Identifikasi PDBK dapat dilakukan melalui proses penjaringan dengan mendapatkan data
mengenai peserta didik mana yang mengalami hambatan belajar dan/atau yang mengalami
keterlambatan dalam aspek perkembangan. Data dapat diperoleh dari hasil pengamatan
langsung atau laporan dari guru dan/atau orang tua. Selanjutnya, guru menentukan penyebab
terjadinya kondisi tersebut baik karena faktor internal maupun faktor eksternal. Faktor
internal dapat diketahui dari kondisi sensorik (penglihatan atau pendengaran), kondisi fisik
(anggota tubuh dan gerak) kondisi intelektual, dan kondisi mental. Faktor eksternal dapat
diketahui dari kondisi lingkungan keluarga, sosial ekonomi dan faktor perbedaan budaya.
Pendapat lain mengungkapkan terdapat tiga gejala yang harus diamati pada peserta didik
meliputi (1) gejala fisik (2) gejala perilaku (3) gejala hasil belajar. Gejala fisik yang dapat
diamati dan dijadikan sebagai acuan dalam proses pengidentifikasian, misalnya adanya
gangguan penglihatan, pendengaran, wicara, kekurangan gizi, pengaruh obat-obatan dan
minuman keras, atau semuanya yang menyangkut terganggunya fungsi fisik. Gejala perilaku
misalnya, perilaku sosial yang negatif seperti suka membolos, suka merusak, berkelahi,
berbohong, malas atau semua perilaku yang tidak sesuai dengan norma dan hukum yang
berlaku dimasyarakat. Sedangkan gejala hasil belajar dapat diketahui setelah dilakukan
pengetesan dan terlihat dari data hasil tes yang rendah yang mengakibatkan tidak naik kelas
bahkan dikeluarkan dari sekolah alias drop out (DO), atau segala sesuatu yang berhubungan
dengan kegiatan akademis. Apabila gejala-gejala tersebut diatas ditemukan pada peserta,
maka patut ditandai dan dicurigai sebagai PDBK, proses semacam inilah yang disebut
sebagai kegiatan identifikasi (Bagaskorowati, 2007)
Sasaran
Dalam konteks ini sasaran identifikasi adalah semua peserta didik di SPPI yang diduga
menunjukkan adanya hambatan belajar dan/atau yang mengalami keterlambatan dalam aspek
perkembangan.
Strategi
Identifikasi Peserta Didik Berkebutuhan Khusus (PDBK) dapat dilaksanakan pada saat
proses penerimaan peserta didik baru maupun saat proses pembelajaran sudah
berlangsung. Secara umum strategi identifikasi dapat dilakukan melalui tahapan berikut:
Sementara itu secara khusus Mcloughlin dan Lewis (dalam Sunardi dan Sunaryo,
2007) menjelaskan bahwa asesmen pendidikan bagi PDBK adalah proses
pengumpulan informasi yang relevan dengan kepentingan peserta didik yang
dilakukan secara sistematis dalam rangka pembuatan keputusan pengajaran atau
layanan khusus.
Dengan demikian dapat dimaknai bahwa asesmen bagi PDBK adalah suatu proses
pengumpulan informasi tentang peserta didik secara menyeluruh yang berkenaan
dengan kondisi objektif peserta didik termasuk kebutuhan belajar, potensi dan
hambatan yang akan digunakan sebagai dasar dalam penentuan layanan dan
penyusunan program pembelajaran serta program kebutuhan khusus yang sesuai
dengan kondisi dan kebutuhan PDBK.
Asesmen bagi PDBK idealnya tidak hanya melibatkan peserta didik, orang
tua/wali, guru kelas/guru mapel, dan GPK, namun juga melibatkan tim ahli seperti
psikolog, dokter tumbuh kembang, terapis (sesuai kebutuhan) agar informasi
yang terkumpul valid dan komprehensif (informasi yang terkumpul bersumber
dari berbagai sudut pandang).
Tujuan utama kegiatan asesmen adalah memperoleh informasi tentang kondisi peserta
didik, baik yang berkaitan dengan kemapuan akademik, non akademik dan kekhususan
secara lengkap, akurat dan obyektif.
Sedangkan fungsi asesmen dalam konteks ini adalah untuk sumber informasi utama bagi
guru dan/atau terapis dalam menentukan layanan, dan menyusun perencanaan
pembelajaran serta program layanan kebutuhan khusus yang tepat. Dalam hal ini hasil
asesmen dapat difungsikan sebagai kondisi kemampuan awal (baseline) peserta didik
sebelum diberikan layanan baik akademik maupun program kebutuhan khusus.
Sasaran
Sejalan dengan tujuan dan fungsi asesmen seperti diuraikan di atas, maka sasaran
asesmen adalah semua peserta didik yang pada fase identifikasi telah ditetapkan sebagai
PDBK.
Strategi
b. Asesmen perkembangan
Asesmen perkembangan adalah suatu proses untuk mengetahui kondisi seluruh aspek
perkembangan PDBK yang meliputi aspek komunikasi, perilaku, emosi, sosial, motorik
dan kognitif, yang dapat digunakan untuk mengetahui kondisi perkembangan peserta
didik dibandingkan dengan peserta didik seusianya. Hasil asesmen perkembangan dapat
dijadikan sebagai dasar penentuan layanan intervensi yang diperlukan (menetapkan
metode, strategi maupun pemilihan media pembelajaran yang tepat).
c. Asesmen kekhususan
Asesmen kekhususan adalah suatu proses untuk mengetahui kondisi PDBK secara
mendalam, komprehensif dan akurat yang berkaitan dengan diagnosa keberbutuhan
khusus yang dialami sebagai dasar pemberian layanan program kekhususan termasuk
alat bantu yang tepat.
Planning matrix adalah alat bantu untuk memetakan hasil asesmen dari PDBK
dikaitkan dengan kebutuhan belajarnya. Planning matrix berisi tentang gambaran
kondisi aktual PDBK berdasarkan aspek akademik, perkembangan dan kekhususan,
dampak kondisi tersebut terhadap dirinya sendiri dan lingkungan, serta strategi layanan
yang diperlukan. Berdasarkan deskripsi pada planning matrix selanjutnya disusun skala
prioritas yang menggambarkan urutan aspek yang penting untuk segera diberikan
layanan. Oleh sebab itu dengan adanya planning matrix ini, guru dapat mendapatkan
gambaran utuh profil PDBK dan kebutuhannya, sehingga perencanaan program
pembelajaran (Program Pembelajaran Individual (PPI) dan RPP) menjadi lebih efektif dan
efisien.
1. Memudahkan guru dalam menetapkan kondisi awal aktual (baseline) PDBK baik
aspek akademik, perkembangan dan kekhususan.
2. Membantu guru dalam memetakan dampak dan kebutuhan layanan untuk PDBK.
3. Memudahkan guru dalam menetapkan skala prioritas layanan yang harus segera
diterapkan.
Pengantar
Kurikulum yang digunakan pada sekolah inklusi adalah kurikulum umum (reguler)
yang diadaptasi sesuai dengan kemampuan potensi dan karakteristik kebutuhan
siswa. Adaptasi diarahkan pada materi, alokasi waktu, proses pembelajaran, penilaian,
dan media pembelajaran yang digunakan.
Pilihan Mandiri Belajar yaitu Sekolah menerapkan beberapa bagian prinsip kurikulum
merdeka, dengan tetap menggunakan kurikulum 2013 atau kurikulum 2013 yang
disederhanakan/ kurikulum darurat.
Ragam hambatan yang dialami peserta didik berkebutuhan khusus sangat bervariasi,
mulai dari yang sifatnya ringan, sedang, sampai dengan yang berat, maka dalam
implementasinya di sekolah, kurikulum umum perlu dilakukan adaptasi sedemikian
rupa sehingga sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Adaptasi dilakukan dengan
beberapa cara yaitu eskalasi, duplikasi, modifikasi, substitusi, dan omisi.
Inklusi (ketercakupan) selayaknya tidak dimaknai secara sempit pada aspek peserta didik
saja. Namun inklusi adalah ketercakupan tiga aspek di atas yaitu aspek hardware,
software, dan brainware. Dengan sinerginya ketiga aspek tersebut bukan tidak mungkin
sekolah inklusi akan menjadi benar sebagai awal kesetaraan hak penyandang disabilitas
dalam memperoleh pendidikan, sehingga mampu mewujudkan tujuan pendidikan
nasional yakni education for all perlu dukungan dari semua pihak.
Model Duplikasi
Duplikasi artinya meniru atau menggandakan. Meniru berarti membuat sesuatu menjadi
sama atau serupa. Dalam kaitan dengan model kurikulum, duplikasi berarti
mengembangkan dan atau memberlakukan kurikulum untuk PDBK (Peserta Didik
Berkebutuhan Khusus) secara sama atau serupa dengan kurikulum yang digunakan
untuk peserta didik tipikal. Jadi, model duplikasi adalah cara dalam pengembangan
kurikulum, dimana PDBK menggunakan kurikulum yang sama seperti yang dipakai oleh
anak-anak pada umumnya. Model duplikasi dapat diterapkan pada empat komponen
utama kurikulum yaitu tujuan, isi, proses dan evaluasi.
Model Modifikasi
Modifikasi berarti merubah untuk disesuaikan. Dalam kaitan dengan model kurikulum
untuk peserta didik berkebutuhan khusus, maka model modifikasi berarti cara
pengembangan kurikulum, dimana kurikulum umum yang diberlakukan untuk peserta
didik-peserta didik regular diubah untuk disesuaikan dengan kemampuan peserta didik
berkebutuhan khusus. Dengan demikian, peserta didik berkebutuhan khusus menjalani
kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya. Modifikasi dapat
diberlakukan (terjadi) pada empat komponen utama pembelajaran yaitu tujuan, materi,
proses dan evaluasi.
Model Eskalasi
Eskalasi berarti menaikkan. Dalam kaitan dengan model kurikulum untuk PDBK, maka
model eskalasi berarti cara pengembangan kurikulum, dimana kurikulum umum yang
diberlakukan untuk PDBK ditingkatkan dari kurikulum peserta didik tipikal. Dengan
demikian, PDBK menjalani kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan dan
kemampuannya. Eskalasi dapat diberlakukan pada empat komponen utama
pembelajaran yaitu tujuan, materi, proses dan evaluasi.
Model Substitusi
Substitusi berarti mengganti. Dalam kaitan dengan model kurikulum, maka substitusi
berarti mengganti sesuatu yang ada dalam kurikulum umum dengan sesuatu yang lain.
Penggantian dilakukan karena hal tersebut tidak mungkin diberlakukan kepada PDBK,
tetapi masih bisa diganti dengan hal lain yang kurang lebih sepadan (memiliki nilai yang
kurang lebih sama). Model penggantian (substitusi) bisa terjadi dalam hal tujuan
pembelajaran, materi, proses atau evaluasi.
Model Omisi
Omisi berarti menghilangkan. Dalam kaitan dengan model kurikulum, omisi berarti
upaya untuk mengilangkan sesuatu (bagian atau keseluruhan) dari kurikulum umum,
karena hal tersebut tidak mungkin diberikan kepada PDBK Dengan kata lain, omisi
berarti sesuatu yang ada dalam kurikulum umum tidak disampaikan atau tidak diberikan
kepada PDBK karena sifatnya terlalu sulit atau tidak sesuai dengan kondisi PDBK.
Bedanya dengan substitusi adalah jika dalam substitusi ada materi pengganti yang
sepadan, sedangkan dalam model omisi tidak ada materi pengganti.
Pada model kurikulum ini peserta didik berkebutuhan khusus (PDBK) mengikuti
kurikulum umum, sama seperti peserta didik lainnya di dalam kelas yang sama. Program
layanan khususnya lebih diarahkan kepada proses pembimbingan belajar, motivasi dan
ketekunan belajarnya. Duplikasi dilakukan pada tujuan, isi, proses dan evaluasi.