Anda di halaman 1dari 2

Stabilisasi Madzhab Syafi'i (404 - 505 Hijriyah)

Yang dimaksud dengan stabilisasi madzhab adalah kemampuan bertahan diri sebuah madzhab dari
"kepunahan". Tahap stabilisasi ditandai dengan banyaknya fuqoha dan mujtahid dalam sebuah madzhab
yang dibarengi dengan banyaknya murid dan karya.

Antara tahun 404 H. sampai 505 H. merupakan rentang yang krusial bagi madzhab-madzhab yang ada.
Pada rentang ini, banyak orang yang berkeyakinan pintu ijtihad telah tertutup sehingga kehidupan dan
suasana keilmuan menjadi taklid dan jumud. Dalam suasana seperti ini, hanya madzhab yang memiliki
mujtahid "inovatif dan progresif" lah yang bisa bertahan dan bahkan mampun menyetabilkan
madzhabnya. Dan salah satunya adalah Madzhab Imam asy-Syafi'i.

Sebab2 Bertahannya Madzhab Syafi'i dari "Kepunahan"

Pertama, di saat madzhab lainnya kehilangan daya, maka Madzhab Syafi'i malah semakin deras
perkembangannya. Terutama dalam hal karya tulis. Pada tahap ini, muncul dua model penulisan karya:
model Iraq dan model Khurasan. Perbedaan antara keduanya, model Iraq lebih detail dalam penjabaran
masalah, lebih rinci, dan lebih mendalam dalam menjelaskan tata-cara mengambil hukum.

Kedua, dukungan Pemerintah Daulah Abbasiyah. Tidak dipungkiri bahwa peran sebuah pemerintah
sangat vital dalam keberlangsungan sebuah pemikiran. Tak terkecuali pemikiran Madzhab Syafi'i pada
masa Daulah Abbasiyah. Para petinggi seperti Khalifah al-Qadir billah, Sultan Syamsu al-Muluk, Wazir
Nidzamu al-Mulk dan lainnya, tercatat dalam sejarah sebagai penyokong lestarinya Madzhab Imam asy-
Syafi'i.

Peristiwa2 Penting yang Terjadi Pada Tahap Kedua dari Fase Kedua (404 H - 505 H)

1. Maraknya fanatisme kepada madzhab. pada fase-fase ini fanatisme terhadap madzhab tertentu mulai
membara. Banyak ulama yang getol mengajarkan madzhabnya sembari menyalahkan madzhab yang
lain. Debat tidak lagi untuk mencari mana yang mendekati kebenaran, tapi lebih mengarah kepada
pengkultusan madzhab.
2. Munculnya karya dalam bentuk ensiklopedi fiqih perbandingan madzhab. Pada fase ini, banyak
berkembang penulisan ilmu fiqih dengan metode perbandingan. Yaitu dengan menyebutkan masalah
diikuti dengan pendapat madzhab-madzhab yang ada beserta dalil dan cara istimbatnya. Dari kalangan
Syafi'yah misalnya, ada kitab al-Khawiy karya al-Mawardi dan kitab Nihayatu al-Mathlab fi Dirayati al-
Madzhab karya Imam Haramain al-Juwaini.

3. Munculnya Thariqatu al-Mutakallimin dalam penulisan Ushul Fiqih. Ulama Syafi'iyah memiliki peran
besar dalam mengembangkan Ushul Fiqih metode Mutakalim. Di antara yang paling besar jasanya
adalah Imamul Haramain dengan karyanya al-Burhan dan Imam al-Ghazali dengan karyanya al-
Mustashfa.

Anda mungkin juga menyukai