Anda di halaman 1dari 2

ESAI REFLEKSI DIRI MINGGU KETIGA

MATA KULIAH TERINTEGRASI: PENGANTAR PROFESIONALISME DOKTER SPESIALIS

TOPIK INTERPROFESSIONAL EDUCATION

Nama : dr. Yuliza Ariani

PPDS Program Studi : Patologi Anatomi

Pembelajaran IPE pada minggu ketiga ini banyak berfokus pada studi contoh-contoh kasus
penerapan IPE/IPC. Kuliah pertama diawali dengan materi dari dr. Alexander Kam, SpPD mengenai
“Patient Centered Care”. Pelayanan Kesehatan yang berfokus pada pasien sangat bergantung pada
keberhasilan dari pelaksanaaan Interprofessional Collaboration. Dr. Alex juga memberikan contoh yang
sangat baik mengenai bagaimana cara mengkomunikasikan suatu hal mengenai suatu tindakan
pelayanan kesehatan agar nantinya pasien bisa memutuskan untuk memilih melanjutkan pelayanan
kesehatan yang disarankan oleh dokter tersebut atau tidak. Hari-hari selanjutnya diisi dengan studi
kasus elektif bedah dan non bedah dengan penerapan IPE yang di fasilitatori oleh dr. Beni Indra, Sp.An.
Ada sekitar 5 kasus yang kami diskusikan mulai dari kasus pelayanan emergency hingga pelayanan rawat
inap. Adapun hal-hal yang diskusikan yaitu apa saja masalah yang disimpulkan pada kasus tersebut,
siapa saja tenaga kesehatan yang terlibat pada kasus tersebut, apa saja peran masing-masing tenaga
kesehatan pada kasus tesebut, dan bagaimana pelaksanaan IPC pada kasus tersebut. Kami membedah
setiap kasus dengan detail dan lengkap sehingga outcome nya adalah kami mampu mengetahui dan
menjelaskan siapa saja komponen yang terlibat untuk pelaksanaan IPC pada berbagai kasus pelayanan
kesehatan yang beragam modelnya dan pada situasi yang berbeda-beda.

Sejak saya masuk sebagai PPDS Patologi Anatomi (PA) periode januari 2023 ini, kami yang
diterima masih melakukan perkuliahan intra kampus saja dan belum memasuki departemen PA. Namun
sebelum mengikuti ujian seleksi PPDS saya sempat mengunjungi laboratorium PA di rsud tempat saya
bekerja dan akan kembali nantinya. Saya menanyakan banyak hal kepada petugas yang berdinas di
laboratorium tersebut, apa saja yang menjadi masalah atau hambatan dalam pelaksanaan tugas sehari-
hari di laboratorium. Secara garis besar tidak ada masalah yang berarti, mungkin masalahnya adalah
volume pemeriksaan yang belum terlalu banyak dan terkadang bila suatu slaid sulit terbaca oleh dokter
PA nya maka analis nya harus mengulangi prosedur prosesing jaringan dari awal. Mengenai volume
pemeriksaan ini banyak faktor yang mempengaruhi misalnya keberadaan dokter PA nya yang hanya
referral sekali seminggu sehingga jika ada permintaan cito atau BAJAH terkadang tidak bisa dipenuhi,
kendala lainnya mungkin disebabkan sejawat yang mengirim specimen belum mengetahui apa saja jenis
atau permintaan pemeriksaan dari kasus-kasus yang sebenarnya berpotensi atau secara regulasi harus
dilakukan pemeriksaan PA nya, terkait hal ini maka ini nantinya menjadi tugas dan tanggung jawab saja
sebagai dokter spesialis PA untuk melakukan komunikasi dan sosialisasi kepada para sejawat dokter
spesialis yang berkaitan tersebut. Sementara permasalahan slaid yang sulit dibaca sebaiknya dilakukan
rapat atau diskusi internal antara dokter spesialis PA dan tenaga analis / petugas labornya mengenai
permasalahan apa saja dalam prosesing jaringan yang berpotensi menyebabkan kurang baiknya kualitas
suatu slaid, bisa saja dokter spesialis PA nya yang turun langsung untuk melakukan identifikasi dan
pemotongan jaringan bila diperlukan pada kasus-kasus tertentu, mengingat kualitas jaringan yang bagus
sangat diperlukan. Bila permasalahan terkait kualitas slaid itu disebabkan faktor alat, bahan, atau
human error selama prosesing jaringan maka dicarikan juga solusinya seperti penyamaan persepsi,
pengusulan pengadaan alat, dan bila diperlukan pengadaan kursus tambahan untuk meningkatkan
keterampilan bagi para analis laboratorium. Kualitas slaid yang baik memang sangat diperlukan karena
akan ada konsekuensi hukum nya bila dokter spesialis PA kurang teliti membuat diagnosis dari slaid yang
diperiksa dan tentunya berkaitan dengan pelayanan kesehatan yang berfokus pada kepentingan pasien,
diagnosis dari PA ini akan sangat menentukan apa tindakan diagnostik selanjutnya atau terapi yang akan
diberikan kepada pasien.

Komunikasi menjadi kunci dalam kesuksesan pelayanan yang berfokus pada pasien sehingga
diberlakukan kemitraan yang setara dalam pelayanan Kesehatan. Dalam pelayanan Kesehatan berfokus
pada pasien ini semua tenaga Kesehatan yang terlibat harus menghormati nilai, preferensi, dan
kebutuhan pasien; saling berbagi informasi; berpartisipasi aktif; dan melakukan kolaborasi terkait
pelayanan terhadap pasien. Sedikit menyinggung mengenai dasar hukum pentingnya kualitas slaid yang
baik untuk pemeriksan di laboratorium patologi anatomi yaitu di dalam Kode Etik Patologi Anatomik
yang disusun oleh Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Indonesia (IAPI), pada BAB IV mengenai
Kewajiban Dokter Spesialis Patologi Anatomik Terhadap Spesimen, yaitu Pasal 7 Setiap Dokter Spesialis
Patologi Anatomik wajib menerapkan tata cara pengelolaan spesimen yang sesuai standar dan Pasal 8
Setiap Dokter Spesialis Patologi Anatomik wajib melakukan pemotongan dan pemrosesan jaringan serta
pemrosesan cairan sesuai standar, guna kepentingan penegakan diagnosis. Sehingga kualitas slaid yang
baik sangat diperlukan untuk kepentingan penegakan diagnosis yang benar.

Hal-hal yang masih ingin saya tuntaskan adalah beberapa hal terkait metodologi penelitian yang
mungkin masih perlu banyak Latihan, harapan saya bisa di adakan juga semacam diskusi kelompok
untuk pembelajaran metodologi ini dengan di fasilitatori oleh pembimbing yang ahli sehingga bisa saling
berbagi di antara kelompok dan memperoleh wawasan serta pengetahuan mengenai proses pengerjaan
dan pembuatan karya ilmiah yang benar. Saya juga berharap bisa mempelajari dan mempraktikkan ilmu
komunikasi yang benar kepada sejawat maupun kepada pasien karena komunikasi ini menjadi poin
penting dalam pelayanan Kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai