Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH PROMOSI KESEHATAN

“Upaya Memodifikasi Lingkungan, Sosial Ekonomi, Perilaku Kesehatan,dan


Perawatan Klinis dalam Meningkatkan Kesehatan”
Dosen Pengampu : Dr. Jundra Darwanty, SST., M.Pd

Disusun oleh :
Kelompok 2
Lisna Amalia (P17324422038)
Nina Erita (P17324422046)
Pingka Aulia (P17324422048)
Rajwa Salsabil M (P17324422050)
Riri Zahara (P17324422055)
Safana Nabila (P17324422056)
Siti Aminah (P17324422066)
Yolanda Precilia (P17324422074)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG


PRODI KEBIDANAN KARAWANG
KATA PENGANTAR

Pertama-tama kami panjatkan puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena dengan berkat rahmat, ridho, dan karunianya kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan baik.

Makalah yang kami buat ini berjudul “Upaya Memodifikasi Lingkungan, Sosial
Ekonomi, Perilaku Kesehatan,dan Perawatan Klinis dalam Meningkatkan
Kesehatan”. Pembuatan makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Promosi Kesehatan.

Kami ucapkan terimakasih kepada Ibu Dr. Jundra Darwanty, SST., M.Pd selaku
dosen mata kuliah Promosi Kesehatan yang telah membimbing kami dalam
pembelajaran Promosi Kesehatan. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada
teman-teman kami yang selalu setia membantu dalam hal mengumpulkan data-data
dalam pembuatan makalah ini.

Kami memohon maaf apabila masih terdapat banyak sekali kekurangan dalam
pembuatan makalah ini. Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat sebagai ilmu
untuk kita semua sebagai pembaca. Kami mohon saran dan kritik dari teman-teman
maupun dosen demi tercapainya makalah yang sempurna.

Karawang, 18 Januari 2023

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii

DAFTAR ISI....................................................................................................................iii

BAB I.................................................................................................................................4

1.1 Latar Belakang....................................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................5

1.3 Tujuan.................................................................................................................5

BAB II...............................................................................................................................6

2.1 Upaya Memodifikasi Lingkungan......................................................................6

2.2 Upaya Memodifikasi Ekonomi Sosial................................................................8

2.3 Upaya Memodifikasi Perilaku..........................................................................10

2.4 Upaya Modifikasi Perawatan Klinis/Pelayanan Kesehatan..............................12

2.4.1. Peran Tenaga Kesehatan Masyarakat Dalam Pembangunan Kesehatan...13

BAB III............................................................................................................................14

3.1 Kesimpulan.......................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................15

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut WHO (dalam Fitriani, 2011), promosi kesehatan sebagai "The process of
enabling individuals and communities to increases control over the determinants of
health and there by improve their health" (proses yang mengupayakan individu dan
masyarakat untuk meningkatkan kemampuan mereka mengendalikan faktor
kesehatan sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatannya).

Konsep promosi kesehatan tidak hanya merupakan proses penyadaran masyarakat


dalam hal pemberian dan peningkatan pengetahuan dalam bidang kesehatan saja,
tetapi juga sebagai upaya yang mampu menjembatani perubahan perilaku, baik di
dalam masyarakat maupun dalam organisasi dan lingkungannya. Perubahan

iv
lingkungan yang diharapkan dalam kegiatan promosi kesehatan meliputi
lingkungan fisik-nonfisik, sosial-budaya, ekonomi, dan politik. Definisi promosi
kesehatan juga tertuang dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
1148/MENKES/SK/VII/2005 tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di
Daerah, disebutkan bahwa promosi kesehatan adalah "upaya untuk meningkatkan
kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama
masyarakat, agar merekan dapat menolong diri sendiri, serta mengembangkan
kegiatan yang bersumber daya masyarakat, sesuai sosial budaya setempat dan
didukung kebijakan publik yang berwawasan kesehatan".
Tujuan promosi kesehatan adalah meningkatkan kemampuan baik individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat agar mampu hidup sehat dan mengembangkan
upaya kesehatan yang bersumber masyarakat serta terwujudnya lingkungan yang
kondusif untuk mendorong terbentuknya kemampuan tersebut (Notoatmodjo,
2012).

Upaya untuk mewujudkan promosi kesehatan dapat dilakukan melalui strategi yang
baik. Pada pencapaian program promosi kesehatan secara Nasional seperti
pencapaian Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Rumah Tangga hingga Tahun
2014, persentase PHBS pada tatanan Rumah Tangga baru mencapai 56,58% dari
target Renstra RI 2015-2019 sebesar 80% dan pencapaian Desa Siaga Aktif hingga
Tahun 2014, baru mencapai 69,51% dari target Renstra RI 2015-2019 sebesar 80%.
Ini menyatakan bahwa target Nasional tentang PHBS Rumah Tangga serta Desa
Siaga Aktif masih belum sesuai target yang diharapkan (Profil Kesehatan
Indonesia, 2014).

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana upaya modifikasi lingkungan untuk meningkatkan kesehatan ?
2. Bagaimana upaya modifikasi dalam hal ekonomi?
3. Bagaimana upaya modifikasi perawatan klinis?
4. Bagaimana upaya modifikasi perilaku kesehatan?

v
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui lingkungan upaya modifikasi lingkungan kesehatan
2. Untuk mengetahui upaya modifikasi dalam hal ekonomi
3. Untuk mengetahui upaya modifikasi perawatan klinis
4. Untuk mengetahui upaya modifikasi perilaku kesehatan

BAB II
PEMBAHASAN

Konsep hidup sehat sampai saat ini masih relevan untuk diterapkan. Kondisi sehat
secara holistik bukan saja kondisi sehat secara fisik melainkan juga spiritual dan sosial
dalam bermasyarakat. Untuk menciptakan kondisi sehat seperti ini diperlukan suatu
keharmonisan dalam menjaga kesehatan tubuh dimana ada empat faktor utama yang
mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Keempat faktor tersebut merupakan
faktor determinan timbulnya masalah kesehatan. Keempat faktor tersebut terdiri dari
faktor perilaku/gaya hidup (life style), faktor lingkungan, faktor sosial ekonomi,dan
faktor perawatan klinis (jenis cakupan dan kualitasnya). Keempat faktor tersebut saling
berinteraksi yang mempengaruhi kesehatan perorangan dan derajat kesehatan
masyarakat.

vi
2.1 Upaya Memodifikasi Lingkungan
Kesehatan lingkungan merupakan keadaan lingkungan yang optimum sehingga
berpengaruh positif terhadap terbentuknya derajat kesehatan masyarakat yang
optimum pula. Masalah kesehatan lingkungan meliputi penyehatan lingkungan
pemukiman, penyedia air bersih, pengelolaan limbah dan sampah serta pengelolaan
tempat-tempat umum dan pengolahan makanan.
Lingkungan pemukiman secara khusus adalah rumah merupakan salah satu
kebutuhan dasar bagi kehidupan manusia. Pertumbuhan penduduk yang tidak
diikuti pertambahan luas rumah cenderung menimbulkan masalah kepadatan
populasi dan lingkungan tempat tinggal yang menyebabkan berbagai penyakit serta
masalah kesehatan. Rumah sehat sebagai masyarakat berperilaku sehat memiliki
kriteria yang sulit dapat dipenuhi akibat kepadatan populasi yang tidak diimbangi
ketersediaan lahan perumahan. Kriteria tersebut antara lain luas bangunan rumah
minimal 2,5 m2 per penghuni, fasilitas air bersih yang cukup, pembuangan tinja,
pembuangan sampah dan limbah, fasilitas dapur dan ruang berkumpul keluarga
serta gedung dan kandang ternak untuk rumah pedesaan. Tidak terpenuhi syarat
rumah sehat dapat menimbulkan masalah kesehatan atau penyakit baik fisik, mental
maupun sosial yang mempengaruhi produktivitas keluarga dan pada akhirnya
mengarah pada kemiskinan dan masalah sosial.
Kebutuhan air bersih terutama meliputi air minum, air mandi, memasak dan
mencuci. Air minum yang dikonsumsi harus memenuhi syarat minimal sebagai air
yanng dikonsumsi. Syarat air minum yang sehat antara lain syarat fisik, syarat
bakteriologis dan syarat kimia. Air minum sehat memiliki karakteristik tidak
berwarna, tidak berbau, tidak berasa, suhu dibawah suhu udara sekitar (syarat fisik),
bebas dari bakteri patogen (syarat bakteriologis) dan mengandung zat-zat tertentu
dalam jumlah yang dipersyaratkan (syarat kimia). Di Indonesia sumber-sumber air
minum dapat dari air hujan, air sungai, air danau, mata air, air sumur dangkal dan
air sumur dalam. Sumber-sumber air tersebut memiliki karakteristik masing-masing
yang membutuhkan pengolahan sederhana sampai modern agar layak diminum.
Tidak terpenuhi kebutuhan air bersih dapat menimbulkan masalah kesehatan atau
penyakit seperti infeksi kulit, infeksi usus, penyakit gigi dan mulut dan lain-lain.

vii
Limbah merupakan hasil buangan baik manusia (kotoran), rumah tangga, industri,
atau tempat-tempat umum lainnya. Sampah merupakan bahan atau benda padat
yang dibuang karena sudah tidak digunakan dalam kegiatan manusia. Pengelolaan
limbah dan sampah yang tidak tepat akan menimbulkan polusi terhadap kesehatan
lingkungan. Pengelolaan kotoran manusia membutuhkan tempat yang memenuhi
syarat agar tidak menimbulkan kontaminasi terhadap air dan tanah serta
menimbulkan polusi bau dan menganggu estetika. Tempat pembuangan dan
pengolahan limbah kotoran manusia berupa jamban dan septic tank harus
memenuhi syarat kesehatan karena beberapa penyakit disebarkan melalui perantara
kotoran.

2.2 Upaya Memodifikasi Ekonomi Sosial


Pengertian sosial dan pengertian ekonomi sering dibahas secara terpisah. Pengertian
sosial dalam ilmu sosial menunjuk pada objeknya yaitu masyarakat. Sedangkan
pada departemen sosial menunjukkan pada kegiatan yang ditunjukkan untuk
mengatasi persoalan yang dihadapi oleh masyarakat dalam bidang kesejahteraan
yang ruang lingkup pekerjaannya menyangkut kesejahteraan sosial.Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI) (1996), kata sosial berarti segala sesuatu yang berkenaan
dengan masyarakat. Sedangkan dalam konsep sosiologi, manusia sering disebut
sebagai makhluk sosial yang artinya manusia tidak dapat hidup wajar tanpa adanya
bantuan orang lain disekitarnya. Sehingga kata sosial sering diartikan sebagai hal-
hal yang berkenaan dengan masyarakat.Sementara istilah ekonomi sendiri berasal
dari bahasa yunani yaitu "oikos" yang berarti keluarga atau rumah tangga dan
"nomos" yaitu peraturan, aturan dan hukum. Maka secara garis besar ekonomi
diartikan sebagai aturan rumah tangga atau manajemen rumah tangga. Kamus Besar
Bahasa Indonesia, ekonomi berarti ilmu yang mengenai asas-asas produksi,
distribusi dan pemakaian barang-barang serta kekayaan (seperti keuangan,
perindustrian dan perdagangan) KBBI (1996)

Berdasarkan beberapa pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa sosial


ekonomi adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan
masyarakat, antara lain sandang, pangan, perumahan, pendidikan, kesehatan, dan

viii
lain-lain. Pemenuhan kebutuhan tersebut berkaitan dengan penghasilan. Hal ini
disesuaikan dengan penelitian yang akan dilakukan. Berdasarkan ini masyarakat
tersebut dapat digolongkan kedalam kedudukan sosial ekonomi rendah, sedang, dan
tinggi (Koentjaranugrat, 1981)2. Konsep Dampak Sosial EkonomiSosial ekonomi
adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan
masyarakat, antara lain sandang, pangan, perumahan, pendidikan, kesehatan, lain-
lain. Pemenuhan kebutuhan tersebut berkaitan dengan penghasilan. Hal ini
disesuaikan dengan penelitian yang akan dilakukan. Dampak dalam bahasa inggris
disebut impact yang bersinonim dengan effect (akibat) atau consequences (akibat).
Dalam bahasa Indonesia dampak berarti pengaruh kuat yang mendatangkan akibat.
Berdampak mengandung arti berpengaruh. Jadi, ketika berbicara dampak
pembangunan kita berbicara akibat-akibat yang ditimbulkan oleh pembangunan.
Dampak tersebut terdiri dari :a. Dampak Positif Dampak yang dianggap baik oleh
penyelenggara pembangunan maupun oleh orang lain.

Sumber daya manusia merupakan input pembangunan ekonomi. Hubungan sumber


daya manusia dan pertumbuhan ekonomi menunjukkan suatu keharusan bahwa
kebijakan publik memperhatikan pengembangan pendidikan, promosi keahlian, dan
pelayanan kesehatan. pertumbuhan ekonomi yang tinggi dipengaruhi oleh sumber
daya manusia yang berkualitas, hal ini terlihat dari tingkat intelektual dan cara
berpikir yang baik, sehingga tenaga kerja mudah menyerap dan beradaptasi dengan
perubahan teknologi dan ekonomi yang terjadi. Perhatian terhadap faktor manusia
menjadi sentral akhir-akhir ini berkaitan dengan perkembangan dalam ilmu
ekonomi pembangunan dan sosiologi. Para ahli di kedua bidang tersebut umumnya
sepakat pada satu hal yakni modal manusia berperan secara signifikan, bahkan lebih
penting daripada faktor teknologi, dalam memacu pertumbuhan ekonomi. Modal
manusia tersebut tidak hanya menyangkut kuantitas, tetapi yang jauh lebih penting
adalah dari segi kualitas. Dalam kaitannya dengan perekonomian secara umum
(nasional), semakin tinggi kualitas hidup suatu bangsa, semakin tinggi tingkat
pertumbuhan dan kesejahteraan bangsa tersebut.
Studi perubahan sosial, dengan demikian bila disimpulkan akan melibatkan dimensi
ruang dan waktu, karena harus melihat dan membandingkan keadaan objek dari

ix
waktu yang berlainan. Dimensi ruang mengacu pada wilayah terjadinya perubahan
sosial serta kondisi yang melingkupinya. Dimensi ini mencakup pola konteks
historis yang terjadi diwilayah tersebut. Dimensi waktu dalam studi meliputi
konteks sejarah atau masa lalu (past), sekarang (present), dan masa depan (future).
Pada konteks masa “lalu” merupakan aspek yang harus diperhatikan dalam
melakukan studi perubahan sosial

2.3 Upaya Memodifikasi Perilaku


Program promosi perilaku hidup bersih dan sehat yang biasa dikenal
PHBS/promosi higiene merupakan pendekatan terencana untuk mencegah penyakit
diare dan penyakit menular yang lain melalui pengabdopsian perubahan perilaku
oleh masyarakat secara meluas Program ini dimulai dengan apa yang diketahui,
diinginkan dan dilakukan masyarakat setempat dan mengembangkan program
berdasarkan informasi tersebut (Curtis V dkk, 1997; UNICEF, WHO. Bersih, Sehat
dan Sejahtera).

Program promosi PHBS harus dilakukan secara profesional oleh individu dan atau
kelompok yang mempunyai kemampuan dan komitmen terhadap kesehatan
masyarakat serta memahami tentang lingkungan dan mampu melaksanakan
komunikasi. edukasi dan menyampaikan informasi secara tepat dan benar yang
sekarang disebut dengan promosi kesehatan. Tenaga kesehatan masyarakat
diharapkan mampu mengambil bagian dalam promosi PHBS sehingga dapat
melakukan perubahan perilaku masyarakat untuk hidup berdasarkan PHBS. Tenaga
kesehatan masyarakat telah mempunyai bekal yang cukup untuk dikembangkan dan
pada waktunya disumbangkan kepada masyarakat dimana mereka bekerja.

Didalam mewujudkan PHBS secara terencana, tepat dan berdasarkan situasi daerah,
maka diperlukan pemahaman dan tahapan sebagai berikut (UNICEF, WHO. Bersih,
Sehat dan Sejahtera, Fraeff dkk, 1993, Van Wijk dkk, 1995).

1. Memperkenalkan kepada masyarakat tentang gagasan dan teknik


mempromosikan perilaku PHBS

x
2. Mengidentifikasi perilaku masyarakat yang perlu dirubah dan teknik-teknik
mengembangkan strategi untuk perubahan perilaku bagi individu, keluarga
dan masyarakat.
3. Memotivasi perubahan perilaku masyarakat.
4. Merancang program komunikasi untuk berbagai kelompok sasaran.

Program promosi higiene Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), merupakan
pendekatan terencana untuk mencegah penyakit diare melalui pengadopsian
perubahan perilaku oleh masyarakat secara meluas Program ini dimulai dari apa
yang diketahui, di inginkan, dan dilakukan masyarakat Perencanaan suatu program
promosi higiene untuk masyarakat dilakukan berdasarkan jawaban atau pertanyaan
di atas atau bekerjasama dengan pihak yang terlibat., untuk itu diperlukan pesan
pesan yang sederhana, positif dan menarik yang dirancang untuk dikomunikasikan
lewat sarana lokal seperti poster, pamphlet.

Mengidentifikasikan perubahan perilaku. masyarakat, pada tahap ini akan


dilakukan identifikasi perilaku beresiko melalui pengamatan terstruktur. Sehingga
dapat ditentukan cara pendekatan baru terhadap perbaikan higiene sehingga
diharapkan anak anak terhindar dari lingkungan yang terkontaminasi
Memotivikasi perubahan perilaku, langkah langkah memotivikasi orang untuk
mengadopsi perilaku higiene, termasuk :

1. Memilih beberapa perubahan perilaku yang diharapkan yang dapat


diterapkan,
2. Mencari tahu apa yang dirasakan oleh kelompok sasaran mengenai perilaku
tersebut melalui diskusi terfocus, wawancara dan melalui uji coba perilaku,
3. Membuat pesan yang tepat sehingga sasaran mau melakukan perubahan
perilaku
4. Menciptakan sebuah pesan sederhana, positif, menarik berdasarkan apa
yang disukai kelompok sasaran
5. Merancang paket komunikasi

xi
Merancang program komunikasi, pada tahap ini telah dapat menentukan perubahan
perilaku dan menempatkan pesan dengan tepat dengan memadukan semua.
informasi yang telah dikumpulkan, selanjutnya dikomunikasilan dengan dukungan
seperti audio visual (video, film), oral (radio), cetak (poster, leaflet), visual (flip
charts)

Sasaran promosi PHBS tidak hanya terbatas tentang hygiene, namun harus lebih
komprehensif dan luas, mencakup perubahan lingkungan fisik, lingkungan biologi
dan lingkungan sosial-budaya masyarakat sehingga tercipta lingkungan yang
berwawasan kesehatan dan perubahan perilaku hidup bersih dan sehat.

2.4 Upaya Modifikasi Perawatan Klinis/Pelayanan Kesehatan


Pada waktu ini di dunia terdapat setidaknya ratusan manusia yang status
kesehatannya sudah tidak layak, dan lebih dari setengah penduduk dunia tidak
memperoleh pelayanan kesehatan yang memadai. Ketimpangan ini diakibatkan
adanya kesenjangan pada tingkat kesehatan negara negara maju dan negara negara
berkembang serta dalam penyediaan sumber daya bagi perbaikan kesehatan
(Organisasi Kesehatan se Dunia, 1990).

Deklamasi Alma-Ata yang ditetapkan pada: tanggal 12 September 1978 oleh


konperensi internasional mengenai pelayanan kesehatan dasar menyatakan bahwa
pelayanan kesehatan dasar merupakan kunci untuk mencapai sasaran kesehatan
bagi semua orang (Organisasi Kesehatan Se Dunia, 1990).

"Kesehatan Bagi Semua", berarti memperbaiki sarana terus menerus tingkat


kesehatan selunah penduduk, oleh karena itu setiap orang harus dapat dicakup oleh
pelayanan kesehatan dasar dan oleh semua tingkat sistim kesehatan nasional
komprehensif. Namun "Kesehatan Bagi Semua" dapat pula diartikan secara berbeda
di setiap tempat berdasarkan ciri sosial dan ekonomi, status kesehatan dan pola
penyakit penduduknya serta tingkat perkembangan sistim kesehatannya. semua,

xii
Untuk mencapai taraf kesehatan maka paling sedikit yang harus tercakup dalam
pelayanan kesehatan dasar adalah:
1. Pendidikan tentang masalah kesehatan umum, cara pencegahan dan
pemberantasannya,
2. Peningkatan persediaan pengadaan kecukupan gizi,
3. Penyediaan air minum dan sanitasi dasar,
4. Pelayanan kesehatan ibu dan anak termasuk keluarga berencana,
5. Imunisasi,
6. Pengobatan dan pengadaan obat. (Organisasi Kesehatan Se Dunia, 1990)

2.4.1. Peran Tenaga Kesehatan Masyarakat Dalam Pembangunan Kesehatan


Sumber Daya Manusia Kesehatan untuk menjalankan pembangunan
kesehatan perlu dikembangkan agar tercipta tatanan yang mengatur
produksi, distribusi dan utilisasi SDM kesehatan yang berkualitas, produktif,
berdedikasi, bermoral dan beretika yang tersebar secara merata dalam
jumlah dan jenis yang sesuai dengan kebutuhan.

Prinsip-prinsip pengembangan sumber daya manusia (SDM) kesehatan


adalah sebagai berikut. (Depkes RI 1999, Dep Kes RI 1990)
1. Pengembangan SDM kesehatan sebagai bagian dari pembangunan
kesehatan dan merupakan investasi pembangunan nasional.
2. Kebijakan pembangunan SDM kesehatan diarahkan untuk mengatasi
permasalahan pemerataan, kualitas, efisiensi pendayagunaan dan
migrasi internasional tenaga kesehatan.
3. Jenis dan kompetensi SDM kesehatan ditentukan berdasar kebutuhan
nasional,lokal, dengan mengacu standar global.
Peningkatan profesionalisme SDM kesehatan dilakukan melalui legislasi,
peningkatan penguasaan Iptek yang dilandasi iman dan taqwa serta etika
profesi.
Pemerataan SDM kesehatan diupayakan melalui pendekatan yang seimbang
antara hak azasi dan tanggung jawab azasi.

xiii
Peningkatan kualitas tenaga kesehatan dilaksanakan mulai dari pendidikan
hingga berakhirnya masa pengabdian. Tenaga kesehatan masyarakat
(Kesmas) merupakan bagian dari sumber daya manusia.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

xiv
DAFTAR PUSTAKA

1. Organisasi Kesehatan Dunia, 1990.Perumusan Strategi mengenai Kesehatan bagi


Semua pada Tahun 2000. Dasar dasar bimbingan dan permasalahan pokok.
Dokumen Dewan Eksekutif Organisasi Kesehatan se-Dunia.
2. Departemen Kesehatan RI, 1999. Paradigma Sehat menuju Indonesia Sehat 2010,
Pusat penyuluhan kesehatan masyarakat, h.6-11.
3. Departemen Kesehatan RI, 2000. Laporan semiloka pengembangan tenaga
kesehatan untuk mewujudkan Indonesia sehat 2010. Jakarta 10 Juli 2000
4. Soemantri S. 2001. Surkesnas 2001. Issues Lingkungan, Pelayanan, Perilaku dan
Derajat Kesehatan. Tidak dipublikasi.

xv
5. UNICEF, WHO. Bersih, Sehat dan Sejahtera. (Terjemahan), London School of
Hygiene and Tropical Medicine Ministere de la Sante du Burkina Faso. Buku 1,2,3
dan 4.
6. Curtis V., Kanki B., Cousens S. 1997. Dirt and Diarhoea: Formative Research for
Hygiene Promotion programmes. Health policy and planning. 12 (2).
7. Fraeff, Elder dan booth. Communication for Health and Behaviour Change. Jossey-
Bass, San Fransissco, 1993.
8. Van Wijk and Murre. Motivating Behaviour Change. IRC/UNICEF. 1995.
9. Departemen Kesehatan RI. 2002. Kebijakan Desentralisasi Pembangunan
Kesehatan. Rapat Kerja Kesehatan Nasional. Jakarta 24- 27 Juli 2002.

xvi

Anda mungkin juga menyukai