Anda di halaman 1dari 6

1.

Latar belakang

Lahan basah berperan penting bagi manusia dan lingkungan. Perlu dilakukan pelestarian
terhadap lahan basah karena merupakan ekosistem paling produktif di dunia serta merupakan
habitat bagi kehidupan berbagai keanekaragaman hayati (flora dan fauna) termasuk sebagai
penyedia air bersih dan gudang plasma nuftah.lahan basah memiliki banyak jenis diantaranya
yaitu rawa, gambut, payau, riparian, mineral dan lahan buatan. salah satu lahan buatan yaitu
embung atau cekungan penampung (retention basin) adalah cekungan yang digunakan untuk
mengatur dan menampung suplai aliran air hujan serta untuk meningkatkan kualitas air di
badan air yang terkait (sungai, danau).

Indonesia merupakan negara dengan lahan basah terbesar di Asia dengan jumlah lahan basah
seluas 38 juta hektar atau sekitar 21% dari luas daratan di Indonesia. Sumatera Selatan
merupakan salah satu daerah dengan lahan basah terbanyak setelah Kalimantan. Terdata
bahwa di Indonesia terdapat 256 lahan basah (wetland sites) yang tersebar di seluruh
kepulauan. Namun baru 126 lahan basah yang dikonservasi walaupun situs-situs tersebut
belum memperoleh status dilindungi. Melihat masih banyaknya lahan basah yang belum
dikonservasi dan dikelola maka dengan begitu diperlukan pengelolaandan analisa kesehatan
dan keselamatan terhadap kawasan lahan basah untuk menilai potensi lahan basah tersebut.
.
Observasi lapangan dilakukan di kawasan embung taman firdaus di Universitas Sriwijaya
pada pukul 09.30-11.00, kamis, 2 Februari 2023. (ini pelru dimasukin ppt ga ya)

tujuan :
1. Mengetahui keselamatan dan kesehatan kawasan embung taman firdaus Universitas
Sriwijaya.
2. Menjelaskan keselamatan dan kesehatan kawasan embung taman firdaus
Universitas Sriwijaya.

2. temuan lapangan
1. Perbedaan warna air
Di ketiga tempat yang kami kunjungi, kami menemukan perbedaan warna. Di tempat
peratama (IMG_5196.HEIC) & ketiga (IMG_5239.HEIC) (lampir ke foto tempat
pertamo & ketigo) memiliki warna yang sama yaitu warna biru. Di tempat kedua
memiliki warna coklat pekat. (IMG_5203.HEIC)

2. Perbedaan Bau dan tekstur (benar dak sih kalo pakek tekstur)
Di tempat pertama dan ketiga tidak memiliki bau, bau nya hampir sama dengan air
bersih pada umumnya. Sedangkan di tempat kedua, memiliki bau seperti besi yang
berkarat serta air yang memiliki sedikit minyak. Diperkirakan air tersebut tercemar
(tercemar apo kemaren aku lupo hehe).
3. Sampah
Di tempat pertama dan kedua kami menemukan adanya sampah di sekitaran perairan
(lampir foto sampah di tempat 1 & 2). Sedangkan di tempat ketiga kami tidak
menemukan adanya sampah.

4. Makhluk hidup
Ditempat pertama kami menemukan jentik-jentik yang berada di pinggiran. Di tempat
kedua kami menemukan berudu (anak katak) yang berada di pinggiran. (sorry ini
katek dokumentasinyo, hanya bisa dilihat oleh mata batin xixi)

5. Tanah

6. Luas
Ditempat kedua & ketiga memiliki aliran yang sangat luas, seperti sungai yang
nantinya akan terhubung ke aliran sungai dan rawa-rawa yang berada di Tanjung
Senai. Ditempat pertama memiliki luas yang lebih kecil dari kedua tempat lainnya.

7. Pipa
Kami menemukan pipa yang kemungkinan digunakan sebagai aliran air yang berada
di sekitar tempat tersebut. (lampir kan foto pipa, kalo dak salah di hp disty ado)

8. Tanaman di sekitar
Di tempat pertama kami menemukan tanaman seperti rumput yang tumbuh di dalam
air (IMG_5196.HEIC). Di tempat kedua kami menemukan rumput yang berjenis
Purun Danau (IMG_5214.HEIC). Di tempat ketiga kami menemukan rumput yang
sama seperti di tempat kedua (IMG_5233.HEIC) dan tanam paku di sekitaran perairan
(foto yg di kirim disty di grup jam 19.39)

3. analisis masalah
a. keselamatan (enih blm slesay yh msi mkir aq)
● Daerah embung rawan hewan liar, seperti buaya, macan akar, maupun
anjing liar.
Daerah embung yang terletak dekat dengan perkebunan dan semak
belukar, menjadikan daerah ini rawan masuk hewan liar seperti buaya,
macan akar, maupun anjing liar.
● Daratan di embung pertama rawan longsor
Di embung pertama yang kami kunjungi, bentuk daratannya seperti
bukit kecil dengan pinggiran yang miring, sehingga dikhawatirkan
terjadi longsoran tanah ke arah danau. Namun dengan adanya pagar-
pagar bambu kecil yang mengelilingi danau, tidak akan terlalu
membuat longsoran tanah jatuh sampai ke tengah danau.
(Ntar masukin ppt untuk penggambaran pagar kayu ya lop)🏻
🏻
● Tidak ada rambu/peringatan bahaya, seperti "awas jatuh!", "hati-hati
air dalam!" dan sebagainya.
Melihat kondisi danau yang minim pengamanan, rambu-rambu seperti
ini sangat dibutuhkan agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
● Akses jalan menuju embung rawan tergelincir karena permukaan jalan
yang masih berupa tanah dan bebatuan.
b. kesehatan
Menurut analisis lapangan yang kami temui kemarin air di embung unsri
memiliki perbedaan . Diantaranya:

● Di embung pertama dan ketiga memiliki air yang jernih bewarna


kebiruan sampai terlihat dasar dari permukaanya. Hal ini dikarenakan
pada saat sinar matahari mengenai perairan molekul air secara alami
menyerap sinar cahaya sehingga air terlihat bewarna biru. Namun
kendati demikian, dasar embung tersebut terdapat lumpur sehingga
kedalamannya tidak bisa berpatokan dengan apa yang kita lihat. Oleh
karena itu, tidak disarankan untuk berenang disana. Secara fisik
kualitas tersebut memenuhi syarat sebagai air bersih karena air tidak
bewarna, tidak berbau, tidak berasa, tidak mengendap, dan memiliki
temperatur yang normal.
● Embung kedua memiliki air yang kecoklatan dan berbau besi hal ini
disebabkan memiliki kandungan mangan yang berlebihan sehingga air
tidak dapat dikonsumsi dan digunakan dalam hal apapun. Hal ini
karena air yang memiliki kandungan tersebut menimbulkan efek
negatif misalnya logam mangan dapat menimbulkan gangguan pada
hati dan logam besi menimbulkan iritasi pada mata kulit. Untuk
kegiatan seperti berenang sangat tidak amat disarankan karena air yang
keruh dapat merusak kulit dan kedalaman air tidak dapat dipastikan.
Selain itu di embung juga ditumbuhi tanaman air secara liar yang
dikhawatirkan menjadi sarang hewan air yang membahayakan.
4. kesimpulan
Berdasarkan hasil evaluasi dan analisis yang telah dilakukan pada Embung
Universitas Sriwijaya dapat diambil kesimpulan, bahwa :
1. Berdasarkan analisis keselamatan diketahui bahwa daerah embung terletak di dekat
perkebunan dan semak belukar, hal ini menjadikan daerah tersebut rawan dimasuki
hewan liar. Selain itu juga, tidak adanya rambu peringatan bahaya sebab daerah
embung curam. Akses untuk jalan masih permukaan tanah dan rawan tergelincir.
2. Berdasarkan analisis kesehatan yang sudah temui, air di embung memiliki
perbedaan. Di embung pertama dan ketiga, memiliki tekstur air yang jernih dan
berwarna kebiruan. Secara fisik, kualitas air di kedua embung ini memenuhi syarat
sebagai air bersih. Namun, di dasar embung terdapat lumpur yang mengendap
sehingga kedalaman embung tidak terkira seberapa jarak kedalamannya. Sedangkan
di embung kedua memiliki tekstur air yang keruh, kecoklatan dan berbau besi. Selain
itu, di embung ini juga ditumbuhi dengan tumbuhan liar.

5. Saran
setelah dilakukan analisis masalah, ditemukan beberapa bahaya yang dapat
menimbulkan risiko bagi keselamatan dan kesehatan. oleh karena itu, harus dilakukan
penanganan untuk mengatasi masalah tersebut. Sebagai saran, yang dapat dilakukan
diantaranya:
1) pengadaan beberapa tempat sampah di sekitar embung
contoh tempat sampah beroda untuk memudahkan saat proses pengangkutan
sampah.

2) pengadaan rambu-rambu keselamatan, seperti:


a. rambu peringatan tanah rawan longsor
b. rambu peringatan air dalam

c. rambu peringatan jalan bergelombang

DAFTAR PUSTAKA
Kristianingsih, Y., Masdianto, M., & Mardikawati, A. (2021). Penetapan Kadar Besi
(Fe) dan Mangan (Mn) Pada Air Tanah Pemukiman Di Sekitar Setu Pedongkelan
Depok. Anakes: Jurnal Ilmiah Analis Kesehatan, 7(2), 148-156.

https://www.gramedia.com/best-seller/penyebab-air-sumur-berwarna-cokelat/amp/

https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-3000740/ini-penyebab-ada-air-yang-
berbau-besi-dan-berwarna-kuning

Anda mungkin juga menyukai