*
Pertempuran berlangsung cukup lama, apa yang
diperkirakan hanya berlangsung kurang dari satu minggu, kini telah
memasuki paruh minggu kedua. Inggris telah berhasil menguasai 2/3 dari
keseluruhan Kota Surabaya. Jalan-jalan besar menjadi sepi, kabel- kabel
telepon bergelantung hingga beberapa jengkal dari permukaan tanah.
Mayat-mayat manusia ataupun binatang bergelimpahan mengisi sisi jalan
dan selokan- selokan. Sesekali terdengar gema suara peluru dalam gedung-
gedung yang kosong dan derap kaki yang tenggelam dibalik genangan air.
Suasana yang sangat tidak layak disaksikan, seperti neraka telah jatuh
ditengah Surabaya.
Namun hal tersebut tidak menandakan perjuangan telah berakhir begitu
saja. Gabungan kekuatan arek-arek Surabaya masih mampu menahan
serangan-serangan Inggris. Radio Pemberontakan telah diungsikan dari
Surabaya dikarenakan beberapa gedung penting telah dikuasai atau bahkan
hancur menjadi korban dari serangan Inggris. Bagi pasukan-pasukan yang
tersisah mereka masih melakukan perlawanan yang bersifat
39
“Apa kau sudah lupa dengan apa yang diperjuangkan Idrus? Karenanya kau
masih bisa berdiri disini sekarang! Bahkan, jika ia masih ada disini, ku yakin
ia akan melakukan apa yang akan kulakukan. Aku tidak berasal dari daerah
ini, tapi aku rela mati berjuang demi mereka. Semestinya kalian malu untuk
mempertimbangkan lari dari medan pertempuran!” Bentak Tigor.
“Ini bukan masalah ego, ini tentang perjuangan. Tidak akan lahir pejuang
untuk memperjuangkan tanah ini, jika seluruh rakyatnya dikebumikan
dalam waktu yang singkat!” Bentak Farid kepada Tigor.
Kelompok kecil relawan tersebut akhirnya terpecah menjadi dua kubu.
Farid, Abi dan segelintir relawan lainnya berusaha untuk mengungsikan
warga setempat ke Solo. Sedangkan Tigor dan beberapa relawan lainnya
tetap untuk memutuskan bergeriliya melawan serdadu-serdadu Inggris.
Tidak ada perpisahan yang istimewa diantaranya, hanya diiringi dengan
gaungan meriam dan bom yang menghantam gedung- gedung di Surabaya.
41