Dalam
menyikapi perkembangan terkini, sesulit apa pun keadaannya, hati
tidak boleh goyah dan iman tidak boleh melemah. Mari kita terus
mengasah senjata sabar dan syukur kita. Inilah saatnya kita diuji
oleh Allah, apakah kita betul-betul memiliki sifat sabar dan syukur
ataukah sabar dan syukur selama ini hanya slogan di bibir saja.
Di khutbah yang kedua ini kembali saya mengajak kepada seluruh jama’ah
shalat jum’at marilah kita berhati-hati di dalam menjalani roda kehidupan di
dunia ini. Sedikit saja kita terpeleset dan jatuh pada perbuatan-perbuatan
yang tersebut di atas, taruhannya adalah pahala amal shaleh kita. Jangan
sampai kita menjadi hamba yang rugi kelak di akhirat yang penyesalannya
sepanjang masa tiada henti. Mudah-mudahan Allah swt. selalu melindungi
kita dari segala bentuk perbuatan penyimpangan. Aamiin yaa rabbal
‘aalamiin.
Selanjutnya, marilah mari kita berdoa kepada Allah swt.
Mengejar Target Ibadah Sebelum Ramadhan Pergi Fitri mereka juga bergembira karena Id adalah hari kegembiraan.
Namun di akhir Ramadhan seperti ini, ada nuansa kesedihan yang
sepertinya tidak kita miliki di masa modern ini.
Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah,
Mengapa para sahabat dan orang-orang shalih bersedih ketika
Ramadhan hampir berakhir? Kita bisa menangkap alasan kesedihan
itu dalam berbagai konteks sebab.
Pertama, patutlah orang-orang beriman bersedih ketika
menyadari Ramadhan akan pergi sebab dengan perginya bulan suci
itu, pergi pula berbagai keutamaannya.
Bukankah Ramadhan bulan yang paling berkah, yang pintu-
pintu surga dibuka dan pintu neraka ditutup? Bukankah hanya di
bulan suci ini syetan dibelenggu? Maka kemudian ibadah terasa
ringan dan kaum muslimin berada dalam puncak kebaikan?