Penyusun
Kaka And The Backbond
Tokoh
Kaka
Andara
Andara
Ra
Aku mau pamer sesuatu.
(mengirimkan rekaman)
HEYYY, APA-APAAN ITU!!
GILA SUARAMU BAGUS BANGET!!!
Terima kasih, kamu berlebihan ra.
Aku jadi malu.
TIDAK! MEMANG BAGUS KOK!!
Sayang sekali, kenapa setiap ada event atau
Perlombaan kamu tidak pernah ikut maju berpartisipasi?
Aku tidak berani, aku tidak kuat mental jika harus menaiki
panggung dan dilihat oleh banyak orang.
Aku sering panik jika berada diatas panggung
Lalu suaraku akan jelek, karena nervous.
Kamu tidak akan pernah tau jika tidak mencobanya, Kaka.
Ya ampuuun Kaka.
Padahal syaratnya mudah, kau tinggal mengirimkan rekaman
Suara, lagu apa saja.
Bukan Andara kalau tidak nekat. Tak kusangka dia mengirimkan rekaman
suaraku yang kemarin ke event itu. Aku mengetahuinya saat mendapatkan pesan
dari event pencari talenta. Tentu saja aku terkejut dan marah, bagaimana tidak?
Aku lolos seleksi pertama. Langsung saja kudatangi Andara.
“Andaraaa! Keluar kamu!” Teriakku dari luar rumahnya.
“Ya ampun, ada apa sih teriak-teriak? kaya toa tau gak?!" Jawabnya
“Kau memang sudah gila ya? Bisa-bisanya kamu mengirimkan rekamanku
ke event sialan itu?!” Marahku
"Masuk dulu, di dalam saja marah-marahnya.” Sahutnya sembari
membukakan pintu.
Akupun masuk dan duduk di sofa. Andara mengambilkan beberapa
cemilan dan teh.
Hey, aku disini mau marah-marah ya bukan mau bertamu!
“Maaf seadanya, orang tuaku sedang pergi.” Ucapnya.
“Hey, aku ini mau marah bukan mau bertamu!” Sahutku.
“Ya, aku minta maaf tidak izin terlebih dahulu padamu.” Ucapnya santai.
“Santai sekali kamu ngomongnya, lalu ini bagaimana? Aku lolos?!”
Teriakku panik
“Hah?! Kamu serius, selamat ya!!” Teriaknya terkejut.
“Selamat kepalamu!! Kamu mau bertanggung jawab?! Besok aku harus
bagaimana? Bagaimana jika tiba-tiba aku gugup dan suaraku tidak keluar? Mau
dimanakan mukaku?!” Sahutku.
“Kamu ini belum apa-apa sudah pesimis! Bagaimana kelak jika kamu
memasuki dunia kerja? Apakah kamu akan terus begini? Menjadi Kaka yang
pesimis disetiap hal?” Jawabnya.
“Kenapa jadi kamu yang marah? Harusnya aku! Itu masa depanku,
urusanku. Kenapa ikut campur?”
Aku kesal dan meninggalkan Andara yang matanya sudah memerah. Aku
tahu aku terlalu kasar padanya. Tapi ini memang diriku, masa depanku. Tak
semudah itu berdiri di depan semua orang, menjadi sorotan. Asal kau tau saja, aku
ini introvert. Apakah dia tidak memikirkan diriku?
Sudah 3 hari aku dan Andara berdiam-diaman, sedangkan eventnya akan
dimulai 2 minggu lagi. Saat di sekolah pun Andara mendiamiku, selalu
menghindariku. Sepertinya dia masih marah padaku karena bentakanku hari itu.
Aku masih tidak terima, harusnya aku yang marah, bukan dia. Saat pulang
sekolah kami pulang bersama oh tidak, dia di depanku tak menengok ke belakang
sedikitpun. Aku bingung harus bagaimana, akhirnya aku pulang tanpa bertegur
sapa dengannya.
Aku merebahkan tubuhku keatas tumpukan bantal, merenungi bagaimana
aku harus menghadapi event itu? Haruskah aku mengundurkan diri saja? Dari
pada mempermalukan diri sendiri. Notifikasi whatsapp mengejutkanku ditengah
lamunan. Aku terkejut, Andara mengirim bubble chat sangat banyak.
Andara
Kaka...
Aku ingin meminta maaf, maaf sudah menghakimi hidupmu.
Maaf sudah mengatur-atur dirimu, padahal aku bukan siapa-siapamu,
Maaf juga telah lancang mengirimkanmu ke event itu, tanpa memikirkan
Bagaimana kamu akan menghadapinya, aku egois dan gegabah. Maaf, aku tidak
Berniat begitu, aku hanya ingin kamu tidak menyia-nyiakan bakatmu.
Meski terdengar lancang tapi kuharap kau bisa memaafkanku.
Jika kau tidak keberatan, aku bisa menolongmu mengurangi rasa takutmu.
Kita latihan bersama, aku akan menemanimu.
Jangan mundur, banyak orang disana yang ingin lolos tapi gagal.
Sedangkan kamu yang sudah lolos, masa mau mundur?
Iya juga..
Tapi aku betulan takut, ra.
Baiklah.
Akan kucoba.
Sejak saat itu, Andara membantuku untuk mengurangi rasa takutku. Mulai
dari bernyanyi didepan teman-teman sekelas dan keluarga. Meski sedikit gugup,
aku lambat laun bisa mengatasinya. Aku selalu ingat apa yang Andara ucapkan
ketika aku gugup.
“bayangkan jika disudut sana ada Andra dan band nya yang sedang bangga
dengan perform mu, jadi jangan kecewakan dia” Begitu ucapnya, dan juga
“bayangkan, depanmu adalah ruang kosong. Hanya ada dirimu sendiri dan
gitarmu”
Ternyata hal kecil seperti itu berpengaruh padaku. Semakin sering aku
tampil didepan teman sekelas, akupun semakin terbiasa. Aku mulai berani, oh
tidak. Aku sudah berani!
Kini adalah saat yang dinanti-nantikan. Aku, Andara dan bunda memasuki
gedung itu. Gedung dimana event pencari talenta itu dilaksanakan secara live. Jika
boleh jujur, rasanya jantungku sudah berpindah ke usus, aku ingin buang air kecil,
ingin buang air besar juga karena nervous. Tapi pasti aku akan ditertawakan oleh
bunda dan Andara.
Cukup lama kami bertiga menunggu, akhirnya namaku dipanggil.
‘Atas nama Kaka nomor dada 2409 dipersilahkan memasuki ruangan'
Aku melangkahkan kakiku sekaligus mendesah percaya diri. Aku tidak
boleh menyia-nyiakan bakatku. Aku harus bisa, meski Andra dan band nya tidak
ada disini. Tapi aku harus bisa. Aku merapalkan doa dan kata-kata optimis.
Kubuka pintu itu dan mulai berjalan menaiki panggung. Kukira hanya ada
3 atau 4 juri dan beberapa penonton. Ternyata disitu ada puluhan penonton dan 5
juri yang menilai. Kakiku mulai gemetar, sekujur tubuhku dingin. Rasanya
leherku dijerat tali, seketika suaraku tidak bisa keluar. Aku memegang mic dengan
tangan gemetar total.
Juri sudah mempersilahkan aku untuk menyanyi, tapi aku tidak
bergeming. Mematung, dan gemetar disekujur tubuhku tidak berhenti. Kulihat
bunda dan Andara datang menduduki bangku penonton. Andara komat-kamit
memberikan semangat, bunda juga demikian.
Aku masih tidak bergeming, sampai akhirnya Andara berkata,
“Ada Andra dibelakang, jangan memalukan!”
Aku mulai menutup mata, terngiang kata Andara tempo hari ‘hanya ada
kamu dan gitarmu'
Ya hanya ada aku dan gitarku. Oke, aku mulai membuka mataku, tiba-tiba
semua orang menghilang, hanya ada Andra dan band nya dibelakang, mungkin itu
hanya haluanku karena Andra dan bandnya tidak menghadiri event ini. Namun
haluan itu membuatku lebih percaya diri.
Ku mulai bernyanyi. Bernyanyi dengan asyik, seakan hanya ada aku dan
Andra disana. Andra dan bandnya tersenyum, mereka terlihat bangga dengan
penampilanku. Aku semakin percaya diri, sampai laguku selesai. Terdengar
tepukan tangan ya meriah didepanku, puluhan penonton bersorak bangga. Begitu
juga bunda dan Andara.
Akhirnya aku bisa melewatinya. Saat turun dari panggung, bunda
langsung memelukku dengan bangga. Tiba-tiba saja ada yang mendatangiku.
“halo, kamu Kaka ya? Saya lihat kamu tampil tadi. Sangat keren dan
bagus, bagaimana jika kita tampil bersama?” ucapnya
Hey, dia Andra. Iya Andraa, bunda aku diajak Andra ngeband. Ya
ampunnn pengen nangis rasanya.
“I-iya kak” Jawabku gugup
“Salam kenal ya, ini nomor whatsapp saya. Saya ingin membicarakan
banyak hal denganmu, tapi sekarang sedang terburu-buru, maaf” Ucapnya.
Ternyata aku tidak menghayal, tadi itu memang Andra. Beliau
menontonku, dengan wajah bangga dan kagumnya, Tak kusangka.
Ya, hari itu mengubah seluruh hidupku. Dan kini aku memiliki kontrak
dengan Andra, aku tergabung dalam band nya. Aku tampil dimana-mana, bahkan
memiliki fanclub sendiri. Kaka and the backbone, keybone. Keren bukan?
Hari sial itu ternyata menyelamatkan masa depanku. Impianku untuk
bertemu Andra, semuanya tercapai dan berjalan dengan lancar. Aku sangat
berterima kasih pada Andara, aku mungkin akan menjadi Kaka yang takut di
setiap hal jika waktu itu Andara tidak menyemangatiku dan menolongku.
Dari hari itu aku mengerti, kita tidak akan pernah tau jika tidak
mencobanya. Masa depan tidak akan mengejar kita, kita yang harus mengejarnya.
SELESAI