Anda di halaman 1dari 5

NABI YUNUS

Yunus adalah tokoh dalam kitab-kitab suci agama samawi. Disebutkan bahwa dia adalah seorang
nabi dari Kerajaan Israel (Samaria) pada kisaran abad ke-8 Sebelum Masehi. Nabi Yunus Lahir abad
ke-9 SM abad ke-8 SM, tempat tinggal Palestina, Mesopotamia.

Gelar Islam:

 Nabi dan Rasul


 ‘alaihis-salam (keselamatan atasnya)
 Dzu-Nun

Kekristenan dan Yudaisme:

 Nabi

Orang tua

 Matta/Amittai (bapak)
 Rivka (ibu)

Dihormati di

 Yahudi

Kekristenan

 Islam

Tempat zairah: Mosul, Irak

Pengganti: Zakariyya

Terdapat beberapa perbedaan terkait urutan waktu kisah Yunus dalam tradisi Islam dan catatan
Alkitab. Bagian kisahnya yang paling dikenal adalah saat dia dicampakkan dari kapal saat badai,
kemudian ikan besar (paus dalam beberapa tradisi) menelannya, tetapi Yunus tetap hidup saat
berada dalam tubuh ikan tersebut. Yunus diutus untuk berseru kepada penduduk Ninawa/Niniwe,
untuk mengingatkan mereka akan datangnya murka TUHAN/azab Allah.

Kisah Yunus mencerminkan ajaran tentang teshuva, yakni kemungkinan untuk bertobat dan
diampuni oleh Tuhan. Dalam Kitab Perjanjian Baru, Yesus menyebut diri “lebih besar dari Yunus” dan
menjanjikan akan adanya “tanda Yunus” (yakni kebangkitan-Nya) kepada kaum Farisi. Penafsir
Kristen pada masa-masa awal memandang Yunus sebagai bentuk tanda untuk Yesus. Dalam
perkembangannya, pada masa Reformasi, Yunus dianggap sebagai salah satu contoh “keirian kaum
Yahudi”. Ahli Alkitab pada masa sekarang secara umum memandang Kitab Yunus sebagai kisah
fiksi[3] dan sering kali bernada satir,[4][5] tetapi tokoh Yunus bisa jadi didasarkan pada seorang nabi
bernama sama yang disebutkan dalam 2 Raja-raja 14:25. Dalam agama Islam, Yunus dianggap
sebagai seorang nabi dan Al-Qur’an menyebutnya sebagai sosok yang dipilih Allah dan orang saleh.
Pengampunan Allah atas kaum Yunus juga merupakan pengecualian besar karena kaum-kaum lain
yang dikisahkan dalam Al-Qur’an biasanya berakhir ditimpa azab lantaran menolak seruan para
rasul.
Meskipun istilah “paus” kadang digunakan dalam beberapa versi terjemahan Kitab Yunus, tulisan asli
kisah tersebut dalam bahasa Ibrani menggunakan istilah dag gadol, yang artinya “ikan raksasa”. Pada
abad ke-17 dan awal abad ke-18, spesies ikan yang menelan Yunus menjadi bahan perdebatan para
pemikir naturalisme, yang menganggap kisah tersebut sebagai catatan sejarah. Sejumlah pakar
cerita rakyat pada masa modern menemukan adanya sejumlah kesamaan antara Yunus dan tokoh-
tokoh legendaris lainnya, seperti Gilgames dan Iason.

Nama Yunus disebutkan sebanyak empat kali dalam Al-Qur’an (kitab suci Islam) dan kisahnya
disebutkan dalam Surah Yunus (10): 98, Al-Anbiya’ (21): 87-88, Ash-Shaffat (37): 139-148, dan Al-
Qalam (68): 48-50. Dalam Alkitab (kitab suci Kristen), kisah Yunus disebutkan pada Kitab Yunus
(Yonah) di Perjanjian Lama dan dalam Matius 12: 38-41 dan Lukas 11: 29-32 di Perjanjian Baru.
Dalam Tanakh (kitab suci Yahudi), kisah Yunus disebutkan dalam Kitab Dua Belas (Trei Asar).

Meski memiliki inti yang sama, kisah Yunus dalam tradisi Islam dan Alkitab memiliki beberapa
perbedaan dalam urutan kronologi. Tradisi Muslim biasanya menyebutkan bahwa Yunus berdakwah
dulu, kemudian dia pergi dan naik ke kapal karena seruannya ditolak, kemudian dibuang ke laut dan
ditelan ikan. Alkitab mencatat bahwa Yunus diperintahkan ke Niniwe, tapi melarikan diri ke kapal
dan kemudian ditelan ikan. Setelah dimuntahkan, Yunus pergi ke Niniwe dan menyeru
penduduknya.

Yunus adalah seorang nabi dari Kerajaan Israel (Samaria) pada kisaran abad ke-8 SM, hidup pada
masa kekuasaan Raja Samaria Yerobeam bin Yoas.[6] Dia hidup setelah masa Nabi Ilyas (Elia) dan
Ilyasa (Elisa). Dalam Yahudi, Yunus adalah salah satu dari dua belas nabi-nabi kecil yang kitabnya
menjadi bagian dari Tanakh. Menurut salah satu tradisi, Yunus adalah anak laki-laki yang dihidupkan
kembali oleh Nabi Elia dalam 1 Raja-raja 17.[7] Tradisi lain meyakini bahwa Yunus adalah putra
perempuan Sunem yang dibangkitkan kembali dari kematian oleh Elisa dalam 2 Raja-raja 4[8] dan ia
disebut juga sebagai “putra Amittai” (Kebenaran) karena ibunya mengenali Elisa sebagai seorang
nabi dalam 2 Raja-raja 17:24.[8]

Al-Qur’an tidak pernah menyinggung tentang ayah Yunus,[9] tetapi tradisi Muslim mengajarkan
bahwa Yunus berasal dari suku Benyamin.[10] Ayahnya adalah Matta dalam riwayat hadits.[11][12]
[13][14][15][16] Kisai Marvazi, seorang penyair abad kesepuluh, menuliskan bahwa ayah Yunus
berusia tujuh puluh tahun saat Yunus lahir [17] dan bahwa ia meninggal tidak lama setelah kelahiran
Yunus,[17] dan tidak mewariskan apa-apa untuk ibu Yunus selain sendok kayu, yang ternyata adalah
sebuah simbol kelimpahan dan berkah.[17]

Disebutkan bahwa Allah memerintahkan Yunus untuk pergi ke kota Niniwe atau Ninawa (Irak) untuk
menyeru penduduknya yang senang berbuat jahat.[18] Al-Qur’an menjelaskan bahwa Yunus keluar
dalam keadaan marah.[19] Sebagian ulama menafsirkan ayat tersebut bahwa Yunus keluar dari
Niniwe dengan marah lantaran penduduknya tidak menerima seruan Yunus. Lantaran
pembangkangan mereka, Yunus memberi ancaman bahwa mereka akan ditimpa azab. Setelah Yunus
keluar, barulah para penduduk sadar dan bertobat.[20] Sebagian versi menambahkan bahwa setelah
Yunus keluar, langit mulai menjadi gelap yang menjadi pertanda kedatangan azab yang telah
diancamkan. Para penduduk ketakutan dan akhirnya bertobat, sehingga azab tidak jadi menimpa
mereka. Yunus sendiri naik perahu setelah keluar dari Niniwe. Ada ulama yang berpendapat bahwa
Yunus naik ke kapal sebelum pergi ke Niniwe.[21]

Alkitab menyebutkan bahwa Yunus naik kapal sebelum pergi ke Niniwe. Dia diperintahkan Tuhan
menyeru penduduk Niniwe, tetapi justru melarikan diri dari “kehadiran Tuhan” dengan pergi ke Jaffa
(terkadang diterjemahkan menjadi Joppa atau Joppe), dan berlayar menuju Tarsis.[22]
Setelah menaiki kapal, sebuah badai besar muncul dan para awak kapal, menyadari bahwa badai
tersebut bukanlah badai biasa, membuang undi dan mendapati bahwa Yunus yang membawa
malapetaka kepada mereka.[23] Yunus mengakuinya dan mengatakan bahwa apabila ia dibuang ke
laut, badainya akan berhenti.[24] Awak kapal menolak melakukan hal tersebut dan mereka terus
mendayung, tetapi semua upaya mereka gagal dan akhirnya mereka terpaksa membuang Yunus ke
laut.[25] Hasilnya, badai reda dan awak kapal memberikan persembahan kepada Tuhan.[26]
Ajaibnya, Yunus selamat karena ia ditelan seekor ikan raksasa, dan ia menghabiskan tiga hari tiga
malam di dalam perut ikan tersebut.[27] Selama berada di dalam perut ikan tersebut, Yunus berdoa
pada Tuhan dalam penderitannya dan berjanji akan memberi persembahan dan membayarkan apa
yang telah dijanjikannya.[28] Tuhan lalu memerintahkan ikan tersebut untuk memuntahkan Yunus
keluar.[29]

Al-Qur’an menyebutkan bahwa saat berada dalam ikan, Yunus bertobat dan berdzikir, “Tiada Tuhan
selain Engkau, Maha Suci Engkau, sungguh aku termasuk orang yang zalim.”[19][30]Disebutkan
bahwa bila dia tidak berdzikir pada Allah dan memohon ampun atas kesalahannya, Yunus akan
ditempatkan dalam ikan tersebut sampai hari kebangkitan.[31] Ahli sejarah Persia abad kesembilan
Ath-Thabari menyatakan bahwa meskipun Yunus berada di dalam ikan, “tidak ada tulang atau bagian
tubuhnya yang cedera”.[17] Ath-Thabari juga menuliskan bahwa Allah membuat badan ikan tersebut
tembus pandang, sehingga memungkinkan Yunus melihat “keindahan laut dalam “[32] dan bahwa
Yunus mendengar semua ikan memuji Allah.[32]

Setelah beberapa waktu dalam ikan, Yunus dimuntahkan di tanah tandus dalam keadaan sakit. Allah
kemudian menumbuhkan tanaman yang disebut yaqthinah untuk Yunus.[33] Sebagian ulama
menafsiran bahwa yaqthinah adalah tumbuhan sejenis labu.[34]

Seruan:

Alkitab menjelaskan bahwa Tuhan kembali memerintahkan Yunus untuk pergi ke Niniwe dan berseru
pada penduduk kota tersebut.[35] Kali ini ia pergi dan memasuki kota sambil berseru, “Empat puluh
hari lagi, Niniwe akan dihancurkan.”[36] Setelah Yunus berjalan melintasi Niniwe, orang Niniwe
mulai percaya pada perkataannya dan mengumumkan puasa.[37] Raja Niniwe memakai kain kabung
dan duduk di abu, dan memberi perintah untuk mengadakan puasa, menggunakan kain kabung, dan
bertobat.[38] Tuhan melihat penyesalan dari hati mereka dan menyelamatkan kota tersebut.[39]
Seluruh kota merendahkan diri dan menyesai perbuatannya, dan penduduk kota (bahkan binatang-
binatang)[40][41] memakai kain kabung dan duduk di abu.[40] Namun, Yunus kesal karena Tuhan
tidak menghukum orang Niniwe yang dianggap sebagai musuh Israel. Yunus lalu berdoa dan, dalam
doanya, berkata mengenai kepergiannya ke Tarsis sembari menyampaikan bahwa, karena Tuhan
adalah pengasih, ia tahu bahwa Tuhan akan membatalkan malapetaka yang hendak didatangkan-
Nya.[42] Yunus lalu meninggalkan Niniwe dan membangun sebuah pondok, sambil menantikan
apakah kota tersebut akan dihancurkan atau tidak.[43] Tuhan membuat sebuah tanaman (dalam
bahasa Ibrani, kikayon) tumbuh di atas pondok Yunus untuk melindunginya dari sinar matahari.[44]
Kemudian, Tuhan membuat seekor ulat menggigit akar tanaman tersebut, dan layulah tanaman itu.
[45] Yunus, yang kini terpapar teriknya sinar matahari yang amat kuat, jatuh lemas dan memohon
pada Tuhan untuk membunuhnya.[46]

Sementara dalam tradisi Muslim, Yunus biasanya dikisahkan menyeru penduduk Niniwe sebelum
menaiki kapal. Saat dia sudah dimuntahkan ikan dan diperintahkan kembali ke Niniwe, penduduknya
sudah dalam keadaan bertobat.

Hadits:
Yunus juga disebutkan dalam beberapa kejadian semasa hidup Nabi Muhammad. Dalam sejumlah
kejadian, nama Yunus disebut oleh Muhammad dengan nada yang memuji dan menghormati.
Berdasarkan hadits, setelah menerima wahyu selama sepuluh tahun, Muhammad pergi ke kota Ta’if
untuk mencari tahu apakah para pemimpin kota tersebut akan mengizinkannya untuk mengajarkan
pesannya dari situ, tetapi ia diusir oleh penduduk kota tersebut. Ia berlindung di taman milik Utbah
dan Shaybah, dua anggota suku Quraisy. Mereka mengirimkan pelayan mereka, Addas, untuk
menyajikan buah anggur padanya untuk dimakan. Muhammad bertanya pada Addas asal kampung
halamannya dan ia menjawab Niniwe. Muhammad lalu berseru, “Dari negeri lelaki shalih, Yunus bin
Matta.”. Addas terkejut karena orang Arab jahiliyah tidak tahu tentang Nabi Yunus. Ia lalu bertanya
cara Muhammad tahu tentang orang ini. Muhammad menjawab “Dia itu saudaraku, seorang nabi,
dan aku seorang nabi.” Dengan segera, Addas menerima Islam dan mencium tangan serta kaki
Muhammad.[88]

Riwayat hadits menyebutkan bahwa Muhammad menyatakan, “Seseorang tidak boleh berkata
bahwa aku lebih baik dari Yunus bin Matta”.[14][15][89][16][90][91][17] Pernyataan yang serupa
juga tercantum dalam hadis yang ditulis oleh Yunus bin Yazid.[17] Seorang penyair, Umayyah bin Abi
Shalt, menyebutkan bahwa apabila Yunus tidak berdoa kepada Allah, ia akan tetap terperangkap di
dalam perut ikan sampai Hari Kiamat,[17] akan tetapi, karena doanya, Yunus “hanya terjebak selama
beberapa hari di dalam perut ikan tersebut”.[17]

Dalam riwayat hadits lain disebutkan bahwa bila seorang Muslim berdoa menggunakan doa Yunus
saat ada di dalam tubuh ikan, maka doanya akan dikabulkan.[92] Doa Yunus yang dimaksud adalah
doa yang tercantum dalam Al-Qur’an, “Tiada Tuhan selain Engkau, Maha Suci Engkau, sungguh aku
termasuk orang yang zalim” (bahasa Arab: َ‫ت ِمنَ الظَّالِ ِمين‬ َ َ‫اَل ِإلَهَ ِإاَّل َأ ْنتَ ُسب َْحان‬, translit. Laa ilaaha illaa
ُ ‫ك ِإنِّي ُك ْن‬
anta, subhaanaka, innii kuntu minazh zhaalimiin).[19]

Makam:

Tanda lokasi Niniwe saat ini adalah adanya penggalian lima gerbang, potongan tembok di keempat
sisinya, dan dua gundukan besar: bukit Kuyunjik dan bukit Nabi Yunus. Sebuah masjid di atas bukit
Nabi Yunus dipersembahkan kepada nabi Yunus dan merupakan tempat yang dihormati oleh orang
Muslim dan Kristen sebagai lokasi makam Yunus.[93] Makam tersebut merupakan tempat ziarah
yang terkenal[94] dan sebuah simbol persatuan untuk pemeluk agama Yahudi, Kristen, dan Islam di
kawasan Timur Tengah.[94] Pada 24 Juli 2014, Negara Islam Irak dan Syam (ISIS) menghancurkan
masjid yang berisi makam Yunus sebagai bagian dari upaya untuk menghancurkan tempat suci
keagamaan karena dianggap berhala.[95][94][96] Setelah Mosul direbut kembali dari ISIS pada
Januari 2017, ditemukan sebuah istana kuno Asiria, yang diperkirakan berasal dari tahun 600 SM, di
bawah lokasi masjid yang hancur.[94][97] ISIS menjarah benda-benda yang ada di istana tersebut
untuk dijual di pasar gelap,[94][97] tetapi sejumlah artifak yang lebih sulit dipindahkan masih berada
di tempat tersebut.[94][97]

Lokasi lain yang diperkirakan adalah makam Yunus adalah desa Arab di Masyhad (di lokasi yang
dulunya adalah Gath-hepher),[56] kota Halhul di Tepi Barat (bagian dari Palestina, 5 km (3,1 mi) di
sisi utara Hebron),[98] serta sebuah tempat suci dekat kota Sarafand (Sarepta) di Lebanon.[99]

Anda mungkin juga menyukai