TESIS
Program Pascasarjana
Program Studi : Magister Kenotariatan
Diajukan Oleh:
Nama : Gladwin Lukman
NIM : 217211016
JUDUL TESIS
PERTANGGUNGJAWABAN NOTARIS TERHADAP PEMBUATAN
AKTA YANG MELANGGAR UNDANG-UNDANG POKOK AGRARIA
PASAL 21 AYAT 5 TAHUN 1960
(Studi Kasus : Putusan Mahkamah Agung Nomor 66/Pdt.G/2020/PN Tpg)
(…..)
2
PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS TARUMANEGARA
JAKARTA
JUDUL TESIS
PERTANGGUNGJAWABAN NOTARIS TERHADAP PEMBUATAN
AKTA YANG MELANGGAR UNDANG-UNDANG POKOK AGRARIA
PASAL 21 AYAT 5 TAHUN 1960
(Studi Kasus : Putusan Mahkamah Agung Nomor 66/Pdt.G/2020/PN Tpg)
1. Ketua Penguji :…
2. Anggota Penguji :…
Jakarta, ….
Pembimbing,
3
……
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap segala puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa,
penulis dapat Menyusun dan menyelesaikan penulisan tesis ini dengan judul :
Penulisan tesis ini disusun untuk memenuhi dan melengkapi salah satu
mampu menuntaskan pengerjaan tesis ini. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis
1. Bapak Prof. Dr. Amad Sudiro, S.H., M.H., M.M., M.Kn., selaku Dekan
2. Ibu Mia Hadiati, S.H, M.Hum., selaku Wakil Dekan Fakultas Hukum
Universitas Tarumanagara.
3. Ibu Dr. Tjempaka S.H., M.H., M.Kn., selaku Dosen Pembimbing Tesis yang
5. Orangtua tercinta Bapak Supardi Lukman, Ibu Kirana Inggit, yang selalu mendukung,
4
pada Penulis, sehingga Penulis dapat menyelesaikan studi dan penulisan skripsi ini de
ngan baik.
Universitas Tarumanagara Teh Eno, Kak Ani, dan Ibu Retno serta seluruh
pihak yang terlibat yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, yang telah
kepada semua pihak yang telah mendukung Penulis. Setiap orang yang Penulis
temui selama ini telah mengajarkan penulis tentang banyak hal, semoga
kedepannya Penulis dapat menjadi pribadi yang selalu mau belajar, rendah hati,
Gladwin Lukman
5
DAFTAR ISI
6
ANALISA DAN PEMBAHASAN........................................................................57
A. Kesesuaian putusan Hakim Pengadilan Negeri Tanjungpinang dengan
Peraturan yang berlaku di Indonesia..................................................................57
B. Pertanggungjawaban Notaris yang berperan dalam Pembuatan Surat
Pernyataan yang bertentangan dengan Undang-Undang Pokok Agraria...........59
BAB V....................................................................................................................62
PENUTUP..............................................................................................................62
A. Kesimpulan....................................................................................................62
B. Saran..............................................................................................................63
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................64
7
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
n akta autentik sebagaimana yang tercantum pada Pasal 1868 Kitab Undang-Unda
ng Hukum Perdata. Pembuatan akta autentik dihadapan Notaris bukan saja karena
ihak yang memiliki kepentingan demi memiliki kepastian hak dan kewajiban para
ya, notaris dituntut untuk melaksanakan pekerjaannya sesuai dengan koridor tugas
dan tanggung jawabnya seperti yang dinyatakan dalam Peraturan Jabatan Notaris
serta Kode Etik Notaris. Notaris wajib menjunjung tinggi harkat dan martabat jaba
a1.
Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris Pasal 15 ayat (1) dan (2) yang berbunyi 2:
1
R. Soegondo Notodisoerjo, Hukum Notariat di Indonesia, (Jakarta: C.V. Rajawali, 1982), hlm.21
3.
2
Undang-Undang Jabatan Notaris Nomor 2 Tahun 2014
8
(1) Notaris berwenang membuat Akta autentik mengenai semua perbuatan, perjanj
atau yang dikehendaki oleh yang berkepentingan untuk dinyatakan dalam Akt
emberikan grosse, salinan dan kutipan Akta, semuanya itu sepanjang pembuat
an Akta itu tidak juga ditugaskan atau dikecualikan kepada pejabat lain atau o
(2) Selain kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Notaris berwenang p
ula:
c. membuat kopi dari asli surat di bawah tangan berupa salinan yang memuat
n;
Namun ada kalanya sebagai pejabat umum yang bertugas, Notaris bisa saja
perbuatan atau tindakan yag dilakukan oleh subjek hukum yang melanggar
9
melawan hukum jika adanya perbuatan yang melawan hukum atau adanya
kesalahan yang memiliki hubungan sebab akibat antara perbuatan dan kerugian.
Notaris sebagai subjek hukum yaitu pendukung hak dan kewajiban maupun
yang harus dipatuhi dan larangan yang harus dihindari dalam menjalankan tugas
jabatannya. Perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh seorang Notaris dapat
mencakup bidang perdata, administrasi, kode etik profesi Notaris dan pidana.
Perbuatan melawan hukum pada ranah perdata telah di atur dalam buku III
kum murni merupakan akibat pelanggaran perbuatan manusia yang sudah ditentuk
a dapat didasarkan pada Pasal 1365 KUHPerdata yang menyatakan tiap perbuatan
melanggar hukum yang membawa kerugian kepada seorang lain, mewajibkan ora
ng yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian itu. Kesal
ahan Notaris dalam membuat akta sehingga menyebabkan pihak lain mengalami k
1. Mempunyai lebih dari 1 (satu) kantor, baik kantor cabang ataupun kantor p
erwakilan.
10
3. Melakukan publikasi atau promosi diri, baik sendiri maupun secara bersam
a. Iklan.
b. Ucapan selamat.
c. Ucapan belasungkawa.
e. Kegiatan pemasaran.
ga.
7. Berusaha atau berupaya dengan jalan apapun, agar seseorang berpindah dari
Notaris lain kepadanya, baik upaya itu ditujukan langsung kepada klien yan
taris.
11
10. Menetapkan honorarium yang harus dibayar oleh klien dalam jumlah yang l
11. Mempekerjakan dengan sengaja orang yang masih berstatus karyawan kant
or Notaris lain tanpa persetujuan terlebih dahulu dari Notaris yang bersang
kutan.
12. Menjelekkan dan/atau mempersalahkan rekan Notaris atau akta yang dibuat
tu akta yang dibuat oleh rekan sejawat yang ternyata didalamnya terdapat
an atas kesalahan yang dibuatnya dengan cara yang tidak bersifat menggur
ui, melainkan untuk mencegah timbulnya hal-hal yang tidak diinginkan ter
13. Membentuk kelompok sesama rekan sejawat yang bersifat ekslusif dengan
14. Menggunakan dan mencantumkan gelar yang tidak sesuai dengan peraturan
15. Melakukan perbuatan-perbuatan lain yang secara umum disebut sebagai pel
anggaran terhadap Kode Etik Notaris, antara lain namun tidak terbatas pad
a pelanggaran-pelanggaran terhadap :
12
b. Penjelasan Pasal 19 ayat (2) Undang-Undang Nomor 30 tahun 2004 tent
egara di bidang Hukum Perdata terutama untuk membuat alat bukti otentik (akta
Notaris). Dalam pembuatan akta Notaris baik dalam bentuk partij akta maupun rel
aas akta, Notaris bertanggungjawab supaya setiap akta yang dibuatnya mempunya
i sifat otentik sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 1868 KUHPerdata. Kewaj
iban Notaris untuk dapat mengetahui peraturan hukum yang berlaku di Negara Ind
onesia juga serta untuk mengetahui hukum apa yang berlaku terhadap para pihak
yang datang kepada Notaris untuk membuat akta. Hal tersebut sangat penting agar
supaya akta yang dibuat oleh Notaris tersebut memiliki otentisitasnya sebagai akta
a. Kesalahan ketik pada salinan Notaris, dalam hal ini kesalahan tersebut dapat
diperbaiki dengan membuat salinan baru yang sama dengan yang asli dan han
ya salinan yang sama dengan yang asli baru mempunyai kekuatan sama sepert
i akta asli.
b. Kesalahan bentuk akta Notaris, dalam hal ini dimana seharusnya dibuat berita
acara rapat tapi oleh Notaris dibuat sebagai pernyataan keputusan rapat.
13
c. Kesalahan isi akta Notaris, dalam hal ini mengenai keterangan dari para pihak
yang menghadap Notaris, di mana saat pembuatan akta dianggap benar tapi te
ang diakibatkan dari perbuatan melawan hukum dalam proses pembuatan akta ote
ntik. Dalam konteks administrasi dan kode etik yaitu diberikan batasan seorang N
otaris dikategorikan melanggar ketentuan UUJN, dan kode etik Notaris secara for
mil atau perdata (law of tort) atas apa yang mereka lakukan terkait dengan tindaka
ta tidak sesuai prosedur dengan tidak dilakukan tidak dihadapan dua saksi, Notaris
/saksi yang tidak cakap melakukan perbuatan hukum, Notaris mempunyai hubung
Perbuatan melawan hukum dalam bidang pidana yaitu seorang Notaris dap
at dikenakan tindakan pidana atas perbuatan yang melanggar ketentuan dari kaeda
h peraturan larangan yang diterbitkan oleh negara. Setiap perbuatan pidana selalu
am ranah Hukum Pidana diantaranya dapat berupa pemalsuan dokumen atau surat
yang diatur dalam ketentuan Pasal 263 dan Pasal 264 Kitab Undang-Undang Huk
um Pidana (KUHP). Pasal 263 ayat (1) dan (2) KUHP menyatakan bahwa :
1. Barang siapa membuat surat palsu atau memalsukan surat yang dapat meni
mbulkan sesuatu hak, perikatan atau pembebasan hutang, atau yang diperu
ntukkan sebagai bukti daripada sesuatu hal dengan maksud untuk memaka
i atau menyuruh orang lain memakai surat tersebut seolah-olah isinya bena
3
Mudofir Hadi, “Pembatalan Isi Akta Notaris dengan Putusan Hakim”, Varia Peradilan Tahun VI
Nomor 72, 1991, hlm. 142-143.
14
r dan tidak dipalsu, diancam, jika pemakaian tersebut dapat menimbulkan
kerugian, karena pemalsuan surat, dengan pidana penjara paling lama ena
m tahun.
2. Diancam dengan pidana yang sama, barang siapa dengan sengaja memakai
surat palsu atau yang dipalsukan, seolah-olah sejati, jika pemakaian surat it
Sedangkan dalam penjelasan dari Pasal 264 ayat (1) dan (2) KUHP menyatakan b
ahwa :
1. Pemalsuan surat diancam dengan pidana penjara paling lama delapan tahu
1) Akta-akta otentik.
2) Surat hutang atau sertifikat hutang dari sesuatu negara atau bagiannya at
3) Surat sero atau hutang atau sertifikat sero atau hutang dari suatu perkum
4) Talon, tanda bukti dividen atau bunga dari salah satu surat yang diteran
gkan dalam 2 dan 3, atau tanda bukti yang dikeluarkan sebagai pengga
2. Diancam dengan pidana yang sama barang siapa dengan sengaja memakai
surat tersebut dalam ayat pertama, yang isinya tidak sejati atau yang dipals
ukan seolah-olah benar dan tidak dipalsu, jika pemalsuan surat itu dapat m
enimbulkan kerugian.
15
Salah satu perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh seorang notaris
adalah dengan membuat Surat Pernyataan terkait pembelian tanah yang dilakukan
ngan orang yang bersangkutan untuk membuat Surat Pernyataan bahwa tanah yan
Warga Negara Indonesia yang menjual tanah tersebut yang dipinjam namanya har
Kejadian serupa dialami oleh seorang Warga Negara Indonesia berasal dar
i Bukit Tinggi bernama Dodi Usman. Pada tahun 1996, Dodi Usman bertemu den
gan DR. Marc Van Loo, pria berkewarganegaraan Belanda di Desa Gunung Kijan
ekerjasama dalam sebuah bisnis. Pada tahun 1997, DR. Marc Van Loo membeli ta
nah yang dimiliki oleh Dodi Usman seluas 10.040 m2 menggunakan uang pribadin
ya dengan bukti kepemilikan Sertifikat Hak Guna Bangunan No. 13 Tahun 1997.
Namun, karena DR. Marc Van Loo masih berkewarganegaraan asing, tidak dapat
odi Usman sebagai pemilik tanah tersebut. Di atas tanah yang sudah dibeli tersebu
t, DR. Marc Van Loo mendirikan sebuah perusahaan bernama PT Galang Batang I
Seiring berjalannya waktu, DR. Marc Van Loo berniat untuk memiliki sec
ara keseluruhan tanah serta bangunan yang ia beli dari Dodi Usman dengan meng
gunakan uang pribadinya tersebut dalam bentuk sertifikat hak milik. Kemudian D
16
R. Marc Van Loo mendatangi seorang notaris bernama Sri Rahayu Soegeng yang
Tanjung Pinang Provinsi Kepulauan Riau. DR. Marc Van Loo kemudian
bekerjasama dengan sang notaris dalam pembuatan Surat Pernyataan yang harus d
itandatangani oleh Dodi Usman bahwa tanah dan bangunan berupa perusahaan PT
Galang Batang Indah adalah milik dari DR Marc Van Loo. Selain membuat akta/s
urat pernyataan kepemilikan tanah dan bangunan, notaris Sri Rahayu Soegeng pun
membuat akta/surat kuasa dengan maksud agar DR. Marc Van Loo dapat mengua
sai tanah serta bangunan yang dibelinya dari Dodi Usman. Dalam hal ini, Doni Us
man merasa keberatan untuk menandatangani surat pernyataan dan surat kuasa ter
sebut, sehingga Dodi Usman menggugat DR. Marc Van Loo beserta Sri Rahayu
ayat (5) Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar-Dasar Pokok Agraria yang
Indonesia yang bisa memperoleh hak atas tanah di Indonesia serta perbuatan Sri
Rahayu Soegeng selaku notaris yang membuat surat pernyataan tersebut dapat
mengenai perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh notaris dengan judul pe
17
B. Rumusan Masalah
66/Pdt.G/2020/PN Tpg
2. Kegunaan Penelitian
a. Secara Teoritis
18
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan
b. Secara Praktis
1. Secara praktis, dapat memberikan jawaban atas permasalahan yang
Tahun 1960.
D. Kerangka Konseptual
diteliti, yang digunakan oleh peneliti atau penulis dalam penelitian. Pada
19
umumnya kerangka konsep mengedepankan definisi-definisi yang ada dari suatu
permasalahan atau dengan kata lain konsep ini merupakan uraian mengenai
20
Pada bagan kerangka konseptual di atas dapat diterangkan bahwa pengerti
an notaris adalah pejabat umum yang satu - satunya berwenang untuk membuat a
kta otentik mengenai suatu perbuatan, perjanjian dan penetapan yang diharuskan o
leh suatu peraturan umum atau oleh yang berkepentingan dikehendaki untuk dinya
takan dalam suatu akta autentik, menjamin kepastian tanggalnya, menyimpan akta
nya dan memberikan grosse, salinan dan kutipannya, semua sepanjang pembuatan
akta itu oleh suatu peraturan umum dan juga tidak ditugaskan atau dikecualikan k
taris berwenang membuat akta autentik mengenai semua perbuatan, perjanjian dan
kehendaki oleh yang berkepentingan untuk dinyatakan dalam akta autentik. Akta
Notaris yang dibuat oleh atau dihadapan Notaris dapat digunakan sebagai alat buk
ti dalam sebuah sengketa hukum atau sebagai alat bukti untuk mengingat kembali
Pada penelitian ini, Notaris membuat Surat Pernyataan yang ditujukan kep
ada pihak penjual tanah berkewarganegaraan Indonesia dengan tujuan untuk meng
akui kepemilikan tanah dan bangunan yang dibeli oleh seorang Warga Negara
Asing yang membeli tanah dan bangunan tersebut dengan meminjam nama penjua
dang Jabatan Notaris Pasal 15 ayat (2) huruf f yaitu kewenangan Notaris dalam pe
asing dapat meminjam nama dari si penjual tanah tersebut, sedangkan menurut
21
peraturan Undang-Undang Pokok Agraria Pasal 21 ayat (1) No. 5 Tahun 1960 me
nyebutkan hanya Warga Negara Indonesia saja yang memiliki hak untuk memiliki
tanah serta bangunan yang ada di negara Indonesia. Hal ini menjadi pemicu konfli
k antara penjual dan pembeli yang ikut menyeret Notaris karena telah berperan dal
E. Metode Penelitian
Penelitian hukum terdiri dari penelitian yang bersifat deskriptif yaitu penelitian
yang dilakukan dengan cara deskripsi, analisis atau klarifikasi. Kemudian ada pula
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian hukum yang dilakukan oleh penulis merupakan jenis penelitian
normatif, yaitu penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahasan
pustaka yang merupakan data sekunder dan disebut juga sebagai penelitian
2. Sifat Penelitian
4
Marzuki, P. M, Penelitian Hukum, (Kencana Media Predana Group, 2005), hlm 34
5
Sabian Utsman, “Dasar-dasar Sosiologi Hukum”, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013). Hal. 310
22
Sifat penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
3. Pendekatan Penelitian
kasus (case approach) dengan menelaah semua Undang-undang dan regulasi serta
pendekatan kasus yang dilakukan dengan cara menelaah kasus yang berkaitan
Jenis dan sumber bahan hukum yang digunakan pada penelitian ini terdiri
dari :
Bahan hukum primer adalah bahan hukum yang bersifat autoratif artinya
penelitian ini. Adapun sumber bahan hukum primer yang digunakan oleh penulis
adalah :
Bahan hukum sekunder yang digunakan oleh penulis pada penelitian ini
jurnal, makalah dan kamus hukum dan bahan-bahan lainnya yang berkaitan
6
Ibid, hal. 141
23
dengan materi ditambah lagi dengan kegiatan pencarian data menggunakan
internet.
mendukung dan berkaitan dengan pemaparan penelitian ini adalah studi dokumen
(studi kepustakaan), yaitu suatu alat pengumpulan bahan hukum yang dilakukan
atau pengolahan bahan hukum dengan cara deduktif, yaitu penelitian yang
F. Sistematika Penulisan
BAB 1 : PENDAHULUAN
7
Ibid., hal. 21.
24
Bab ini menjelaskan teori-teori yang berkaitan dengan variabel yang terdapat
dalam judul penelitian yang terdiri dari pengertian Notaris, kewenangan dan
Bab ini menjelaskan kasus posisi, pertimbangan hakim dan keputusan hakim
dalam putusan yang berkaitan dengan hasil Putusan Mahkamah Agung Nomor
66/Pdt.G/2020/PN Tpg
BAB IV : ANALISIS
dengan kepemilikan tanah dan bangunan yang dibeli oleh Warga Negara Asing
BAB V : PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan dari seluruh uraian penelitian yang berisi jawaban
penulis.
25
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Teori Pertanggungjawaban Hukum
laku atau perbuatan yang disengaja maupun yang tidak disengaja 8. Sedangkan
bahwa dia dapat dikenakan suatu sanksi dalam kasus perbuatan berlawanan
8
Purbacaraka. Perihal Kaedah Hukum, (Jakarta : Citra Aditya,2010). Hal 10.
9
Kelsen, H. General Theory Of Law And State. (New York,1944). Hal 65.
26
dengan hukum. Biasanya, dalam kasus, sanksi dikenakan terhadap delinquent
Sementara itu, menurut Jimly Asshidiqie dan Moh. Ali dalam kajiannya
tanpa perencanaan atau kesalahan yang tidak disengaja atau atau kesalahan
B. Teori Kewenangan
yang berlaku dalam melakukan segala sesuatu terutama yang berkaitan dengan
“nullumdelictum sine praevia lege poenali”, yang artinya tidak ada suatu
perbuatan hukum yang dapat dipidana tanpa ada peraturannya11. Perbedaan antara
10
Safa’at, J. A. dan M. A. Teori Hans Kelsen Tentang Hukum, Sekretariat Jendral & Kepaniteraan
Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia. (Jakarta : MA Republik Indonesia, 2006). Hal 61.
11
Ngadino. Kewenangan Notaris Dalam Pembuatan Akta Yang Berhubungan Dengan Pertanahan.
Notarius, ( Volume 12 No 2, Tahun 2019). Hal 679–690.
27
kekuasaan dan kewenangan dijabarkan oleh Soerjono Soekamto yang mengatakan
kekuasaan, sedangkan wewenang adalah kekuasaan yang ada pada seseorang atau
masyarakat12.
digunakan dalam lapangan hukum publik. Kewenangan adalah apa yang disebut
kekuasaan dari segolongan orang tertentu atau kekuasaan terhadap suatu bidang
Wewenang (authority) adalah hak untuk memberi perintah, dan kekuasaan untuk
wewenang memiliki tiga unsur yaitu yang pertama adalah Atribusi yang
pemerintahan lainnya, dan yang ketiga adalah Mandat yaitu suatu kewenangan
yang diberikan dan dijalankan kepada orang lain namun atas nama sesuatu yang
memerintahkannya.
C. Notaris
12
Soekanto, S. Pokok-Pokok Sosiologi Hukum. (Jakarta : Raja Grafindo Persada, Tahun 2003)
13
Salim, H. Teknik Pembuatan Akta Pejabat Pembuat Akta Tanah,. (Jakarta : Raja Grafindo Persa
da, Tahun 2016)
28
1. Pengertian Notaris
Pekerjaan sebagai Notaris dikenal sejak abad ke 2 sebagai golongan orang
yang mencatat pidato. Pada abad ke 11 - 12, Notaris dikenal dengan istilah
Latijnse Notariat yaitu orang yang diangkat oleh penguasa umum, dengan tujuan
lebih baik bagi kepentingan masyarakat umum. Pada abad 18, pemerintah kolonial
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris dan diubah lagi
berwenang untuk membuat akta autentik dan kewenangan lainya. Jabatan Notaris
tidak ditempatkan di lembaga yudikatif, eksekutif maupun legislatif 15. Oleh karena
14
Suhardini, A. P., Imanudin, & Sukarmi. Pertanggungjawaban Notaris Yang Melakukan Perbuata
n.. (Aprilia Putri Suhardini) (Vol 5 No 1 Maret, Tahun 2018). 5(1), Hal 261–266.
15
Pramudya, K. dan A. W. Pedoman Etika Profesi Aparat Hukum,. (Yogyakarta : Pustaka Yusticia,
2010). Hal 69
29
itu Notaris dalam menjalankan profesinya memberikan pelayanan kepada
autentik, sepanjang tidak ada peraturan yang memberi wewenang serupa kepada
Nomor 2 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris Pasal 15, ayat (2) berbunyi :
3. Membuat kopi dari asli surat dibawah tangan berupa salinan yang memuat
berwenang membuat akta autentik yang juga merupakan akta autentik jika
ditinjau dari pengertian akta autentik Pasal 1860-sampai dengan Pasal 1875
30
KUHPerdata, maka kewenangan pembuatan akta-akta tersebut sebenarnya dapat
dilaksanakan dihadapan Notaris, dalam hal ini Notaris juga dapat merupakan
dengan obyek tanah kedalam suatu akta notariil, dengan tujuan untuk
menghindari adanya spesialisasi dalam fungsi dan tugas Notaris sebagai pejabat
Kebijakan tersebut tidak akan berjalan dengan baik dikarenakan adanya benturan
yang terjadi antara kewenangan Notaris dan PPAT. Lingkup kewenangan Notaris
dalam Pasal tersebut tidak diatur dengan jelas mengenai jenis akta apa saja
Notaris atau telah menambah wewenang Notaris, bidang pertanahan telah kembali
menjadi wewenang Notaris, tetap tidak ada pengambil alihan dari PPAT atau
16
Soerodjo, I. Kepastian Hukum Hak Atas Tanah di Indonesia. (Surabaya : Arloka, 2003), hal 102
17
Ngadino. Kewenangan Notaris Dalam Pembuatan Akta Yang Berhubungan Dengan Pertanahan.
Notarius, ( Vol 12 No2,Tahun 2019). Hal. 679–690.
31
Kewenangan Notaris diatur dalam Pasal 15 Undang-Undang Nomor 2
pembuatan Akta itu tidak juga ditugaskan atau dikecualikan kepada pejabat
bawah tangan dengan mendaftar dalam buku khusus; c. membuat kopi dari asli
surat di bawah tangan berupa salinan yang memuat uraian sebagaimana ditulis
3) Selain kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), Notaris
undangan.
32
Kewenangan yang bersumber dari peraturan perundang-undangan dapat
diperoleh melalui tiga cara yakni atribusi, delegasi, dan mandat yang
oleh pejabat atau badan tersebut yang tertera dalam peraturan dasarnya.
badan yang lebih tinggi kepada pejabat atau badan yang lebih rendah.
D. Teori Perjanjian
1. Definisi Perjanjian
seseorang berjanji kepada seorang atau dua orang saling berjanji untuk
33
dua orang atau dua pihak, berdasarkan pihak mana yang berhak menuntut sesuatu
hal dari pihak yang lain, dan pihak yang lain berkewajiban untuk memenuhi
tuntutan tersebut. Sedangkan dalam Pasal 1313 KUH Perdata19 mengatakan bahwa
perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan
dirinya terhadap satu orang lain atau lebih. Perjanjian merupakan kontrak
mengenai perangkat hukum yang hanya mengatur jenis perjanjian tertentu 20.
pihak atau lebih berdasarkan kata sepakat untuk menimbulkan akibat hukum.
Dalam KUH Perdata Pasal 1313, akad merupakan sesuatu insiden dimana
seorang berikrar pada orang lain ataupun dimana 2 orang ataupun lebih silih
berikrar buat melakukan sesuatu perihal. Dari insiden itu mencuat sesuatu ikatan
antara 2 orang ataupun lebih yang dikenal habitat. Dengan begitu, akad ialah
pangkal terutama yang melahirkan habitat. Tidak hanya dari akad, habitat pula
dilahirkan dari UU ataupun dengan percakapan lain terdapat habitat yang lahir
dari akad serta habitat yang lahir dari UU. Pada faktanya banyak merupakan
habitat yang dilahirkan dari akad. Sebaliknya dengan cara etimologis Akad
dimana seseorag ataupun lebih mengikatkan dirinya kepada orang lain ataupun
lebih22. Dari kedua arti diatas maka akad merupakan sesuatu aksi perjanjian
antara seorang ataupun lebih dengan orang lain untuk melaksanakan sesuatu aksi
19
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata , Pasal 1313, Hlm 235
20
Lawrence W. Friedman, (2001).American Law an Introduction, ed. Wishnu Basuki, Jakarta,Tata
nusa, hlm. 196.
21
Salim H.S, (2010). Hukum Kontrak: Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak, Jakarta, Sinar
Grafika, Hlm 9.
22
Yan Pramadya Puspa, Kamus Hukum, (Semarang: CV. Aneka, 1977), hal. 248
34
khusus. Aksi itu dalam hukum memiliki dampak hukum hingga aksi itu
diistilahkan dengan aksi hukum. Sebaliknya yang diartikan dengan aksi hukum
merupakan seluruh aksi yang dicoba oleh orang dengan cara terencana untuk
adanya kaidah hukum, subjek hukum, adanya prestasi, kata sepakat, dan akibat
hakikatnya adalah mengikat, bahkan sesuai dengan Pasal 1338 ayat (1) KUH
Pada Pasal 1320 KUH Perdata, suatu akad dapat dikatakan legal bila
a. Kesepakatan
mengikatkan diri dalam suatu akad dan wajib memiliki keinginan untuk
b. Kecakapan
23
R. Soeroso, Perjanjian di Bawah Tangan (Pedoman Pembuatan dan Aplikasi Hukum), Alumni B
andung, Bandung, 1999, hlm 12.
35
c. Suatu Hal Tertentu
3. Asas-Asas Perjanjian
Seluruh perjanjian yang dibuat secara sah dan legal memiliki sifat
mengikat bagaikan hukum kepada para pihak. Hal ini memiliki makna
bahwa perjanjian yang dibuat oleh kedua belah pihak wajib dilaksanakan
b. Asas Konsensualisme
kehendak dan pernyataan yang dibuat oleh kedua belah pihak, sehingga
dalam kesepakatan tersebut lahirlah hak dan kewajiban bagi para pihak
24
Mariam Darus Badrulzaman,1994, Kompilasi Hukum Perikatan, Bandung: PT Citra Aditya Bakt
i, hlm. 87.
36
terdapat dalam Pasal 1320 ayat (1) KUH Perdata, terlihat pada istilah
“kesepakatan” dimana menurut asas ini perjanjian itu telah lahir cukup
d. Asas Keseimbangan
untuk menuntut atau menagih kepada debitur, dan pihak debitur memiliki
semuanya itu sepanjang pembuatan Akta itu tidak juga ditugaskan atau
37
dikecualikan kepada pejabat lain atau orang lain yang ditetapkan oleh
undang-undang.
(2) Selain kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Notaris berwenang
pula:
c. membuat kopi dari asli surat di bawah tangan berupa salinan yang memuat
(3) Selain kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), Notaris
Notaris :
c. melekatkan surat dan dokumen serta sidik jari penghadap pada Minuta
Akta;
38
d. mengeluarkan Grosse Akta, Salinan Akta, atau Kutipan Akta berdasarkan
Minuta Akta;
g. menjilid Akta yang dibuatnya dalam 1 (satu) bulan menjadi buku yang
memuat tidak lebih dari 50 (lima puluh) Akta, dan jika jumlah Akta tidak
dapat dimuat dalam satu buku, Akta tersebut dapat dijilid menjadi lebih
dari satu buku, dan mencatat jumlah Minuta Akta, bulan, dan tahun
h. membuat daftar dari Akta protes terhadap tidak dibayar atau tidak
i. membuat daftar Akta yang berkenaan dengan wasiat menurut urutan waktu
hukum dalam waktu 5 (lima) hari pada minggu pertama setiap bulan
berikutnya;
akhir bulan;
39
l. mempunyai cap atau stempel yang memuat lambang negara Republik
sedikit 2 (dua) orang saksi, atau 4 (empat) orang saksi khusus untuk
pembuatan Akta wasiat di bawah tangan, dan ditandatangani pada saat itu
(2) Kewajiban menyimpan Minuta Akta sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berharga;
d. Akta kuasa;
(4) Akta in originali sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat dibuat lebih dari 1
(satu) rangkap, ditandatangani pada waktu, bentuk, dan isi yang sama, dengan
(5) Akta in originali yang berisi kuasa yang belum diisi nama penerima kuasa
40
(6) Bentuk dan ukuran cap atau stempel sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
(7) Pembacaan Akta sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf m tidak wajib
dengan ketentuan bahwa hal tersebut dinyatakan dalam penutup Akta serta
pada setiap halaman Minuta Akta diparaf oleh penghadap, saksi, dan Notaris.
(9) Jika salah satu syarat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf m dan ayat
(10) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (9) tidak berlaku untuk
(11) Notaris yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
a. peringatan tertulis;
b. pemberhentian sementara;
(12) Selain dikenai sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (11), pelanggaran
terhadap ketentuan Pasal 16 ayat (1) huruf j dapat menjadi alasan bagi pihak
41
yang menderita kerugian untuk menuntut penggantian biaya, ganti rugi, dan
(13) Notaris yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
Agraria
(1) Hak milik adalah hak turun-menurun, terkuat dan terpenuh yang dapat
(2) Hak milik dapat beralih dan dialihkan kepada pihak lain.
Agraria
(2) Oleh Pemerintah ditetapkan badan-badan hukum yang dapat mempunyai hak
(3) Orang asing yang sesudah berlakunya Undang-undang ini memperoleh hak
negaraannya wajib melepaskan hak itu didalam jangka waktu satu tahun sejak
jangka waktu tersebut lampau hak milik itu dilepaskan, maka hak tersebut
42
hapus karena hukum dan tanahnya jatuh pada Negara, dengan ketentuan
milik dan baginya berlaku ketentuan dalam ayat (3) pasal ini.
Agraria
Penggunaan tanah milik oleh bukan pemiliknya dibatasi dan diatur dengan
peraturan perundangan.
43
BAB III
Pada penelitian ini, pihak penggugat adalah Dodi Usman, jenis kelamin
2. Tergugat
3. Tergugat III yaitu PT Galang Batang Indah, diwakili oleh Elias Ola
44
3. Duduk Perkara
ke Indonesia pada tahun 1996 sebagai turis. Hubungan kerja yang dimaksud
berkedudukan di Indonesia.
sebagai berikut :
pada sertifikat adalah nama Penggugat karena pemilik atas sebidang tanah
adalah pihak yang namanya tercantum dalam Sertifikat Hak Guna Bangunan
tersebut.
45
e. Akibat dari pembelian tersebut, maka Penggugat diminta untuk
Undang Pokok Agraria Pasal 21 ayat (1) No.5 Tahun 1960 tentang
Indonesia. Maka dari itu perbuatan yang dilakukan oleh Tergugat II dengan
g. Surat Pernyataan yang dibuat pada tanggal 1 Agustus 2003 yang meminta
h. Pada tanggal 1 Agustus 2003 dibuatkan pula Surat Kuasa oleh Tergugat II
tanah objek sengketa dengan maksud agar Tergugat I dapat menguasai tanah
46
i. Pada Pasal 1792 KUH Perdata menyebutkan bahwa pemberian kuasa adalah
suatu urusan.
j. Pada Pasal 1320 KUH Perdata menyatakan bahwa syarat sah suatu
k. Berdasarkan Pasal 1320 KUH Perdata tersebut, Surat Pernyataan dan Surat
Kuasa yang dibuat pada tanggal 1 Agustus 2003 yang dibuat oleh Tergugat
l. Surat Kuasa yang dibuat oleh Tergugat II pada tanggal 1 Agustus 2003 yang
diperbolehkan/legal oleh karena itu Surat Kuasa tersbut batal demi hukum.
n. Diatas tanah objek sengketa tersbut telah dibangun resort dengan nama Lola
47
negara Indonesia atau Badan Hukum Indonesia yang bisa memperoleh ha
Agustus 2003 yang dibuat oleh Tergugat II dan tindakan Tergugat I yang
agar seolah-olah Tergugat I memiliki tanah objek sengketa secara legal dan
Nomor 66/Pdt.G/2020/PN.Tpg
merupakan materi dan persoalan hukum yang sama serta alat-alat bukti
yang diajukan para pihak juga sama dan berlaku dalam gugatan, maka
yang sah atas tanah objek sengketa berdasarkan Sertifikat Hak Guna
2. Pada awalnya Penggugat membeli tanah objek sengketa tersebut dari Sdr.
tanggal 1 Agustus 2003 yang mana tanah tersebut merupakan milik dari
Sdr. Henry Julinus dengan Sertifikat Hak Milik Nomor 207 tanggal 16
melalui Surat Setoran Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan
48
tersebut menggunakan uang Tergugat I namun nama pemilik Sertifikat
Hak Guna Bangunan No. 13 tanggal 16 Juni 1997 tersebut tercantum nama
pemilik atau pemegang hak adalah Dodi Usman, maka secara hukum
pemilik yang sah atas tanah objek sengketa tersebut adalah miliki
Penggugat.
membeli tanah tersebut. Selain itu, antara Penggugat dan Tergugat I telah
Usman tetapi adalah milik pihak kedua yaitu Tuan DR. Marc Van Loo
49
tanah objek sengketa tersebut dan berhak untuk menjual baik sebagian
atau keseluruhan atas tanah objek sengketa tersebut, dan Tergugat I berhak
5. Dalam perkara ini, pihak Penggugat, Tergugat I dan Tergugat III sama-
sama tidak pernah menunjukkan surat asli ataupun fotocopy Sertifikat Hak
Tergugat III, maka Penggugat mengajukan bukti surat Akta Jual Beli
otentik tentang transaksi atau bukti peralihan kepemilikan hak atas tanah
atas nama Penggugat yang mana surat tersbut diakui oleh Tergugat I
uang/harta/aset milik WNA atau pihak lain”. Maka tanah objek sengketa
miliki Penggugat.
50
mewajibkan orang yang karena kesalahannya menerbitkan kerugian itu,
10. Dikarenakan Penggugat merupakan pemilik tanah objek sengketa yang sah
bawah tangan yang sudah ditandatangani oleh para pihak dan tidak dibuat
satu pihak sebagai perlindungan hukum para pihak yang diketahui oleh
51
membenarkan bahwa para pihak telah membuat perjanjian atau
14. Apabila Notaris membuat surat pernyataan atau surat perjanjian tersebut di
15. Dikarenakan Penggugat merupakan pemilik sah dari sebidang tanah objek
maka Akta Surat Kuasa No 01 Tahun 2003 tanggal 01 Agustus 2003 tidak
17. Berdasarkan Pasal 1320 KUH Perdata menyebutkan bahwa syarat sah
perjanjian adalah :
52
- Sebab yang halal
pembatalan.
66/Pdt.G/2020/PN.Tpg
ribu empat puluh meter persegi) dengan bukti kepemilikkan Sertifikat Hak
berikut :
53
merupakan saha milik Penggugat
biaya perkara secara tanggung renteng sejumlah Rp. 1.925.000 (satu juta
D. Wawancara
wawancara kepada narasumber yaitu Prof. Benny selaku Notaris Senior sekaligus
54
Perdata menyatakan bahwa”Perjanjian-perjanjian harus dilaksanakan dengan
itikad baik”. Rumusan tersebut memberikan arti pada kita semua bahwa sebagai
sesuatu yang disepakati dan disetujui oleh para pihak, pelaksanaan prestasi
dalam tiap-tiap perjanjian harus dihormati sepenuhnya, sesuai dengan kehendak
para pihak pada saat perjanjian disepakati. Namun demikian, adakalanya,
tidaklah mudah untuk menjelaskan dan menguraikan kembali kehendak para
pihak, terlebih lagi jika pihak yang terkait dengan perjanjian tersebut sudah tidak
ada lagi, termasuk suatu badan hukum yang para pengurusnya pada saat
perjanjian dibuat tidak lagi menjabat, ataupun dalam hal terjadi pengingkaran
terhadap perjanjian tersebut oleh salah satu pihak dalam perjanjian. Dalam
keadaan yang demikian, maka selain dapat dibuktikan dengan bukti tertulis atau
adanya keberadaan saksi yang turut menyaksikan keadaan pada saat
disepakatinya perjanjian… Menurut ketentuan Pasal 1320 KUH. Perdata, ada 4
(empat) syarat yang harus dipenuhi untuk sahnya perjanjian yakni : 1) Sepakat
dari mereka yang mengikatkan dirinya, 2) Kecakapan untuk membuat perjanjian,
3) Mengenai suatu hal tertentu, dan 4) Suatu sebab yang halal. Keempat syarat-
syarat di atas merupakan syarat yang harus dipenuhi untuk sahnya suatu
perjanjian. Syarat yang kesatu dan kedua adalah mengenai kata sepakat dan
kecakapan dari para pihak yang mengadakan perjanjian merupakan syarat
subyektif, karena menyangkut subyek atau pihak yang mengadakan perjanjian.
Bilamana syarat kesatu dan kedua tidak dipenuhi, maka perjanjian yang telah
diadakan dapat dimintakan pembatalannya. Selanjutnya mengenai syarat ketiga
dan keempat disebut syarat obyektif, karena menyangkut perjanjiannya sendiri,
atau obyek daripada perbuatan hukum yang dilakukan oleh subyek atau para
pihak tersebut. Bila syarat ketiga dan keempat ini tidak dipenuhi, maka
perjanjian batal demi hukum, berarti sejak semula dianggap tidak pernah terjadi
suatu perjanjian. Sebaliknya apabila suatu perjanjian telah memenuhi keempat
syarat yang telah ditentukan oleh Pasal 1320 KUH. Perdata, maka perjanjian
tersebut adalah sah..”
bahwa :
55
menunjukkan bahwa perbuatan hukum orang asing dalam hal penguasaan hak
atas tanah disebut sebagai penyelundupan atas hukum karena akta-akta yang
dibuat bertentangan dengan itikad baik. Akibatnya terhadap penyelundupan
hukum yang dilakukan oleh orang asing bahwa akta-akta notarial yang dibuat
dihadapan Notaris - PPAT oleh pengadilan dinyatakan bertentangan dengan
hukum. Negara hanya mengakui kepemilikan atas tanah terssebut adalah milik
WNI yang tercantum di dalam sertifikat. Perananan tanggung jawab Notaris -
PPAT bisa jadi dinyatakan ikut berperan dalam persengketaan dan dapat
didudukkan sebagai tergugat, turut tergugat, saksi, tersangka, ataupun terdakwa.
Konsekuensinya bergantung sejauhmana keterlibatan Notaris - PPAT dan besar
kecilnya kesalahan atau kelalaiannya dalam melakukan jabatanyya. Ketika
terjadi penyelundupan hukum, sorang Notaries - PPAT dapat dimintakan
pertanggungjawaban yakni dapat dikenakan sanksi pemberhentian dari
jabatannya atas usul MPD ke MPW , MPPN dan Ke Menteri.
56
BAB IV
melawan hukum. Adapun perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh para
2003 yang dibuat oleh Tergugat II sebagai Notaris yang berisi agar Penggugat
dengan mendirikan Lola Resort yang dikelola dan dikuasai oleh Tergugat III
dengan Elias Ola Purlolon sebagai Direktur PT Galang Batang Indah di atas tanah
tersebut, walaupun tanah objek sengketa tersebut dibeli oleh Tergugat I dengan
Agustus 2003 agar Penggugat menyetujui dan menandatangani surat tersebut yang
menyatakan bahwa Tergugat I lah sebagai pemilik dari tanah objek sengketa yang
di atasnya dikelola sebuah resort oleh PT Galang Batang Indah. Pada Pasal 1792
57
mana seseorang memberikan kekuasaan kepada seseorang lain, yang
Pasal 1792 KUH Perdata tersebut, maka Akta/Surat Kuasa Nomor 01 tanggal 1
Agustus 2003 merupakan suatu perjanjian antara kedua belah pihak yaitu antara
kenyataannya, Akta/Surat Kuasa tersebut tidak memenuhi unsur syarat sah suatu
perjanjian karena pihak Penggugat tidak sepakat terhadap pernyataan yang dibuat
Agustus tahun 2003 tersebut dengan tujuan agar Tergugat I menguasai dan
memiliki tanah objek sengketa tersebut yang bertentangan dengan Pasal 21 ayat
Agraria yang menyebutkan bahwa hanya warga Negara Indonesia dan badan
hukum milik Negara Indonesia yang dapat memiliki tanah di Negara Indonesia.
Atas pembuatan Akta/Surat Kuasa Nomor 01 tanggal 1 Agustus tahun 2003 maka
Kuasa Nomor 01 tanggal 1 Agustus tahun 2003 agar seolah-olah Tergugat I yang
memiliki tanah objek sengketa tersebut. Selain itu, Tergugat I dan Tergugat II
58
dengan membuat Surat Penyataan Nomor 40/Waar/VIII/2003 tanggal 1 Agustus
Tahun 2003 yang dibuat dan diwaarmerking oleh Tergugat II yang berisi bahwa
Sertifikat Hak Guna Bangunan Nomor 13 Tahun 1997 merupakan milik Tergugat
I.
Dari perbuatannya tersebut yang melanggar Pasal 21 ayat (1) tahun 1960
maka Tergugat I dan Tergugat III untuk menyerahkan tanah objek sengketa
kepada Penggugat dalam keadaan kosong dan baik serta menyerahkan Sertifikat
membuat :
i. Akta yang dibuat oleh Notaris (Akta relaas atau Akta Pejabat)
Akta ini disebut Akta berita acara, yaitu Akta yang dibuat oleh Notaris
memuat uraian secara autentik dari Notaris mengenai suatu tindakan yang
dilakukan atau suatu keadaan yang dilihat atau disaksikan oleh Notaris di
ii. Akta yang dibuat dihadapan Notaris/Akta pihak (Akta partij) yaitu Akta
yang dibuat dihadapan Notaris memuat uraian dari apa yang diterangkan
59
Notaris yang mana berdasarkan kewenangannya terdapat beberapa produk atau
dikecualikan kepada pejabat lain atau orang lain yang ditetapkan oleh
Undang-Undang;
60
oleh para pihak yang melakukan perjanjian dan Notaris hanya berhak
Jabatan Notaris maka Notaris dapat dijatuhi hukum secara perdata karena
61
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
62
Notaris. Jika Notaris melanggar aturan tersebut, dapat dikenai sanksi
B. Saran
lain :
kegiatan atau perbuatan melawan hukum yang tidak sesuai dengan Pasal
jika Notaris melakukan kesalahan tersebut dapat berakibat bagi Notaris itu
63
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
Hadjon, P. M. (1987). Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia. PT Bina Il
mu.
J. Satrio. (1998) Hukum Perikatan Yang Lahir Dari Perjanjian, CitraAditya Ba
kti
Kelsen, H. (1944). General Theory Of Law And State.
Lawrence W. Friedman. (2001). American Law an Introduction, ed. Wishnu B
asuki, Jakarta, Tatanusa, hlm. 196.
Mariam Darus Badrulzaman.(1994). Kompilasi Hukum Perikatan, Bandung,PT
Citra Aditya Bakti, hlm. 87.
Marzuki, P. M. (2005). Penelitian Hukum. Kencana Media Predana Group.
Pramudya, K. dan A. W. (2010). Pedoman Etika Profesi Aparat Hukum, Pustak
a Yusticia.
Purbacaraka. (2010). Perihal Kaedah Hukum. Citra Aditya.
R. Soegondo Notodisoerjo. (1982). Hukum Notariat di Indonesia,C.V. Rajawal
i, hlm.213.
R. Soeroso. (1999). Perjanjian di Bawah Tangan (Pedoman Pembuatan dan Apl
ikasi Hukum), Alumni Bandung, Bandung,hlm 12.
R. Subekti dan R. Tjitrosudibio. (1976). Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
: Burgerlijk Wetboek, Cetakan 8, hlm 338
R.J.G.M., J. B. J. M. ten B. &, & Widdershoven. (2001). Bescherming Tegen d
e Overheid. W.E.J Tjeenk Willink Deventer.
Salim, H. (2016). Teknik Pembuatan Akta Pejabat Pembuat Akta Tanah,. Raja
Grafindo Persada.
Salim H.S, (2010). Hukum Kontrak: Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak,
Jakarta, Sinar Grafika, Hlm 9.
64
Soekanto, S. (2003). Pokok-Pokok Sosiologi Hukum. Raja Grafindo Persada.
Soerodjo, I. (2003). Kepastian Hukum Hak Atas Tanah di Indonesia. Arloka.
Utsman, S. (2013). Dasar-dasar Sosiologi Hukum. Pustaka Pelajar.
Yan Pramadya Puspa. (1977). Kamus Hukum,Semarang, CV. Aneka, hal. 248
B. Jurnal
Mudofir Hadi.(1991). “Pembatalan Isi Akta Notaris dengan Putusan Hakim”, V
aria Peradilan Tahun VI Nomor 72, hlm. 142-143.
C. Peraturan Perundang-Undangan
Indonesia, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata tahun 1976 tentang
Perjanjian
________, Putusan Mahkamah Agung Nomor 66/Pdt.G/2020/PN. Tpg.
________, Undang-Undang Jabatan Notaris Nomor 2 Tahun 2014
________, Undang-Undang Pokok Agraria Nomor 5 Tahun 1960
65