Anda di halaman 1dari 5

KISAH NABI YUNUS

Yunus termasuk salah satu Nabi yang kisahnya diceritakan berkali-kali dalam Al-Qur’an. Bahkan,
namanya diabadikan menjadi salah satu surah. Allah menceritakan kisah Nabi Yunus sebanyak
empat kali dalam kitab-Nya tersebut.

Pertama, kisah Yunus alaihissalam disebutkan Allah dalam Surah Yunus (10) ayat 98:

“Maka mengapa tidak ada (penduduk) suatu negeri pun yang beriman, lalu imannya itu
bermanfaat kepadanya selain kaum Yunus? Ketika mereka (kaum Yunus) itu beriman, Kami
hilangkan dari mereka azab yang menghinakan dalam kehidupan dunia, dan Kami beri
kesenangan kepada mereka sampai waktu tertentu.”

Nabi Yunus diutus oleh Allah untuk berdakwah pada penduduk Ninawa. Ketika mendapatkan
perintah tersebut, perjalanan panjang melintasi padang pasir yang luas dan gersang pun
ditempuh Nabi Yunus dari negeri Syam.

Sesampainya di Ninawa, Yunus alaihissalam mendapati para penduduknya tenggelam dalam


kekafiran. Mereka menjadikan berhala sebagai Tuhan. Ritual penyembahan terhadap berhala
ini telah berlangsung lama.

Sebagai pendatang, Nabi Yunus dianggap orang asing oleh penduduk setempat. Ketika beliau
memulai dakwahnya dan mengajak kaum Ninawa untuk menyembah Allah, mereka malah
mengolok-olok Nabi Yunus.

Dakwah Nabi Yunus pun tak pernah dianggap oleh kaum Ninawa. Bahkan mereka merasa Nabi
Yunus telah melakukan penghinaan terhadap berhala dan agama nenek moyang. Mendapati
respon kaum Ninawa yang seperti itu Nabi Yunus tetap sabar.

Tahun demi tahun berlalu, kondisi tersebut belumlah berubah. Hingga sampai 33 tahun Nabi
Yunus berdakwah, hanya dua orang penduduk Ninawa saja yang mendengarkan beliau. Nama
mereka adalah Tanuh dan Rubil.

Sampai pada suatu hari, habis sudah kesabaran Nabi Yunus menghadapi kaum Ninawa yang
keras kepala itu. Beliau pun berniat meninggalkan kaumnya. Namun, sebelum beliau pergi, Nabi
Yunus menyampaikan kepada penduduk Ninawa bahwa azab Allah akan datang. Kemudian
pergilah Nabi Yunus dalam keadaan sedih, kecewa, dan marah

Beranjak dari Ninawa, Nabi Yunus menuju dermaga dan menumpang pada sebuah kapal. Cuaca
cerah saat kapal sedang bersandar sehingga sang nakhoda mengizinkan Nabi Yunus untuk ikut
naik, meski ia tahu kapalnya sudah kelebihan muatan.

Sampai di tengah laut, cuaca tiba-tiba memburuk. Awan hitam bergulung-gulung, angin
kencang, dan gelombang besar tiba-tiba memerangkap kapal. Badai besar itu membuat kapal
tidak stabil. Nabi Yunus pun mengajak nakhoda dan seluruh penumpang kapal untuk berzikir
kepada Allah.

Sang nahkoda kemudian memerintahkan kepada seluruh penumpang untuk membuang barang
bawaan mereka ke laut. Harapannya, dengan beban yang berkurang kapal akan bisa kembali
stabil. Ternyata tidak demikian kenyataannya.

Akhirnya sang nakhoda harus mengambil keputusan pahit, yaitu mengurangi jumlah
penumpang kapal. Agar adil, penentuan siapa penumpang yang harus keluar dari kapal pun
dilakukan dengan undian.
Sang nahkoda meminta seluruh penumpang menuliskan nama mereka, kemudian proses
pengundian pun dimulai. Pada pengundian pertama nama yang keluar adalah YUNUS. Namun
seluruh penumpang menolak hasil tersebut sehingga diulang kedua kalinya.

Pengundian kedua kali juga mengeluarkan nama yang sama, YUNUS. Meski para penumpang
lainnya masih keberatan, tetapi Nabi Yunus menerima hasil undian tersebut dengan ikhlas. Hal
ini sesuai dengan firman Allah pada Surah As-Saffat ayat 141 di atas, “kemudian dia ikut diundi
ternyata dia termasuk orang-orang yang kalah (dalam undian).”

Beliau pun menceburkan dirinya ke laut setelah menyebut asma Allah. Dalam beberapa riwayat
dikisahkan bahwa setelah Nabi Yunus terjun ke laut, cuaca kembali cerah dan lautan kembali
tenang.

Di laut, Nabi Yunus diombang-ambingkan gelombang. Kemudian Allah memerintahkan seekor


ikan paus untuk mendekat dan menelan Nabi Yunus tanpa meremukkan tulang dan daging
beliau.

Ada pula pendapat yang menyatakan bahwa ikan yang menelan Nabi Yunus adalah ikan Nun
(merujuk pada Surah Al-Anbiya’ ayat 87). Ikan itu disebut-sebut masih hidup saat ini dan akan
terus hidup hingga hari kiamat. Pendapat tersebut merujuk pada Surah As-Saffat ayat 144, “ …
niscaya dia akan tetap tinggal di perut (ikan itu) sampai hari kebangkitan.”

Di dalam perut ikan yang gelap, Nabi Yunus sempat mengira dirinya telah meninggal. Allah pun
mewahyukan bahwa beliau ada di dalam perut ikan. Nabi Yunus pun menggerakkan kakinya
dan bersujud.

Tak lama kemudian, Nabi Yunus mendengar suara-suara tasbih dari para penghuni lautan. Hal
ini mengilhamkan kepada beliau untuk menyadari kesalahannya. Nabi Yunus pun sadar bahwa
keputusannya meninggalkan kaum Ninawa dalam keadaan marah adalah hal yang tidak benar.
Karena itu Allah menghukum beliau dengan memenjarakan di dalam perut ikan.

Hal ini seperti firman Allah pada Surah As-Saffat ayat 142 di atas, “Maka dia ditelan oleh ikan
besar dalam keadaan tercela.” Sebutan ‘tercela’ pada ayat tersebut menandakan Allah tidak
berkenan pada keputusan Nabi Yunus meninggalkan kaumnya.

Allah juga menegaskan kekecewaan-Nya pada Nabi Yunus dalam Surah Al-Anbiya’ ayat 87. “Dan
(ingatlah kisah) Zun Nun (Yunus), ketika dia pergi dalam keadaan marah, lalu dia menyangka
bahwa Kami tidak akan menyulitkannya, …”

Sadar akan kesalahan beliau, Nabi Yunus pun lantas berdoa sebagaimana yang Allah kisahkan
dalam lanjutan ayat ke-87 Surah Al-Anbiya’ di atas. “ … maka dia berdoa dalam keadaan yang
sangat gelap, ‘Tidak ada Tuhan selain Engkau, Maha Suci Engkau. Sungguh, aku termasuk
orang-orang yang zalim’.”

Allah pun memperkenankan doa Nabi Yunus, seperti yang Dikisahkan dalam Surah Al-Anbiya’
ayat 88. “Maka Kami kabulkan (doa)nya dan Kami selamatkan dia dari kedukaan. Dan
demikianlah Kami menyelamatkan orang-orang yang beriman.”

Allah memerintahkan kepada ikan paus untuk memuntahkan Nabi Yunus sehingga beliau
terdampar di daratan yang tandus. Tubuh Nabi Yunus pun dalam keadaan lemah dan sakit
karena kekurangan nutrisi di dalam perut ikan. Untuk itu Allah menyembuhkan beliau dengan
menumbuhkan tanaman yaqthinah (sejenis labu) dan meminta Nabi Yunus memakannya.

Hal ini dikisahkan Allah dalam Surah As-Saffat ayat 145—146. “Kemudian Kami lemparkan dia
ke daratan yang tandus, sedang dia dalam keadaan sakit. Kemudian untuk dia Kami tumbuhkan
sebatang pohon dari jenis labu.”
Adapun mengenai berapa lama waktu Nabi Yunus berada dalam perut ikan, ada beberapa
perbedaan pendapat di antara para ahli tafsir. Ada yang menyebutkan bahwa
Yunus alaihissalam ditelan ikan paus pada waktu dhuha dan dimuntahkan kembali sore harinya.

Ada pula yang berpendapat Nabi Yunus ditelan selama 3 hari. Pendapat lain menyebutkan
bahwa beliau berada di dalam perut ikan selama 7 hari. Namun, pendapat yang paling masyhur
adalah selama 40 hari. Temukan kisah Nabi Yusuf yang diutus Allah pada Board Book Teladan
Anak Muslim: Nabi Yunus.

Pertobatan Kaum Ninawa dan Kembalinya Nabi Yunus ke Tengah Mereka

Seperginya Nabi Yunus dengan kekecewaan terhadap kaum Ninawa, azab Allah benar-benar
datang beberapa hari kemudian, seperti yang beliau janjikan. Awan gelap menutupi langit
bersama petir menggelegar, angin kencang menyapu rumah, peternakan, dan ladang kaum
Ninawa. Tak sampai di situ, gempa besar juga Allah timpakan kepada mereka.

Penduduk Ninawa pun sadar, peringatan yang disampaikan Nabi Yunus benar-benar terjadi.
Karena itulah mereka bertobat dan menyebut nama Allah untuk memohon perlindungan. Kaum
Ninawa juga mencari Nabi Yunus, sayangnya saat itu beliau sudah pergi.

Pertobatan yang dilakukan kaum Ninawa ini serius dan jujur. Seluruh penduduk, laki-laki,
perempuan, anak-anak, tua, muda, semua luruh dalam khusyuk menyebut asma Allah. Melihat
kejujuran pertaubatan mereka, Allah pun menerima dan menghentikan azab-Nya.

Peristiwa tersebut sebagaimana diceritakan Allah dalam Surah Yunus ayat 98 di atas:

“Maka mengapa tidak ada (penduduk) suatu negeri pun yang beriman, lalu imannya itu
bermanfaat kepadanya selain kaum Yunus? Ketika mereka (kaum Yunus) itu beriman, Kami
hilangkan dari mereka azab yang menghinakan dalam kehidupan dunia, dan Kami beri
kesenangan kepada mereka sampai waktu tertentu.”

Allah menuntun Nabi Yunus untuk kembali kepada kaum Ninawa. Kaum yang telah bertaubat
itu menyambut Yunus alaihissalam dengan sukacita. Allah pun memberikan keberkahan dan
kenikmatan hidup kepada mereka hingga waktu tertentu, seperti yang disebutkan dalam Surah
Yunus ayat 98 di atas.

Kembalinya Nabi Yunus kepada kaum Ninawa juga diabadikan Allah dalam Surah As-Saffat ayat
147—148. “Dan Kami utus dia kepada seratus ribu (orang) atau lebih, sehingga mereka
beriman, karena itu Kami anugerahkan kenikmatan hidup kepada mereka hingga waktu
tertentu.”

Ikan Nabi Yunus

Berdasarkan kisah yang diceritakan turun menurun, ikan yang menelan Nabi Yunus AS memiliki
wujud yang begitu besar hingga dapat menelan apapun. Ikan yang menelan Nabi Yunus
dinamai ikan nun.  Walaupun ikan ini belum terdefinisikan dengan jelas, namun penggambaran
ikan ini dimiripkan dengan ikan paus. Secara logis, memang tidak ada ikan lain yang memiliki
ukuran lebih besar dari ikan paus.

Pelajaran dari Kisah Nabi Yunus

Dari kisah Nabi Yunus di atas, ada pelajaran yang bisa kita ambil, sebagai berikut:
1. Sabar dalam menyeru kepada kebaikan

Kepergian Nabi Yunus dari kaum Ninawa memperlihatkan bahwa beliau kurang sabar dalam
dakwah atau menyeru kepada kebaikan. Perilaku seperti ini ternyata tidak disukai Allah.

Hal tersebut Allah nyatakan dalam beberapa ayat Al-Qur’an:

 “Dan (ingatlah kisah) Zun Nun (Yunus), ketika dia pergi dalam keadaan marah, lalu dia
menyangka bahwa Kami tidak akan menyulitkannya ….” (Surah Al-Anbiya’ ayat 87)
 “Maka dia ditelan oleh ikan besar dalam keadaan tercela.” (Surah As-Saffat ayat 142)

Allah pun meminta Nabi Muhammad untuk bersabar dan tidak mencontoh sikap Nabi Yunus di
atas, sebagaimana dinyatakan-Nya dalam Surah Al-Qalam ayat 48:

“Maka bersabarlah engkau (Muhammad) terhadap ketetapan Tuhanmu, dan janganlah engkau
seperti (Yunus) orang yang berada dalam (perut) ikan ketika dia berdoa dengan hati sedih.”

Ayat tersebut sekaligus memberitahukan kepada kita bahwa dalam berdakwah atau menyeru
kepada kebaikan, kita harus senantiasa bersabar. Karena Allah bersama orang-orang yang
bersabar.

2. Memperbanyak zikir kepada Allah

Berzikir atau mengingat Allah adalah upaya kita untuk senantiasa dekat dengan Allah. Berzikir
juga menjadi upaya untuk membuat hati kita tenang, sebagaimana firman Allah dalam Surah
Ar-Ra’d ayat 28, “ …. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.”

Memperbanyak zikir ternyata juga dapat menjadi penyebab datangnya pertolongan Allah.
Seperti firman-Nya ketika mengisahkan tentang Nabi Yunus pada Surat As-Saffat ayat 143—144
di atas:

“Maka sekiranya dia tidak termasuk orang yang banyak berzikir (bertasbih) kepada Allah,
niscaya dia akan tetap tinggal di perut (ikan itu) sampai hari kebangkitan.”

3. Berserah diri dan memohon ampunan kepada Allah

Pada kisah Nabi Yunus di atas, kita dapat melihat bahwa ketika beliau menyadari kesalahannya
kemudian memohon ampunan dan berserah diri kepada Allah, Dia memberikan pertolongan.

Allah telah mengilhamkan kepada Nabi Yunus untuk menyampaikan doa yang luar biasa, “Laa
ilaha illa Anta, Subhanaka inni kuntu min al-zhalimin.” Artinya, “Tidak ada Tuhan selain Engkau,
Maha Suci Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang zalim.” 

Pada doa tersebut Allah menuntun lisan Nabi Yunus untuk menyebutkan kalimat tauhid terlebih
dahulu. Kemudian Dia mengilhamkan Nabi Yunus untuk melanjutkannya dengan tasbih. Hal
tersebut guna menunjukkan betapa sempurnanya Allah dan betapa sucinya Dia dari segala
kelemahan dan kekurangan.

Setelah itu, Nabi Yunus melanjutkan dengan pengakuan dosa yang telah diperbuatnya.
Rasulullah bersabda seperti yang diriwayatkan oleh Saad bin Abi Waqqas, menyoal doa
tersebut:
“Doa yang tidak ada seorang hamba Muslim pun mengucapkan, sedangkan ia berada dalam
bencana, kecuali Allah pasti akan memperkenankannya.” 

4. Tidak mengambil keputusan saat sedang emosi

Keputusan yang diambil Nabi Yunus dalam keadaan marah—untuk meninggalkan kaum Ninawa
—ternyata berbuah hukuman bagi beliau dari Allah, yaitu “dipenjara” di dalam perut ikan. Hal
ini menjadi pelajaran bagi kita untuk menahan diri tidak mengambil keputusan apa pun saat
sedang marah atau emosi.

Demikianlah kisah Nabi Yunus dan pelajaran apa saja yang dapat kita petik darinya. Semoga kita
dapat meneladani Nabi Yunus sehingga dapat masuk dalam golongan hamba Allah yang saleh
dan disayangi-Nya. Amin.

Anda mungkin juga menyukai