Anda di halaman 1dari 10

Kunci Meraih Kemenangan di Bulan Ramadhan kondisi memang berubah. Tapi hati kita tidak boleh berubah.

Dalam
menyikapi perkembangan terkini, sesulit apa pun keadaannya, hati
tidak boleh goyah dan iman tidak boleh melemah. Mari kita terus
mengasah senjata sabar dan syukur kita. Inilah saatnya kita diuji
oleh Allah, apakah kita betul-betul memiliki sifat sabar dan syukur
ataukah sabar dan syukur selama ini hanya slogan di bibir saja.  

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,


Kita perlakukan Ramadhan tahun ini sebagaimana kita
memperlakukan Ramadhan tahun-tahun sebelumnya. Kita raih
ampunan, keberkahan, rahmat Allah dan pembebasan dari api
neraka pada Ramadhan ini sebagaimana hal itu juga kita lakukan
dengan penuh semangat pada Ramadhan-Ramadhan sebelumnya.
Semangat ibadah kita harus tetap membaja. Api motivasi kita harus
senantiasa menyala. Gairah kebajikan dalam diri kita harus selalu
kita jaga. Ibadah bisa dilakukan di mana saja. Jika tidak
memungkinkan di masjid dan mushalla, maka dapat dilakukan di
rumah bersama keluarga.  
Pada Ramadhan tahun ini, kita tidak hanya berjuang melawan
godaan syetan dan hawa nafsu, tapi kita juga sedang berlaga di
Ma’asyiral muslimin jama’ah sidang shalat jum’at Rahimakumullahu, medan perang melawan keadaan. Keadaan yang membuat banyak
Mengawali khutbah yang singkat ini, khatib berwasiat kepada orang menjadi panik, takut, resah, susah, risau, galau, khawatir,
kita semua, terutama kepada diri khatib pribadi untuk senantiasa ketar-ketir, waswas, mencaci, memaki, mencerca, tidak sabar dan
berusaha meningkatkan ketakwaan dan keimanan kita kepada Allah tidak bersyukur. Kita tidak boleh kalah dengan keadaan. Kita
subhanahu wa ta’ala dengan menjalankan semua kewajiban dan kalahkan keadaan dengan menjaga hati. Hati kita harus tetap jernih,
menjauhkan diri dari segala yang dilarang dan diharamkan.   tidak boleh terkotori dengan limbah-limbah kepanikan dan
ketakutan. Hati kita tidak boleh dilanda kepanikan dan ketakutan,
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah, tapi harus tetap menjaga kewaspadaan. Ibadah jangan ditinggalkan,
Musim kebaikan itu telah hadir di tengah-tengah kita. Musim tapi protokol kesehatan juga jangan diabaikan. Ikhtiar lahir tetap
maghfirah dan rahmah itu telah berada di depan mata. Akan tetapi, dijalankan, tapi tawakal kepada Allah jangan sampai menjauh dari
musim pandemi Covid-19 belum juga beranjak dari kita. Wabah ini hati kita.  
masih terus menyerang kita. Ya, Ramadhan telah tiba, tapi Corona Hadirin yang dirahmati Allah, Marilah kita lakukan ibadah di
masih terus mewabah tiada hentinya.   bulan Ramadhan dengan imanan wahtisaban, agar kita meraih ridla
Hadirin yang dirahmati Allah, Situasi saat ini memang berbeda Allah dan memperoleh pengampunan dosa dari-Nya. Kita lakukan
tidak seperti biasanya. Keadaan di sekitar kita pada Ramadhan ibadah dengan iman yang kokoh dan niat semata-mata karena Allah.
tahun ini mungkin tidak sama dengan tahun-tahun sebelumnya. Iman yang kokoh artinya beriman bahwa Allah adalah satu-
Kondisi perekonomian sebagian besar masyarakat pada Ramadhan satunya Dzat yang wajib disembah, Dialah yang menciptakan segala
tahun ini mengalami penurunan dan terus melemah. Situasi dan
sesuatu, tidak membutuhkan kepada segala sesuatu, menakdirkan Hadirin yang dirahmati Allah, Demikian khutbah yang singkat
segala sesuatu, menghendaki terjadinya segala sesuatu dan berbeda ini. Mudah-mudahan bermanfaat dan membawa barakah bagi kita
dengan segala sesuatu. Apa pun yang terjadi adalah kehendak-Nya. semua. Amin Ya Rabbal ‘Alamin.  
Apa pun yang berlaku adalah takdir-Nya. Kita yakini bahwa di balik
setiap kejadian pasti ada hikmah, pelajaran dan makna yang
terkandung di dalamnya.  
Niat karena Allah, artinya niat semata-mata mengharap ridla
dari Allah. Bukan karena ingin mendapatkan pujian dari sesama
hamba. Bukan karena ingin mendapatkan simpatik dari teman dan
tetangga. Murni karena Allah. Bukan karena yang lain.  
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:  

Maknanya: “Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan karena


dilandasi oleh iman dan niat semata mengharap ridla Allah, maka
diampuni dosa-dosanya yang telah lalu” (H.R. al-Bukhari)  

Beliau juga bersabda:  

Maknanya: “Barangsiapa yang menghidupkan malam-malam


Ramadhan dengan shalat-shalat sunnah (dan ibadah-ibadah yang
lain) karena dilandasi oleh iman dan niat semata mengharap ridla
Allah, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu” (H.R. al-
Bukhari)  

Hadirin yang dirahmati Allah, Marilah kita lakukan berbagai


ibadah di bulan Ramadhan dengan iman yang benar, niat yang benar
dan tata cara yang benar. Kebenaran iman, kebenaran niat dan
kebenaran tata cara hanya dapat terwujud jika kita berilmu. Oleh
karena itu, jangan bosan mengkaji ilmu agama. Karena ilmu
agamalah yang akan menuntun kita untuk menapaki jalan
kehidupan di dunia ini dengan selamat dan menunjukkan kepada
kita jalan untuk meraih derajat takwa.  
Khutbah ke dua
PERUSAK PAHALA AMAL SALEH akhirat pahala amal shaleh yang diidam-idamkannya itu musnah semua.
Simak Qs: Al-Kahfi (18): 103

Katakanlah: “Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang


yang paling merugi perbuatannya?“Yaitu orang-orang yang telah sia-sia
perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka
bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya.
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah.
Jama’ah shalat Jum’at yang berbahagia, lantas apa saja yang dapat
Mengawali khutbah ini marilah kita selalu bersyukur kepada Allah swt.
menyebabkan musnahnya pahala amal shaleh seseorang dalam kehidupan
Dengan kita selalu bersyukur mudah-mudahan Allah swt. akan menambah
ini ? Paling tidak ada empat perbuatan, yaitu :
nikmat-Nya kepada kita menjadi lebaik baik dan lebih banyak lagi. Aamiin.
Pertama, kekufuran, yaitu sikap menolak dan menentang ajaran Allah (ad-din
Shalawat serta salam semoga senantiasa Allah limpahkan kepada Rasulillah
al Islam). Sikap kekufuran terbagi menjadi tiga, yaitu : Menolak untuk
Muhammad saw. beserta seluruh keluarga dan sahabatnya serta para
memeluk agama Islam dan justru memeluk agama selain Islam. Hal itu
pengikutnya. Selanjutnya saya berwasiat untuk diri saya dan juga kepada
menyebabkan semua amal kebaikannya tidak diterima oleh Allah swt. simak
para jamaah sekalian mari secara terus menerus selalu memperbarui dan
QS: Ali Imran (3): 85)
meningkatkan kuantitas maupun kualitas amal ibadah, keimanan dan
ketaqwaan kepada Allah swt.
Jama’ah sidang shalat jumat yang dirahmati Allah swt. mari kita simak
Barang siapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah
firman Allah swt. di dalam QS: Muhammad (47): 33
akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-
orang yang rugi.
Murtad dari agama Islam yang mana hal itu menyebabkan semua ama
Hai orang-orang yang beriman, taatlah kepada Allah dan taatlah kepada rasul
shalehnya ketika masih Islam menjadi terhapus simak QS: al-Baqarah (2):
dan janganlah kamu merusakkan (pahala) amal-amalmu.
217
Ayat di atas secara jelas memberi peringatan kepada orang-orang
yang beriman agar jangan sampai mereka merusak dan bahkan
menghilangkan pahala amal kebaikan (amal shaleh) yang telah dilakukannya.
Alangkah ruginya seseorang ketika di dunia ini telah banyak Barang siapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam
melakukan amal shaleh yang disangkanya berpahala banyak, tapi ternyata di kekafiran, maka mereka itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat,
dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya dan ingkar kemasiatan. Orang yang demikian biasanya juga melakukan amal-
terhadap adanya hari akhir serta menolak ayat-ayat al-Qur’an yang juga amal shaleh, tapi juga gemar berbuat maksiat sehingga amal shalehnya tidak
menyebabkan Allah menghapus pahala kebaikannya simak QS: Al-Kahfi (18): bernilai di hadapan Allah swt.
104. Keempat, kefasadan yaitu sikap membuat kerusakan di bumi ini baik
kerusakan alam amaupun kerusakan lingkungan sosial. Hidupnya di tengah-
tengah masyarakat justru lebih banyak mendatangkan kemadharatan bagi
Mereka itu orang-orang yang kafir terhadap ayat-ayat Tuhan mereka dan
orang lain.
(kafir terhadap) perjumpaan dengan Dia. Maka hapuslah amalan-amalan
Jama’ah shalat jum’at yang dirahmati Allah swt. semoga kita dapat
mereka, dan Kami tidak mengadakan suatu penilaian bagi (amalan) mereka
dihindarkan dari perbuatan-perbuatan yang dapat merusak dan apalagi
pada hari kiamat.
sampai memusnahkan pahala amal shaleh. Aamiin.

Kedua, kemusyrikan yaitu sikap menduakan Allah swt. dengan


makhluk-Nya dalam hal penyembahan dan kepatuhan serta ketaatan.
Kemusyrikan ada dua yaitu kemusyrikan yang secara nyata dalam bentuk
penyembahan-penyembahan kepada selain Allah. Perbuatan itu dapat
menyebabkan terhapusnya pahala kebaikan seseorang simak QS: az-Zumar
(39): 65

Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan


tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi.
dan kemusyrikan yang tersembunyi, yaitu sikap riya’. Sikap riya’ dapat
menyebabkan amalan kebaikan seseorang tidak diberi nilai oleh Alah swt.
seperti kisah tiga orang hamba yang beramal shaleh cukup besar, yaitu
bershadaqah/berinfak, berjihad sampai mati syahid dan mengajarkan al-
Qur’an. Tapi karena niatannya bukan karena Allah maka mereka justru
dimasukkan ke neraka.
Ketiga, kefasikan yaitu sikap atau perbuatan seseorang yang gemar
melakukan kemaksiatan sementara dia tahu bahwa yang dilakukan itu adalah
Khutbah kedua

Di khutbah yang kedua ini kembali saya mengajak kepada seluruh jama’ah
shalat jum’at marilah kita berhati-hati di dalam menjalani roda kehidupan di
dunia ini. Sedikit saja kita terpeleset dan jatuh pada perbuatan-perbuatan
yang tersebut di atas, taruhannya adalah pahala amal shaleh kita. Jangan
sampai kita menjadi hamba yang rugi kelak di akhirat yang penyesalannya
sepanjang masa tiada henti. Mudah-mudahan Allah swt. selalu melindungi
kita dari segala bentuk perbuatan penyimpangan. Aamiin yaa rabbal
‘aalamiin.
Selanjutnya, marilah mari kita berdoa kepada Allah swt.
Mengejar Target Ibadah Sebelum Ramadhan Pergi Fitri mereka juga bergembira karena Id adalah hari kegembiraan.
Namun di akhir Ramadhan seperti ini, ada nuansa kesedihan yang
sepertinya tidak kita miliki di masa modern ini.
Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah,
Mengapa para sahabat dan orang-orang shalih bersedih ketika
Ramadhan hampir berakhir? Kita bisa menangkap alasan kesedihan
itu dalam berbagai konteks sebab.
Pertama, patutlah orang-orang beriman bersedih ketika
menyadari Ramadhan akan pergi sebab dengan perginya bulan suci
itu, pergi pula berbagai keutamaannya.
Bukankah Ramadhan bulan yang paling berkah, yang pintu-
pintu surga dibuka dan pintu neraka ditutup? Bukankah hanya di
bulan suci ini syetan dibelenggu? Maka kemudian ibadah terasa
ringan dan kaum muslimin berada dalam puncak kebaikan?

Ma’asyiral muslimin jama’ah sidang shalat jum’at Rahimakumullahu,


Waktu seperti begitu cepat berlalu. Kini, umat islam telah
berada di pengujung Ramadhan. Shalat Jum’at kali ini adalah shalat
Jum’at terakhir di bulan Ramadhan 1443 H. Sekarang  telah berada
Artinya : Telah datang kepada kalian bulan yang penuh berkah,
pada hari ke-25 Ramadhan, yang artinya tinggal beberapa hari lagi
diwajibkan kepada kalian ibadah puasa, dibukakam pintu-pintu
bulan suci ini akan pergi.  Sebagian masyarakat telah disibukkan
surga dan ditutuplah pintu-pintu neraka serta para setan
dengan hiruk pikuk Idul Fitri. Luapan kegembiraan sudah terasa.
dibelenggu… (HR. Ahmad)
Mal-mal menjadi padat. Lalu lintas lambat merayap. Banyak rumah
Bukankah hanya di bulan Ramadhan amal sunnah diganjar
berganti cat. Baju baru dan makanan enak juga telah siap. Jika
pahala amal wajib, dan seluruh pahala kebajikan dilipatgandakan
demikian gempitanya masyarakat berbahagia di penghujung akhir
hingga tiada batasan? Semua keutamaan itu takkan bisa ditemui lagi
Ramadhan, tidak demikian dengan para sahabat dan salafus shalih.
ketika Ramadhan pergi. Ia hanya akan datang pada bulan Ramadhan
Semakin dekat dengan akhir Ramadhan, kesedihan justru
setahun lagi. Padahal tiada yang dapat memastikan apakah
menggelayuti generasi terbaik itu. Tentu saja kalau tiba hari raya Idul
seseorang masih hidup dan sehat pada Ramadhan yang akan datang.
Maka pantaslah jika para sahabat dan orangorang shalih bersedih, Para sahabat dan orang-orang shalih bukan hanya berdoa di
bahkan menangis mendapati Ramadhan akan pergi. akhir Ramadhan. Bahkan, konon, rasa khauf membuat mereka
Kedua, adalah peringatan dari Rasulullah SAW bahwa berdoa selama enam bulan agar amal-amal di bulan Ramadhan
semestinya Ramadhan menjadikan seseorang diampuni dosanya. mereka diterima Allah SWT. Lalu enam bulan setelahnya mereka
Jika seseorang sudah mendapati Ramadhan, sebulan bersama berdoa agar dipertemukan dengan Ramadhan berikutnya.
dengan peluang besar yang penuh keutamaan, namun masih saja Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah,
belum mendapatkan ampunan, benar-benar orang itu sangat rugi. Perbedaan tashawur (paradigma, persepsi) dalam memandang
Bahkan celaka. akhir Ramadhan itulah yang kemudian membawa perbedaan sikap
antara generasi sahabat dan generasi kita saat ini. Jika sebagian
masyarakat, seperti dikemukakan di muka, asyik berbelanja
menyambut Idul Fitri, para sahabat asyik beriktikaf di sepuluh hari
Artinya : Celakalah seorang yang memasuki bulan Ramadhan namun
terakhir. Maka bisa kita bayangkan bahwa Madinah di era Rasulullah
dia tidak diampuni (HR. Hakim dan Thabrani).
di sepuluh hari terakhir Ramadhan layaknya seperti kota setengah
Masalahnya adalah, apakah seseorang bisa menjamin bahwa
mati. Sebab para lelaki beriktikaf di masjid-masjid. Bahkan begitu
dirinya mendapatkan ampunan itu. Sementara jika ia tidak dapat
pula sebagian para wanitanya.
ampunan, berarti ia celaka. Betapa hal yang tidak dapat dipastikan
Perbedaan tashawur dalam memandang akhir Ramadhan
ini menyentuh rasa takut para sahabat dan orang-orang shalih.
itulah yang kemudian membawa perbedaan sikap antara generasi
Mereka takut sekiranya menjadi orang yang celaka karena tidak
sahabat dan generasi kita saat ini. Jika kita sibuk menyiapkan kue
mendapatkan ampunan, padahal Ramadhan akan segera pergi. Maka
lebaran, para sahabat dan salafus shalih sibuk memenuhi makanan
mereka pun menangis, meluapkan ketakutannya kepada Allah seraya
ruhaninya dengan mengencangkan ikat pinggang, bersungguh-
bermunajat agar amal-amalnya diterima.
sungguh beribadah sepanjang siang, terlebih lagi di waktu malam.
Perbedaan tashawur dalam memandang akhir Ramadhan itulah yang
kemudian membawa perbedaan sikap antara generasi sahabat dan
gnerasi kita saat ini. Jika kita mengalokasikan banyak uang dan
Wahai Rabb kami… terimalah puasa kami, shalat kami, ruku’ kami,
waktu untuk membeli pakaian baru, para sahabat dan salafus shalih
sujud kami dan tilawah kami. Sesungguhnya Engkau Maha
menghabiskan waktu mereka dengan pakaian taqwa. Dengan
Mendengar lagi Maha Mengetahui.
pakaian taqwa itu mereka menghadap Allah di masjid-Nya, berduaan
dan bermesraan dalam khusyu’nya shalat, tilawah, dzikir, dan Artinya : Sungguh telah diperlihatkan kepadaku tentang malam
munajat. Lailatul Qadar namun aku dilupakan waktunya yang pasti, maka
Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah, carilah pada sepuluh malam-malam akhir dan carilah pada malam
Kita mungkin tidak bisa bersedih dan menangis sehebat para yang ganjil. (H.R. Bukhori)
sahabat, namun selayaknya kita pun takut sebab tak ada jaminan Kalaupun kita tidak menemukan lailatuk qodar, paling tidak
apakah amal kita selama 25 hari ini diterima, begitu pula tak ada kita bisa mendapatkan keutamaan beri’tikaf di masjid sebagaimana
jaminan apakah kita dipertemukan lagi dengan Ramadhan tahun di jelaskan dalam hadits yang artinya :
berikutnya. Lalu kita pun kemudian memperbaiki dan meningkatkan Dari ibnu Abbas ra: “Barang siapa beri’tikaf satu hari karena
amal ibadah serta berdoa lebih sungguh-sungguh kepada-Nya. mengharap keridhoaan Allah, Allah akan menjadikan jarak antara
Masih ada waktu bagi kita sebelum Ramadhan pergi. Masih dirinya dan api neraka sejauh tiga parit, setiap parit sejauh jarak
ada kesempatan bagi kita untuk mengubah tashawur tentang akhir timur dan barat. (HR. Thabrani, Baihaqi dan dishohihkan oleh Imam
Ramadhan. Maka waktu yang tersisa beberapa hari lagi, kita Hakim)
gunakan untuk memperbaiki sikap kita. Mudah-mudahan Alloh Subhaana wa ta’ãala mengampuni
Pertama, kita lihat lagi target Ramadhan yang telah kita setiap dosa dan kesalahan kita, menerima setiap amal baik kita, dan
tetapkan sebelumnya. Mungkin target tilawah kita. Masih ada waktu menjauhkan kita dari nerakanya. Amiin yaa Robbal aalamiiin…..
untuk mengejar, jika seandainya kita masih jauh dari target itu.
Demikian pula kita evaluasi ibadah lainnya selama 25 hari ini. Lalu
kita perbaiki.
Kedua, kita lebih bersungguh-sungguh memanfaatkan
Ramadhan yang tersisa sedikit ini. Mungkin kita tak bisa beri’tikaf
penuh waktu seperti para shahabat dan salafus shalih itu. Namun
jangan sampai kita kehilangan malam-malam terakhir Ramadhan
tanpa qiyamullail, tanpa beri’tikaf –lama atau sebentar- di masjid-
Nya. Apalagi, Di malam-malam yang ganjil.
Sebab Rosulullohi shollalloohu ãlaihi wa sallam bersabda
Khutbah ke dua

Anda mungkin juga menyukai