Anda di halaman 1dari 17

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

7. UMUM

Dalam pelasanaan tugas sehari-hari TNI AD sangat dipengaruhi oleh


kemampuan fisik yang prima, kemampuan fisik ini telah dibentuk dan dibina
mulai dari pendidikan dasar saat seorang prajurit melaksanakan pendidikan
pertama(dikma). Setelah selesai pendidikan dasar ,maka seorang prajurit
telah memenuhi standar kemampuan fisik yang dimiliki oleh seorang prajurit
militer. Namun, kemampuan fisik tersebut akan sia-sia apabila tidak
terpelihara. Untuk memelihara fisik maka dibutuhkan latihan secara rutin, baik
dilakukan secara perorangan ataupun terpimpin yang dilaksanakan oleh
satuan.

Pembinaan jasmani yang diharapkan akan tercapai apabila didukung oleh


kemauan sendiri dan adanya pembinaan dari satuan secara sistematis yaitu
bertahap,bertingkat dan berlanjut sehingga tugas pokok dapat dilaksanakan
dengan baik. Peran Danton akan sangat berpengaruh terhadap proses
pembinaan jasmani prajurit, sehingga Danton harus memiliki inovasi dan
kreativitas dalam kesegaran jasmani prajuritnya.

8.PERUNDANG-UNDANGAN/PERATURAN

a.Undang-Undang No 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia


Pasal 7

Dalam pasal 7 ini membahas tentang tugas TNI secara umum yaitu
OMP(Operasi Militer untuk Perang) dan OMSP(Operasi Militer Selain Perang.
Sedangkan pada pasal 8 membahas tentang tugas TNI AD secara umum

b.Buku Petunjuk Teknik Penyelenggaraan Latihan.

Merupakan salah satu Naskah Bahan Ajar di Akmil yang digunakan untuk mendukung
prosel belajar Taruna tingkat 3. Dalam Bujuk ini menjelaskan bagaimana tahap-tahap
dalam menyelenggarakan latihan baik dari thap perencanaan, persiapan, pelaksanaan
sampai dengan tahap pengakhiran.

c.Buku petunjuk Teknis Pembinaan Jasmani Militer

Bujuk ini merupakan salah satu Bahan Ajar yang digunakan di Akademi Militer untuk
menunjang proses pembelajaran Taruna Akmil.

9.KERANGKA TEORI

a. Teori Peran

Peran adalah tingkah laku seseorang yang mementaskan suatu


kedudukan tertentu. Dalam peranan yang berkaitan dengan suatu pekerjaan,
seseorang diharapkan dapat melakukan kewajiban-kewajibannya sesuai
dengan peranan yang dipegangnya(Soerjono Soekanto 1981). Dalam tulisan
lainnya,Peran menurut Soekanto (2009:212-213) adalah proses dinamis
kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya
sesuai dengan kedudukannya, dia menjalankan suatu peranan. Perbedaan
antara kedudukan dengan peranan adalah untuk kepentingan ilmu
pengetahuan. Keduanya tidak dapat dipisah-pisahkan karena yang satu
tergantung pada yang lain dan sebaliknya .

Definisi peran menurut Soekanto (2009:212-213) adalah proses


dinamis kedudukan (status). Dalam sebuah organisasi setiap orang memiliki
berbagai macam karakteristik dalam melaksanakan tugas, kewajiban atau
tanggung jawab yang telah diberikan oleh masing-masing organisasi atau
lembaga. Tugas-tugas tersebut merupakan batasan seseorang untuk
melaksanakan pekerjaan yang telah diberikan berdasarkan peraturan-
peraturan dari organisasi atau lembaga tersebut agar segala pekerjaan dapat
tertata rapi dan dapat dipertanggung jawabkan oleh setiap pegawainya.

Menurut Dewi Wulan Sari, (2009: 106) “Peran adalah konsep tentang
apa yang harus dilakukan oleh individu dalam masyarakat dan meliputi
tuntutan-tuntutan perilaku dari masyarakat terhadap seseorang dan
merupakan prilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat”.
Maurice Duverger, (2010: 103) berpendapat bahwa Istilah “peran” (role)
dipilih secara baik karena dia menyatakan bahwa setiap orang adalah pelaku
didalam masyarakat dimana dia hidup, juga dia adalah seorang aktor yang
harus memainkan beberapa peranan seperti aktor- aktor profesional.

Peran adalah suatu pekerjaan dimana seseorang mengambil andil


dalam pekerjaan tersebut. Tanpa adanya peran suatu pekerjaan/kegiatan
tidak akan berjalan dengan benar, setiap individu tidak akan tau apa yang
harus dilakukannya.

b.Kesegaran Jasmani

Kesegaran jasmani adalah kemampuan tubuh manusia untuk


melakukan aktivitas secara terus menerus tanpa harus mengalami kelelahan
yang berlebihan. Pernyataan senada juga diungkapkan oleh Sudarno yang
menyatakan bahwa kebugaran jasmani merupakan suatu kondisi ketika
tubuh mampu menjalankan aktivitas sehari-hari dengan baik dan efektif
tanpa mengalami kelelahan yang berarti dan tubuh masih memiliki cadangan
energi untuk melaksanakan tugas lainnya.
Prof. Sutarman juga turut mengutarakan pendapatnya mengenai
pengertian kebugaran jasmani. Beliau mengungkapkan kebugaran jasmani
merupakan aspek fisik dan kebugaran menyeluruh yang memberikan
kesanggupan kepada seseorang untuk menjalankan hidup yang produktif
serta dapat menyesuaikan diri terhadap segala bentuk tantangan terhadap
kondisi fisik. istilah lain dari kebugaran jasmani adalah physical fitness.
Kesegaran jasmani akan membantu orang-orang untuk beraktifitas dengan
lebih efisien dan efektif tanpa mengalami kelelahan yang berarti . Kebugaran
Jasmani Menurut Agus Mukhlolid, M.Pd (2004 : 3). Agus Mukholid
berpendapat bahwa Kesegaran Jasmani ialah kemampuan dan
kesanggupan untuk melakukan aktivitas atau kerja, mempertinggi daya kerja
dengan tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan.
Seseorang yang memiliki kesegaran jasmani yang baik akan mampu
memenuhi tuntutan fisik tertentu. Kesegaran Jasmani dapat didefinisikan
sebagai kemampuan untuk melakukan kegiatan sehari-hari tanpa merasa
lelah berlebihan dan masih memiliki cadangan tenaga untuk menikmati
waktu luang dan kegiatan-kegiatan yang sifatnya mendadak.
Sedangkan menurut penulis pengertian dari kesegaran jasmani
adalah tingkatan kemampuan dari kapasiatas fungsional dalam melakukan
suatu aktifas fisik tanpa mengalami kelelahan yang berarti setelahnya dan
masih sanggup untuk melakukan aktifitas lagi.
Latihan kondisi fisik (physical conditioning) memegang peranan yang
sangat penting untuk mempertahankan atau meningkatkan derajat
kesegaran jasmani (physical fitness). Derajat kesegaran jasmani seseorang
sangat menentukan kemampuan fisiknya dalam melaksanakan tugas sehari-
hari. Semakin tinggi derajat kesegaran jasmani seseorang semakin tinggi
pula kemampuan kerja fisiknya. Dengan kata lain, hasil kerjanya kian
produktif jika kesegaran jasmaninya kian meningkat.
Kurangnya daya tahan, kelentukan persendian, kekuatan otot, dan
kelincahan merupakan penyebab utama timbulnya cidera. Hal ini disebabkan
program latihan kondisi fisik yang dilakukan seseorang tidak sempurna
sebelum dia terjun mengikuti pertandingan atau melaksanakan kegiatan fisik
yang lebih berat.
Program latihan kebugaran jasmani perlu direncanakan secara
sistematis. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kesegaran jasmani dan
kemampuan ergosistem tubuh. Proses latihan kebugaran jasmani yang
dilakukan secara cermat, berulang-ulang dengan kian hari meningkat beban
latihannya, akan meningkatkan kebugaran jasmani. Hal ini akan
menyebabkan seseorang kian terampil, kuat dan efisien dalam gerakannya.
Para ahli olahraga berpendapat,seorang atlet yang mengikuti program
latihan kebugaran jasmani secara intensif selama 6 –8 minggu sebelum
musim pertandingan, akan memiliki kekuatan, kelentukan, dan daya tahan
yang jauh lebih baik selama musim pertandingan. Perkembangan kebugaran
jasmani yang terbaik juga membantu seorang atlet untuk mampu mengikuti
latihan selanjutnya dalam usaha mencapai prestasi setinggi tingginya.
TNI AD mengukur tingkat kesegaran jasmani anggota dengan
melaksanakan tes kesegaran jasmani A dan B. Tes kesegaran jasmani A
selama ini menggunakan tes lari 3200 meter berdasarkan jarak yang dicapai,
hal ini berpedoman pada pendapat Keneth H Cooper dari  USAF (United
State Air Forces), dimana penilaiannya hanya berdasarkan katagori
pencapaian VO2 Max. Untuk mengetahui pencapaian VO2 Max dapat
menggunakan tes lari 1600 meter, 2400 meter dan tes lari 3200 meter yang
diciptakan oleh Keneth H Cooper dari  USAF (United State Air Forces) yang
kemudian digunakan sebagai alat untuk mengukur tingkat kebugaran
cardiovaskular militer Amerika Serikat dan selanjutnya digunakan oleh
Angkatan Bersenjata negara-negara lain termasuk oleh TNI (TNI AD).
selama ini menggunakan tes lari 3200 meter berdasarkan jarak yang
dicapai, hal ini berpedoman pada pendapat Keneth H Cooper dari  USAF
(United State Air Forces), dimana penilaiannya hanya berdasarkan katagori
pencapaian VO2 Max dan tidak berdasarkan pada T-Score 1-100. Untuk
mengetahui pencapaian VO2 Max dapat menggunakan tes lari 1600 meter,
2400 meter dan tes lari 3200 meteryang diciptakan oleh Keneth H Cooper
dari  USAF (United State Air Forces) yang kemudian digunakan sebagai alat
untuk mengukur tingkat kebugaran cardiovaskular militer Amerika Serikat
dan selanjutnya digunakan oleh Angkatan Bersenjata negara-negara lain
(NATO) termasuk oleh TNI (TNI AD).

c.Metode pembinaan.
Metode pembinaan adalah cara untuk melatihkan dan membimbing
dalam suatu progam. Dalam Bujuk binjasmil metoda yang digunakan dalam
pelaksanaan pembinaan kesegaran jasmani adalah :
1) Praktek yang pelaksanaannya menggunakan gerakan dan beban
dilakukan secara berulang-ulang sehingga terjadi pengembangan
kemampuan kerja jantung dan paru-paru (VO2Max) sehingga terwujud
kesegaran jasmani.
2) Pengukuran dan penilaian, yang digunakan untuk mengetahui
kemampuan kesegaran jasmani yang meliputi unsur kekuatan, kelincahan
dan daya tahan.
3) Asistensi adalah kegiatan yang dilaksanakan dengan cara
melakukan bantuan dan bimbingan teknis secara langsung terhadap
pelaksanaan pembinaan kesegaran jasmani sehingga tujuan dan sasaran
dapat tercapai sesuai yang diharapkan.
4) Supervisi adalah kegiatan pengawasan utama yang dilaksanakan
secara langsung terhadap pelaksanaan pembinaan kesegaran jasmani
sehingga pembinaan kesegaran jasmani dapat dilaksanakan secara optimal.

d. Teori Komandan Peleton


Peleton adalah satuan militer yang terdiri dari 37 orang apabila itu
merupakan Peleton Infanteri, dan biasa dipimpin oleh seorang Letnan Dua
ataupun Letnan Satu. Peleton Infanteri terbentuk dari Kelompok Komando
Peleton dan tiga regu. Tiga sampai empat peleton membentuk
sebuah kompi. Komandan Peleton (Danton) biasanya dijabat oleh
seorang Letnan Dua. Posisi Komandan Peleton biasanya merupakan
penugasan pertama bagi perwira yang baru lulus dari Akademi Militer
(Angkatan Darat) dan Akademi Angkatan Laut (kecabangan Marinir). Dalam
satuannya sendiri Komandan Peleton harus mampu membawa serta
memimpin anggotanya tersebut.

Tugas dan tanggung jawab komandan peleton :

a. Memimpin peleton senapan dalam melaksanakan tugas tempur.


b. Memelihara dan menegakkan disiplin, tata tertib, kesejahteraan serta moril
anggota peletonnya.
c. Merencanakan dan menyelenggarakan kegiatan, pemeliharaan dan
peningkatan kemampuan tempur anggota peletonnya.
d. Melaksanakan pengintaian dan memimpin peleton dalam pencapaian
tugas peletonnya.
e. Danton dalam melaksanakan tugas dan kewajiban bertanggung jawab
kepada Danki (Naskah Departemen, 2017:32).

Latihan jasmani yaitu segala daya dan upaya untuk meningkatkan


secara menyeluruh kondisi fisik, dengan proses yang sistematis dan
berulang-ulang dengan kian hari kian bertambah jumlah beban, waktu dan
intensitasnya. Untuk dapat mengetahui apakah latihan jasmani sudah benar
dan tepat sasaran, kita perlu melihat dahulu apa dan bagaimana hakekat dari
latihan jasmani itu. Menurut Dr. Harsono, M.Sc. (1988:101) yang dimaksud
latihan atau training adalah proses yang sistematis dari berlatih atau bekerja,
yang dilakukan secara berulang-ulang kian hari kian menambah beban
latihan atau pekerjaannya itu.
Yang dimaksud dengan sistematis adalah segala usaha untuk
menguraikan dan merumuskan sesuatu dalam hubungan yang teratur dan
logis sehingga membentuk suatu sistem yang berarti secara utuh ,
menyeluruh,terpadu,mampu menjelaskan rangkaian seba akibat menyangkut
objeknya (Wikipedia).Latihan jasmani mempunyai prinsip sebagai berikut:
a. Prinsip beban lebih (over load) adalah prinsip latihan yang paling
mendasar akan tetapi paling penting. Oleh karena tanpa penerapan prinsip
ini dalam latihan, tidak mungkin prestasi dan kemampuan jasmani
meningkat. Prinsip ini bisa berlaku bukan saja dalam rangka melatih aspek-
aspek fisik tetapi juga aspek teknik, taktik maupun mental. Prinsip ini
mengatakan bahwa latihan yang diberikan kepada pelaku atau Atlet haruslah
cukup berat dan bengis, serta harus diberikan berulangkali dengan intensitas
yang cukup tinggi. Kalau dilakukan secara sistematis, maka diharapkan
tubuh pelaku akan dapat menyesuaikan (adaptasi) diri semaksimal mungkin
kepada latihan berat yang diberikan, serta dapat bertahan terhadap stress-
stress yang ditimbulkan oleh latihan berat tersebut baik stress fisik maupun
mental.
b. Prinsip perkembangan menyeluruh (multilateral development
principle), merupakan prinsip yang telah diterima secara umum dalam latihan
jasmani. Metode ini banyak dianut oleh negara-negara Eropa Timur. Gambar
di bawah ini menggambarkan jenjang-jenjang yang utama dalam latihan
kemampuan jasmani.

Gambar 2.1
Jenjang utama dalam latihan kemampuan jasmani.

PRESTASI
SPESIALISASI
PERKEMBANAGAN
MULTILATERAL

Dasar dari piramida di atas, yang boleh dianggap sebagai


fondasi program latihan, berisi latihan-latihan untuk perkembangan yang
menyeluruh. Prinsip perkembangan multilateral didasarkan pada fakta
bahwa selalu ada interpendansi (saling ketergantungan) antar semua organ
dan sistem dalam tubuh manusia, dan antara proses- proses faaliah
dengan psikologis. Semua perubahan di dalam tubuh kita setelah suatu
aktifitas fisik selalu menganut prinsip interpendansi ini. Suatu bentuk
latihan selalu menuntut kerja sama yang harmonis dari beberapa sistem
organ tubuh, demikian pula dari berbagi kemampuan biomotorik dan
psikologis. Karena itu, pada tahap-tahap permulaan latihan, pelatih
sebaiknya menyusun program latihan yang memungkinkan
perkembangan fungsional yang menyeluruh dari tubuh.
c. Prinsip individualisasi (individual principle), tidak ada dua
orang yang rupanya sama persis, dan tidak ada pula dua orang yang
secara fisiologis maupun psikologis sama persis. Setiap orang
mempunyai perbedaan individu masing-masing. Demikian pula setiap
pelaku berbeda dalam kemampuan, potensi dan karakteristiknya.
Oleh karena itu, prinsip individualisasi yang merupakan salah
satu syarat yang paling penting dalam latihan kontemporer, harus
diterapkan kepada setiap prajurit, sekalipun mereka mempunyai tingkat
prestasi yang sama. Seluruh konsep latihan haruslah disusun sesuai
dengan kekhasan setiap individu agar setiap latihan agar dapat sejauh
mungkin tercapai. Faktor-faktor seperti umur, jenis, bentuk tubuh,
kedewasaan, latar belakang pendidikan, lamanya berlatih, tingkat
kesegaran jasmaninya, ciri-ciri psikologinya, semua harus ikut
dipertimbangkan dalam mendisain program latihan bagi pelaku individu.
Kemampuan usaha individu tergantung dari berbagi faktor, diantaranya:
1) Usia biologis dan kronologis pelaku terutama personel
yang masih remaja atau junior yang organisme tubuhnya belum
mencapai kedewasaan, latihan-latihannya dibandingkan dengan
latihan-latihan orang dewasa, harus lebih menyeluruh (multilateral)
dan diberikan dengan intensitas yang moderat;
2) Pengalaman dalam melakukan aktivitas fisik;
3) Kemampuan kerja dan prestasi individu;
4) Status kesehatannya juga menentukan batas kemampuan
berlatih. Oleh karena itu pelatih sebaiknya juga tahu akan status
kesehatan pelaku masing-masing; dan
5) Dalam merencanakan latihan, pelatih harus
mempertimbangkan faktor-faktor latihan di luar latihan yang sering kali
menuntut energi yang tidak sedikit dari pelaku. Misalnya
tugas-tugas/pekerjaan, keluarga dan sebagainya yang bisa
mempengaruhi faktor pemulihan kondisi pelaku dalam training.
Demikian pula gaya hidup sehari-harinya serta kehidupan emosionalnya.
e. Teori Kemampuan fisik
Menurut Sugiyanto (1996:221), kemampuan fisik adalah
kemampuan memfungsikan organ-organ tubuh dalam melakukan aktivitas
fisik. Kemampuan fisik sangat penting untuk mendukung mengembangkan
aktifitas psikomotor. Gerakan yang terampil dapat dilakukan apabila
kemampuan fisiknya memadai. Menurut Mochamad Sajoto (1995: 8-9),
kondisi fisik adalah satu kesatuan utuh dari komponen-komponen yang tidak
dapat dipisahkan begitu saja, baik peningkatan maupun pemeliharaan.
Artinya bahwa di dalam usaha peningkatan kondisi fisik maka seluruh
kompenen tersebut harus berkembang dengan baik dan terarah
Status kondisi fisik dapat mencapai titik optimal jika memulai
latihan sejak usia dini dan dilakukan secara terus menerus dan berkelanjutan
dengan berpedoman pada prinsip-prinsip dasar latihan. Status kondisi fisik
seseorang dapat diketahui dengan cara penilaian yang berbentuk tes
kemampuan.Tes ini dapat  dilakukan  di  dalam  labratorium  dan  di 
lapangan.  Meskipun  tes     yang dilakukan di laboratorium memerlukan alat-
alat yang mahal, tetapi kedua tes tersebut hendaknya dilakukan agar hasil
penilaian benar-benar objektif.
Kondisi fisik dapat mencapai titik optimal jika latihan dimulai sejak
usia dini dan dilakukan secara terus menerus. Karena untuk
mengembangkan kondisi fisik bukan merupakan pekerjaan yang mudah,
harus mempunyai pelatih fisik yang mempunyai kualifikasi tertentu sehingga
mampu membina pengembangan fisik atlet secara menyeluruh tanpa
menimbulkan efek di kemudian hari. Kondisi fisik yang baik mempunyai
beberapa keuntungan, di antaranya mampu dan mudah mempelajari
keterampilan yang relatif sulit, tidak mudah lelah saat mengikuti latihan
maupun pertandingan, program latihan dapat diselesaikan tanpa mempunyai
banyak kendala serta dapat menyelesaikan latihan berat. Kondisi fisik sangat
diperlukan oleh seorang atlet, karena tanpa didukung oleh kondisi fisik prima
maka pencapaian prestasi puncak akan mengalami banyak kendala, dan
mustahil dapat berprestasi tinggi.
1.Komponen Kondisi Fisik

Kondisi fisik adalah salah satu kesatuan utuh dari komponen- komponen
yang tidak dapat dipisahkan begitu saja, baik peningkatan maupun
pemeliharaannya. Artinya, bahwa didalam usaha peningkatan kondisi fisik
maka seluruh komponen tersebut harus dikembangkan. Menurut Mochamad
Sajoto (1988: 57), bahwa komponen kondisi fisik meliputi:

a) Kekuatan (strength), adalah komponen kondisi fisik seseorang tentang


kemampuanya dalam mempergunakan otot untuk menerima beban sewaktu
bekerja.
b) ).Daya tahan yaitu kemampuan seseorang dalam mempergunakan
sistem jantung, paru-paru dan peredaran darahnya secara efektif dan efisien.
c) Kekuatan otot adalah kemampuan seseorang dalam mempergunakan
kekuatan maksimum yang digunakan dalam waktu yang sesingkat
singkatnya.
d)  Kecepatan adalah kemampuan seseorang untuk mngerjakan gerakan
keseimbangan dalam bentuk yang sama dalam waktu yang sesingkat
singkatnya
e) Daya lentur adalah efektivitas seseorang dalam penyelesaian diri untuk
segala aktivitas dengan penguuran tubuh yang luas
f) Kelincahan adalah kemampuan mengubah posisi diarea tertentu
g) Koordinasi adalah kemampuan seseorang melakukan bermacam- macam
gerakan yang berbeda ke dalam pola gerakan tunggal secara efektif.
h) Keseimbangan adalah kemampuan tubuh untuk mempertahankan  posisi,
dalam bermacam-macam gerakan
i) Ketepatan adalah kemampuan seseorang untuk mengendalikan gerakan
bebas terhadap sasaran
j) Reaksi adalah kemampuan seseorang untuk segera bertindak secepatnya
dalam menggapai rangsangan yang ditimbulkan melalui indera, saraf atau
feeling lainya. Seperti dalam mengantisipasi datangnya bola yang harus
ditangkap dan lain-lain.
Daya tahan otot adalah kemampuan seseorang dalam
mempergunakan ototnya untuk berkontraksi secara terus menerus dalam
waktu yang relatif lama dengan beban tertentu.

2. Faktor faktor yang Mempengaruhi Kondisi Fisik


Dalam Depdiknas (2000: 8-10), komponen kondisi fisik adalah satu
kesatuan utuh dari komponen kesegaran jasmani. Jadi, faktor-faktor yang
mempengaruhi kesegaran jasmani juga mempengaruhi kondisi fisik
seseorang. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi fisik adalah:
a)    Umur
Setiap tingkatan umur mempunyai keuntungan sendiri. Kebugaran jasmani
juga daat ditingkatkan pada hampir semua usia. Pada daya tahan
cardiovaskuler ditemukan sejak usia anak anak sampai sekitar umur 20
tahun, daya tahan cardiovascular akan meningkat dan akan mencapai
maksimal pada usia 20-30 tahun. Daya tahan tersebut akan makin menurun
sejalan dengan bertambahnya usia, tetapi penurunan tersebut dapat
berkurang apabila seseorang melakukan kegiatan olahraga secara teratur.

b)    Jenis Kelamin

Kebugaran jasmani antara pria dan wanita berbeda karena adanya


perbedaan ukuran tubuh yang terjadi setelah masa pubertas. Daya tahan
kardiovaskuler pada usia anak-anak antara pria dan wanita tidak berbeda,
tetapi setelah masa pubertas terdapat perbedaan, karena wanita memiliki
jaringan lemak yang lebih banyak dan kadar hemoglobin yang lebih rendah
dibanding dengan pria.

c)    Genetik
Daya tahan cardiovasculer dipengaruhi oleh faktor genetik yakni sifat-
sifat yang ada dalam tubuh seseorang dari sejak lahir.
d)    Kegiatan Fisik
Kegiatan fisik sangat mempengaruhi semua komponen kesegeran
jasmani, latihan bersifat aerobik yang dilakukan secara teratur akan
meningkatkan daya tahan cardiovaskuler dan dapat mengurangi lemak tubuh.
Dengan melakukan kegiatan fisik yang baik dan benar berarti tubuh dipacu
untuk menjalankan fungsinya.

f)    Faktor Lain


Faktor lain yang berpengaruh di antaranya suhu tubuh. Kontraksi otot
akan lebih kuat dan cepat biar suhu otot sedikit lebih tinggi dari suhu normal
tubuh. Suhu yang lebih rendah akan menurunkan kekuatan dan kecepatan
kontraksi otot.

Menurut Djoko Pekik Irianto, (2004: 9) faktor-faktor yang mempengaruhi


kondisi fisik adalah sebagai berikut:

a)    Makanan dan Gizi


Gizi adalah satuan-satuan yang menyusun bahan makanan atau bahan-
bahan dasar. Sedangkan bahan makanan adalah suatu yang dibeli, dimasak,
dan disajikan sebagai hidangan untuk dikonsumsi. Makanan dan gizi sangat
diperlukan bagi tubuh untuk proses pertumbuhan, pengertian sel tubuh yang
rusak, untuk mempertahankan kondisi tubuh dan untuk menunjang aktivitas
fisik. Kebutuhan gizi tiap orang dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu: berat
ringannya aktivitas, usia, jenis kelamin, dan faktor kondisi. Ada 6 unsur zat
gizi yang mutlak dibutuhkan oleh tubuh manusia, yaitu: karbohidrat, protein,
lemak, vitamin, mineral dan air.

b)    Faktor Tidur dan Istirahat


Tubuh manusia tersusun atas organ, jaringan dan sel yang memiliki
kemampuan kerja terbatas. Seseorang tidak mungkin mampu bekerja terus
menerus sepanjang hari tanpa berhenti. Kelelahan adalah salah satu
indikator keterbatasan fungsi tubuh manusia. Untuk itu istirahat sangat
diperlukan agar tubuh memiliki kesempatan melakukan pemulihan sehingga
dapat aktivitas sehari-hari dengan nyaman.

c)    Faktor Kebiasaan Hidup Sehat


Agar kesegaran jasmani tetap terjaga, maka tidak akan terlepas dari  pola
hidup sehat yang harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dengan cara:

1) Membiasakan memakan makanan yang bersih dan bernilai gizi


(empat sehat lima sempurna).
2) Selalu menjaga kebersihan pribadi seperti: mandi dengan air bersih,
menggosok gigi secara teratur, kebersihan rambut, kulit, dan
sebagainya.
3) Istirahat yang cukup.
4) Menghindari kebiasaan-kebiasaan buruk seperti merokok, minuman
beralkohol, obat-obatan terlarang dan sebagainya.
5) Menghindari kebiasaan minum obat, kecuali atas anjuran dokter.

d)    Faktor Lingkungan


Lingkungan adalah tempat di mana seseorang tinggal dalam waktu
lama. Dalam hal ini tentunya menyangkut lingkungan fisik serta sosial
ekonomi. Kondisi lingkungan, pekerjaan, kebiasaan hidup    sehari-hari,
keadaan ekonomi. Semua ini akan dapat berpengaruh terhadap kesegaran
jasmani seseorang.

e)    Faktor Latihan dan Olahraga


Faktor latihan dan olahraga punya pengaruh yang besar terhadap
peningkatan kesegaran jasmani seseorang. Seseorang yang secara teratur
berlatih sesuai dengan keperluannya dan memperoleh kesegaran jasmani
dari padanya disebut terlatih. Sebaliknya, seseorang yang membiarkan
ototnya lemas tergantung dan berada dalam kondisi fisik yang buruk disebut
tak terlatih.Berolahraga adalah alternatif paling efektif dan aman untuk
memperoleh kebugaran, sebab olahraga mempunyai multi manfaat baik
manfaat fisik, psikis, maupun manfaat sosial.

10. KERANGKA KONSEPTUAL

Kerangka konseptual penelitian adalah suatu hubungan atau kaitan


antara konsep satu terhadap konsep yang lainya dari masalah yang ingin
diteliti. Kerangka konsep ini gunanya untuk menghubungkan atau
menjelaskan secara panjang lebar tentang suatu topik yang akan dibahas.
Kerangka ini didapatkan dari konsep ilmu / teori yang dipakai sebagai
landasan penelitian yang didapatkan pada tinjauan pustaka atau kalau boleh
dikatakan oleh peneliti merupakan ringkasan dari tinjauan pustaka yang
dihubungkan dengan garis sesuai variabel yang diteliti. Proses teoritis
berkaitan dengan kegiatan untuk menjelaskan masalah dengan teori yang
relevan, serta menyusun kerangka teoritis/kerangka konsep yang digunakan
dalam penelitian. Kerangka Konseptual dapat digunakan untuk menjelaskan
definisi setiap variabel yang digunakan dalam penelitian. Kerangka
konseptual yang baik berdasarkan Uma Sekaran (2008 : 54) antara lain :
1) Variabel-variabel penelitian yang akan diteliti haruslah jelas;
2) Kerangka konseptual wajib menjelaskan hubungan antara variable-
variabel yang akan diteliti, serta ada teori yang melandasi;

Berdasarkan judul proposal Tugas Akhir “ Peran Danton Dalam


Meninkatkan Kesegaran Jasmani Prajurit Guna Mendukung Tugas Pokok di
Batalyon X”.Penulis diharapkan mapu memperoleh metode yang tepat untuk
mencapai tujuan penulisannya.
PERAN KOMANDAN PLETON DALAM
MENINGKATKAN KESEGARAN JASMANI
PRAJURIT GUNA MENDUKUNG TUGAS POKOK DI
BATALYON 403/WIRASADA PRATISTA

PERAN KOMANDAN PEMBINAAN JASMANI


PLETON PRAJURIT

PROGRAM PROGRAM LATIHAN KOMANDAN


PLETON DI SATUAN

HASIL YANG DIHARAPKAN

KESEGARAN JASMANI YANG


PRIMA DAN SAMAPTA

(Garjas A)

Lampiran

1. Daftar kuisioner atau daftar pertanyaan


2. Alur pikir penelitian
3. Jadwal proses penulisan Proposal Tugas Akhir

Anda mungkin juga menyukai