Anda di halaman 1dari 30

Pulpotomi dan Pulpektomi

PEDIATRIC DENTAL SIDE TEACHING

Disusun oleh :
Yuana Dianis Eka Putri (1995031)

Pembimbing :
drg. Anie Aprianie, Sp.KGA

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
BANDUNG
2020
I. Pulpotomi

Definisi

Pengambilan pulpa yang telah mengalami infeksi di dalam kamar pulpa dan

meninggalkan jaringan pulpa dibagian radicular atau pengambilan jaringan pulpa

pada kamar pulpa yang terinflamasi atau terinfeksi akibat karies yang dalam

Pulpotomi dibagi menjadi 3 bagian:

1. Pulpotomi vital

2. Pulpotomi devital / mumifikasi / devitalized pulp amputation

3. Pulpotomi non vital/ amputasi mortal

1. Pulpotomi Vital

Pulpotomi vital adalah tindakan pengambilan jaringan pulpa bagian koronal

yang mengalami inflamasi dengan melakukan anestesi, kemudian memberikan

medikamen di atas pulpa yang diamputasi agar pulpa bagian radikular tetap

vital. Pulpotomi vital umunya dilakukan pada gigi sulung dan gigi permanen

muda.

Indikasi

1. Gigi sulung dengan karies yang besar dan dalam.

2. Pulp capping yang tidak berhasil

3. Gigi sulung dan gigi permanen muda vital, tidak ada tanda – tanda gejala

peradangan pulpa dalam kamar pulpa.


4. Tidak terdapat abses, tes perkusi dan tekan (-)

5. Marginal ridge rusak pada gigi molar sulung

6. Terdapat keraguan apakah pulpa terkena atau tidak akibat karies atau

mekanis.

7. Gambaran radiografi memperlihatkan perluasan karies yang mencapai

2/3 dentin.

8. Terbukanya pulpa saat ekskavasi jaringan karies / dentin lunak saat

prosedur pulp capping indirek yang kurang hati – hati, faktor mekanis

selama preparasi kavitas atau trauma gigi dengan terbukanya pulpa.

9. Gigi masih dapat dipertahankan / diperbaiki dan minimal didukung lebih

dari 2/3 panjang akar gigi.

10. Tidak dijumpai rasa sakit yang spontan maupun terus menerus.

11. Tidak ada kelainan patologis pulpa klinis maupun rontgenologis.

Kontraindikasi

1. Gigi nonvital

2. Terdapat abses atau tes perkusi dan tekan (+)

3. Terdapat rasa sakit saat di palpasi

4. Resorpsi internal

5. Keadaan umum pasien buruk

6. Terdapat rasa sakit spontan

7. Terdapat mobiliti yang patologik.

8. Terlihat radiolusen pada daerah periapikal, kalsifikasi pulpa, resorpsi

akar interna maupun eksterna


9. Perdarahan yang berlebihan setelah amputasi pulpa.

Tekhnik Pulpotomi Vital pada Gigi Sulung

Pertemuan pertama:

1. Ro-foto.

2. Anestesi lokal dan isolasi daerah kerja.

3. Membuang jaringan karies dengan preparasi kavitas.

4. Membuka atap kamar pulpa dengan bur fisur steril dengan kecepatan

tinggi dan semprotan air kemudian pemotongan atau amputasi jaringan

pulpa dengan membuang bagian pulpa koronal sampai muara saluran

akar dengan ekskavator yang tajam atau dengan bur kecepatan rendah.

5. Setelah itu irigasi dengan aquadest untuk membersihkan dan mencegah

masuknya sisa – sisa dentin ke dalam jaringan pulpa bagian radikular.

Hindarkan penggunaan semprotan udara.

6. Kontrol perdarahan sesudah amputasi dengan kapas kecil yang dibasahi

larutan yang tidak mengiritasi misalnya larutan salin atau aquadest,

letakkan kapas tadi di atas pulp stump selama 3 – 5 menit.

7. Sesudah itu, kapas diambil dengan hati – hati. Hindari pekerjaan kasar

karena pulp stump sangat peka dan dapat menyebabkan perdarahan

kembali.

8. Dengan kapas steril yang sudah dibasahi formokresol, kemudian orifis

saluran akar ditutup selama 5 menit. Harus diingat bahwa kapas kecil

yang dibasahi dengan formokresol jangan terlalu basah, dengan


meletakkan kapas tersebut pada kasa steril agar formokresol yang

berlebihan tadi dapat diserap.

9. Setelah 5 menit, kapas tadi diangkat, pada kamar pulpa akan terlihat

warna coklat tua atau kehitam – hitaman akibat proses fiksasi oleh

formokresol.

10. Kemudian lakukan irigasi

11. Pemberian medikasi

12. Dan ditutup dengan tambalan sementara

Gambar 1. Tekhnik perawatan pulpotomi vital dengan satu kali kujungan

Pertemuan kedua

1. Membuka tambalan sementara

2. Mengevaluasi apakah terdapat keluhan atau tidak

3. Lakukan pengisian
4. Kemudian ditutup dengan tambalan permanen.

2. Pulpotomi Devital

Pengambilan jaringan pulpa pada kamar pulpa dan meninggalkan jaringan

pulpa pada saluran akar dalam keadaan steril.

Indikasi

1. Gigi sulung dengan pulpa vital yang terbuka karena karies atau trauma

2. Pada pasien yang tidak tahan atau tidak bisa dilakukan anestesi

3. Pasien yang tampak cemas dan takut

4. Pulpa vital atau sedikit meradang tetapi tidak terdapat abses

5. Pulp capping yang gagal

6. Pada pasien yang perdarahan yang abnormal (contoh: hemofili)

7. Kesulitan dalam menyingkirkan semua jaringan pulpa pada perawatan

pulpektomi terutama pada gigi posterior

8. Pada waktu perawatan pulpotomi vital 1 kali kunjungan sulit dilakukan

karena kurangnya waktu dan pasien tidak kooperatif.

Kontraindikasi

1. Pada gigi sulung dengan abses/ gigi non vital

2. Pada gigi sulung yang meradang dimana resorpsi akar hampir selesai
3. Kerusakan gigi bagian koronal yang besar sehingga restorasi tidak

mungkin dilakukan.

4. Infeksi periapikal, apeks masih terbuka.

5. Adanya kelainan patologis pulpa secara klinis maupun rontgenologis.

Tekhnik Pulpotomi Devital pada Gigi Sulung

Pertemuan pertama

1. Ro-foto

2. Isolasi daerah kerja.

3. Membuang jaringan karies dengan preparasi kavitas

4. Atap kamar pulpa dibuka, kemudian aplikasikan bahan devitalisasi

dengan cotton pellet di atas pulpa (arsen 1-3 hari, euparal 7 hari, CF 7-10

hari). Pemilihan bahan tergantung dari tingkat ke kooperatifan pasien

5. Tutup dengan tambalan sementara, hindari tekanan pada pulpa

6. Orang tua diinstruksikan untuk memberikan analagesik sewaktu – waktu

jika timbul rasa sakit pada malam hari.

Pertemuan kedua

1. Pemeriksaan apakah terdapat keluhan rasa sakit atau pembengkakan.

2. Isolasi daerah kerja.

3. Tambalan sementara dibuka, kapas dan pasta disingkirkan.


4. Buka atap pulpa kemudian membuang pulpa bagian koronal sampai

muara saluran akar menggunakan bur bundar kecepatan rendah atau

ekskavator

5. Jika terjadi perdarahan, aplikasikan bahan hemostatic (formokresol)

6. Pengisian kamar pulpa

7. Dan ditutup dengan tambalan permanen

3. Pulpotomi Non Vital

Amputasi atau pengambilan pulpa bagian mahkota dari gigi yang non vital

dan memberikan medikamen / pasta antiseptik untuk mengawetkan dan tetap

dalam keadaan aseptik.

Indikasi

1. Gigi sulung non vital akibat karies atau trauma.

2. Gigi sulung yang telah mengalami resorpsi lebih dari 1/3 akar tetapi

masih diperlukan sebagai space maintainer.

3. Gigi sulung patologik karena abses akut, sebelumnya abses harus dirawat

dahulu.

Kontraindikasi

1. Gigi sulung dengan kerusakan yg parah (tidak dapat direstorasi)

2. Gigi sulung dengan pulpa nekrosis dan akar gigi sulung masih utuh
3. Terdapat infeksi periapikal (abses)

Tekhnik Pulpotomi Non Vital pada Gigi Sulung

Pertemuan pertama

1. Ro-foto

2. Isolasi daerah kerja.

3. Membuang jaringan karies dengan preparasi kavitas

4. Membuka atap kamar pulpa / ruang pulpa

5. Membuang bagian pulpa koronal sampai muara saluran akar

menggunaka bur bundar kecepatan rendah atau ekskavator

6. Irigasi, bersihkan dari debris dengan aquadest kemudian keringkan

dengan kapas.

7. Lakukan medikasi

8. Kemudian ditutup dengan tambalan sementara.

Pertemuan kedua

1. Pemeriksaan apakah terdapat keluhan seperti rasa sakit atau tanda tanda

infeksi

2. Membuka tambalan sementara

3. Membersihkan kavitas dan dikeringkan

4. Jika tidak terdapat keluhan, lakukan pengisian

5. Kemudian ditutup dengan tambalan permanen


II. Pulpektomi

Definisi

Pengambilan seluruh jaringan pulpa dari kamar pulpa dan saluran akar. Pada

gigi molar sulung pengambilan seluruh jaringan secara mekanis tidak

memungkinkan sehubungan bentuk morfologi saluran akar yang kompleks.

Pulpektomi dapat dilakukan dengan 3 cara :

1. Pulpektomi vital.

2. Pulpektomi devital.

3. Pulpektomi non vital.

Indikasi

1. Gigi sulung dengan infeksi melebihi kamar pulpa pada gigi vital atau non

vital.

2. Resorpsi akar kurang dari 1/3 apikal.

3. Resorpsi interna tetapi belum perforasi akar.

4. Kelanjutan perawatan jika pulpotomi gagal.

Kontra indikasi

1. Bila kelainan sudah mengenai periapikal.

2. Resorpsi akar gigi yang meluas.

3. Kesehatan umu tidak baik.


4. Pasien tidak koperatif.

5. Gigi goyang disebabkan keadaan patologis

1. Pulpektomi Vital

Pengambilan jaringan pulpa pada kamar pulpa dan saluran akar secara vital.

Indikasi

1. Insisivus sulung yang mengalami trauma dengan kondisi patologis.

2. Molar sulung kedua, sebelum erupsi molar permanen pada umur 6 tahun.

3. Tidak ada bukti – bukti kondisi patologis dengan resorpsi akar yang lebih

dari 2/3

Tekhnik Pulpektomi Vital pada Gigi Sulung

1. Ro-foto.

2. Anestesi lokal dan isolasi daerah kerja.

3. Preparasi kavitas sesuai dengan lesi karies

4. Untuk mengangkat sisa –sisa karies dan debris pada ruang pulpa dipakai

round bur. Periksa apakah semua jaringan pulpa koronal telah terangkat

5. Setelah ruang pulpa terbuka, perdarahan dievaluasikan dan eksudasi

purulent
6. Jaringan pulpa diangkat dengan file endodonti. Mulai dengan file ukuran

no. 15 dan diakhiri dengan no. 35. Pada gigi sulung, preparasi dilakukan

hanya untuk mengangkat jeringan pulpa, bukan untuk memperluas

saluran akar.

7. Irigasi saluran akar. Keringkan dengan cotton pellet dan paper point.

Jangan sekali – kali mengalirkan udara langsung ke saluran akar

8. Apabila perdarahan terkontrol dan saluran akar sudah kering maka saluran

akar diisi dengan semen zink oksid eugenol. Campur pada pad, angkat

dengan amalgam carrier dan masukkan ke dalam ruang pulpa

9. Gunakan amalgam plugger dan berikan tekanan secara konstan untuk

memadatkan semen zink oksid eugenol.

10. Metode alternatif lainnya adalah menggunakan campuran tipis zink oksid

eugenol pada file atau paper point dan menempatkannya pada saluran

akar. Bentuklah campuran tebal zink oksid eugenol seperti cone dan

padatkan pada saluran akar dengan menggunakan cotton pellet lembab

sebagai kondensor.

11. Roentgen foto untuk memastikan bahwa saluran akar sudah terisi dengan

zink oksid eugenol.

12. Pasien diminta datang lagi dalam satu atau dua minggu untuk

mengevaluasi keberhasilan perawatan. Gigi – geligi yang menunjukkan

gejala bebas penyakit secara klinis dan radiografis dengan eksfolisasi

dalam batas – batas waktu normal dianggap sukses.


2. Pulpektomi Devital

Pengambilan jaringan pulpa pada kamar pulpa dan saluran akar yang terlebih

dahulu dilakukan devitalisasi dengan bahan devitalisasi pulpa.

Indikasi

1. Sering dilakukan pada gigi posterior sulung yang telah mengalami

pulpitis atau dapat juga pada gigi anterior sulung pada pasien yang tidak

tahan terhadap anestesi.

Tekhnik Pulpektomi Devital pada Gigi Sulung

Pertemuan pertama :

1. Ro-foto dan isolasi daerah kerja.

2. Karies diangkat dengan ekskavitas atau bur dengan kecepatan rendah.

3. Letakkan bahan devitalisasi kemudian ditambalkan sementara.

Pertemuan kedua (setelah 7 – 10 hari) :

1. Tambalan sementara dibuka dilanjutkan dengan instrumen saluran akar

dengan file Hedstrom

2. Irigasi keringkan dengan cotton pellet.


3. Beri bahan obat antibakteri formokresol atau CHKM dan ditambal

sementara.

Pertemuan ketiga (setelah 2– 10 hari) :

1. Buka tambalan sementara jika tidak ada tanda – tanda dapat dilakukan

2. Pengisian saluran akar dengan salah satu bahan sebagai berikut:

ZnO dan formokresol eugenol (1:1) atau ZnO formokresol, atau pasta

ZnO eugenol.

3. Pulpektomi Non Vital

Pengambilan jaringan pulpa pada kamar pulpa dan saluran akar pada gigi

sulung yang telah didiagnosis gangrene pulpa atau nekrosis pulpa.

Indikasi

1. Mahkota gigi masih dapat direstorasi dan berguna untuk keperluan estetik.

2. Gigi tidak goyang dan periodontal normal.

3. Belum terlihat adanya fistel.

4. Ro-foto : resorpsi akar tidak lebih dari 1/3 apikal, tidak ada granuloma

pada gigi-geligi sulung.

5. Kondisi pasien baik.

6. Keadaan sosial ekonomi pasien baik.


Kontraindikasi

1. Gigi tidak dapat direstorasi lagi.

2. Kondisi kesehatan pasien jelek, mengidap penyakit kronis seperti diabetes,

TBC dan lain-lain.

3. Terdapat pembengkokan ujung akar dengan granuloma (kista) yang sukar

dibersihkan.

Tekhnik Pulpektomi Non Vital pada Gigi Sulung

Pertemuan pertama :

1. Ro-foto dan isolasi daerah kerja.

2. Buka atap pulpa dan setelah ruang pulpa terbuka, jeringan pulpa diangkat

dengan file Hedstrom.

3. Instrumen saluran akar pada kunjungan pertama tidak dianjurkan jika ada

pembengkakkan, gigi goyang atau ada fistel.

4. Irigasi saluran akar keringkan dengan cotton pellet.

5. Obat anti bakteri diletakkan pada kamar pulpa formokresol atau CHKM

dan diberi tambalan sementara.

Kunjungan kedua (setelah 2-10 hari)

1. Buka tambaln sementara.

2. Jika saluran akar sudah kering dapat diisi dengan ZnO dan eugenol

formokresol (1:1) atau ZnO dan formokresol.

3. Kemudian tambal sementara atau tambal tetap.


Jumlah kunjungan, waktu pelaksanaannya dan sejauh mana instrumen

dilakukan ditentukan oleh tanda dan gejala pada tiap kunjungan. Artinya

saluran sakar diisi setelah kering dan semua tanda dan gejala telah hilang.

Gambar 2. Pulpektomi pada gigi sulung

III. Obat-obat yang Digunakan pada Perawatan Pulpa Gigi Sulung

Penggunaan obat tersebut dibagi atas tindakan-tindakan yang dilakukan,

yakni terdiri dari:

1. Bahan Hemostatik

2. Bahan Irigasi

3. Bahan Desinfeksi

4. Bahan Devitalisasi Pulpa

5. Bahan Pengisian Saluran Akar


1. Bahan Hemostatik

Bahan Hemostatik bertujuan untuk. Berikut bahan-bahan Hemostatik:

a. Ferric Sulate

Asam Ferik atau Ferric Sulfate dengan rumus kimia (Fe2[SO4]3)

telah digunakan secara umum sebagai zat koagulatif dan hemostatik

dan bersifat sedikit asam. Ferric sulfate disarankan sebagai agen

pulpotomi pada teori bahwa mekanismenya dapat mengendalikan

perdarahan, meminimalkan kemungkinan peradangan dan resorpsi

internal yang diyakini oleh beberapa peneliti (Schroeder).

Kandungan

15,5 % larutan Ferric sulfate (Astrigedent)

Indikasi

Hanya dapat digunakan pada gigi dengan pulpitis reversibel karena

sifat ferric sulfate merupakan bahan hemostatik yang tidak

bakterisidal

Keuntungan

 Menghasilkan respon inflamasi lokal tetapi reversibel pada

jaringan lunak mulut

 Waktu kerja lebih cepat

Kerugian

Bahan ini tidak fiksatif serta tidak memiliki efek bakterisidal

Aplikasi
 15,5 % larutan Ferric Sulfate diberikan pada orifis dengan

mikrobrush selama 15 detik hingga mencapai hemostasis

 Kemudian di irigasi dan dikeringkan.

 Jika perdarahan menetap, aplikasikan kembali Ferric sulfate

selama 15 detik.

b. Formokesol

Kandungan

 19% Formaldehid

Formaldehid bekerja dengan memfiksasi jaringan lalu membentuk

zona fiksasi yang berkontak dengan jaringan vital, zona ini bebas

dari bakteri dan mencegah infiltrasi mikroba.

 35% Trikresol

Trikresol adalah bahan aktif yang kuat dengan waktu kerja

pendek dan sebagai bahan antiseptik untuk membunuh

mikroorganisme pada pulpa gigi yang mengalami infeksi.

 15% Gliserin

Gliserin dipakai untuk menghindarkan polimerisasi formaldehid

menjadi para formaldehid adalah bahan aktif dalam proses fiksasi

jaringan pulpa termasuk fiksasi sel bakteri.

Indikasi

Gigi sulung yang masih vital dengan pulpa terbuka karena karies

atau trauma.
Keuntungan

Formokresol mengkoagulasi protein sehingga merupakan bakterisid

yang kuat dan kaustik. Pemakaian formokresol pada pulpotomi tidak

merangsang pembentukan dentinal bridge atau calcific barrier,

tetapi jaringan pulpa akan membentuk zona fiksasi yang bersifat

keras, tahan terhadap autolysis dan merupakan barrier terhadap

serangan bakteri yang menuju ke apikal.

Kerugian

Penggunaan formokresol pada perawatan gigi dapat menimbulkan

efek samping, seperti:

 Kerusakan enamel pada gigi permanen penggantinya. Ada

hubungan dengan kadar formokresol yang dipakai, sebaiknya

dipakai perbandingan 1:5.

 Potensi karsinogenik, mutagenik yang membahayakan jika

dipakai berlebihan pada tikus percobaan. Formokresol mengikuti

aliran darah ke ginjal, hati walaupun dalam jumlah kecil dapat

menyebabkan perubahan biokimia, imunologi dan mutagenik

kumulatif.

Aplikasi

Jaringan pulpa mengalami perubahan setelah diberi formokresol,

yaitu dengan terbentuknya zona fiksasi, diikuti dengan zona atropi

yang berisi sel – sel dan serat yang jumlahnya berkurang dan
berikutnya zona yang sel – selnya mengalami peradangan. Berikut

adalah langkah-langkah aplikasi:

 Cotton pellet dibasahi dengan larutan formokresol

 Tempatkan di atas pulpa radikuler

 Tekanan ringan selama 4 menit.

 Jika perdarahan menetap, aplikasikan cotton pellet dengan

formokresol baru di atas pulpa radikuler, dilanjutkan dengan

penambalan sementara selama 3 – 7 hari.

c. Epinefrin

Aplikasi

Berikut adalah langkah pengaplikasian epinefrin:

 Cotton pellet dibasahi dengan cairan epinefrin

 Tempatkan dalam kamar pulpa di atas pulpa radikuler, epinefrin

menyebabkan vasokonstriksi pada pembuluh darah perifer

sehingga menghasilkan aksi hemostasis.

Keuntungan

Keuntungan dari obat ini menghasilkan waktu kerja lebih cepat

Kerugian

Kerugian terlihat setelah kadar epinefrin menurun, dimana terjadi

vasodilatasi pembuluh darah kembali sehingga meningkatkan resiko

perdarahan.
2. Bahan Irigasi

Tujuan

Bahan irigasi bekerja untuk membuang sisa-sisa jaringan organik dan

debris dentin saluran akar yang tertinggal setelah instrumentasi

Bahan Irigasi yang Umum Digunakan

 NaOCl 2,5 %

 Akuades

 Chlorhexidine 2 %

 H2O2 3 %

3. Bahan Desinfeksi

a. Rockel

Kandungan

 Dexamethasone asetat sebagai agen antiinflamasi

 Galacol sebagai agen sterilisasi

 Phenol

Indikasi

 Dapat digunakan untuk kasus abses atau fistula (daya sterilisasi

lebih kuat)

 Bahan desinfeksi yang digunakan / bertahan untuk 3 – 5 hari


 Jika berlebih bahan dapat meningkatkan inflamasi dan

periodontitis

b. Cresophene

Cresophene dapat digunakan untuk perawatan saluran akar yang

terinfeksi. Cresophene merupakan agen antimikroba golongan

phenol compound, karena memiliki kandungan fenol, cresophene

memiliki aktivitas antibakteri terutama pada golongan bakteri gram

positif. Cresophene memiliki efek antibakteri paling kuat melawan

bakteri Prevotela spp, Enterococcus faecalis, dan Streptococcus

aureus.

Kandungan

 Parachlorophenol sebagai agen bakterisidal.

 Dexamethasone asetat sebagai agen antiinflamasi

 Thymol

 Chamfer sebagai agen antiseptic

Indikasi

 Periodontitis apikalis akut tahap awal yang disebabkan

overinstrumentasi (perkusi: +)

 Bahan desinfeksi yang digunakan / bertahan untuk 3 – 7 hari

 Jika gigi bebas gejala dimana saluran sudah steril, maka

dilakukan pengisian

c. ChKm
Chlorophenol Kamfer Menthol atau yang sering dikenal dengan

singkatan ChKm adalah antisepktik aktif dan disinfektan yang baik

untuk saluran akar.

Kandungan

Senyawa ini memiliki spektrum antibakteri yang luas.

 Bahan utamanya yaitu paraklorofenol dapat memusnahkan

berbagai mikroorganisme yang ada dalam saluran akar.

 Penambahan disinfektan berupa kamfer berfungsi sebagai bahan

pelarut dan dapat mengurangi efek iritasi yang terdapat dalam

paraklorofenol yang akan menghasilkan larutan yang stabil dalam

suhu ruang. Kamfer juga dapat memperpanjang efek antibakterial.

 Menthol mampu mengurangi iritasi yang disebabkan oleh

chlorophenol serta dapat mengurangi rasa sakit.

Aplikasi

Teknik pengaplikasian ChKm menggunakan paper point yang

diresapi atau kapas dengan pembilasan saluran akar, terdapat kontak

langsung antara obat dan bakteri. Akan tetapi jika hanya cotton pellet

yang direndam dengan obat dan dimasukkan ke dalam ruang pulpa,

substansi efek yang ada hanya uap, dan kontak antara obat dan
bakteri hanya sedikit. Oleh karena itu, aktivitas antibakteri dan

sitotoksisitas tergantung pada jenis aplikasi

d. TKF (Trikresol Formalin)

Kandungan

 Cresol

Desinfektan yang lebih kuat daripada phenol, dapat membasmi

bakteri, menghilangkan bau, dan menghilangkan rasa sakit

 Formaldehid

Menyebabkan efek mumifikasi sehingga dapat menyebabkan

nekrosis jaringan

e. Eugenol

Sifat :

 Sedatif

 Antiseptik

 Mampu mengurangi rasa sakit

 Mengurangi sensitivitas dentin

 Tidak begitu kaustik dibandingkan fenol

Indikasi :
 Pemakaian setelah pulpektomi

 Bagian sealer saluran akar

 Campuran dari tambalan sementara

4. Bahan Devitalisasi Pulpa

a. Arsenical Paste

Kandungan:

 Arsenic trioxide

 Thymol

 Minyak cengkeh

Kelebihan

 Mampu mematikan jaringan pulpa dengan cepat

 Mampu membunuh bakteri dengan merusak membran sel bakteri

Kekurangan

 Berbau

 Flammable / mudah terbakar

 Pemakaian lebih dari 3 hari dapat kerusakan jaringan periodontal,

osteomyelitis, karsinogenik

b. Euparal

Kandungan:

 Paraformaldehid

 Alypin nitrit
 Eugenol

Sifat

 Memiliki daya mumifikasi karena mengandung paraformaldehid

 Memiliki efek sterilisasi

 Tidak menimbulkan rasa sakit, karena mengandung Alypin nitrit

 Bahan ini dapat digunakan selama 3 – 7 hari

c. Caustinert Forte

Kandungan:

 Paraformaldehid 46%

 Phenol 6%

 Base lidokain 37%

Sifat

 Memiliki daya mumifikasi karena mengandung paraformaldehid

 Bersifat antiseptik karena mengandung Phenol

 Dapat mengurangi rasa sakit karena mengandung lidokain

 Bahan ini dapat digunakan selama 7 – 10 hari

5. Bahan Pengisian Saluran Akar

Syarat Bahan Pengisi:

1. Harus dapat diresorpsi seiring dengan resorpsi fisiologis akar gigi

sulung

2. Tidak berbahaya bagi jaringan periapikal dan benih gigi

3. Mudah diaplikasikan & dapat dibersihkan


4. Bersifat antiseptik

5. Bersifat hermetis dan radioopak

6. Dapat mengeras dalam waktu yang lama

7. Tidak menyebabkan diskolorasi pada gigi

a. Calxyl / Ca (OH) 2

Kalsium hidroksida telah lama digunakan sebagai salah satu bahan

medikamen saluran akar yang paling efektif. Kalsium hidroksida

mempunyai aksi kerja melalui pelepasan ion Ca2+ yang berperan

dalam proses mineralisasi jaringan dan ion OH− yang dapat

memberikan efek antimikroba melalui peningkatan pH sehingga

terbentuk lingkungan alkalin yang menyebabkan sebagian besar

mikroorganisme yang ada dalam saluran akar tidak mampu bertahan.

Indikasi

 Pulp capping

 Pulpotomi

 Apeksifikasi

Kelebihan

 Bahan mampu menyebabkan remineralisasi lebih besar pada

dentin dibanding ZOE

 Daya larutnya yang rendah di dalam air merupakan karakteristik

yang berguna karena periode yang panjang sangat diperlukan


sebelum kalsium hidroksida larut dalam cairan jaringan ketika

berkontak langsung dengan jaringan-jaringan vital.

 Bahan mampu memberi gambaran radiopak pada rontgen foto

 Ion-ion kalsium juga memiliki peran dalam stimulasi, migrasi,

proliferasi, dan mineralisasi sel.

 Kalsium hidroksida juga dapat menonaktifkan LPS

(lipopolisakarida) dan dapat membantu perbaikan jaringan

periapikal.

 Kemampuan untuk merangsang perbaikan jaringan keras

periapikal disekitar kanal gigi yang terinfeksi

 Menghambat resorbsi akar dan menstimulasi perbaikan periapikal

akibat trauma.

Kekurangan

 Bahan mampu menyebabkan resorpsi internal

 Bahan mampu menyebabkan proses inflamasi

b. ZnOE

Indikasi

 Pulp capping

 Pulpotomi

Kelebihan

 Mampu membantu penyembuhan inflamasi pulpa

 Tidak menyebabkan iritasi pulpa

 Hermetis
 Konsistensi padat, keras

Kekurangan

 Proses mengeras lama

 Mudah larut dalam cairan periapikal

 Saat resorpsi gigi, bahan sering tidak diresorbsi baik

c. Endomethasone

Komposisi

 ZnO

 Bismuth subnitrat

 Dexamethasone

 Hydrocortisone

 Paraformaldehyde

Indikasi

Prosedur pulpektomi

Sifat:

 Bahan mampu memberi gambaran radiopak pada rontgen foto

 Bahan bersifat antiseptik

 Bahan bersifat antiinflamasi

Keuntungan:

 Bahan dapat teresorbsi baik

 Bahan dapat mengisi saluran akar dengan mudah

 Bahan cenderung bertahan lama


d. Cresophate

Komposisi

 Parachlorophenol dengan antiseptik

 Zinc sulfate

Indikasi

Prosedur pulpektomi

Aplikasi:

 Masukkan pasta menggunakan lentulo setelah debris pada saluran

terbuang

 Saat mengeras di saluran akar, volumenya sedikit bertambah dan

membentuk massa seperti kapur, dimana hal ini ideal untuk

penutupan saluran akar.

Anda mungkin juga menyukai