Anda di halaman 1dari 3

NERAKA DI TIMUR JAWA

Mansergh tidak bercanda mengenai ultimatum yang diberikannya, sejak


pukul 6 pagi jalanan Surabaya sudah dipenuhi kendaraan lapis baja milik
sekutu. Kapal-kapal perang sudah menyiapkan meriamnya disekitar
pelabuhan dan perbatasan-perbatasan kota. Langit terbelah oleh pesawat
tempur yang siap menjatuhkan bom-bomnya. Di sisi lain, arek-arek
Surabaya mencoba tetap berada di bawah radar dan menunggu Inggris
untuk menyerang terlebih dahulu. Sekejap meriam-meriam dilepaskan,
bom-bom dijatuhkan dan peluru mulai menerjang. Bangunan- bangunan
mulai roboh, tiang-tiang serta pohon pohon juga mulai tumbang. Banyak
mayat bergelimpangan seperti seekor binatang di sepanjang jalan dan
selokan. Namun hal tersebut tidak membuat rakyat Surabaya mundur,
dengan semangat perjuangan mereka berani menghadang pasukan-
pasukan Inggris. Bermodalkan bambu runcing, senjata tajam dan segelintir
senjata api yang diperoleh dari tentara Jepang, tidak menggoyahkan
pasukan-pasukan tersebut.
36

Pidato-pidato dari Bung Tomo terus berkumandang, Radio Pemberontakan


menjadi api yang membakar semangat arek-arek Surabaya. Para relawan
militan tidak menyerang di ruang terbuka, mereka cenderung menyergap
dalam jalan-jalan yang gelap. Sesekali mereka menjadi pasukan taktis yang
bertugas menghambat mobilisasi dari pasukan-pasukan Inggris. Begitu pula
dengan Abi, meskipun tidak selamanya ia mengangkat senjata api, namun
bukan berarti ia tidak berkontribusi. Dalam benaknya, ia hanya
menginginkan agar pertempuran ini cepat selesai, dan ia bisa kembali
bersama peluk hangat keluarganya. Namun dalam waktu ini, ia harus
terbiasa tidur berpindah-pindah, dengan tanah sebagai alas dan bintang
malam sebagai atapnya.
“Apa yang sedang kau pikirkan?” Tegur Tigor kepada Abi yang sedang
melamun dengan pena nya.
“Aku tidak pernah menyangka pada akhirnya aku akan menjadi bagian dari
perjuangan ini. Bapakku biasanya hanya menuntut ku untuk menjadi orang
yang pekerja keras, dan bertanggung jawab atas diriku sendiri. Kau tahu?
Beberapa kali aku sempat dimarahi olehnya karena hanya menghabiskan
waktuku untuk menulis
37

sajak-sajak cengeng, begitu dia biasa menyebutnya.” Jawab Abi dengan


sedikit berguyon.
“Kau tahu, terkadang aku merindukan Idrus. Dalam keadaan seperti ini dia
mampu membuat guyonan tentang orang-orang Londo itu, tapi akan selalu
tetap sigap ketika harus berhadapan dengannya.” Ujar Farid, sambil
membenarkan posisi duduknya.
“Tanpanya aku tidak akan berada disini bersama kalian. Aku bisa saja
menjadi bangkai yang terduduk dibawah pohon cendana di depan sebuah
kantor radio yang terbakar. Sayang aku tidak pernah punya kesempatan
untuk mengatakan terimakasih kepadanya.” Jawab Abi dengan sendu.
“Jangan terlalu keras terhadap dirimu sendiri. Kematiannya bukan
merupakan salahmu, ia memilih untuk berjuang atas apa yang dianggap
benar bagi dirinya. Kita semestinya bukan menangisi kepergian Idrus, tapi
justru menjadikannya sebagai motivasi kita untuk meneruskan
perjuangannya. Kelak, ketika ini semua berakhir, kita akan kembali kepada
hidup yang normal. Dan sejarah kelak akan menuliskan cerita tentang hari-
hari ini.” Jawab Tigor seraya mencoba menenangkan Abi.
38

*
Pertempuran berlangsung cukup lama, apa yang
diperkirakan hanya berlangsung kurang dari satu minggu, kini telah
memasuki paruh minggu kedua. Inggris telah berhasil menguasai 2/3 dari
keseluruhan Kota Surabaya. Jalan-jalan besar menjadi sepi, kabel- kabel
telepon bergelantung hingga beberapa jengkal dari permukaan tanah.
Mayat-mayat manusia ataupun binatang bergelimpahan mengisi sisi jalan
dan selokan- selokan. Sesekali terdengar gema suara peluru dalam gedung-
gedung yang kosong dan derap kaki yang tenggelam dibalik genangan air.
Suasana yang sangat tidak layak disaksikan, seperti neraka telah jatuh
ditengah Surabaya.
Namun hal tersebut tidak menandakan perjuangan telah berakhir begitu
saja. Gabungan kekuatan arek-arek Surabaya masih mampu menahan
serangan-serangan Inggris. Radio Pemberontakan telah diungsikan dari
Surabaya dikarenakan beberapa gedung penting telah dikuasai atau bahkan
hancur menjadi korban dari serangan Inggris. Bagi pasukan-pasukan yang
tersisah mereka masih melakukan perlawanan yang bersifat
39

sporadis. Diantaranya, banyak warga sipil yang terjebak dalam medan


pertempuran ini.
“Jumlah amunisi kita sudah tidak akan mencukupi, dari hari ke hari jumlah
tentara Inggris terus meningkat. Tank-tank lapis bajanya juga semakin
sering berkeliling di jalan raya. Kita tidak akan bisa menandingi kekuatan
mereka.” Ucap Farid dengan sedikit ketakutan setelah mengamati
pergerakan dari tentara infanteri-infanteri Inggris. “Semestinya orientasi
kita sekarang bukan untuk melawan pasukannya lagi,tapi bagaimana kita
bisa mengungsikan warga-warga sipil dari tempat ini.” Tambahnya.
“Tapi kita tidak boleh berhenti berjuang! Jika kita berhenti dalam tahap ini,
semua yang telah kita lakukan akan sia-sia!” Ujar Tigor dengan nada yang
membentak.
“Kita juga harus memikirkan masa depan dari bangsa ini. Saat ini sudah
tidak ada kemungkinan bagi kita jika memaksa melawan mereka
bermodalkan arit dan bamboo runcing. Farid benar, kita harus
mengevakuasikan warga sipil dari kota ini. Kita boleh kalah hari ini, tapi
kita pastikan masa depan harus menjadi milik kita!” Jawab Abimanyu
dengan nada yang tinggi.
40

“Apa kau sudah lupa dengan apa yang diperjuangkan Idrus? Karenanya kau
masih bisa berdiri disini sekarang! Bahkan, jika ia masih ada disini, ku yakin
ia akan melakukan apa yang akan kulakukan. Aku tidak berasal dari daerah
ini, tapi aku rela mati berjuang demi mereka. Semestinya kalian malu untuk
mempertimbangkan lari dari medan pertempuran!” Bentak Tigor.
“Ini bukan masalah ego, ini tentang perjuangan. Tidak akan lahir pejuang
untuk memperjuangkan tanah ini, jika seluruh rakyatnya dikebumikan
dalam waktu yang singkat!” Bentak Farid kepada Tigor.
Kelompok kecil relawan tersebut akhirnya terpecah menjadi dua kubu.
Farid, Abi dan segelintir relawan lainnya berusaha untuk mengungsikan
warga setempat ke Solo. Sedangkan Tigor dan beberapa relawan lainnya
tetap untuk memutuskan bergeriliya melawan serdadu-serdadu Inggris.
Tidak ada perpisahan yang istimewa diantaranya, hanya diiringi dengan
gaungan meriam dan bom yang menghantam gedung- gedung di Surabaya.
41

Anda mungkin juga menyukai