Anda di halaman 1dari 2

3.

4 Keterlambatan Merujuk
Pada Kasus di atas dapat ditemukan adanya pelanggaran-pelanggaran yang
dilakukan oleh bidan Titi Dorce yang berhubungan dengan terlambatnya melakukan rujukan
pasien ke fasilitas yang lebih tinggi yaitu meliputi :
1. Bidan Titi Dorce telah melanggar kode etik profesi bidan, khususnya pada butir
kewajiban bidan terhadap tugasnya yang berbunyi :
a. Setiap bidan senantiasa memberikan pelayanan paripurna terhadap klien, keluarga
dan masyarakat sesuai dengan kemampuan profesi yang dimilikinya berdasarkan
kebutuhan klien, keluarga dan masyarakat.
b. Setiap bidan berhak memberikan pertolongan dan mempunyai kewenangan dalam
mengambil keputusan mengadakan konsultasi dan/atau rujukan,
2. Bekerja tidak sesuai standart profesi bidan (Kepmenkes No.36 Tahun 2007 ) dimana
menyatakan pelayanan kebidanan salah satunya adalah layanan rujukan. Layanan
rujukan adalah layanan yang dilakukan oleh bidan dalam rangka rujukan ke sistem
layanan yang lebih tinggi atau sebaliknya yaitu pelayanan yang dilakukan oleh bidan
dalam menerima rujukan dari dukun yang menolong persalinan ataupun layanan yang
dilakukan oleg bidan ke tempat/fasilitas pelayanan kesehatan lain secara horizontal
maupun vertical untuk meningkatkan keamanan dan kesejahteraan ibu serta bayinya.
3. Bertentangan dengan SK Menteri Kesehatan RI No. 001 tahun 2012 tentang Sistem
Rujukan Pelayanan Kesehatan Perorangan, dimana disebutkan :
Pasal 9
Rujukan vertikal dari tingkatan pelayanan yang lebih rendah ke tingkatan pelayanan
yang lebih tinggi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (4) dilakukan apabila:
a. pasien membutuhkan pelayanan kesehatan spesialistik atau sub spesialistik;
b. perujuk tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan
pasien karena keterbatasan fasilitas, peralatan dan/atau ketenagaan.

Pada kasus bidan Titi Dorce yang tidak melakukan rujukan lebih awal dapat dikatakan
merupakan malpraktik. Dimana mall praktek merupakan Kelalaian tenaga kesehatan untuk
mempergunakan tingkat ketrampilan dan ilmu pengetahuannya yang lazim dipergunakan
dalam asuhan yang diberikan kepasien menurut standart profesinya. Kelalaian termasuk
dalam arti malpraktik, tetapi di dalam malpraktik tidak selalu harus ada unsur kelalaian.
Malpraktik lebih luas dari pada kelalaian (negligence) karena selain mencakup arti kelalaian,
istilah malpraktik pun mencakup tindakan-tindakan yang dilakukan dengan sengaja (criminal
malpractice) dan melanggar undang-undang. Dalam kasus ini, bidan dikatakan malpraktik
karena tidak melakukan apa yang seharusnya ia lakukan atau melalaikan kewajibannya
yaitu sebagai bidan memberikan layanan rujukan lebih awal kepada pasien ke tempat/
fasilitas yang lebih lengkap atau sesuai kebutuhan pasien untuk menghindari morbiditas
dan mortalitas pada ibu dan bayinya.
Pelanggaran malpraktik bidan Titi Dorce merupakan malpraktik etik. Yang dimaksud
dengan malpraktik etik adalah tenaga kesehatan melakukan tindakan yang bertentangan
dengan etika profesinya sebagai tenaga kesehatan. Misalnya seorang bidan yang
melakukan tindakan yang bertentangan dengan etika kebidanan. Etika kebidanan yang
dituangkan dalam Kode Etik Bidan merupakan seperangkat standar etis, prinsip, aturan atau
norma yang berlaku untuk seluruh bidan.
Sanksi yang di berikan malpraktek etik bidan Titi Dorce adalah sesuai dengan
Permenkes RI no 1464/menkes/per/x/2010 tentang izin dan penyelenggaraan praktik bidan
pada pasal 23 serta UU Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2014 Tentang Tenaga
Kesehatan pada pasal 82. Sanksi administratif dapat berupa teguran lisan, peringatan
tertulis, denda administratif; dan/atau pencabutan izin praktek sementara atau selamanya
Selain malpraktik etik, bidan Titi Dorce juga melakukan malpraktik pidana yang
dikarenakan kecerobohannya sebagai bidan yang tidak melakukan rujukan ke fasilitas
kesehatan yang lebih tinggi sesuai anjuran dokter puskesmas untuk di bawa ke rumah sakit
agar Ny. R mendapatkan pemeriksaan yang lebih lengkap dari dokter spesialis kebidanan
dan kandungan. Akibat kecerobohannya ini mengakibatkan kematian pada bayi Ny. R.
Kelalaian ini tentunya berdasarkan pada Pasal 359 KUHP yang menjelaskan bahwa
“Barangsiapa karena kesalahannya (kealpaannya) menyebabkan orang lain mati, diancam
dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau pidana kurungan paling lama satu
tahun.” Walaupun ada upaya menolong yang dilakukan oleh bidan untuk melahirkan di
kliniknya agar biaya yang dikeluarkan oleh pasien tidak besar, namun perbuatannya
tersebut tidak sesuai dengan prosedur atau standart profesi bidan dimana bidan memiliki
wewenang menolong ibu bersalain yang fisiologis sedangkan pada kasus diatas Ny. R yang
akan melahirkan sudah mengarah ke arah patologis.

Anda mungkin juga menyukai