Anda di halaman 1dari 8

Seri Nabi Yunus as : Tahukah Anda Awal

Kisah Nabi Yunus?


Khazanahalquran.com – Siapa yang tak mengenal nabi Yunus as?
Seorang nabi yang pernah hidup di dalam perut ikan paus yang besar. Andai
kisah ini tidak dikisahkan oleh Al-Qur’an tentu akal tidak mampu
menerimanya.

Didalam kisah yang penuh keajaiban ini, banyak sekali pelajaran yang dapat
kita ambil. Dan kali ini kita akan merenungkan satu per satu pelajaran dari
kisah ini dalam Seri Nabi Yunus as.

Awal Mula Kisah Nabi Yunus as

Bagaimana awal dari kisah Nabi Yunus as. Bagaimana beliau bisa masuk ke
perut ikan?

Allah swt berfirman,

‫َاضبًا‬ َ ‫ون إِ ْذ َذه‬


ِ ‫َب ُمغ‬ ِ ُّ‫َو َذا الن‬

“Dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (Yunus), ketika dia pergi dalam keadaan
marah..” (QS.al-Anbiya’:87)

Inilah awal kisahnya. Diceritakan bahwa Nabi Yunus as telah berdakwah


kepada kaumnya dalam waktu yang cukup lama. Tapi mereka malah
berpaling dan mencampakkan utusan Allah ini. Hingga suatu saat Nabi
Yunus meninggalkan kaum itu sebelum meminta izin kepada Allah swt.
Karena beliau menyangka bahwa kaumnya tidak akan beriman kepada-Nya.
Petikan ayat selanjutnya menceritakan,

‫فَظَ َّن أَ ْن لَ ْن نَ ْق ِد َر َعلَ ْي ِه‬

“Lalu dia menyangka bahwa Kami tidak akan menyulitkannya.” (QS.al-


Anbiya’:87)

Yunus berpikir bahwa Allah tidak akan memperingatkannya atas apa yang
beliau lakukan.
Karena yang dilakukan beliau sebenarnya bukan pelanggaran, tetapi beliau
sedang memilih yang baik dan meninggalkan yang lebih baik yaitu dengan
menanti izin dari Allah. Kemudian dalam waktu yang singkat Allah segera
memberi teguran kepada Nabi Yunus as.

Hari itu beliau naik kapal bersama beberapa rombongan. Di tengah malam
yang gelap, ditengah lautan yang luas, tiba-tiba ombak mulai bergejolak.
Ditengah kepanikan itu mereka memutuskan untuk mengurangi jumlah
penumpang untuk meringankan beban kapal. Tapi siapa yang harus turun?
Akhirnya undian pun dimulai.

Setelah tiga kali ketukan, nama Yunus muncul. Terpaksa beliau harus
meloncat ke lautan (laut)di tengah gelapnya malam. Disinilah kisah abadi
beliau dimulai.

Ketika Yunus as meloncat, tubuh beliau ditelan oleh ikan yang sangat besar.
Dan akhirnya kisah ini menjadi abadi didalam Al-Qur’an.
Dan sekarang kita akan mulai menyingkap satu demi satu pelajaran dari
kisah abadi ini :

1. Dalam hidup kita, tanamkan prinsip yang paling umum, yaitu : “Jika
kita melanggar aturan Allah atau melangkah sebelum mendapat
izin dari Allah maka bersiaplah untuk mendapatkan akibatnya.”

Karena Allah berfirman,

‫َم ْن يَ ْع َملْ سُو ًءا يُجْ َز بِ ِه‬

“Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan, niscaya akan diberi balasan


dengan kejahatan itu.” (QS.an-Nisa’:123)

2. Dan yang mengherankan, setelah Yunus selamat dari perut ikan, beliau
mendapati kaumnya telah beriman kepada Allah swt. Maka “Jangan
pernah putus asa atas hidayah Allah kepada seseorang, walau ia
menolak ataupun pendosa.”

3. Dalam kejadian terpilihnya nama Yunus sebagai yang diturunkan dari


kapal ada pelajaran yang penting. “Yaitu terkadang kita mengalami
kondisi yang sangat tidak kita inginkan, tapi pada akhirnya
kondisi itu menjadi kebaikan besar dalam hidup kita.”

4. Tentang hukuman Allah ketika kita berbuat maksiat. Coba lihatlah


fenomena ini dengan pikiran positif. “Bahwa Allah ingin mensucikan
kita bukan ingin menyiksa atau menyakiti kita.”

Masih banyak lagi pelajaran yang dapat kita petik dari kisah agung ini.
Simak kelanjutannya dalam Seri Nabi Yunus as selanjutnya.
Kisah Nabi Yunus Ditelan Ikan
Paus
 Perjalanan Nabi Yunus menjadi salah satu kisah yang tercantum di dalam Alquran.
Kisah itu penuh hikmah dan harus menjadi teladan bagi umat muslim.

Dalam kisah itu, Nabi Yunus mendapat perintah mengajak sebuah penduduk yang
berpaling dari Allah. Penduduk sebuah wilayah yang lebih memilih menyembah
berhala.

Para ahli tafsir menyebut Yunus bin Mata berdakwah di kampung Ninawa, wilayah di


Mosul, Irak. Nabi Yunus melaksanakan perintah itu. Dia mengajak penduduk
kampung untuk beriman kepada Allah.

Namun tak mudah bagi Nabi Yunus. Penduduk wilayah itu menolak ajakan beriman
kepada Allah dan justru memilih tetap menyembah berhala. Penduduk itu bahkan
mengolok dan menghina Nabi Yunus.

Maka, turunlah wahyu yang menyatakan Allah akan menurunkan azab apabila
penduduk wilayah itu tak beriman. Dan Nabi Yunus menyampaikan wahyu itu kepada
penduduk kampung. Namun tetap saja, mereka memilih menyembah berhala.

Nabi Yunus kemudian marah. Dia lantas pegi dari kampung itu. Penduduk kampung
menyadari kesalahan mereka dan yakin azab akan segera turun. Oleh karena itu,
mereka kemudian bertobat, memohon ampun kepada Tuhan. Sehingga azab pun
batal diturunkan.

“ Dan mengapa tidak ada (penduduk) suatu kota yang beriman, lalu imannya itu
bermanfaat kepadanya selain kaum Yunus? Ketika mereka (kaum Yunus itu)
beriman, Kami hilangkan dari mereka adzab yang menghinakan dalam kehidupan
dunia, dan Kami  beri kesenangan kepada mereka sampai kepada waktu yang
tertentu.” (QS. Yunus: 98)

Setelah itu, Nabi Yunus tetap meninggalkan kampung dalam keadaan marah.
Padahal Allah belum mengizinkannya pergi. Dia menuju ke arah pantai dan kemudian
menaiki kapal. Namun, sebuah badai datang. Ombak lautan menjadi sangat
dahsyat, angin berhembus begitu kencang. Kapal yang penuh muatan itu oleng.
Nyaris tenggelam.

Penumpang kapal kemudian membuang muatan untuk meringankan beban. Namun


tetap saja. Kapal itu masih oleng dan hampir tenggelam. Sehingga para penumpang
berunding untuk menentukan salah satu dari mereka untuk dibuang ke lautan.

Undian itu dilakukan. Ternyata jatuh pada Nabi Yunus. Namun penumpang lain tak
mau Nabi Yunus yang harus dibuang ke laut. Sehingga undian dilakukan untuk kedua
kali. Namun hasilnya sama. Dan sampai undian ke tiga, hasilnya juga sama.
Sehingga kemudian Nabi Yunus memutuskan menceburkan diri ke lautan.

Saat itu, Allah mengirimkan ikan Nun (paus) untuk menelan Nabi Yunus, tanpa
merobek daging maupun mematahkan tulangnya. Nabi Yunus ditelan bulat-bulat.
Nabi Yunus pun tinggal di perut ikan itu dalam beberapa waktu dan dibawa
mengarungi lautan.

Di dalam perut ikan, Nabi Yunus terus berzikir dan memohon ampun kepada Allah.
Semua kisah itu terekam dalam ayat-ayat Alquran. Yaitu Surat Al-Anbiyaa Ayat 87-
88.

“ Dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (Yunus), ketika ia pergi dalam keadaan marah, lalu
ia menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya), maka ia
menyeru dalam keadaan yang sangat gelap: “ Bahwa tidak ada sesembahan yang
berhak disembah selain Engkau. Maha suci Engkau, sesungguhnya aku adalah
Termasuk orang-orang yang zalim.” Maka Kami telah memperkenankan doanya dan
menyelamatkannya dari pada kedukaan dan demikianlah Kami selamatkan orang-
orang yang beriman.” (QS. Al Anbiya’: 87-88)

Doa Nabi Yunus dalam ayat itu hingga kini diamalkan banyak orang. “ Laa ilaaha illaa
anta subhaanaka innii kuntu minazh zhaalimiin.” (Tidak ada Tuhan yang berhak
disembah kecuali Engkau, Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk
diantara orang-orang yang berbuat aniaya).

Kisah Nabi Yunus itu juga terekam dalam Surat Ash- Shaaffaat Ayat 139-148.
“ Sesungguhnya Yunus benar-benar salah seorang rasul, (ingatlah) ketika ia lari, ke
kapal yang penuh muatan kemudian ia ikut berundi lalu dia termasuk orang-orang
yang kalah untuk undian Maka ia ditelan oleh ikan yang besar dalam keadaan
tercela. Maka kalau sekiranya dia tidak termasuk orang-orang yang banyak
mengingat Allah, niscaya ia akan tetap tinggal di perut ikan itu sampai hari
berbangkit. Kemudian Kami lemparkan dia ke daerah yang tandus, sedang ia dalam
keadaan sakit. Dan Kami tumbuhkan untuk dia sebatang pohon dari jenis labu.Dan
Kami utus dia kepada seratus ribu orang atau lebih.Lalu mereka beriman, karena itu
Kami anugerahkan kenikmatan hidup kepada mereka hingga waktu yang tertentu.”
(QS.Ash- Shaaffaat:139-148)

Kisah Nabi Yunus ini memang penuh hikmah. Dalam ayat lain, Allah meminta Nabi
Muhammad SAW agar tidak bersikap seperti yang dilakukan Nabi Yunus.

“ Maka bersabarlah kamu (hai Muhammad) terhadap ketetapan Rabbmu, dan


janganlah kamu seperti orang (Yunus) yang berada dalam (perut) ikan ketika ia
berdoa sedang ia dalam keadaan marah (kepada kaumnya). Kalau sekiranya ia tidak
segera mendapat nikmat dari Rabbnya, benar-benar ia dicampakkan ke tanah tandus
dalam keadaan tercela. Lalu Rabbnya memilihnya dan menjadikannya termasuk
orang-orang yang saleh.” (QS.Qalam:48-50)
SEBUAH KLIPING..

DISUSUN OLEH :
NAYLA AYESHA PUTRI

KELAS VI B
SD NEGERI 6 BANDA SAKTI

MATA PELAJARAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

Anda mungkin juga menyukai