaitu menggunakan panel surya dua muka dengan menggunakan panel surya ini agar
lebih dapat memanfaatkan sinar matar hari leih banyak tertangkap daripada yang keluar
dapat menyerap dari pantulan ke panel depan dan dapat ditangkap dengan pantulan
cahaya matahri dari atap rumah ke belakang panel surya yang ada dibelakang

1.6 Rancangan Pengujian dan Metode Sampel Pengujian


1.6.1 Sudut kemiringan panel surya
Radiasi yang diterima dengan kemiringan yang optimal :
1. Radiasi langsung dari matahari.
2. Radiasi difus tidak langsung yang disebabkan oleh partikel udara, awan
dan lainnya.
3. Radiasi yang dipantulkan dari permukaan yang dekat dengan modul
surya.
1.6.2 Konstruksi modul BF
Sel PV monofasial biasanya dibangun dengan lapisan reflektif pada
permukaan belakang sel untuk memungkinkan penyerapan cahaya yang lebih
baik jatuh di permukaan depan. Foton yang tidak terserap di lapisan depan dapat
diserap pada perjalanan pulang, sehingga meningkatkan efisiensi sel. Ini berarti
bahwa foton yang bergerak berlawanan arah dengan normal dapat
menghasilkan listrik dan jika foton yang jatuh di bagian belakang dapat
diizinkan masuk ke dalam sel, foton dapat digunakan secara efektif untuk
menghasilkan listrik. Ini dicapai dengan melepas sebagian lapisan reflektif,
yang juga bertindak sebagai konduktor
Gambar Konstruksi modul BF

1.6.3 Pemasangan modul BF yang optimal


Karena modul bifacial menyerap radiasi matahari dari kedua sisi,
mereka memungkinkan berbagai opsi kemiringan dan instalasi dan ideal untuk
pemasangan di permukaan tanah, atap, gurun, dan area bersalju atau aplikasi di
atas air. Sistem pemasangan yang dirancang untuk mengoptimalkan hamburan
balik dan pantulan dari atap dan pemasangan di tanah meningkatkan struktur di
atas tanah atau atap untuk menangkap lebih banyak cahaya yang tersebar atau
terpantul.

Gambar 2 Pemasangan modul BF yang optimal

1.6.7 Panel BF yang berorientasi vertikal


Panel BF yang dipasang secara vertikal telah digunakan secara efektif
di masa lalu sebagai penghalang suara dan cahaya di jalan TOL. Panel yang
dipasang secara vertikal menempati ruang yang jauh lebih sedikit daripada
panel horizontal atau miring. Ada dua pilihan, orientasi utara-selatan klasik dan
alternatif menghadap timur-barat.
Gambar 3 Panel BF yang berorientasi vertical

1.6.8 Prospek masa depan


persentase modul BF di pasar sangat kecil saat ini tetapi diperkirakan
akan meningkat secara signifikan di masa depan karena lebih banyak produk
datang ke pasar dan lebih banyak instalasi dilakukan. Kemungkinan
peningkatan hingga 30% dalam output diharapkan akan jauh lebih menarik
daripada peningkatan beberapa poin persentase dalam efisiensi yang mungkin
dicapai dengan pengembangan teknologi

Gambar 4 prospek masa depan

Daftar Pustaka

[1] Asgharzadeh, A., Lubenow, T., Sink, J., Marion, B., Deline, C., Hansen, C., Stein, J., dan
Toor, F. 2017. "Analysis of the Impact of Installation Parameters and System Size on Bifacial
Gain and Energy Yield of PV Systems." Sandia National Laboratories Report 2017.

[2] Asgharzadeh, A., Marion, B., Deline, C., Hansen, C., Stein, J.S., dan Toor, F. 2018. "A
Sensitivity Study of the Impact of Installation Parameters and System Configuration on the
Performance of Bifacial PV Arrays." IEEE Journal of Photovoltaics 8(3), pp.798-805.
[3] BPPT. 2021. Outlook Energi Indonesia 2021. Pusat Pengkajian Industri Proses dan Energi.
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi. Jakarta, Indonesia.

[4] Berrian, D., Libal, J., Klenk, M., Nussbaumer, H., dan Kopecek, R. 2019. "Performance of
Bifacial PV Arrays with Fixed Tilt and Horizontal Single-Axis Tracking: Comparison of
Simulated and Measured Data." IEEE Journal of Photovoltaics, 10, 1109, pp. 1-7.

[5] Bouchakour, S., Caballero, D.V., Luna, A., Medina, E.R., Boudjelthia, E.A.K., dan Cortes,
P.R. 2020."Monitoring, Modelling and Simulation of Bifacial PV Modules Over Normal and
High Albedos."9th International Conference on Renewable Energy Research and Applications
Proceeding, pp.252- 256.

[6] Deline, C., Pelaez, S.A., Marion, B., Sekulic, B., Woodhouse, M., dan Stein, J. 2019.
"Bifacial PVSystem Performance: Separating Fact from Fiction." PV Celltech Conference
2019, pp. 1-42.

[7] Galluzzo, F.R., Canino, A., Gerardi, C., dan Lombardo, S.A. 2019. "A New Model for
Predicting Bifacial PV Modules Performance: First Validation Results." IEEE 46rd
Photovoltaic Specialists Conference (PVSC) Proceeding, pp. 1293-1297

Anda mungkin juga menyukai