Anda di halaman 1dari 14

Penilaian Risiko Ergonomis pada Postur Bekerja Mahasiswa Kedokteran

Gigi Tingkat Akhir di Tahun Keempat di Universitas Mahidol

DENTAL PUBLIC HEALTH JOURNAL READING

Disusun oleh :
Yuana Dianis Eka Putri
1995031

Pembimbing :
drg. Grace Monica, M.KM.

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
BANDUNG
2020
DENTAL PUBLIC HEALTH JOURNAL READING
Tanggal/Waktu : Jumat, 24 April 2020
Presenter : Yuana Dianis Eka Putri / 1995031
Pembimbing : drg. Grace Monica, M.KM
Judul Asli : Ergoonmic Risk Assessment from Working Posture in
Fourth Year Undergraduate Dental Student at Mahidol
University
Penulis : Thaneeka Promprakai, Pirasut Rodanant
Sumber : Department of Advanced General Dentistry, Faculty
of Dentistry, Mahidol university, 25 July 2019

Penilaian Risiko Ergonomis pada Postur Bekerja Mahasiswa Kedokteran

Gigi Tingkat Akhir di Tahun Keempat di Universitas Mahidol

Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah menilai risiko postur bekerja ergonimik dan

mengamati hubungan antara kesadaran postur dan risiko ergonomis pada

mahasiswa kedokteran gigi tahun keempat tingkat akhir di Universitas Mahidol

Bahan dan Metode: Foto-foto mahasiswa selama melakukan prosedur scaling

dan root planing. Foto-foto dianalisis menggunakan program UTHSCSA Image

Tool (Alat Gambar UTHSCSA). Metode Rapid Upper Limb Assessment yang

dimodifikasi digunakan untuk menilai tingkat risiko ergonomis. Kesadaran postur

dan alasan postur mereka dicatat dalam kuesioner. Prevalensi risiko ergonomis

dihitung. Hubungan antara kesadaran postur dan risiko ergonomis dianalisis

secara statistik menggunakan uji chi-square (p = 0,05).


Hasil: Ke-56 mahasiswa kedokteran gigi cenderung mengalami gangguan

muskuloskeletal. Data menunjukkan bahwa 64,3% dan 35,7% mahasiswa masing-

masing menunjukkan risiko ergonomi sedang hingga tinggi. 45% mahasiswa

mengasumsikan kesadaran postur selama penampilan mereka. Tidak ada

hubungan signifikan secara statistik antara kesadaran postur dan risiko ergonomis.

(p = 0,611)

Kesimpulan: Risiko ergonomis gangguan muskuloskeletal dari postur bekerja

pada mahasiswa kedokteran gigi tingkat akhir di universitas Mahidol adalah

sedang sampai tinggi. Tetapi tidak ada hubungan antara kesadaran postur dan

risiko ergonomis.

Kata kunci: kesadaran, risiko ergonomis, mahasiswa kedokteran gigi, WMSD,

postur kerja.

I. Pendahuluan

Dokter gigi adalah salah satu profesi yang berisiko mengembangkan

gangguan muskuloskeletal terkait pekerjaan (work-related musculoskeletal

disorders, WMSD). Sifat karakteristik kerja dokter gigi; termasuk pengulangan

pola kerja, menahan gaya dan getaran selama pekerjaan atau tindakan, tekanan

ekstrinsik dan postur bekerja abnormal, bertanggung jawab atas terjadinya nyeri

muskuloskeletal. Studi sebelumnya melaporkan bahwa mahasiswa kedokteran

gigi, asisten dokter gigi, mahasiswa pascasarjana dan dosen semua menderita

WMSD di mana leher, bahu dan punggung adalah area yang biasa menimbulkan
nyeri. Data yang dievaluasi menunjukkan hubungan antara nyeri muskuloskeletal

dan kesadaran postur kerja. Hanya 35% mahasiswa kedokteran gigi yang

mengetahui teori ergonomis, sehingga mereka mengatur postur saat bekerja

dengan baik dan benar. Perlu diperhatikan bahwa WMSD ada pada staf atau

anggota yang bekerja di sekitar kursi gigi dan mulai sangat awal dalam kehidupan

mereka. Penelitian kami mencari untuk menentukan prevalensi risiko ergonomis

dari postur kerja pada mahasiswa gigi tahun keempat yang diajarkan ergonomis

secara teoritis selama tahun akademik ketiga mereka dan baru mulai merawat

pasien di lingkungan klinis. Penelitian ini juga melaporkan alasan ketidakpatuhan

terhadap postur kerja ergonomis dan menyajikan hubungan antara kesadaran

postur dan terjadinya risiko ergonomis.

II. Bahan dan metode

Persetujuan etis diterima dari universitas Mahidol (COA.No.MU-DT/PY-IRB

2017/008.1402). Lima puluh enam mahasiswa kedokteran gigi tingkat akhir tahun

keempat di fakultas Kedokteran Gigi, universitas Mahidol yang mendaftar pada

semester kedua tahun akademik 2016 diundang untuk mengikuti penelitian ini.

Mahasiswa yang memiliki struktur kerangka abnormal (tulang belakang atau

leher) dikeluarkan dari penelitian.

III. Penilaian postur kerja

Dari jarak 2 meter, postur kerja saat melakukan scaling dan root planing

menggunakan instrumen tangan di klinik Periodontik di klinik utama direkam


oleh kamera digital yang dipasang pada tripod, dipasang setinggi pinggang setiap

subjek. Arah fokal (lensa Camera) menunjuk ke sisi kanan subjek dan

diproyeksikan sejajar dengan bidang horizontal dan tegak lurus terhadap bidang

vertikal. Foto diambil secara acak pada 15, 20, 25, 30, 35, 40, 45 atau 50 menit

setelah dimulainya perawatan. Setiap subjek tidak diberi tahu tentang tanggal dan

waktu penilaian. Prosedur penilaian tidak menghalangi kinerja mahasiswa.

Foto-foto postur kerja diproses melalui perangkat lunak Image Tool

UTHSCSA® (Departemen Ilmu Diagnostik Gigi di Pusat Ilmu Kesehatan

Universitas Texas, San Antonio, Texas, AS) untuk memperlihatkan angulasi

antara bagian lengan atas, lengan bawah, kepala dan leher, trunk (badan), kaki dan

telapak kaki yang dinilai lebih lanjut menggunakan metode Rapid Upper Limb

Assessment (RULA) yang dimodifikasi.

IV. Penilaian kesadaran postur

Ini dinilai melalui kuesioner. Ada 2 pertanyaan terbuka yang diperoleh apakah

subjek mengingatkan diri mereka sendiri tentang pengetahuan ergonomis selama

bekerja dan alasan untuk tidak mematuhi rekomendasi ergonomis.

V. Analisis statistik

Prevalensi risiko ergonomis pada mahasiswa kedokteran gigi digambarkan

dalam persentase. Signifikansi hubungan antara kesadaran postur dan risiko

ergonomis dihitung dengan SPSS versi 22.0 menggunakan uji chi-square pada p

<0,05.
VI. Hasil

1. Data umum

Ada 18 laki-laki dan 38 perempuan (total 56 subjek) berpartisipasi dalam

observasi ini. Usia rata-rata adalah 21,88 ± 0,748 tahun.

N (Person) %

Male 18 32,1

Female 38 67,9

Age (years old) 21,88±0,748

Tabel 1. Data Umum

2. Penilaian postur kerja

 Lengan atas: 55,4% subjek menunjukkan fleksi pada 20-45 derajat.

 Lengan bawah: 92,9% subjek menunjukkan fleksi kurang dari 60

derajat atau lebih dari 100 derajat.

 Kepala dan Leher: 100% subjek menunjukkan fleksi pada 20 derajat

atau lebih.

 Badan: 78,6% subjek menunjukkan fleksi pada 20-60 derajat.

 Tungkai dan kaki: 87,5% subjek menunjukkan dukungan dan

keseimbangan yang baik.


Tabel 2. Penilaian Postur Menggunakan Metode Modified RULA yang di

Klasifikasikan Berdasarkan Bagian Tubuh

Dengan menggunakan metode RULA yang dimodifikasi, mahasiswa

kedokteran gigi tahun keempat diklasifikasikan memiliki risiko gangguan

muskuloskeletal sedang hingga tinggi. (Gambar 1)


Gambar 1. Persentase Mahasiswa Kedokteran Gigi Tingkat Keempat Universitas

Mahidol di Klasifikasikan dari Perkembangan Resiko Gangguan Muskuloskeletal

VII. Penilaian kesadaran postur

Tiga perempat kuesioner dikembalikan untuk analisis. Itu menunjukkan bahwa

54,8% subyek tidak mengingatkan diri mereka sendiri tentang pengetahuan

ergonomis selama melakukan scaling dan root planing (Gambar 2). Alasan untuk

tidak mematuhi rekomendasi ergonomis disajikan di sini. (Gambar 3)

Gambar 2. Persentase dari Mahasiswa Kedokteran Gigi Tingkat Keempat di

Universitas Mahidol Melaporkan Kesadaran Ergonomis


Gambar 3. Persentase dari Mahasiswa Tingkat Keempat Universitas Mahidol di

Klasifikasikan dari Alasan Untuk Tidak Mengikuti Rekomendasi Ergonomis

Menurut hasil, tidak ada hubungan signifikan secara statistik antara kesadaran

postur dan risiko ergonomis. (Tabel 3)

Kesadaran Postur Resiko Ergomis X2 p

Sedang Tinggi

Ya 13 6 0,25 0,611

Tidak 14 9

Tabel 3. Hubungan Antara Kesadaran Postur dan Resiko Ergonomis

VIII. Diskusi

Studi ini mengungkapkan bahwa semua mahasiswa kedokteran gigi tahun

keempat tingkat akhir di universitas Mahidol berisiko mengembangkan WMSD.

Meskipun prevalensi risiko konsisten dengan penelitian lain, besarnya resiko

keparahan berbeda. Penelitian ini menunjukkan besarnya risiko yang lebih kecil
terhadap perkembangan gangguan. Temuan ini tidak terduga karena penelitian

ini menggunakan metode RULA yang dimodifikasi, tidak mengevaluasi

bagian pergelangan tangan. Tetapi rekomendasi RULA menunjukkan bahwa

jenis pekerjaan yang mengarah pada tingkat risiko ergonomi sedang dan tinggi

membutuhkan pemantauan secara dekat dan modifikasi lingkungan kerja. Gambar

4 dan 5 menunjukkan contoh postur kerja yang mengarah pada pengembangan

WMSD.

Gambar 4.Postur Kerja dengan Resiko Ergonomis Sedang yang Dapat

Menyebabkan WMSDs
Gambar 5. Postur Kerja dengan Resiko Ergonomis Tinggi yang Dapat

Menyebabkan WMSDs

Meskipun para mahasiswa ini telah mendaftar untuk dilakukan penelitian

ergonomis pada tahun akademik ketiga mereka, lebih dari setengah kelas

mahasiswa tidak menyadari dan tidak menyesuaikan postur tubuh mereka

berkorelasi dengan teori ergonomi selama jam kerja mereka. Hal ini konsisten

dengan penelitian lain yang secara umum menjelaskan keengganan operator untuk

melaporkan kontrol postur. Ini adalah situasi yang cukup mengkhawatirkan


karena para mahasiswa ini cenderung mengalami cedera sejak tahap awal karir

mereka. Hampir semua sekolah kedokteran gigi memperhatikan masalah tersebut

dan saat ini memasukkan studi ergonomi ke dalam kurikulum. Namun situasi ini

tidak berkurang karena terbukti bahwa tidak ada korelasi antara tingkat

pengetahuan dalam ergonomi dan aplikasi dalam situasi klinis.

Alasan untuk tidak mengikuti rekomendasi ergonomis terdiri dari keterbatasan

visi atau penglihatan, merasa tidak praktis, cepat, tidak sadar, berhati-hati dari

kesalahan, keterbatasan dan kelalaian pasien. Ketelitian adalah wajib dalam

mencapai pekerjaan gigi yang baik hingga sempurna. Mungkin secara umum

benar bahwa murid seperti mahasiswa kedokteran gigi, akan mengalami kesulitan

menangani tugas-tugas ini. Dalam situasi paling klinis, karena kurangnya

pengalaman dalam bekerja dengan instrumen (terutama kaca mulut) dan

manipulasi posisi pasien, postur ergonomis dapat menghambat visi atau

penglihatan mereka. Dengan demikian, tidak dapat dihindari untuk tidak

mematuhi rekomendasi guna menyelesaikan pekerjaan mereka sebaik dan secepat

mungkin. Penulis ingin menyampaikan apresiasi jika ada lebih banyak praktik di

laboratorium yang meningkatkan upaya untuk benar-benar fokus pada latihan

postur kerja ergonomis yang tepat, tidak hanya ketuntasan atau kesempurnaan

pekerjaan akhir. Dalam praktik klinis, keharusan untuk melakukan postur kerja

ergonomis bersama dengan pekerjaan yang tuntas di bawah fasilitasi instruktur

dapat mendorong mahasiswa mempraktikkan lingkungan kerja yang lebih sehat.


IX. Kesimpulan

Penelitian ini menunjukkan informasi utama tentang risiko ergonomi pada

mahasiswa kedokteran gigi tingkat akhir di universitas Mahidol. Risiko ergonomis

gangguan muskuloskeletal dari postur kerja adalah sedang hingga tinggi tetapi

tidak ada hubungan antara kesadaran postur dan risiko ergonomis. Semoga

laporan ini dapat mendorong setiap sektor terkait untuk sadar akan pentingnya

kesadaran ergonomis dan menjadi bagian untuk memotivasi mahasiswa

kedokteran gigi untuk memahami konsep ergonomi sedini mungkin.


CLINICAL APPRAISAL

Appraisal Question Yes Cant No

Tell

1.Apakah penelitian ini membahas 


pertanyaan/masalah yang difokuskan dengan jelas?
2. Apakah metode penelitian sesuai untuk 
menjawab pertanyaan penelitian?

3. Apakah metode pemilihan subjek dijelaskan 


dengan jelas?

4. Bisakah cara sampel/subjek diambil dapat  


menimbulkan bias?
5. Apakah sampel dari subjek representative terkait 
populasi yang akan dirujuk temuannya?

6. Apakah ukuran sampel berdasarkan 


pertimbangan pra-studi kekuatan statistic?
7. Apakah tingkat respon yang memuaskan dicapai? 

8. Apakah pengukuran kuisioner cenderung valid 


dan dapat diandalkan?

9. Apakah signifikansi statistic dinilai?  

10. Apakah interval kepercayaan diberikan untuk 


hasil utama?
11. Mungkinkah ada faktor pembaur yang belum 
diperhitungkan?
12. Dapatkah hasilnya diterapkan pada organisasi 
anda?

Anda mungkin juga menyukai