Anda di halaman 1dari 27

Bahan Kuliah

MODEL-MODEL PEMBELAJARAN
INOVATIF
(MPI)

Disusun Oleh:
Drs. Y.B. Adimassana, M.A.

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar


Jurusan Ilmu Pendidikan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma
2019
DAFTAR ISI
Halaman

Halaman Judul …………………………………………………………………………. 1


Daftar Isi ……………………………………………………………………………….. 2
KOMPETENSI YANG HENDAK DICAPAI DAN INDIKATOR ……………….. 3
A. Kompetensi yang hendak dicapai ……………………………………………….. 3
B. Indikator pencapaian kompetensi ……………………………………………….. 3

I. PENDAHULUAN ……………………………………..………………………….. 4
A. Latar Belakang Penerapan Model Pembelajaran Inovatif (PAIKEM)……..…… 4
B. Masalah yang Kita Hadapi ……………………………..………………………. 6
C. Mencari Pemecahan Masalah .…………………………..………………………. 8

II. PEMBELAJARAN PAKEM ................................................................................. 13


A. Pengertian Pembelajaran Inovatif (PIAKEM)...................................................... 13
B. Mengapa perlu menerapkan PAIKEM di SD?..................................................... 15
C. Karakeristik PAIKEM........................................................................................... 15
D. Model-model Pembelajaran yang Inovatif sebagai Jabaran PAIKEM ................ 18
E. Strategi Penerapan PAIKEM ................................................................................ 20
F. Syarat-syarat Penerapan PAIKEM........................................................................ 22
G. Manfaat PAIKEM ............................................................................................... 22

III. RANGKUMAN........................................................................................................ 23

IV. PENUTUP ................................................................................................................ 25


DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 26

LAMPIRAN..................................................................................................................... 27
Lampiran-1: Contoh RPP PAIKEM.......................................................................... 27
Lampiran-2: Latihan................................................................................................... 29
Lampiran-3: Contoh Soal Ujian ................................................................................ 30

2
KOMPETENSI YANG HENDAK DICAPAI DAN INDIKATORNYA

A. Kompetensi Yang Hendak Dicapai


Setelah mengikuti kuliah ini diharapkan para mahasiswa:
1. memiliki pemahaman yang jelas tentang perbedaan antara pendekatan yang
behavioristik dan yang konstruktivistik.
2. memiliki pemahaman yang jelas tentang perubahan paradigma yang terjadi
dalam dunia pendidikan pada era sekarang ini.
3. memiliki pemahaman yang jelas tentang pengertian PAKEM.
4. memiliki pemahaman yang jelas tentang relevansi PAKEM bagi siswa SD.
5. memiliki pemahaman yang jelas tentang prinsip-prinsip PAKEM.
6. mampu merancang RPP untuk pembelajaran yang PAKEM.
7. mampu mempraktekkan RPP PAKEM dalam pembelajaran.

B. Indikator Pencapaian Kompetensi


1. mampu menunjukkan beberapa perbedaan antara pendekatan yang
behavioristik dan yang konstruktivistik.
2. mampu menjelaskan perubahan paradigma yang sedang berlangsung di
Indonesia.
3. mampu menyebutkan pengertian PAKEM.
4. mampu menjelaskan mengapa PAKEM diperlukan untuk para siswa SD.
5. menyebutkan prinsip-prinsip PAKEM
6. mampu membuat RPP yang memuat PAKEM.
7. mampu mempraktekkan RPP PAKEM dalam pembelajaran dengan baik.

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penerapan PAIKEM


Dalam sepuluh tahun terakhir ini, di Indonesia telah terjadi perubahan-perubahan yang
cukup signifikan di bidang pendidikan dalam rangka peningkatan standar mutu pendidikan
secara nasional. Setidaknya ada tiga macam perubahan yang dilakukan oleh pemerintah sejak
diberlakukannya UU No 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, yaitu: perubahan paradigma
pendidikan, perubahan kurikulum, dan perubahan pendekatan dalam proses pembelajaran.
Inti perubahan paradigma Pendidikan Nasional adalah perubahan dari “paradigma
mengajar” (behavioristik) ke “paradigma belajar” (konstruktivistik). Sedangkan inti
perubahan kurikulum dalam Pendidikan Nasional adalah perubahan dari “Kurikulum
Berbasis Konten” ke “Kurikulum Berbasis Kompetensi” (KBK) yang kemudian
disempurnakan dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Dalam konteks perubahan pendekatan pada proses pembelajaran, telah muncul
gagasan tentang Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM), lebih-
lebih untuk peserta didik pada jenjang pendidikan dasar. Perubahan ini kemudian disusul
dengan penerapan model-model pembelajaran yang inovatif (PAIKEM).
Perubahan paradigma dalam Pendidikan Nasional di Indonesia bergerak dari
“paradigma mengajar” yang behavioristik ke “paradigma belajar” yang konstruktivistik.
Paradigma yang behavioristik berakar pada tradisi pendidikan yang sudah sejak berabad-abad
dijalankan di Eropa dan kemudian diekspor ke seluruh penjuru dunia. Titik tolaknya adalah
pemikiran John Locke (1632-1707) yang memandang anak bagaikan tabula rasa (kertas
putih), yang mengandung arti bahwa perkembangan anak tergantung sepenuhnya pada apa
yang diajarkan oleh para pendidiknya. Hal ini berimplikasi pada model pembelajaran yang
diterapkan dalam pendidikan, yaitu menerapkan pola banking system (sistem bank). Anak
dipandang bagaikan “bank” tempat guru menabungkan “pengetahuan atau ilmu” sebanyak-
banyaknya ke benak siswa. Siswa tinggal menerimanya dan menyimpannya (menghafalnya)
baik-baik. Suatu hari guru akan mengambilnya kembali dengan memberikan ulangan atau
ujian. Pola pendekatan seperti ini bersifat “searah” dan “seragam”. Murid harus duduk manis,
mendengarkan guru, mencatat, dan menghafalkan apa yang diajarkan oleh guru. Murid tidak
boleh banyak bergerak, tidak boleh banyak bicara, pun tidak boleh membatah apapun yang

4
dikatakan oleh guru. Perubahan dari paradigma yang behaviroistik ke arah paradigma yang
konstruktivistik ini dapat diringkas sbb:

No Paradigma “mengajar” Paradigma “belajar”


(teaching paradigm) (learning paradigm)
1 Guru adalah tokoh utama Murid adalah tokoh utama
2 Murid sekedar pelengkap Guru adalah fasilitator
3 Guru aktif memberi instruksi Murid aktif mengkonstruksi (belajar
(mengajar, menerangkan, mengkonstruksi pengetahuan, skill, dan
ceramah), murid pasif (menerima, sikap), guru berperan aktif sebagai
mende-ngarkan, mencatat, dan fasilitator (pendamping/pembimbing)
menghafalkan)
4 Guru sebagai pusat (pedoman) Murid sebagai pusat (pedoman) dalam
dalam proses belajar proses belajar
5 Berbasis pada konten (paket Berdasar pada kompetensi yang disadari
materi pelajaran yang sudah bersama sebagai tujuan pembelajaran
ditentukan/fixed)
6 Gaya mengajar guru amat Gaya belajar murid amat menentukan
menentukan hasil belajar hasil belajar
7 Proses belajar berpola Proses belajar berpola “spiral” (materi
“linear”(materi dipelajari bagian dipelajari dengan pengulangan-
per bagian secara berurutan) pengulangan yang semakin mendalam)
8 Penilaian berdasarkan hafalan Penilaian bersifat menyeluruh (formatif),
atau ingatan saja, hanya terfokus meliputi ranah kognitif, afektif, dan
pada ranah kognitif saja. psikomotorik.
Sumber: Depdiknas

Perubahan paradigma tersebut berimplikasi amat luas, menyangkut seluruh aspek


dalam penyelenggaraan pendidikan yang harus distandarkan secara nasional. Oleh sebab
itulah pemerintah mengeluarkan PP No 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
Selanjutnya pelaksanaan standarisasi pendidikan nasional ini ditangani oleh Badan Standar
Nasional Pendidikan (BSNP) dan difokuskan pada standarisasi 8 komponen pendidikan,
yaitu: (1) Standar Isi (SI); (2) Standar Proses; (3) Standar Kompetensi Lulusan (SKL); (4)
Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan; (5) Standar Sarana dan Prasarana; (6)
Standar Pengelolaan; (7) Standar Pembiayaan; dan (8) Standar Penilaian Pendidikan.
Sedangkan perubahan orientasi Pendidikan Nasional: dari “Kurikulum Berbasis
Konten” ke “Kurikulum Berbasis Kompetensi” (KBK) sebagai penerapan paradigma yang
konstruktivistik dapat dilihat pada tabel berikut ini:

5
No Kurikulum Berbasis Konten (Materi) Kurikulum Berbasis Kompetensi
(Content Based Curriculum) (Competence Based Curriculum)
1 Didasari Paradigma “mengajar” Didasari Paradigma “belajar” (learning)
(teaching)
2 Transfer pengetahuan (ekspositori Proses pembelajaran (layanan
verbal: ceramah  kognitif) profesional  formatif)
3 Hasil: ingatan, hafalan atas ilmu yang Hasil: pengalaman belajar, respon atas
sudah jadi informasi dan terbentuknya kompetensi,
sikap, karakter/watak, perilaku
4 Memperbanyak deposito ilmu Menumbuhkan kemampuan berbuat
(teori) (aplikasi ilmu), sikap profesional, dan
kepekaan sosial
5 Mempersiapkan SDM yang Mempersiapkan SDM yang utuh dan
sekedar siap mengisi lowongan berwatak
kerja untuk pembangunan
6 Berpusat pada guru (teacher Berpusat pada murid (student centered):
centered): Guru aktif (mengajar), Murid aktif, guru juga aktif sebagai
murid pasif (dihajar). fasilitator.
Sumber: Depdiknas

Konsekuensi atas adanya perubahan paradigma di atas bagi pelaksanaan


pembelajaran/pendidikan tidaklah semudah seperti membalikkan telapak tangan. Secara
substansial di situ terdapat kesenjangan antara pandangan yang behavioristik dan pandangan
yang konstruktivistik tentang belajar dan pembelajaran dalam segala aspeknya, seperti
dikemukakan oleh I Nyoman Sudana Degeng dalam Pidato Pengukuhan Guru Besar IKIP
Malang, yang berjudul Mencari Paradigma Baru Pemecahan Masalah Belajar, dari
Keteraturan menuju ke Kesemrawutan (1998). Di sinilah persis letak masalah yang harus kita
pecahkan.

B. Masalah yang Kita Hadapi


Melihat latar belakang yang seperti itu, kita sekarang menghadapi masalah berupa
kesenjangan antara pelaksanaan pembelajaran yang ideal (yang konstruktivistik) dan yang
tradisional/konvensional (yang behavioristik). Kesenjangan tersebut menjadi tantangan bagi
para guru di Indonesia untuk menjembataninya dengan mengadakan perubahan-perubahan
atau pembaharuan-pembaharuan (inovasi). Berikut ini akan kita lihat di mana letak
kesenjangan tersebut.

6
1. Kesenjangan dalam hal pandangan tentang belajar dan pembelajaran

No Pandangan yang Behavioristik Pandangan yang Konstruktivistik

1 Pengetahuan itu objektif, pasti, tetap, tidak Pengetahuan itu non objektif, bersifat
berubah, dan terstruktur dengan rapi. temporer, selalu berubah, dan tidak menentu.
2 Belajar adalah upaya untuk memperoleh Belajar adalah penyusunan pengetahuan dari
pengetahuan. pengalaman konkret, aktivitas kolaboratif,
dan refleksi serta interpretasi.
3 Mengajar adalah memindahkan (transfer) Mengajar adalah menata lingkungan agar si
pengetahuan ke orang yang belajar. belajar termotivasi dalam menggali makna
serta menghargai ketidakmenentuan.
4 Si belajar diharapkan akan memiliki Si belajar akan memiliki pemahaman yang
pemahaman yang sama terhadap pengetahuan belum tentu sama terhadap pengetahuan dari
yang diajarkan. Artinya, apa yang dipahami guru, tergantung pada pengalamannya, dan
oleh pengajar itulah yang harus dipahami perspektif yang dipakai dalam
oleh si belajar. menginterpretasikannya.

5 Fungsi mind adalah menjiplak struktur Mind berfungsi sebagai alat untuk
pengetahuan melalui proses berpikir yang menginterpretasi peristiwa, objek, atau
dapat dianalisis dan dipilah sehingga makna perspektif yang ada dalam dunia nyata
yang dihasilkan dari proses berpikir seperti sehingga makna yang dihasilkan bersifat unik
ini ditentukan oleh karakteristik struktur dan individualistik.
pengetahuan.

2. Kesenjangan dalam hal pandangan tentang penataan lingkungan belajar dan


pembelajaran

No Pandangan yang Behavioristik Pandangan yang Konstruktivistik


1 Menekankan keteraturan, kepastian, dan Terbuka pada ketidakteraturan,
ketertiban ketidakpastian, dan pluralitas
2 Si belajar harus dihadapkan pada aturan- Si belajar harus bebas. Kebebasan menjadi
aturan yang jelas dan ditetapkan lebih dulu unsur yang esensial dalam lingkungan
secara ketat. Pembiasaan dan disiplin belajar.
menjadi sangat esensial. Pembelajaran lebih
banyak dikaitkan dengan penegakan disiplin.
3 Kegagalan atau ketidakmampuan dalam Kegagalan atau keberhasilan, kemampuan
penambahan pengetahuan dikategorikan atau ketidakmampuan dilihat sebagai
sebagai kesalahan yang perlu dihukum, dan interpretasi yang berbeda yang perlu dihargai.
keberhasilan atau kemampuan dikategorikan
sebagai bentuk perilaku yang pantas diberi
hadiah.
4 Ketaatan pada aturan dipandang sebagai Kebebasan dipandang sebagai penentu
penentu keberhasilan belajar. Si belajar keberhasilan belajar. Si belajar adalah subjek
adalah objek yang harus berperilaku sesuai yang harus mampu menggunakan kebebasan
dengan aturan. untuk melakukan pengaturan diri dalam
belajar.
5 Kontrol belajar dipegang oleh sistem yang Kontrol belajar dipegang oleh si belajar.
berada di luar diri si belajar.

7
3. Kesenjangan dalam hal pandangan tentang tujuan pembelajaran

No Pandangan yang Behavioristik Pandangan yang Konstruktivistik


1 Tujuan pembelajaran ditekankan pada Tujuan pembelajaran ditekankan pada belajar
penambahan pengetahuan. bagaimana belajar.

4. Kesenjangan dalam hal pandangan tentang strategi pembelajaran

No Pandangan yang Behavioristik Pandangan yang Konstruktivistik


1 Penyajian isi menekankan ketrampilan yang Penyajian isi menekankan pada penggunaan
terisolasi dan akumulasi fakta mengikuti pengetahuan secara bermakna mengikuti
urutan dari bagian ke keseluruhan. urutan dari keseluruhan ke bagian.
2 Pembelajaran mengikuti urutan kurikulum Pembelajaran lebih banyak diarahkan untuk
secara ketat. meladeni pertanyaan atau pandangan si
belajar.
3 Aktivitas belajar lebih banyak didasarkan Aktivitas belajar lebih banyak didasarkan
pada buku teks dengan penekanan pada pada data primer dan bahan manipulatif
ketrampilan mengungkapkan kembali isi dengan penekanan pada ketrampilan berpikir
buku teks. kritis.
4 Pembelajaran dan evaluasi menekankan pada Pembelajaran menekankan pada proses.
hasil.

5. Kesenjangan dalam hal pandangan tentang evaluasi atas pembelajaran

No Pandangan yang Behavioristik Pandangan yang Konstruktivistik


1 Evaluasi menekankan pada respon pasif, Evaluasi menekankan pada penyusunan
keterampilan secara terpisah, dan biasanya makna secara aktif yang melibatkan
menggunakan “paper and pencil test“. keterampilan terintegrasi dengan
menggunakan masalah dalam konteks nyata.
2 Evaluasi yang menuntut satu jawaban benar. Evaluasi yang menggali munculnya berpikir
Jawaban benar menunjukkan bahwa si divergen, pemecahan ganda, bukan hanya satu
belajar telah menyelesaikan tugas belajar. jawaban benar.
3 Evaluasi belajar dipandang sebagai bagian Evaluasi merupakan bagian utuh dari belajar
terpisah dari kegiatan pembelajaran dan dengan cara memberikan tugas-tugas yang
biasanya dilakukan setelah selesai kegiatan menuntut aktivitas belajar yang bermakna
belajar dengan penekanan pada evaluasi serta menerapkan apa yang dipelajari dalam
individual. konteks nyata. Evaluasi menekankan
keterampilan proses dalam kelompok.

C. Mencari Pemecahan Masalah


Dalam konteks perubahan paradigma ini pemecahan masalah atas adanya kesenjangan
antara realita dan idealita diarahkan pada dua sasaran, yakni: (1) perubahan kurikulum dan (2)
inovasi dalam pembelajaran.

8
1. Perubahan Kurikulum
KBK Tahun 2004 merupakan kurikulum untuk jenjang pendidikan dasar dan
menengah yang diterapkan untuk mengatasi kesenjangan-kesenjangan di atas. Kurikulum ini
dilaksanakan dengan mengembangkan format-format yang menjamin bahwa proses
pembelajaran dapat mengaktifkan siswa dan dengan demikian mengembangkan kompetensi
siswa. Untuk itu pemerintah telah menentukan kompetensi dasar, hasil belajar, indikator
pencapaian hasil belajar, dan materi pokok untuk setiap mata pelajaran pada setiap jenjang
pendidikan. Pendeknya pemerintah menentukan segala-galanya secara seragam untuk
seluruh jenjang sekolah di Indonesia (skope nasional). Kebijakan ini ternyata menuai banyak
kritik, karena terhadap sekolah-sekolah di kota maupun di pelosok pedalaman dikenakan
standar yang sama. Tentu saja sekolah-sekolah di daerah-daerah yang pada umumnya masih
minim fasilitas mengalami kesulitan untuk dapat memenuhi tuntutan kurikulum tsb. Maka,
baru 2 tahun diujicobakan Kurikulum 2004 ini dibatalkan untuk dilaksanakan. Namun,
Kurikulum 2004 tersebut tidak dibuang begitu saja, melainkan disempurnakan menjadi
Kurikulum 2006 yang lebih lazim disebut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Dalam sejarah pendidikan di Indonesia, nama kurikulum selalu dikaitkan dengan
tahun mulai berlakunya. Namun nama kurikulum yang paling belakangan ini tidak dikaitkan
dengan tahun berlakunya, melainkan diberi nama khusus, yaitu Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP), walaupun tidak salah jika disebut juga Kurikulum 2006. Pemerintah
telah memberlakukan Kurikulum 2006. Nama yang resmi digunakan adalah Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Karena gemas, masyarakat sering memplesetkannya
menjadi Kurikulum KaTe SiaPe atau Kurikulum Tidak Siap Pakai atau Kurikulum
Tergantung Siapa yang Pakai atau Kurikulum Terserah Sampeyan Pelaksanaannya.
Sebelum KTSP diberlakukan yang berlaku adalah Kurikulum 2004, tetapi status
kurikulum 2004 pada saat itu adalah sebagai kurikulum ujicoba yang secara legal formal
belum pernah disahkan oleh Mendiknas. Uji coba tersebut disempurnakan menjadi KTSP dan
pemberlakuannya disahkan melalui Peraturan Menteri (Permen) No. 22, 23, dan 24, tahun
2006. Jadi, KTSP itu melanjutkan Kurikulum 2004. Maka, KTSP masih tetap merupakan
KBK.
Pada hakikatnya KTSP merupakan kurikulum operasional yang mesti disusun sendiri
oleh setiap satuan pendidikan dan dilaksanakan dengan memperhatikan pedoman yang
diberikan oleh pemerintah dalam Permen No 22, 23, dan 24 tahun 2006. Dalam hal ini yang

9
dimaksud ”satuan pendidikan” adalah lembaga penyelenggara pendidikan, yang bisa berupa
lembaga sekolah maupun luar sekolah.
Pada tahun 2013 pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan (Kemendikbud) memberlakukan kurikulum baru sebagai penyempurnaan atas
KTSP, yang diberi nama Kurikulum 2013. Dalam Kurikulum 2013 terdapat perubahan
(inovasi) yang cukup signifikan, yaitu dalam proses dan hasil pembelajaran, khususnya untuk
jenjang SD. Dalam kurikulum yang baru ini proses pembelajaran pada jenjang SD dari kelas I
s/d VI seluruhnya menggunakan pendekatan saintifik dan tematik integratif. Sedangkan hasil
pembelajaran yang direncanakan tetap mencakup tiga ranah (afektif, kognitif, dan
psikomotorik), namun pada ranah afektif dipisahkan antara sikap spiritual dan sikap sosial. Di
samping itu hasil pembelajaran dirancang untuk semakin ada peningkatan, dari low order of
thinking skills (LOTS) ke high order of thinking skills (HOTS).

2. Inovasi dalam Pembelajaran


Selain mengadakan perubahan kurikulum, Depdiknas juga mendorong dilakukannya
inovasi-inovasi dalam pelaksanaan pembelajaran oleh para guru. Salah satu bentuknya adalah
diluncurkannya satu model pembelajaran yang disebut PAIKEM, khususnya bagi jenjang TK-
SD.
Mengapa para siswa SD memerlukan PAIKEM? Di samping karena dimotivir oleh
paradigma konstruktivis, PAIKEM untuk jenjang SD diperlukan karena banyak keluhan dari
orangtua dan sekolah-sekolah pada jenjang lanjutan terhadap lulusan SD yang kurang
memenuhi harapan. Keluhan-keluhan mereka pada umumnya berkisar pada proses
pembelajaran yang bersifat satu arah, murid pasif, penekanan pada hafalan, lemahnya logika
berpikir, dan minimnya tingkat pemahaman dan kebermaknaan pengetahuan yang diperoleh
oleh siswa. Dari sisi para siswanya muncul juga keluhan bahwa beban belajar mereka terlalu
berat dan pelajaran-pelajaran terasa kering serta membuat mereka cepat merasa jenuh dan
bosan. Akar dari persoalan tersebut adalah tidak dipahaminya psikologi belajar untuk anak-
anak usia SD. Guru dan sekolah terdesak untuk mengejar target materi pelajaran dan target
kelulusan, sehingga para siswa lebih banyak di-drill dengan banyak materi secara searah.
Dari dunia psikologi, terdapat asumsi bahwa anak-anak usia SD akan lebih mudah
”belajar” (learning) apabila pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan tahap perkembangan
anak, yaitu berpedoman pada prinsip Developmentally Appropriate Practice (DAP). Yang

10
paling menyolok dalam pola belajar pada anak usia SD adalah bahwa kebanyakan anak SD
masih berada pada tahap konkret operasional, minat bermain besar, gairah untuk eksplorasi
tinggi, dan gemar beraktivitas dalam kebersamaan dengan teman lain. Oleh sebab itu, agar
para siswa SD dapat belajar dengan baik, perlu diciptakan kondisi sbb:
a. Memberi peluang kepada setiap individu untuk aktif, lebih-lebih secara fisik
b. Memberi peluang terjadinya interaksi sosial (kegiatan bersama)
c. Bersifat menyenangkan, sehingga menarik minat dan membuat bersemangat (ada
unsur bermain)
d. Mendorong untuk tidak pernah berhenti (terus-menerus) melakukan kegiatan belajar
(mendorong rasa ingin tahu dan keinginan untuk bereksplorasi dab berkreasi)
e. Memberikan hal-hal (pengetahuan, ketrampilan, dan sikap) yang bermakna bagi
hidupnya (ada manfaat/hasilnya yang terkait dengan tuntutan kehidupan sehari-hari
yang dihadapi oleh siswa).
Dari sinilah PAIKEM diharapkan dapat memberikan solusi terhadap persoalan
mendasar dalam pelaksanaan pembelajaran di SD, sehingga para siswa sungguh-sungguh
dapat ”belajar” tentang hal-hal yang bermakna sesuai dengan tahap perkembangan dan realita
dunia nyata yang mereka hadapi sehari-hari.
Berkenaan dengan model pembelajaran yang PAIKEM ini, pada jaman dahulu
Konfusius telah mengemukakan prinsip yang masih relevan hingga sekarang, yaitu: ”Apa
yang saya dengar, saya lupa. Apa yang saya lihat, saya ingat. Apa yang saya lakukan, saya
paham”. Hal ini sesuai dengan piramida belajar yang dikemukakan oleh Wyatt S. Looper
(1999) dan David A. Sausa (2001) tentang daya tahan ingatan manusia setelah 24 jam sbb:

Dari apa yang kita baca 10% saja kita ingat.


Dari apa yang kita dengarkan 20% saja kita ingat.
Dari apa yang kita dengar dan lihat (gambar, diagram, video/film, demonstrasi) 30%
saja kita ingat.
Dari apa yang kita diskusikan dalam kelompok 50% kita ingat.
Dari apa yang kita presentasikan 70% kita ingat.
Dari apa yang kita lakukan (bermain peran, simulasi, mengerjakan hal yang nyata)
90% kita ingat.

11
Kerucut Pengalaman
Yang Diingat Tingkat
10% Baca Keterlibatan

20% Dengarkan Verbal


Lihat Gambar/
Diagram
30%
Lihat Video/Film
Visual
Lihat Demonstrasi

50% Terlibat dalam Diskusi

70% Menyajikan/Presentasi Terlibat


Bermain Peran
90% Melakukan Simulasi Berbuat
Mengerjakan Hal yang Nyata
“Belajar yang berhasil lahir dari mengerjakannya” (Wyatt $ Looper, 1999)

Semakin verbal cara penyampaian informasi dilakukan, semakin rendah persentase


informasi yang bisa kita ingat. Semakin visual cara penyampaian informasi yang digunakan,
semakin bertambah tinggi persentase informasi yang bisa kita ingat. Dan semakin cara
penyampaian informasi yang digunakan disertai keaktifan, semakin tinggi informasi yang bisa
kita ingat.
Teori perkembangan kognitif anak dari Piaget juga menunjukkan implikasi yang harus
diperhatikan oleh guru dalam melaksanakan pembelajaran PAIKEM kepada anak-anak usia
SD yang kebanyakan masih berada pada periode Operasional Konkret (7-11 tahun).

12
BAB II
PEMBELAJARAN PAIKEM

Pembelajaran PAIKEM merupakan suatu terobosan yang harus menjadi pilihan para
guru, khususnya pada jenjang SD, untuk meningkatkan kualitas pembelajaran yang
dilaksanakannya. Peningkatan kualitas pembelajaran di SD diharapkan sekaligus akan
meningkatkan prestasi belajar siswa dan kualitas pendidikan pada umumnya.

A. Pengertian PAIKEM
Sesuai dengan namanya atau julukan populernya, oleh Depdiknas (2007) PAIKEM
didefinisikan sebagai:
1. Proses pembelajaran yang dirancang agar mengaktifkan anak, mengembangkan
kreativitas sehingga efektif, namun tetap menyenangkan.
2. Penciptaan lingkungan belajar yang kondusif/bermakna yang mampu memberikan
siswa keterampilan, pengetahuan dan sikap untuk hidup.
Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa PAIKEM adalah proses pembelajaran yang
mendorong siswa untuk berpartisipasi secara aktif, mengembangkan kemampuan mereka
secara kreatif, sehingga dapat secara efektif membangun pengetahuan, keterampilan, dan
sikap yang relevan dengan kehidupan nyata yang dihadapi para siswa, serta membuat mereka
merasa senang dalam mengikuti proses pembelajaran.
Secara lebih rinci, pembelajaran yang menggunakan akronim PAIKEM ini dapat
dijelaskan sebagai berikut:
Aktif: siswa terlibat secara aktif, baik fisik, emosional, mental, maupun sosial dalam
proses pembelajaran (Zaini, 2008:xiv). Artinya siswa di kelas tidak hanya melakukan 3 D
(datang, duduk, dan diam), melainkan diaktifkan untuk mempergunakan fisik, budi-pikiran,
perasaan, dan relasi sosial mereka dalam mempelajari materi yang dipelajari atau pada
persoalan yang hendak dipecahkan. Keaktifan siswa pada akhirnya harus ditunjukkan dengan
aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan (Suprijono, 2009:x).
Pembelajaran aktif merupakan proses belajar yang menumbuhkan dinamika belajar bagi
peserta didik, yaitu aktif mengartikulasikan (merumuskan) dunia idenya dan
mengkonfrontasikannya (menselaraskannya) dengan dunia nyata yang dihadapinya.

13
Kreatif: siswa secara bebas mengembangkan dan menunjukkan kemampuannya
mengkonstruksi pengetahuan, ketrampilan, dan sikap yang relevan dengan pokok bahasan
yang sedang dipelajari hingga dihasilkan produk yang nyata. Kreativitas dibangun atas dasar
pemikiran reflektif dan kritis, sehingga produktif, artinya, muncul pemikiran-pemikiran baru
dan cara-cara baru yang unik dalam memecahkan persoalan yang dihadapi (Suprijono,
2009:x-xi). Wena (2009:143) menerangkan bahwa kreativitas siswa dalam proses
pembelajaran di kelas harus dibangun melalui tahap-tahap: orientasi (arahan tentang tujuan
yang mau dicapai), eksplorasi (usaha mencari data), interpretasi (menganalisis dan
mendiskusikan temuan), re-kreasi (menyimpulkan atau menghasilkan suatu produk baru), dan
evaluasi (mendiskusikan hasil/produk).
Efektif: siswa berhasil mencapai tujuan pembelajaran secara keseluruhan dalam
semua dimensinya (kognitif, psikomotorik, dan afektif atau mental, fisik, dan sosial).
Menyenangkan: siswa merasa senang, tertarik, dan asyik dalam mengikuti proses
pembelajaran. Pembelajaran yang menyenangkan menimbulkan socio emotional climate yang
positif, artinya suasana kelas/kelompok terasa segar dan terbangun relasi interpersonal yang
dekat/akrab.
Setelah gagasan tentang PAKEM dimunculkan dan disosialisasikan, tidak lama
kemudian muncul PAIKEM. Tambahan “I” berarti “Inovatif”. Sebetulnya PAIKEM ini
merupakan penjabaran dari PAKEM ke dalam model-model pembelajaran yang relevan dan
inovatif. Dalam pembelajaran yang inovatif disajikan strategi-strategi dan metode-metode
yang baru, yang berbeda dari yang konvensional. Berbagai model pembelajaran inovatif yang
cukup populer yang telah banyak dilakukan di luar negeri maupun di dalam negeri antara lain
adalah: Brain-Based Learning, Problem-Based Learning, Cooperative Learning,
Developmentally Appropriate Practices (DAP), Contextual Teaching and Learning (CTL),
Pembelajaran dengan Pendekatan Inkuiri, Pembelajaran dengan Pendekatan Pedagogi
Reflektif, Pembelajaran dengan Pendekatan Montessori, Quantum Learning, Accelerated
Learning, dan lain-lain. Mengapa semua itu populer? Jawabnya adalah karena model-model
pembelajaran tersebut telah terbukti secara efektif membuat para peserta didik menjadi aktif,
kreatif, dan berhasil (efektif) dalam belajar, serta merasakan kesenangan dan keasyikan dalam
mengikuti proses pembelajaran.

14
B. Mengapa perlu menerapkan PAIKEM di SD?
Karakteristik anak-anak usia SD ditandai dengan sifat dasar yang khas, yaitu
memiliki rasa ingin tahu yang tinggi terhadap dunia di sekelilingnya, seperti tampak dalam
kutipan di bawah ini:

“Fakta yang mudah dilihat adalah anak-anak secara gigih ingin mengetahui
sebanyak mungkin tentang dunia di sekelilingnya dengan cara menciptakan
pengetahuan tentang apa yang telah dialaminya. Hal itu sangatlah baik karena
ilmuwan pun seperti itu. Anak melakukan pengamatan, berpikir, merumuskan,
kemudian menguji jawaban dari pertanyaan yang mereka ajukan sendiri. Bila
tidak ada yang menghalangi, mereka akan terus melakukannya sehingga
pengetahuannya menjadi lebih baik"(Holt, 1991, p 152 dalam Craft A. 1997).

Maka, setiap guru yang mengajar di SD haruslah menjadi fasilitator yang baik dalam
mengaktifkan para siswanya guna mengembangkan semua potensi yang mereka miliki.
Pemerintah Indonesia telah mengadopsi paradigma baru (paradigma belajar) ke dalam
Undang-Undang (UU) dan Peraturan Pemerintah (PP), sehingga mejadi landasan hukum bagi
penerapan PAIKEM oleh semua guru, khususnya untuk jenjang SD. Secara lebih rinci UU
dan PP yang mengatur hal ini adalah sbb:
1. ”Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif,
inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas,
dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis
peserta didik” (PP No.19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, ps 19, ayat
1).
2. “Pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan
peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat” (UU No. 20 tahun 2003 tentang
Sisdiknas, ps 4, ayat 3).
3. “Pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan, membangun kemauan,
dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran” (UU No.
20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, ps 4, ayat 4).

C. Karakteristik PAIKEM
PAIKEM dibangun dari tuntutan untuk memenuhi kriteria standar berbagai aspek
pembelajaran, yang meliputi: metode pembelajaran, pembiasaan, suasana belajar, dan

15
kebermaknaan, sehingga sebagai suatu pendekatan pembelajaran, PAKEM memiliki
karakteristik sbb:
a. Belajar Aktif
Belajar Aktif oleh Depdiknas (2007) dideskripsikan sebagai berikut:

 belajar adalah proses membangun makna/pemahaman, oleh si pembelajar,


terhadap pengalaman dan informasi yang disaring dengan persepsi, pikiran
(pengetahuan yang dimiliki), dan perasaan.
 mengajar adalah berperan serta dengan si pembelajar dalam membangun
makna dengan cara mempertanyakan kejelasan, bersikap kritis, dan
melakukan pembenaran/justifikasi.

Dalam ”belajar aktif” guru dalam melaksanakan pembelajaran laksana memelihara


tanaman. Ia melakukan segala upaya untuk menciptakan kondisi sedemikian rupa, sehingga
potensi siswa dapat bertumbuh- kembang. Hal ini berbeda dengan pandangan tradisional yang
memandang guru yang ”mengajar” ibarat menuangkan ”air pengetahuan” ke dalam ”gelas
kosong” (benak) siswa.
Bagaimana ”belajar aktif” dilakukan? Dee Fink (999), mendiskripsikan ”belajar aktif”
sebagai aktivitas belajar yang mendorong siswa untuk ”melakukan” dan ”mengamati”
sesuatu, baik secara langsung atau tidak langsung, dalam suasana dialogal dengan orang lain
atau dengan diri sendiri.

Aktif mengalami: Berdialog dengan:


engan: engan:

Melakukan Orang lain

Mengamati Diri sendiri

Melakukan:
Peserta didik belajar secara langsung dengan melakukan sesuatu dan secara tak
langsung dengan melakukan permainan peran atau simulasi.

16
Mengamati:
Peserta didik belajar secara langsung dengan mengamati suatu kejadian/benda dan
secara tidak langsung dengan mengamati tiruan benda atau film tentang suatu
kejadian.
Berdialog dengan orang lain:
Peserta didik berdialog atau berinteraksi dengan guru dan/atau siswa lain, dan nara
sumber lain untuk memperbincangkan apa yang dipelajari.
Berdialog dengan diri sendiri:
Peserta didik berdialog dengan diri sendiri dengan melakukan refleksi atas apa yang
mereka pelajari dan bagaimana perasaan mereka sewaktu belajar.

b. Multi-dimensi
PAIKEM menerapkan berbagai metode, pendekatan, media, dan sarana-prasarana
secara terpadu atau simultan (serentak), sehingga memiliki sifat multidimensional atau multi
aspek, yang meliputi:
• Multi-metode: memadukan berbagai metode
• Multi-media: menggunakan berbagai media
• Praktik dan bekerja dalam tim: para siswa dikelompokkan
• Memanfaatkan Lingkungan Sekolah: pembelajaran dapat dilaksanakan di luar kelas
dan dapat menggunakan media yang diperoleh dari lingkungan sekolah (di luar kelas).
• Multi-aspek intelegensi: mengembangkan berbagai aspek intelegensi, seperti: Logika,
Kinestetika (ketrampilan gerak tubuh), Estetika (kesenian), Etika (sikap/perilaku
moral), dll.

c. Memupuk Kebiasaan yang Baik (6 K)


Karena PAIKEM dilaksanakan dengan memanfaatkan keadaan lingkungan sekolah,
maka mesti memuat pembentukan kebiasaan-kebiasaan yang baik (6 K) yang berdampak
positif bagi lingkungan, yaitu: kebersihan, keindahan, kerindangan, ketertiban, keamanan, dan
kekeluargaan.

d. Menciptakan Suasana Belajar

17
Pelaksanaan PAIKEM mesti berdampak terhadap terciptanya suasana pembelajaran
yang menyenangkan, mengasyikkan, mencerdaskan, dan menguatkan para siswa, sehingga
mereka terus bersemangat dalam mempelajari hal-hal yang baru (eksploratif dan kreatif).

e. Memiliki Kebermaknaan yang Tinggi


PAIKEM mesti membuat para siswa merasakan makna atau manfaat dari apa yang ia
pelajari bagi perkembangan dirinya maupun bagi kehidupan nyata mereka. PAIKEM
membantu peserta didik menemukan keterkaitan antara pengetahuan baru yang ia
dapatkan/kembangkan dengan pengalaman atau pengetahuan yang telah ia miliki. Dalam
PAIKEM peserta didik belajar bagaimana konsep yang ia pelajari dapat dipergunakan di luar
kelas (dalam dunia nyata). Dengan mengikuti PAIKEM, para siswa diharapkan dapat:
1. Belajar lebih efektif/mendalam
2. Lebih kritis dan kreatif
3. Memperoleh pengalaman belajar yang bervariasi
4. Mengalami peningkatan dalam hal kematangan emosional/sosial
5. Mengembangakan produktivitas yang tinggi
6. Siap menghadapi perubahan dan berpartisipasi dalam proses perubahan.

D. Model-Model Pembelajaran Yang Inovatif sebagai Jabaran PAIKEM

PAIKEM merupakan model pembelajaran yang mendorong kreativitas guru untuk


melakukan pembelajaran yang inovatif. Dewasa ini terdapat banyak bentuk pembelajaran
inovatif yang telah banyak dilakukan orang, baik di luar maupun di dalam negeri. Bentuk-
bentuk pembelajaran yang inovatif tersebut antara lain adalah sbb: (1) Brain Based Learning,
(2) Problem Based Learning, (3) Cooperative Learning, (4) Developmentally Appropriate
Practice (DAP), (5) Contextual Teaching and Learning (CTL), (6) Pembelajaran dengan
model inkuiri, (7) Pembelajaran Berbasis Pedagogi Reflektif, (8) Pembelajaran Berbasis
Pendekatan Montessori, (9) Quantum Learning, (10) Accellerated Learning, dll.
1. Brain Based Learning
Adalah suatu model pembelajaran yang dirancang dengan memperhatikan potensi dan
kinerja otak manusia (belahan otak kiri dan otak kanan) sedemikian rupa, sehingga kinerja
seluruh bagian otak (kiri maupun kanan) dapat dioptimalkan. Hal ini mencakup
pengembangan kelima pola/mekanisme belajar yang secara alami berlangsung di dalam

18
otak manusia, yaitu pola/mekanisme belajar emosional, sosial, kognitif, fisik, dan reflektif
(Barbara, 2005). Agar efektif, pembelajaran mesti disesuaikan dengan kelima pola kerja
otak manusia secara seimbang.
2. Problem Based Learning
Adalah suatu model pembelajaran yang dilaksanakan dengan menghadapkan peserta
didik pada masalah konkret/praktis sebagai pijakan dalam belajar (Boud dan Felleti
(1997).
3. Cooperative Learning
Adalah suatu pendekatan dalam pembelajaran yang berisi serangkaian aktivitas
pembelajaran yang diorganisasikan sedemikian rupa sehingga pembelajaran tersebut
difokuskan pada pertukaran informasi terstruktur antar peserta didik dalam kelompok
yang bersifat sosial dan masing-masing peserta didik bertanggungjawab penuh atas
pembelajaran yang mereka jalani (Kagan, 1992:8).
4. Pembelajaran Berbasis Developmentally Appropriate Practice (DAP)
Adalah suatu model pembelajaran yang dilaksanakan dengan berpedoman pada tingkat
perkembangan peserta didik.
5. Contextual Teaching and Learning (CTL)
Adalah suatu konsep pembelajaran yang membantu guru menghubungkan mata pelajaran
dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa agar menghubungkan pengetahuan dan
terapannya dengan kehidupan sehari-hari sebagai anggota keluarga dan masyarakat
(Blanchard, 2001). Pembelajaran kontekstual menekankan pemahaman dan bukan sekedar
hafalan. Oleh sebab itu, tugas guru adalah menyediakan konteks yang dapat memberi
“makna” terhadap konten atau materi yang dipelajari (context gives meaning to content,
Johnson E, 2002).
6. Pembelajaran dengan model Inkuiri (inquiry)
Adalah suatu pendekatan pembelajaran yang dilaksanakan dengan mendorong peserta
didik untuk menyelidik dan meneliti dengan saksama melalui prosedur yang benar
terhadap bidang permasalahan yang ingin mereka pahami dengan baik. Prosedur yang
mesti dilalui adalah: merumuskan masalah (pertanyaan), mengamati/meneliti atau
melakukan observasi (mengumpulkan data/informasi), menganalisis hasil, menyimpulkan,
menyusun laporan hasil (berupa tulisan, gambar, bagan, tabel, atau laporan deskriptif),
dan mensosialisasikan hasil kepada orang-orang lain (guru, teman, pembaca, atau audien

19
lain). Pendekatan ini perlu dibedakan dengan questioning (bertanya), yang lebih
menekankan usaha penggalian informasi tentang hal-hal yang belum diketahui.
Questioning merupakan salah satu metode dalam pengumpulan data atau informasi.
7. Pembelajaran Berbasis Pedagogi Reflektif
Adalah suatu pendekatan dalam pembelajaran yang medorong peserta didik untuk terus-
menerus melakukan refleksi terus-menerus dengan sekuens yang terus diulangi sbb:
bertolak dari konteks dan pengalaman – refleksi – aksi – evaluasi – kembali ke
konteks/pengalaman baru – refleksi lagi – aksi yang baru, dst, dst. Tujuannya adalah
untuk semakin meningkatkan respon peserta didik terhadap masalah yang dihadapi
dalam konteks kehidupan mereka, dengan fokus pada peningkatan competence
(kompetensi), conscience (kepekaan nurani), dan compassion (empati dan aksi nyata).
8. Pembelajaran Berbasis Pendekatan Montessori
Adalah pendekatan pembelajaran yang relevan untuk anak-anak usia dini. Pendekatan ini
dipelopori oleh Montessori dengan menciptakan media pembelajaran yang konkret dan
menarik minat anak-anak.
9. Quantum Learning
Adalah pendekatan dalam pembelajaran yang dilaksanakan secara meriah dengan
mengaitkan apa yang diajarkan guru pada segala hal/peristiwa yang ada dalam dunia
siswa (lingkup keluarga, sosial, olah raga, musik, seni, rekreasi, dll), untuk
memaksimalkan proses belajar dan berfokus pada pengembangan hubungan yang dinamis
dalam lingkungan yang interaktif (DePorter, Hernacki, 2001). Konsep dasarnya adalah:
“Bawalah dunia siswa ke dunia guru, dan antarkan dunia guru ke dunia siswa” (DePorter,
2001).
10. Accellerated Learning
Adalah pendekatan dalam pembelajaran yang membuat peserta didik dapat lebih cepat
memahami materi yang dipelajari secara menyeluruh.

E. Strategi Penerapan PAIKEM


Dalam menerapkan PAIKEM, seorang guru harus menyusun strategi untuk
pembelajaran yang akan dilaksanakan langkah demi langkah, seperti dikemukakan oleh
Akhmad Sudrajat (akhmadsudrajat.wordpress.com/bahan-ajar/konsep-pakem/) sbb:

20
No Kemampuan yang dituntut Kegiatan pembelajaran
dari guru yang mengaktifkan siswa
1 Guru mempersiapkan dan Siswa bersama guru mempersiapkan dan
menggunakan alat bantu dan sumber menggunakan alat bantu untuk pembelajaran
belajar yang beragam (kreatif). secara kreatif.
2 Guru memberi kesempatan kepada Siswa aktif melakukan percobaan, pengamatan,
siswa untuk secara aktif wawancara, mengumpulkan data/informasi,
mengembangkan seluruh mengolahnya sendiri, dan menarik kesimpulan,
kemampuan dan ketrampilan atau siswa merumuskan masalah dan
mereka. memecahkan masalah dengan cara (rumus)
sendiri.
3 Guru menyesuaikan bahan dan Siswa bekerja dalam kelompok dengan bahan
kegiatan belajar dengan yang sesuai dengan kemampuan dan minat
kemampuan, bakat, dan minat mereka.
siswa, sehingga pembelajaran Siswa yang lambat diberi tugas perbaikan dan
menjadi menarik (menyenangkan). yang cepat diberi pengayaan.
4 Guru memberi kesempatan kepada Siswa melakukan diskusi bersama teman.
siswa untuk mengungkapkan Siswa melaporkan/menampilkan hasil karyanya.
gagasannya sendiri secara lisan atau Siswa mengamati hasil karya teman-teman
tertulis dan memajang/memamerkan sekelas yang dipajang/dipamerkan di kelas.
hasil karya siswa.
5 Guru mengaitkan pembelajaran Siswa menceriterakan atau mengaitkan materi
dengan pengalaman siswa sehari- pelajaran dengan pengalamannya sendiri.
hari. Siswa menerapkan hal yang dipelajari dalam
kegiatan sehari-hari.
6 Guru menilai pembelajaran dan Setiap siswa mendapatkan umpan balik atas hasil
kemajuan belajar siswa secara terus- karyanya demi kemajuan belajar mereka.
menerus.

Dalam menyusun strategi di atas guru dituntut untuk memperhatikan beberapa hal berikut
ini:
1. Harus memiliki perencanaan (RPP) yang jelas dan kreatif:
o Tujuan: kompetensi yang mau dicapai dan indikator pencapaian kompetensi harus
dirumuskan dengan jelas.
o Langkah-langkah kegiatan:
 Aktivitas guru harus jelas (mengaktifkan, menarik, dan menyenangkan).
 Aktivitas murid harus jelas, sehingga semua aspek terlibat:
- fisik : ada gerak fisik, misalnya menyanyi, melompat, bermain, berjalan,
berlari, dsb.
- emosi : ada hal yang menarik dan membangkitkan perasaan senang, gembira,
- mental : ada aktivitas pikiran, menyelidik, bereksplorasi, bereksperimen,

21
- sosial : ada interaksi, kerjasama dalam kelompok, diskusi, sharing, dsb
- refleksi: ada penggalian makna, menimbang kegunaan, keuntungan, dampak,
dan secara kritis mengaitkan materi pembelajaran dengan kehidupan
nyata siswa.
2. Kebermaknaan harus secara jelas dan nyata dirasakan oleh siswa (kesesuaian dengan
konteks kehidupan mereka sehari-hari).
3. Pemilihan/perancangan media yang akan digunakan harus tepat.
4. Harus ada dukungan dari pihak sekolah (staf guru dan Kasek) bagi pelaksanaannya.
5. Harus ada usaha pengembangan yang dievaluasi terus-menerus.

F. Syarat-syarat Penerapan PAIKEM


Ada empat komponen utama yang menjadi pendukung pelaksanaan pembelajaran
PAIKEM, yaitu: 1) kesiapan kurikulum dan perangkatnya, 2) ketersediaan sarana-prasarana
pembelajaran, 3) profesionalitas guru (sumber daya manusia), 4) manajemen/pengelolaan
pembelajaran yang berbasis sekolah (MBS). Jika empat komponen tersebut dapat dijamin,
dapat diharapkan PAIKEM bisa dijalankan dengan baik. Hal ini akan mengarah ke
pelaksanaan pembelajaran yang tepat dan penilaian yang terus berkelanjutan, demi
tercapainya peningkatan mutu pendidikan. Muara dari usaha peningkatan mutu pembelajaran
melalui PAIKEM ini adalah peningkatan mutu pendidikan selaras dengan tuntutan standar
nasional dan global.

G. Manfaat PAIKEM
PAIKEM yang dilaksanakan dengan baik, selain bermanfaat bagi siswa, juga akan
bermanfaat bagi berbagai pihak, seperti misalnya bagi:
1. Kepala Sekolah: memperoleh dukungan dan masukan positif dari berbagai pihak.
2. Guru: memperoleh pengalaman yang positif dan bermakna, karena telah membuat para
siswa belajar secara efektif dan menyenangkan.
3. Orangtua: bangga bahwa anak-anak mereka memiliki semangat belajar yang tinggi dan
mengalami peningkatan/kemajuan dalam belajar.
4. Masyarakat: mendapatkan calon-calon pelaku perubahan sosial yang terdidik dengan baik.
5. Pemerintah: memperoleh benih-benih SDM yang berkualitas bagi bangsa dan negaranya,
sehingga beaya pendidikan yang telah dikeluarkannya tidak sia-sia.

22
BAB III
RANGKUMAN

Adanya perubahan paradigma dalam sistem pendidikan nasional telah mendorong


perubahan-perubahan dalam pelaksanaan pendidikan di Indonesia. Perubahan yang cukup
signifikan dilakukan dalam penerapan KTSP dan pemunculan inovasi-inovasi dalam
pembelajaran.
PAKEM / PAIKEM merupakan salah satu model pendekatan yang dipandang tepat
untuk dilaksanakan pada jenjang SD. Keseriusan pemerintah Indonesia dibuktikan dengan
adanya pasal-pasal tentang PAIKEM dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas dan
dalam PP No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Dan oleh sebab itu para
guru SD didorong untuk menerapkannya. Di samping itu PAIKEM memang selaras dengan
karakteristik anak-anak usia SD, sehingga penerapan PAIKEM diharapkan akan
meningkatkan kualitas hasil belajar para siswa SD.
Pengertian PAIKEM yang merupakan kependekan dari Pembelajaran Aktif, Kreatif,
Efektif, dan Menyenangkan sebetulnya telah jelas dari namanya. Dalam PAIKEM unsur aktif
dan kreatif merupakan unsur yang utama, sedangkan efektif dan menyenangkan sebetulnya
merupakan efek yang semestinya menyertai kedua unsur tersebut. Dalam perkembangan dari
PAKEM menjadi PAIKEM, terjadi penambahan unsur ”inovatif”. Unsur ”inovatif” ini dapat
dijabarkan dalam berbagai model pembelajaran yang baru dan yang sesuai dengan tujuan
PAKEM, seperti misalnya: Brain Based Learning, Problem Based Learning, Cooperative
Learning, Developmentally Appropriate Practice (DAP), Contextual Teaching and Learning
(CTL), Pembelajaran dengan model inkuiri, Pembelajaran Berbasis Pedagogi Reflektif,
Pembelajaran Berbasis Pendekatan Montessori, Quantum Learning, Accellerated Learning,
dsb
PAIKEM memiliki karakteristik yang unik, yaitu: belajar aktif, multidimensi,
memupuk 6 K, menciptakan suasana belajar, dan memiliki kebermaknaan. Oleh sebab itu
diperlukan strategi yang baik dalam menerapkan PAIKEM. Guru harus betul-betul merancang
pembelajaran yang akan dilaksanakan langkah demi langkah sehingga tujuan pembelajaran
dapat dicapai sesuai cita-cita PAIKEM.
Agar dapat dilaksanakan dengan baik, PAIKEM memerlukan beberapa persyaratan
antara lain: kesiapan kurikulum dan perangkatnya, ketersediaan sarana-prasarana

23
pembelajaran, profesionalitas guru (sumber daya manusia), dan manajemen/pengelolaan
pembelajaran yang berbasis sekolah (MBS). Jika dilaksanakan dengan baik, PAIKEM akan
dapat mendatangkan manfaat positif tidak hanya bagi peserta didik, melainkan juga bagi
berbagai pihak yang ikut berkepentingan dengan pendidikan, misalnya: orangtua, sekolah,
masyarakat luas, dan pemerintah.

24
BAB IV
PENUTUP

Mutu pendidikan nasional akan semakin meningkat jika para guru betul-betul dapat
menunjukkan keprofesionalannya, terutama dalam melaksanakan pembelajaran.
Keprofesionalan seorang guru ditunjukkan melalui kreativitasnya dalam merancang dan
melaksanakan pembelajaran, sedemikian sehingga menghasilkan PAKEM atau PAIKEM,
khususnya untuk jenjang SD.
Pembelajaran yang demikian akan memacu minat dan semangat belajar para peserta
didik, sehingga kemajuan belajar mereka sungguh dapat dengan mudah dicapai. Kendatipun
oleh banyak pihak masih dirasakan adanya banyak kendala bagi penerapan PAIKEM ini,
antara lain kurangnya fasilitas dan dukungan dari pihak sekolah, namun bukan berarti para
guru harus menyerah kalah sebelum mencoba. Gerakan yang secara nasional telah dijalankan
ini entah cepat atau lambat memang akan harus direspon oleh setiap guru di setiap satuan
pendidikan. Oleh sebab itu diklat tentang model pembelajaran PAIKEM ini diharapkan dapat
memberi inspirasi bagi para guru untuk mencoba mengembangkan PAIKEM di tempat kerja
masing-masing. Kekurangan yang ada pada diklat ini diharapkan dilengkapi dengan sumber-
sumber lain dan kreativitas yang diusahakan oleh para guru sendiri.

25
DAFTAR PUSTAKA

Allen, JoBeth, et.al., 1993, Engaging Children, Portmouth: Heinemann.


Amir, M. Taufik, 2009, Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning: Bagaimana
Pendidik Memberdayakan Pemelajar di Era Pengetahuan. Jakarta: Kencana.
Barbara K. Given. 2007. Brain Based Teaching, Merancang kegiatan Belajar-Mengajar yang
melibatkan Otak Emosional, Sosial, Kognitif, Kinestetis, dan Reflektif. Bandung:
Kaifa.
Bredekamp, S., 1989, Developmentally Appropriate Practice, Washington DC: National
Association for the Education of Young Children.
Depdiknas, 2007, Bahan Sosialisasi KTSD, Jakarta: Depdiknas.
PUSKUR, 2007, Bahan Sosialisasi KTSP, Jakarta: Depdiknas.
Roopnarine, Jaipaul L & Johnson, James E., 1993, Approaches to Early Childhood
Education. New York: Macmillan.
Suprijono, Agus, 2009, Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM, Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Wena, Made, 2009, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer: Suatu Tinjauan Konseptual
Operasional. Jakarta: Bumi Aksara.
Zaini, Hisyam dkk, 2008, Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani.

26
LATIHAN

1. Jelaskanlah secara ringkas pengertian dari PAKEM / PAIKEM.


2. Mengapa PAKEM / PAIKEM amat relevan untuk diterapkan di SD?
3. Mana saja landasan hukum bagi penerapan PAIKEM?
4. Diskusi Kelompok (4-5 orang):
Berikut ini adalah model (modus) belajar siswa dengan hasil yang berbeda-beda pada
ingatan siswa. Selama 10 menit lakukanlah kegiatan berikut ini:
a. Urutkanlah modus-modus tersebut dari yang berdampak kurang baik ke paling baik
terhadap hasil/yang diingat siswa.
b. Tuliskanlah apa saja manfaat pengetahuan tentang urutan modus tersebut untuk
persiapan pembelajaran yang akan Anda lakukan?

Lihat gambar
Simulasi
Mengerjakan hal yg nyata
Menyajikan
Terlibat dlm diskusi
Bermain
Mengamati film peran
Lihat peragaan Dengarkan Baca

5. Latihan Menyusun RPP PAIKEM:


 Kelas dibagi dalam kelompok-kelompok yang masing-masing terdiri dari 3-4 orang.
 Tiap kelompok diminta untuk membuat satu RPP PAKEM atau PAIKEM.
6. Latihan Melaksanakan PAIKEM:
 Dua atau tiga kelompok yang telah menyusun RPP diberi kesempatan untuk
menampilkan pembelajaran PAKEM / PAIKEM dengan teman-teman sebagai
siswanya.
 Penampilan diberi masukan oleh dosen dan kelompok-kelompok yang lain.

27

Anda mungkin juga menyukai