Sediaan injeksi merupakan sediaan steril berupa larutan, emulsi, suspensi, atau serbuk yang
harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan secara parenteral,
suntikan dengan cara menembus, atau merobek jaringan ke dalam atau melalui kulit atau
selaput lendir (Lukas, 2006).
Wadah untuk sediaan injeksi dibagi menjadi dua macam antara lain: dosis tunggal (single
dose) dan dosis ganda (multiple doses).
Wadah dosis tunggal adalah suatu wadah yang kedap udara yang mempertahankan
jumlah obat steril yang dimaksudkan untuk pemberian parenteral sebagai dosis
tunggal, dan yang bila dibuka tidak dapat ditutup rapat kembali dengan jaminan tetap
steril.
Sedangkan wadah dosis ganda adalah wadah yang memungkinkan pengambilan
isinya perbagian berturut- turut tanpa terjadi perubahan kekuatan, kualitas atau
kemurnian bagian yang tertinggal
Jenis-jenis injeksi
Injeksi Intravena
Injeksi Intramuskular
Injeksi intramuskular bertujuan untuk mengantarkan suatu zat ke dalam otot agar
cepat diserap oleh pembuluh darah. Sebagian besar vaksin yang tidak aktif, seperti
vaksin influenza diberikan dengan cara suntikan intramuskular ini. Metode ini
dilakukan dengan jarum yang membentuk sudut 90 derajat dalam posisi duduk.
Injeksi Subkutan
Injeksi subkutan bertujuan untuk mengirimkan cairan ke jaringan antara kulit dan
otot. Metode ini membuat penyerapan obat berjalan lebih lambat ketimbang
intramuskular. Jarum yang digunakan pun cenderung lebih pendek, karena tidak perlu
mencapai otot.
Injeksi Intradermal
Dalam Injeksi intradermal, obat dikirim langsung ke dalam dermis, yaitu lapisan yang
berada tepat di bawah epidermis kulit. Suntikan sering diberikan pada sudut 5 sampai
15 derajat dengan jarum pada kulit pasien. Penyerapan membutuhkan waktu paling
lama ketimbang injeksi intravena, intramuskular, dan subkutan.
Oleh karena itu, jenis intradermal sering digunakan untuk tes sensitivitas, seperti tes
tuberkulin dan alergi, dan tes anestesi lokal. Reaksi yang disebabkan oleh tes ini
mudah dilihat karena lokasi suntikan pada kulit. Bagian tubuh yang sering dijadikan
lokasi suntikan intradermal adalah lengan bawah dan punggung bawah.
Injeksi Depot
Injeksi depot dilakukan dengan tujuan untuk menyimpan obat dalam massa lokal,
kemudian secara bertahap diserap oleh jaringan di sekitarnya. Senyawa aktif dalam
metode ini dilepaskan secara konsisten dalam jangka waktu lama. Cairan yang
dimasukkan berbentuk agak padat atau berbahan dasar minyak.
Lokasi suntikan tergantung pada obat yang diberikan, penyakit yang menyertai, seberapa
cepat obat perlu bekerja, dan jenis suntikan yang diterima. Jenis suntikan juga dipengaruhi
oleh berat badan, usia, biaya, frekuensi pemberian, dan faktor lainnya. Berikut ini lokasi
pemberian sesuai dengan jenisnya:
Suntikan Intravena
Suntikan intravena dilakukan dengan sebuah tabung plastik kecil yang disebut kateter,
yang dimasukkan ke dalam vena. Kateter ditempatkan di tempat yang mudah diakses
dengan aliran darah terbaik. Ini lokasi umum pemberian suntikan:
Lengan bawah.
Punggung tangan.
Lekukan di bagian dalam sendi siku.
Pergelangan kaki.
Penting untuk menghindari area kulit yang terinfeksi dan menempatkan kateter pada
sendi yang dapat menekuk. Pemberian suntikan harus dihindari pada area yang terluka
atau sakit, dan vena yang kaku atau tipis.
Suntikan Intramuskular
Lokasi pemberian akan tergantung pada jenis obat yang diterima. Beberapa suntikan
perlu diberikan ke otot yang lebih besar. Berikut ini beberapa poin yang perlu
diperhatikan:
Jarak aman dari saraf, tulang, dan pembuluh darah besar di sekitarnya.
Bukan tempat cedera, abses, atau kulit yang rusak.
Bukan otot yang kecil atau atrofi.
Suntikan Subkutan
Jenis suntikan ini digunakan untuk memberikan obat-obatan seperti insulin untuk
diabetes, suntikan hormon untuk perawatan kesuburan, dan obat pengencer darah
untuk mencegah pembekuan darah. Ini lokasi umum pemberian injeksi:
Suntikan tidak boleh diberikan pada kulit cekung atau tebal. Hindari juga bagian kulit
yang terluka atau rusak.
Suntikan Intradermal
Suntikan internal digunakan untuk tes alergi dan tuberkulosis. Berikut lokasi umum
pemberian injeksi:
Hindari area tubuh dengan tahi lalat, bekas luka, ruam, atau banyak rambut karena
dapat mempersulit interpretasi hasil pengujian. Lesi kulit juga harus dihindari kecuali
jika suntikan diberikan untuk membantu mengobatinya.
Aminofusin digunakan untuk Asam Amino 5%, Elektrolit, Gunakan infus set
Paed 5% memberikan asupan Vitamin dengan sistem
protein, elektrolit, minidrop (60 tetes =
vitamin dan air untuk 1 gram ± 0,1 gram)
anak-anak (dibawah usia atau pengatur infus.
12 tahun) atau bayi Pada neonatus (bayi
ketika asupan melalui baru lahir sampai
enteral (mulut) tidak usia 28 hari), di
memungkinkan. berikan dosis
standar 2,5 gram
asam amino (setara
dengan 50 mL) per
kg berat badan per
hari. Kecepatan
infus 2-5 mL/kg
berat badan/jam
atau 2-5 tetes/kg
berat badan/menit.
Alat suntik memiliki ukuran yang berbeda-beda tergantung penggunaannya. Alat suntik ada
yang memiliki ukuran 1 mL, 3 mL, 5 mL, 10 mL, 20 mL, dan 50 mL. Sementara itu, jenis-
jenis alat suntik adalah sebagai berikut:
Tuberculine syringe
Alat suntik ini digunakan untuk menyuntikkan tuberculin secara khusus. Alat ini biasa
disebut juga dengan Mantoux test. Alat suntik ini memiliki kapasitas volume 1 mL di
mana skala terkecilnya yaitu 0,01 mL.
Glycerine syringe
Glycerine syringe biasanya terbuat dari logam dan bersifat stainless steel. Alat ini
memiliki ujung kanule yang agak melengkung ke bawah dan ujungnya berkepala.
Kapasitas volume alat suntik ini yaitu 30 mL, 50 mL, dan juga 100 mL.
Insulin syringe
Alat suntik ini digunakan secara khusus untuk menyuntikkan insulin. Bentuknya
seperti alat suntik pada umumnya. Alat suntik ini memiliki kapasitas volume 1 mL.
Jarum suntik juga memiliki ukuran yang berbeda-beda, ada jarum suntik 1 cc, 3 cc, 5 cc, dan
10 cc, serta ukuran lainnya. Berikut ini adalah jenis-jenis jarum suntik:
Soal:
Seorang pasien membutuhkan cairan infus sebanyak 1000 mL dengan faktor tetes 15
tetes/mL. Infus ini akan diberikan kepada pasien selama 10 jam. Kira-kira berapa TPM cairan
infus yang harus diatur oleh perawat?
Jawaban:
TPM infus = (15 tetes/mL x 1000 mL) / 10 jam x 60
TPM infus = 15000/600
TPM infus = 25 tetes/menit
Cara menghitung sisa waktu pemberian infus
Sisa volume infus (mL) Faktor tetes (mL /menit )
SisaWaktu= x
Tetes Per Menit 1
Contoh Soal:
Seorang pasien sudah diberikan infus dengan faktor tetes 15 tetes/mL sejak jam 9 pagi.
Sekarang, ada sekitar 100 mL cairan infus yang tersisa. Perawat mengatur TPM infus 20
tetes/menit. Berapa lama lagi pemberian tetesan infus tersebut akan habis?
Jawaban:
Sisa waktu = (100 mL / 20) x (15 / 1)
Sisa waktu = 5 x 15
Sisa waktu = 75 menit
ELEKTROLIT PEKAT