MATA KULIAH
ASESMEN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK)
Disusun Oleh:
Dr. Tjutju Sundari, M.Pd.
Drs. Maman Abdurahman S. M.Pd.
Pendahuluan
Salah satu karakteristik dalam penyelenggaraan pendidikan bagi anak berkebutuhan
khusus (ABK) yaitu berorientasi kepada kebutuhan anak. Layanan pendidikan lebih ditekankan
kepada layanan individual. Layanan pendidikan seperti ini, sebetulnya merupakan bentuk
penghargaan dari heterogenitas yang dialami anak berkebutuhan khusus.
Dalam upaya memahami kebutuhan ABK, seorang guru selalu membutuhkan data yang
akurat berkenaan dengan kebutuhan dan masalah yang dihadapi setiap anak didiknya. Untuk
dapat menggali data dan informasi tentang kebutuhan dan masalah yang dihadapi ABK, guru
dapat melakukannya melalui kegiatan yang disebut dengan asesmen.
Asesmen dapat dipandang sebagai upaya yang sistematis untuk mengetahui kemampuan,
kesulitan, dan kebutuhan ABK pada bidang tertentu. Data hasil asesmen dapat dijadikan bahan
dalam penyusunan program pembelajaran secara individual. Sehubungan dengan itu, asesmen
harus menjadi kompetensi bagi seluruh guru khususnya dalam menangani ABK.
Berkenaan dengan asesmen merupakan kompetensi bagi guru pada di sekolah terutama
yang menangani ABK, maka pada bahan belajar mandiri 1 ini akan dibahas tentang 1) konsep
dasar dan ruang lingkup asesmen, 2) prosedur pengembangan instrumen asesmen, 3) prosedur
pelaksanaan asesmen.
Petunjuk Belajar
Agar Anda dapat memahami isi bahan belajar mandiri ini dengan baik, perhatikan1ah petunjuk
mempelajari bahan belajar mandiri ini sebagai berikut:
1. Bacalah keseluruhan materi dalam bahan belajar mandiri ini secara cepat dan tepat, berusaha
mengerti secara keseluruhan materi bahan belajar mandiri ini
2. Sesudah itu mulailah membaca setiap kegiatan belajar secara lebih teliti dengan berusaha
memahami, mencari dan menemukan setiap konsep yang diuraikan
3. Bila ada bagian yang tidak atau kurang Anda mengerti maka berilah tanda dan catat dalam
buku catatan Anda untuk dapat Anda tanyakan pada waktu ada tatap muka
4. Setelah Anda pelajari dengan hati-hati setiap bagian dari bahan belajar mandiri ini, cobalah
lakukan evaluasi sendiri hasil belajar Anda dengan cara membuat pertanyaan sendiri dan
berusaha menjawab sendiri
5. Buatlah kesimpulan dalam kata-kata Anda sendiri dari keseluruhan bahan yang Anda baca
dalam bahan belajar mandiri ini
6. Akhirnya kerjakanlah latihan dan tes formatif yang tersedia
KEGIATAN PEMBELAJARAN 1
Konsep Dasar dan Ruang Lingkup Asesmen bagi Anak Berkebutuhan Khusus
Melalui kegiatan pembelajaran 1 ini mahasiswa diperkenalkan dengan konsep dasar dan
ruang lingkup asesmen bagi anak berkebutuhan khusus (ABK). Pembahasan difokuskan pada
pentingnya asesmen dalam pendidikan bagi ABK, fungsi dan tujuan pelaksanaan asesmen.
A. TUJUAN
Dengan mempelajari kegiatan pembelajaran 1 ini diharapkan mahasiswa memiliki
pengetahuan tentang konsep dasar dan ruang lingkup asesmen anak berkebutuhan khusus.
Secara khusus pembahasan ini bertujuan agar mahasiswa mampu:
1. Menjelaskan pengertian asesmen ABK
2. Menjelaskan tujuan pelaksanaan asesmen dalam pendidikan ABK.
3. Menjelaskan ruang lingkup asesmen ABK.
B. POKOK BAHASAN
1 Pengertian asesmen ABK
2 Tujuan pelaksanaan asesmen dalam pendidikan ABK
3 Ruang lingkup asesmen ABK
C. INTISARI BACAAN
1. Pengertian Asesmen Anak Berkebutuhan Khusus
Asesmen berasal dari bahasa Inggris to assess (kk: menaksir); Assessment (kb:
taksiran). Istilah menaksir mengandung makna deskriptif atau menggambarkan sesuatu,
sehingga sifat atau cara kerja asesmen sangat komprehensif. Artinya utuh dan menyeluruh.
Banyak para ahli pendidikan yang mengemukakan tentang definisi asesmen
diantaranya:
Wallace & Longlin (1979) mengemukakan bahwa asesmen merupakan suatu
proses sistematis dengan menggunakan instrumen yang sesuai untuk mengetahui perilaku
belajar, penempatan, dan pembelajaran. Rosenberg (1982) mengemukakan bahwa
asesmen merupakan suatu proses pengumpulan informasi yang akan digunakan untuk
membuat pertimbangan dan keputusan yang berkaitan dengan pembelajaran anak.
Sedangkan menurut Robert M. Smith (2002)
Asesmen adalah suatu penilaian yang komprehensif dan melibatkan anggota tim untuk
mengetahui kelemahan dan kekuatan anak, yang mana hasil keputusannya dapat digunakan
untuk menentukan layanan pendidikan yang dibutuhkan anak sebagai dasar untuk menyusun
suatu rancangan pembelajaran.
Menurut Fallen & Umansky (1988) asesmen adalah proses pengumpulan data untuk
tujuan pembuatan keputusan dan menerapkan seluruh proses pembuatan keputusan tersebut,
mulai diagnosa paling awal terhadap problem perkembangan sampai penentuan akhir
terhadap program anak. Sedangkan menurut Fried Mangungsong 1(995) asesmen adalah
suatu proses yang dilakukan untuk mengumpulkan informasi, data-data yang berkaitan dalam
membantu seseorang mengambil keputusan yang berkaitan dengan masalah pendidikan.
Adapun menurut Lidz (2003) asesmen merupakan proses pengumpulan informasi untuk
mendapatkan profil psikologis anak, yang meliputi gejala dan intensitasnya, kendala-kendala
yang dialami, kelebihan dan kelemahannya, serta peran pendukung yang dibutuhkan anak.
Lerner, (1988:54) mendefinisikan bahwa asesmen merupakan suatu proses pengumpulan
informasi tentang seorang siswa yang akan digunakan untuk membuat pertimbangan dan
keputusan yang berhubungan dengan pembelajaran siswa tersebut. Selanjutnya dikemukakan
bahwa:
Asesmen merupakan kegiatan/proses mengidentifikasi atau mengumpulkan
fakta/data/evidence kemudian membandingkan fakta tersebut dengan suatu parameter
atau ukuran tertentu dengan tujuan tertentu. Untuk mendapatkan fakta/data/evidence
tersebut dibutuhkan suatu alat ukur/metode, dan kegiatan tersebut dilakukan oleh satu
atau sekumpulan pengukur. http://www.ab-cons.com/articles.htm1 2004
E. RANGKUMAN
1. Asesmen adalah proses pengumpulan informasi tentang anak yang akan dijadikan bahan
pertimbangan dalam penyusunan program yang sesuai dengan kebutuhani anak tersebut.
2. Dengan adanya perbedaan yang mencolok antara ABK menuntut guru anak berkebutuhan
khusus untuk berkarya nyata dan lebih kreatif dalam mengembangkan kurikulum.
3. Di lapangan, asesmen dan evaluasi (penilaian) sering menjadi samar dan digunakan
secara tidak tepat. Evaluasi dan asesmen merupakan dua hal yang memiliki kemiripan,
namun keduanya sangat berbeda.
4. Ruang lingkup asesmen pendidikan meliputi aspek perkembangan dan aspek akademik.
F. TES FORMATIF
Petunjuk: Pilihlah salah satu option yang dianggap paling benar!
1. Suatu kegiatan untuk menggali informasi tentang kemampuan anak dalam menguasai
suatu materi pelajaran yang telah dipelajarinya, dimaknai sebagai kegiatan …
a. Asesmen
b. Evaluasi
c. Diagnostik
d. Preskriptif
7. Evaluasi dan asesmen merupakan dua hal yang memiliki kemiripan, namun keduanya
sangat berbeda. Perbedaan tersebut terletak terutama pada …
a Evaluasi cenderung menghasilkan informasi yang mengarah pada pelabelan
b Asesmen dilaksanakan pada saat dan akhir pembelajaran
c Asesmen didasarkan pada materi yang telah diberikan
d Evaluasi bertujuan untuk mengukur seberapa jauh materi dapat dikuasai anak
8. Pelaksanaan asesmen dilakukan sebelum, saat, akhir pembelajaran, dan terus bergulir
tanpa henti, dimaknai sebagai …
a Dynamics assessment
b Academic assessment
c Developmental assessment
d Educational assessment
Kunci Jawaban:
1. a 6. d
2. d 7. d
3. a 8. a
4. b 9. c
5. a 10.a
Bila Anda mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih Anda dapat mengikuti ujian
akhir semester (UAS)., tetapi bila tingkat penguasaan Anda masih di bawah 80%, Anda harus
mengulang kegiatan belajar ini terutama bagian yang belum anda kuasai
KEGIATAN PEMBELAJARAN 2
Prosedur Pengembangan Instrumen Asesmen bagi Anak Berkebutuhan Khusus
A. TUJUAN
Dengan mempelajari kegiatan pembelajaran 2 ini diharapkan mahasiswa dapat
menyusun dan mengembangkan instrumen asesmen bagi anak berkebutuhan khusus. Secara
khusus pembahasan ini bertujuan agar mahasiswa mampu:
1. Menjelaskan langkah-angkah penyusunan instrumen asesmen ABK.
2. Mengembangkan butir instrumen asesmen ABK.
B. POKOK BAHASAN
1. Langkah-langkah penyusunan instrumen asesmen.
2. Pengembangan instrumen asesmen
C. INTISARI BACAAN
1. Langkah-langkah penyusunan instrumen asesmen.
Untuk mendapatkan data yang akurat dari siswa yang akan diases diperlukan
instrumen yang memadai. Rochyadi & Alimin (2005) mengemukakan bahwa ada beberapa
langkah yang harus ditempuh guru dalam penyusunan instrumen asesmen. Langkah
penyusunan instrumen yang dimaksud adalah: 1) menetapkan aspek dan ruang lingkup yang
akan diases, 2) menetapkan ruang lingkup, yaitu memilih komponen mana dari bidang yang
akan diakses, 3) Menyusun kisi-kisi instrumen asesmen, dan 4) Mengembangkan butir soal
berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat. Berikut penjelasan masing-masing langkah..
1) Memahami aspek dan ruang lingkup yang akan diases.
Merujuk kepada ruang lingkup asesmen dalam pendidikan bagi ABK, guru
seyogyanya memiliki pemahaman yang komprehensif tentang bidang yang akan
diaseskan. Asesmen hanya akan bermakna, jika guru/asesor mengetahui organisasi
materi, jenis keterampilan yang akan dikembangkan, serta tahap-tahap perkembangan
anak.
Untuk lebih memperjelas pembahasan mengenai ruang lingkup akan diambil
contoh salah satu ruang lingkup asesmen perkembangan, yaitu: „keterampilan kognitif
dasar‟. Untuk memahami aspek-aspek apa saja yang termasuk dalam keterampilan
kognitif dasar, maka guru harus mengetahui konsep atau pengertian keterampilan kognitif
dasar itu sendiri. Keterampilan kognitif dasar merupakan suatu keterampilan prasyarat
untuk mempelajari bidang akademik, khususnya dalam aritmetika. Merujuk pada teori
perkembangan kognitif dari Piaget (1965) yang mengemukakan bahwa seorang siswa
dikatakan siap untuk belajar matematika khususnya aritmetika, apabila ia telah menguasai
empat keterampilan kognitif dasar, yang meliputi: klasifikasi, ordering dan/atau seriasi,
korespondensi, dan konservasi.
Berdasarkan teori tersebut, guru/asesor dapat mempelajari masing-masing dari
keempat komponen keterampilan kognitif dasar tersebut. Selanjutnya dari tiap-tiap
komponen dikembangkan menjadi sub-sub komponen. Dari setiap subkomponen tersebut
dapat dijabarkan lagi ke dalam sub-sub komponen yang lebih kecil yang memuat
indikator-indikator yang akan dijadikan landasan dalam pembuatan butir-butir soal
dalam instrumen asesmen tersebut. Untuk memberikan gambaran yang komprehensif
tentang ruang lingkup bidang yang akan diases, penyajian materi dalam bentuk matriks,
bagan, tabel, atau daftar dapat membantu pemahaman guru/asesor dalam rangka
menyusun instrumen asesmen yang dimaksud.
2) Menetapkan ruang lingkup, yaitu memilih komponen mana dari bidang yang akan
diases
Setelah guru/asesor memahami ruang lingkup bidang yang akan diases, langkah
selanjutnya adalah memilih komponen/subkomponen mana dari keseluruhan komponen
bidang tersebut untuk ditetapkan sebagai komponen/subkomponen yang akan diaseskan.
Apakah guru memilih salah satu komponen dari bidang keterampilan kognitif dasar
tersebut, misalnya komponen klasifikasi, atau memilih dua komponen, yaitu klasifikasi
dan ordering, misalnya. Setelah guru/asesor menetapkan atau memilih komponen mana
yang akan diases, langkah selanjutnya adalah menyusun kisi-kisi instrumen asesmen
tentang komponen yang dipilih/ditetapkan dari keseluruhan komponen bidang yang akan
diases.
3) Menyusun kisi-kisi instrumen asesmen
Untuk menentukan instrumen asesmen dari keterampilan/subketerampilan
tertentu, guru/asesor seyogyanya membuat kisi-kisi instrumen. Kisi-kisi ini bertujuan
untuk mempermudah dalam membuat soal atau tugas-tugas yang harus dikerjakan oleh
siswa. Yang paling penting dalam membuat kisi-kisi instrumen ini adalah pemahaman
secara komprehensif tentang keterampilan/subketerampilan yang telah dipilih/ditetapkan
untuk diaseskan, baik pengertiannya maupun ruang lingkupnya. Tidak ada peraturan yang
baku mengenai penyusunan kisi-kisi ini, namun berdasarkan pengalaman penulis, untuk
memudahkan dan memberikan gambaran yang menyeluruh sebaiknya disusun dalam
sebuah table atau daftar. Tabel kisi-kisi ini yang berisi kolom-kolom: 1) keterampilan,
2) subketerampilan, dan 3) indikator .
4) Mengembangkan butir soal berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat
Setelah menyusun kisi-kisi instrumen, langkah selanjutnya adalah
mengembangkan butir-butir soal tentang keterampilan/subketerampilan dari kisi-kisi
yang telah dibuat sebelumnya. Sama halnya dengan penyusunan kisi-kisi, pengembangan
butir soal dapat dibuat dalam bentuk daftar atau tabel. Butir-butir soal dikembangkan
berdasarkan indikator-indikator yang telah dijabarkan dari subkomponen/
subketerampilan yang telah dipahami baik pengertiannya maupun ruang lingkupnya.
D. LATIHAN
Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, silakan Anda
mengerjakan latihan berikut ini.
1. Sebutkan dan jelaskan langkah-langkah penyusunan instrumen asesmen !
2. Buatlah contoh instrumen asesmen untuk salah satu aspek akademik !
E. RANGKUMAN
1. Membuat instrumen merupakan pekerjaan rutin guru dalam keseluruhan rangkaian proses
pembelajaran yang dilakukan setiap guru.
2. Langkah-langkah penyusunan insnstrumen asesmen adalah :
a. Memahami aspek dan ruang lingkup yang akan diasesmen
b. Menetapkan ruang lingkup asesmen
c. Menyusun kisi-kisi instrumen asesmen
d. Menyusun instrumen asesmen berdasarkan kisi-kisi.
F. TES FORMATIF
Petunjuk: Pilihlah option berikut yang Anda anggap paling benar!
1 Berikut ini adalah prosedur asesmen informal, kecuali …
a. Analisis sampel kerja
b. Observasi
c. Wawancara
d. Tes baku
2 Para guru/asesor khususnya di Indonesia jarang menggunakan instrumen asesmen formal,
karena instrumen tersebut …
a Instrumen asesmen formal sulit digunakan
b Instrumen asesmen formal sulit diperoleh
c Instrumen asesmen formal tidak ada di Indonesia
d Instrumen asesmen formal tidak dapat dibuat oleh guru
4 Untuk memperoleh informasi tentang masa lalu anak atau sejarah perkembangan anak,
instrumen asesmen yang tepat digunakan adalah ...
a Kuesioner
b Observasi
c Wawancara
d Angket
5 Untuk mengukur karangan siswa atau karya seni, akan lebih tepat jika menggunakan
instrumen …
a Analisis sample kerja
b Kuesioner
c Angket
d Wawancara
7 Teknik observasi berupa catatan berdasarkan frekuensi kejadian, merupakan teknik jenis
…
a. event recording
b. duration recording
c. interval time sample recording
d. interval recording
8 Berikut kriteria yang dapat digunakan sebagai acuan dalam pengembangan skala
pengukuran, kecuali ...
a. Merumuskan definisi konsep
b. Merumuskan definisi operasional
c. Menjabarkan indiktor dari aspek yang diukur
d. Menyusun kunci jawaban
10 Teknik observasi berupa catatan hasil amatan berdasarkan interval waktu kejadian,
adalah teknik observasi jenis …
a. event recording
b. duration recording
c. interval time sample recording
d. interval recording
Kunci Jawaban:
1. d 6. a
2. b 7. a
3. a 8. d
4. c 9. b
5. a 10. C
KEGIATAN PEMBELAJARAN 3
Prosedur Pelaksanaan Asesmen bagi Anak Berkebutuhan Khusus
A. TUJUAN
Dengan mempelajari kegiatan pembelajaran 3 ini diharapkan mahasiswa dapat
melaksanakan asesmen bagi anak berkebutuhan khusus. Secara khusus pembahasan ini
bertujuan agar mahasiswa mampu:
1. Mahasiswa dapat menjelaskan metode dan teknik asesmen.
2. Mahasiswa dapat menjelaskan prosedur pelaksanaan asesmen.
B. POKOK BAHASAN
1 Metode dan teknik asesmen
2 Prosedur pelaksanaan asesmen.
C. INTISARI BACAAN
1. Metode dan Teknik Asesmen Anak Berkebutuhan Khusus
Seperti telah diuraikan di atas bahwa metode atau cara yang dapat digunakan dalam
melaksanakan asesmen antara lain:
a Observasi, pengamatan yang dilakukan terhadap cara belajar siswa, tingkah laku yang
muncul pada saat siswa belajar, dan sebagainya
b Tes atau evaluasi hasil belajar, diperoleh dengan cara memberikan tes pada setiap bidang
pengajaran.
c Wawancara, dilakukan terhadap orang tua, atau keluarga, dan siswa.
Sedangkan teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data yang diharapkan melalui
metode di atas adalah:
a. Ceklis, yaitu memberikan tanda pada bagian-bagian yang telah ditentukan pada pedoman
sesuai dengan kemampuan anak.
b. Skala nilai, yaitu bentuk penilaian yang mengarah pada kemampuan atau prestasi belajar
siswa.
Adapun bentuk laporan hasil pelaksanaan asesmen dapat berupa:
a. grafik, yaitu untuk menggambarkan posisi setiap siswa dalam tiap-tiap bidang pengajaran
b. Data kualitatif, yaitu deskripsi singkat tentang kemampuan siswa dalam belajar untuk
setiap bidang studi
c. Data kuantitatif, yaitu data berupa angka. Supaya tidak menyesatkan, data kuantitatif ini
hendaknya selalu diiringi dengan data kualitatif.
Pernyataan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut, Pertama, menentukan skop atau
bidang dan urutan keterampilan yang akan diajarkan. Untuk dapat melaksanakan hal ini
dengan efektif, maka guru harus memahami tingkatan kemampuan siswa dalam bidang-
bidang pengajaran tertentu. Hal ini perlu dilakukan mengingat kemampuan antara siswa yang
satu dengan yang lainnya berbeda-beda. Guru umumnya dapat mengetahui dengan jelas
keterampilan-keterampilan yang telah dikuasai oleh siswa dan keterampilan yang perlu
dikuasainya. Melalui analisis tugas biasanya guru dapat mengidentifikasi keterampilan siswa
sampai kepada bagian-bagian yang terkecil.
Kedua, Memilih tingkah laku yang akan dinilai. Penilaian tingkah laku dimulai dari
tingkat yang paling global sampai pada tingkat yang paling spesifik. Tingkah laku global
yaitu penggradasian materi kurikulum yang melibatkan tingkah laku siswa dalam rentang
keterampilan yang luas. Misalnya dalam bidang membaca meliputi: keterampilan mengenal
huruf dan kata, pemahaman kata, dan mungkin pemahaman wacana. Sedangkan tingkah laku
yang spesifik mengacu pada penentuan secara langsung tujuan pengajaran, misalnya: siswa
perlu belajar bunyi vokal pendek.
Ketiga, memilih kegiatan evaluasi. Dalam hal ini guru perlu mempertimbangkan
apakah kegiatan itu untuk menilai rentang keteampilan umum atau untuk menilai
keterampilan khusus. Apabila penilaian tentang rentang keterampilan dibutuhkan maka hal
itu umumnya dilakukan tidak secara kontinyu. Misalnya dua kali dalam setahun. Akan tetapi
penilaian keterampilan khusus sebaiknya bersifat kontinyu yang hasilnya dapat digunakan
untuk merencanakan berikutnya.
Keempat, pengadministrasian alat evaluasi. Pengadministrasian alat evaluasi biasanya
diperlukan untuk penilaian awal. Kegiatan ini meliputi identifikasi bidang masalah,
pencatatan pola kesalahan, penilaian keterampilan tertentu. Setelah penilaian awal
dilaksanakan dan tujuan-tujuan pengajaran ditentukan, maka selanjutnya guru juga perlu
menentukan prosedur untuk memonitoring kemajuan.
Kelima, pencatatan penampilan siswa. Ada dua jenis penampilan siswa yang harus
dicatat oleh guru, yaitu penampilan pekerjaan pada sehari-hari yang biasanya dicatat dengan
aktivitas buatan guru; dan penguasaan keterampilan secara keseluruhan yang biasanya dicatat
dalam bagan-bagan atau format kemajuan setiap individu yang telah disediakan untuk
keperluan tersebut.
Keenam, penentuan tujuan pengajaran khusus jangka pendek dan jangka panjang.
Tujuan yang baik adalah tujuan yang dapat mengamati tingkah laku yang terjadi dan
menggambarkan kriteria penilaian yang berhasil. Contoh: tujuan jangka pendek memberi
materi berupa huruf-huruf konsonan seperti: b, c, d, e, f, g dan seterusnya. Tujuan jangka
panjang memberikan materi berupa rangkaiana huruf vokal dan konsonan, siswa dapat
menyebutkan 90% fonem yang benar. Dalam hal ini yang penting adalah bahwa tujuan
jangka pendek hendaknya langsung memberi kontribusi terhadap pencapaian tujuan jangka
panjang.
D. LATIHAN
Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, silakan Anda
mengerjakan latihan berikut ini.
1 Kapan asesmen dilakukan ?
2 Dimana asesmen dilakukan?
3 Bagaimana asesmen dilakukan ?
E. RANGKUMAN
Metode atau cara yang dapat digunakan dalam melaksanakan asesmen antara lain:
Observasi, pengamatan yang dilakukan terhadap cara belajar siswa, tingkah laku yang
muncul pada saat siswa belajar, dan sebagainya; tes atau evaluasi hasil belajar, diperoleh
dengan cara memberikan tes pada setiap bidang pengajaran; dan wawancara, dilakukan
terhadap orang tua, atau keluarga, dan siswa.
Terdapat beberapa langkah/prosedur pelaksanaan asesmen, yaitu menentukan bidang
skop dan urutan keterampilan yang akan diajarkan, memilih tingkah laku yang akan dinilai,
memilih kegiatan evaluasi, pengadministrasian alat evaluasi, pencatatan penampilan siswa,
dan penentuan tujuan pengajaran jangka panjang dan jangka pendek.
F. TES FORMATIF
Petunjuk: Pilihlah option berikut yang dianggap paling benar!
1. Berdasarkan hasil asesmen, guru menentukan apa yang harus diajarkan kepada siswa
secara individu. Langkah pertama yang dilakukan adalah ...
a. Determine scope and sequence of skills to be taught
b. Decide what behavior to asses
c. Select an evaluation activity
d. Administer the evaluation device
2. Dalam prosedur pelaksanaan asesmen, penilaian tingkah laku dimulai dari tingkat yang
paling global sampai pada tingkat yang paling spesifik. Tingkah laku global, adalah ...
a Penggradasian materi kurikulum yang melibatkan tingkah laku siswa dalam rentang
keterampilan yang luas
b Mengacu pada penentuan tujuan pengajaran jangka pendek
c Mengacu pada penentuan tujuan pengajaran jangka panjang
d Pengadministrasian alat evaluasi
7. Record the student’s performance, dalam prosedur pelaksanaan asesmen, artinya guru/
asesor melakukan kegiatan ...
a Memilih tingkah laku yang akan dinilai
b Memilih kegiatan evaluasi
c Mencatat penampilan siswa
d Menentukan bidang dan urutan keterampilan yang akan diajarkan
9. Seorang guru melakukan observasi melalui daftar cek. Dalam prosedur pelaksanaan
asesmen, guru tersebut sedang melakukan kegiatan …
a. Determine scope and sequence of skills to be taught
b. Record the student’s performance
c. Select an evaluation activity
d. Administer the evaluation device
Kunci Jawaban:
1. a 6. a
2. a 7. c
3. d 8. c
4. d 9. b
5. b 10. d
G. BALIKAN DAN TINDAK LANJUT
Cocokanlah jawaban Anda dengan kunci jawaban Tes Formatif yang terdapat di
bagian akhir bahan belajar mandiri ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar, kemudian
gunakan rumus tingkat penguasaan, yaitu jumlah jawaban Anda yang benar dibagi 10
kemudian dikalikan dengan 100%. Dengan demikian Anda akan memperoleh presentase
tingkat penguasaan Anda. terhadap materi Kegiatan Belajar Adapun arti tingkat penguasaan
yang Anda capai adalah sebagai berikut:
Bila Anda mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih Anda dapat mengikuti ujian
akhir semester (UAS)., tetapi bila tingkat penguasaan Anda masih di bawah 80%, Anda harus
mengulang kegiatan belajar ini terutama bagian yang belum anda kuasai
BAHAN BELAJAR MANDIRI 2
ASESMEN PERKEMBANGAN
Pendahuluan
Dilihat dari aspek-aspek perkembangannya, setiap anak memiliki ragam yang berbeda-
beda antara satu dengan yang lain. Meskipun demikian secara umum para ahli sepakat bahwa
ada pola-pola perkembangan yang cenderung sama dan berlaku bagi sebagian besar manusia.
Jika ada aspek perkembangan anak yang berjalan di luar pola umum tersebut, mereka dapat
dikategorikan mengalami perbedaan atau kelainan perkembangan. Perbedaan itu ada yang
sifatnya lebih lamban atau lebih cepat dari kebanyakan anak-anak lain yang sebaya.
Untuk kepentingan pendidikan bagi ABK, ada beberapa aspek perkembangan yang perlu
mendapatkan perhatian secara khusus terutama bagi para guru PLB. Ketidak pahaman atas
aspek-aspek perkembanganini,menyebabkan kesulitan dalam pelayanan pendidikan yang tepat
bagi mereka. Gangguan pada aspek-aspek perkembangan anak, akan berimplikasi pada
kelancaran perkembangan akademik anak, seperti keterampilan membaca, menulis, maupun
berhitung.
Menurut Harwell (1982) ada beberapa aspek perkembangan anak yang perlu diases jika
mereka dijumpai mengalami kesulitan belajar termasuk ABK, yaitu: gangguan motorik,
gangguan persepsi, gangguan atensi/perhatian, gangguan memori, hambatan dalam orientasi
ruang, arah/spatial, hambatan dalam perkembangan bahasa, hambatan dalam pembentukan
konsep, dan mengalami masalah dalam perilaku. Pendapat tersebut mengacu pada teori psikologi
pendidikan yang mengatakan bahwa ada tiga tingkatan dalam belajar, yaitu: (1) tingkatan
motorik (doing level), (2) tingkatan persepsi (matching level), dan (3) tingkatan konseptual
(categorization level).
Sejalan dengan Harwell, Abdurahman (2001) menjelaskan tentang pentingnya
pemahaman atas adanya anak dengan kesulitan belajar yang berhubungan dengan
perkembangan. Kesulitan belajar perkembangan ini mencakup gangguan motorik dan persepsi,
kesulitan bahasa dan komunikasi, dan kesulitan dalam penyesuaian sosial.
Mengacu kepada beberapa batasan dan pendapat para ahli tersebut, maka dapat diberi
batasan bahwa asesmen perkembangan adalah proses penghimpunan informasi secara sistematis
dan professional terhadap aspek-aspek perkembangan anak yang diduga secara signifikan
berpengaruh terhadap prestasi akademik. Aspek-aspek perkembangan tersebut dapat berupa
perkembangan kogninif/kecerdasan, motorik, persepsi, atensi, memori, spatial, bahasa dan
komunikasi, perilaku adaptif, dan lain-lain.
Informasi asesmen tersebut digunakan sebagai suatu alat pengambilan keputusan
berkaitan dengan program pembelajaran yang akan diberikan kepada anak yang bersangkutan,
sehingga dapat mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. Mary A. Malfey (1986)
mengemukakan bahwa asesmen perkembangan digunakan untuk melihat urutan dan tahap
perkembangan anak yang dapat membantu guru dalam memahami tingkat dan kemampuan
belajar anak.
Untuk mengetahui aspek-aspek apa saja yang diperlukan dalam asesmen perkembangan
bagi ABK, maka pada bahan belajar mandiri 2 ini akan dibahas mengenai asesmen
perkembangan kognitif dasar, perkembangan bahasa dan komunikasi, asesmen perkembangan
motorik, dan asesmen perkembangan persepsi.
Petunjuk Belajar
Agar anda dapat memahami isi bahan belajar mandiri ini dengan baik, perhatikan1ah
petunjuk mempelajari bahan belajar mandiri ini sebagai berikut:
1. Bacalah keseluruhan materi dalam bahan belajar mandiri ini secara cepat dan tepat, berusaha
mengerti secara keseluruhan materi bahan belajar mandiri ini
2. Sesudah itu mulailah membaca setiap kegiatan belajar secara lebih teliti dengan berusaha
memahami, mencari dan menemukan setiap konsep yang diuraikan
3. Bila ada bagian yang tidak atau kurang Anda mengerti maka berilah tanda dan catat dalam
buku catatan Anda untuk dapat Anda tanyakan pada waktu ada tatap muka
4. Setelah Anda pelajari dengan hati-hati setiap bagian dari bahan belajar mandiri ini, cobalah
lakukan evaluasi sendiri hasil belajar Anda dengan cara membuat pertanyaan sendiri dan
berusaha menjawab sendiri
5. Buatlah kesimpulan dalam kata-kata Anda sendiri dari keseluruhan bahan yang And abaca
dalam bahan belajar mandiri ini
6. Akhimya kerjakanlah latihan dan tes formatifyang tersedia
KEGIATAN PEMBELAJARAN 1
Asesmen Perkembangan Kognitif
B. POKOK BAHASAN
1. Penetapan ruang lingkup asesmen keterampilan kognitif dasar
2. Penyusunan kisi-kisi instrumen asesmen keterampilan kognitif dasar
3. Pengembangan butir-butir instrumen asesmen keterampilan kognitif dasar
4. Menganalisis hasil asesmen keterampilan kognitif dasar
C. INTISARI BACAAN
1. Penetapan ruang lingkup asesmen keterampilan kognitif dasar
Paling tidak pada masa lalu untuk mengajarkan suatu konsep bidang akademik seperti
membaca, menulis, dan matematika, hampir tidak pernah dilakukan pengecekan apakah
siswa yang akan mempelajari konsep tersebut sudah siap atau belum. Padahal mengajarkan
sesuatu kepada siswa yang sudah siap, hasilnya akan lebih baik daripada kepada mereka yang
belum siap. Dalam hal-hal tertentu siswa yang terpaksa harus belajar sesuatu, padahal ia
sendiri belum siap untuk memahaminya, bisa merusak perkembangan mental anak. Ibarat
seorang bayi yang belum siap berjalan dipaksa untuk bisa berjalan.
Asesmen keterampilan kognitif dasar merupakan salah satu jenis asesmen yang
digunakan untuk menggali informasi tentang keterampilan kognitif dasar yang harus dikuasai
siswa sebelum siswa yang bersangkutan mempelajari bidang akademik secara formal,
misalnya membaca, menulis, dan matematika. Adapun tujuan asesmen keterampilan kognitif
dasar dalam bahasan ini adalah untuk untuk menghimpun data atau informasi tentang aspek-
aspek perkembangan keterampilan kognitif dasar yang meliputi keterampilan
mengklasifikasikan, keterampilan mengurutkan obyek satu persatu dan atau menyusun obyek
dari yang terkecil sampai yang terbesar atau sebaliknya, keterampilan dalam korespondensi,
dan keterampilan dalam konservasi. Dengan mengetahui keterampilan kognitif dasar anak
baik yang telah dikuasai maupun yang belum dikuasai anak, dapat membantu guru dalam
memahami perkembangan anak, khususnya dalam keterampilan kognitif dasar.
Piaget (1965) dalam Mercer & Mercer (1989:188) mengemukakan bahwa seorang
siswa dikatakan siap untuk belajar akademik khususnya aritmetika, apabila ia telah
menguasai empat keterampilan kognitif dasar, yang meliputi: klasifikasi, ordering dan/atau
seriasi, korespondensi, dan konservasi. Berikut uraian dari masing-masing keterampilan
kognitif dasar.
Mengklasifikasikan, adalah suatu kemampuan mengelompokkan obyek berdasarkan
karakteristik yang dimiliki obyek tersebut, misalnya: warna, bentuk, atau ukuran. Klasifikasi
merupakan salah satu kegiatan intelektual dasar untuk memahami lambing-lambang bilangan
yang meliputi persamaan dan perbedaan. Klasifikasi dilakukan dengan cara mengkategorikan
obyek-obyek berdasarkan karakteristik yang dimilikinya. Dengan demikian karakteristik
obyek seperti warna, bentuk dan ukuran harus diketahui siswa sebelum mereka
mengelompokkannya. Seorang anak yang belum mampu mengkategorikan obyek
berdasarkan ciri-cirinya maka ia akan sulit untuk mempelajari bilangan.
Mengurutkan (Ordering) adalah suatu kemampuan yang dikuasai anak dalam
menyusun dan menghitung setiap obyek hanya satu kali secara berurutan, sehingga terdapat
proses keteraturan. Kemampuan ordering mengantarkan siswa dalam menguasai
keterampilan membilang. Sedangkan menyeri (Seriation) merupakan kemampuan
mengurutkan susunan obyek-obyek berdasarkan karakteristik ukurannya, atau merangkaikan
obyek secara berturut-turut berdasarkan ukurannya, misalnya dari yang terkecil sampai yang
terbesar, dari yang terpendek sampai yang terpanjang atau sebaliknya. Seriation merupakan
kemampuan dasar untuk mampu membandingkan, memahami lambang sama dengan, tidak
sama dengan, lebih kecil, dan lebih besar. Kemampuan seriation menghantarkan pada
pemahaman sifat transitif urutan (jika a = b; b = c; maka a = c; jika a < b; b < c; maka a < c)
Korespondensi; adalah kemampuan yang menunjuk pada adanya suatu konsep bahwa
jumlah atau nilai sesuatu obyek akan sama sekalipun memiliki karakteristik yang berbeda.
Artinya siswa memiliki persepsi bahwa suatu obyek akan memiliki nilai yang sama sekalipun
karakteristik obyek tersebut berbeda, misalnya: satu baju dan satu celana. Kedua karakteristik
obyek tersebut berbeda, namun kedua obyek memiliki nilai atau jumlah yang sama. Kegiatan
ini dapat dilakukan dengan menjodohkan atau memasang-masangkan benda.
Konservasi bilangan, menunjuk pada adanya persepsi bahwa jumlah anggota suatu
kelompok obyek akan tetap sekalipun terjadi perubahan posisi atau tempat.
Keempat komponen keterampilan kognitif dasar di atas merupakan prasyarat
(prerequisite) untuk dapat belajar matematika khususnya bidang aritmetika. Untuk
mengetahui apakah siswa telah memiliki keempat komponen kognitif dasar tersebut atau
belum maka guru/asesor perlu melakukan tes yang meliputi keempat unsur keterampilan
kognitif dasar tersebut. Dalam hal ini guru/asesor memerlukan instrumen tes yang tepat
sehingga dapat memperoleh data yang akurat.
D. LATIHAN
Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, silakan Anda
mengerjakan latihan berikut ini.
E. RANGKUMAN
Asesmen keterampilan kognitif dasar merupakan salah satu jenis asesmen yang
digunakan untuk menggali informasi tentang keterampilan kognitif dasar yang harus dikuasai
siswa sebelum siswa yang bersangkutan mempelajari matematika yang sesungguhnya.
Terdapat beberapa prasyarat di mana seorang siswa dikatakan sudah siap untuk belajar
aritmetika, apabila ia sudah menguasai empat keterampilan dasar, yaitu: keterampilan
klasifikasi, urutan, pasangan, dan konservasi. Untuk mengetahui apakah siswa sudah
memiliki keterampilan prasyarat atau belum, maka guru perlu melakukan tes. Hasil tes yang
diperoleh dapat dijadikan sebagai landasan dalam rangka melakukan proses pembelajaran
selanjutnya. Bagi siswa yang memiliki semua keterampilan yang disyaratkan dapat diberikan
pelajaran aritmetika secara formal. Sementara bagi mereka yang belum memiliki keempat
keterampilan yang disyaratkan, tentunya mereka masih memerlukan latihan-latihan yang
disebut dengan readiness programm (program kesiapan). Program tersebut hendaknya benar-
benar ditanamkan kepada siswa, karena merupakan landasan bagi pelajaran aritmetika
selanjutnya.
F. TES FORMATIF
Petunjuk: Pilihlah salah satu option yang dianggap paling benar!
1. Keterampilan kognitif dasar bagi seorang anak merupakan kemampuan di bawah ini,
kecuali:
a. Prerequisite dalam pembelajaran akademik
b. Prasyarat dalam pembelajaran akademik
c. Kemampuan yang harus dikuasai anak sebelum mempelajari bidang akademik
d. Kemampuan anak dalam mengelompokkan sesuatu obyek
2. Seorang anak mampu menunjukkan setiap obyek hanya satu kali secara berurutan dan
beraturan dari obyek yang ditunjukkan. Auak tersebut telah memiliki keterampilan
a. Klasifikasi
b. Ordering
c. Seriasi
d. Korespodensi
3. Seorang anak mampu menyusun obyek secara berurutan dari tang terkecil sampai yang
terbesar atau sebaliknya dari obyek yang ditunjukkan, anak tersebut telah memiliki
kemampuan
a. Klasifikasi
b. Ordering
c. Seriasi
d. Konservasi
4. Salah satu kegiatan intelektual dasar untuk memahami persamaan dan perbedaan adalah
keterampilan:
a. Klasifikasi
b. Seriasi
c. Korespodensi
d. Konservasi
5. Kemampuan menjodohkan topi dan kepala merupakan salah satu kegiatan keterampilan
kognitif dasar jenis
a. Klasifikasi
b. Seriasi
c. Korespondensi
d. Konservasi
6. Seorang anak memiliki kemampuan tentang adanya persepsi bahwa jumlah anggota suatu
kelompok obyek akan tetap sekalipun terjadi perubahan posisi atau tempat merupakan
keterampilan kognitif dasar jenis
a. Klasifikasi
b. Seriasi
c. Korespondensi
d. Konservasi
10. Rekomendasi tentang hasil asesmen keterampilan kognitif dasar sebaiknya ditujukan
kepada orang tua siswa, karena Orang tua merupakan
a. Anggota tim dewan sekolah
b. Anggota tim komitee sekolah
c. Anggota tim program pembelajaran individual
d. Anggota masyarakat sekolah
Kunci Jawaban:
1. d 6. d
2. b 7. b
3. c 8. b
4. a 9. d
5. c 10. c
KEGIATAN PEMBELAJARAN 2
Asesmen Perkembangan Bahasa
Melalui kegiatan pembelajaran 2 ini mahasiswa diperkenalkan dengan pengetahuan
mengenai penyusunan kisi-kisi dan mengembangkan butir-butir instrumen asesmen
perkembangan bahasa. Pembahasan difokuskan pada penetapan ruang lingkup perkembangan
bahasa, menyusun kisi-kisi instrumen perkembangan bahasa, mengembangkan butir-butir
instrumen berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat, serta bagaimana menganalisis hasil asesmen
perkembangan bahasa
A. TUJUAN
Dengan mempelajari kegiatan pembelajaran 2 ini diharapkan mahasiswa mampu
membuat kisi-kisi dan mengembangkan butir-butir instrumen Asesmen perkembangan
bahasa. Secara khusus pembahasan ini bertujuan agar mahasiswa mampu:
1. Menetapkan ruang lingkup asesmen perkembangan bahasa
2. Menyusun kisi-kisi instrumen asesmen perkembangan bahasa
3. Mengembangkan butir-butir instrumen asesmen perkembangan bahasa berdasarkan kisi-
kisi yang telah dibuat
4. Melaksanakan dan menganalisis hasil asesmen perkembangan bahasa
B. POKOK BAHASAN
1 Penetapan ruang lingkup asesmen perkembangan bahasa
2 Penyusunan kisi-kisi instrumen asesmen perkembangan bahasa
3 Pengembangan butir-butir instrumen asesmen perkembangan bahasa berdasarkan kisi-
kisi yang telah dibuat
4 Melaksanakan dan menganalisis hasil asesmen perkembangan bahasa
C. INTISARI BACAAN
1 Penetapan ruang lingkup asesmen perkembangan bahasa
Yang dimaksud dengan asesmen perkembangan bahasa dalam bahasan ini adalah
proses penghimpunan informasi secara sistematis dan professional terhadap aspek-aspek
perkembangan bahasa anak yang diduga secara signifikan berpengaruh terhadap prestasi
akademik anak yang bersangkutan. Adapun tujuan asesmen perkembangan bahasa dalam
bahasan ini adalah untuk menghimpun data atau informasi tentang aspek-aspek
perkembangan bahasa yang meliputi kemampuan memahami makna kata, kemampuan untuk
mengekspresikan diri secara verbal, dan kemampuan dalam pelafalan (artikulasi), sehingga
dapat membantu guru dalam memahami tingkat dan kemampuan belajar bahasa anak.
Untuk itu, perlu dijelaskan ruang lingkup kemampuan berbahasa seseorang.
Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan manusia dalam mengadakan
hubungan dengan sesamanya. Moh. Amin (2005) mengemukakan bahwa kemampuan
berbahasa seseorang dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu kemampuan berbahasa pasif
(reseptif) dan kemampuan berbahasa aktif (ekspresif). Yang dimaksud kemampuan berbahasa
pasif ialah kemampuan memahami pikiran, perasaan, dan kehendak orang lain. Sedangkan
kemampuan berbahasa aktif adalah kemampuan untuk menyatakan pikiran, perasaan, dan
kehendak sendiri kepada orang lain. Dengan demikian, penguasaan yang satu bersifat
menerima dan penguasan yang lain bersifat menyampaikan. Berdasarkan media yang
digunakan maka kemampuan berbahasa dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu lisan
dan tulisan. Sehingga jika digambarkan maka akan menjadi empat kelompok, seperti yang
dapat dilihat pada bagan berikut:
Kemampuan
Aktif Berbicara Menulis
1. Kosa kata
…………………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………………..
2. Bahasa reseptif (Kemampuan memahami makna kata yang didengar}
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
3. Bahasa ekspresif, misalnya kefasihan dalam pengenalan kata (kemampuan
mengekspresikan diri secara verbal)
……………………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………………..
4. Pelafalan (Kemampuan melafalkan kata secara jelas)
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
5. Kemampuan menguraikan kata (Kemampuan menguraikan kata menurut
bunyi)
…………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
dan seterusnya.
D. LATIHAN
1. Sejak kapan kemampuan berbahasa lisan mulai terbentuk ?
2. Bagaimanakah caranya untuk mengetahui kemampuan anak dalam membedakan bunyi?
3. Bagaimanakah caranya untuk mengetahui kemampuan anak dalam memahami arti kata ?
4. Buatlah instrumen asesmen untuk kemampuan berbahasa lisan !
E. RANGKUMAN
1. Kemampuan berbahasa seseorang dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu kemampuan
pasif dan kemampuan aktif
2. Kemampuan mendengarkan dan berbicara melibatkan kemampuan penguasaan fonologi,
morfologi, sintaksis, dan semantik.
3. Tujuan asesmen kemampuan berbahasa adalah untuk memperoleh informasi tentang
kemampuan dan hambatan dalam perkembangan bahasa anak
4. Dalam pelaksanaan asesmen kemampuan berbahasa perlu mempertimbangkan tiga
faktor, yaitu bentuk tes, suasana yang alamiah, dan waktu pelaksanaan.
F. TES FORMATIF
Petunjuk: Pilihlah option berikut yang dianggap paling benar!
7 Aspek bahasa yang pertama berkembang pada seorang anak adalah aspek ...
a Inter language
b Inner language
c Receptive language
d Expresive language
8. Seorang anak mulai merespon jika dipanggil namanya. Anak tersebut mulai
mengembangkan aspek ...
a Inter language
b Inner language
c Receptive language
d Expresive language
9 Pada umumnya bahasa ekspresif seorang anak muncul pada usia kira-kira ….
a enam bulan
b delapan bulan
c satu tahun
d empat tahun
Kunci Jawaban:
1. a 6. b
2. b 7. b
3. c 8. c
4. d 9. c
5. a 10.b
Bila Anda mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih Anda dapat mengikuti ujian
akhir semester (UAS)., tetapi bila tingkat penguasaan Anda masih di bawah 80%, Anda harus
mengulang kegiatan belajar ini terutama bagian yang belum anda kuasai
KEGIATAN PEM,BELAJARAN 3
Asesmen Perkembangan Motorik
A. TUJUAN
Dengan mempelajari kegiatan pembelajaran 3 ini diharapkan mahasiswa mampu
membuat kisi-kisi dan mengembangkan butir-butir instrumen Asesmen perkembangan
motorik. Secara khusus pembahasan ini bertujuan agar mahasiswa mampu:
1. Menetapkan ruang lingkup asesmen perkembangan motorik
2. Menyusun kisi-kisi instrumen asesmen perkembangan motorik
3. Mengembangkan butir-butir instrumen asesmen perkembangan motorik berdasarkan kisi-
kisi yang telah dibuat
4. Menganalisis hasil asesmen perkembangan motorik
B. POKOK BAHASAN
1. Penetapan ruang lingkup asesmen perkembangan motorik
2. Penyusunan kisi-kisi instrumen asesmen perkembangan motorik
3. Pengembangan butir-butir instrumen asesmen perkembangan motorik berdasarkan kisi-
kisi yang telah dibuat
4. Menganalisis hasil asesmen perkembangan motorik
C. INTISARI BACAAN
1. Penetapan ruang lingkup asesmen perkembangan motorik
Yang dimaksud dengan perkembangan motorik adalah kemampuan dalam melakukan
gerak, baik yang bersifat gerakan kasar, gerakan halus, dan keseimbangan. Asesmen
perkembangan motorik adalah suatu proses penghimpunan informasi secara sistematis dan
profesional terhadap aspek-aspek perkembangan motorik anak yang diduga secara signifikan
berpengaruh terhadap prestasi akademik. Adapun tujuan asesmen perkembangan dalam
bahasan ini adalah untuk mengetahui informasi tentang aspek-aspek perkembangan motorik
anak yang meliputi aspek motorik kasar, motorik halus, dan aspek keseimbangan. Asesmen
perkembangan motorik ini dapat membantu guru dalam memahami tingkat kemampuan
motorik anak.
Dari pengertian di atas dapat ditentukan bahwa ruang lingkup perkembangan motorik,
meliputi ;
a. Kemampuan untuk melakukan gerakan kasar (gross motor).
b. Kemampuan untuk melakukangerakan halus (fine motor).
c. Kemampuan dalam keseimbangan (balance).
Kemampuan gerakan kasar adalah gerak tubuh yang menggunakan sebagian besar
otot-otot atau sekumpulan otot besar dan biasanya memerlukan tenaga. Duduk, merangkak,
berdiri, berjalan, mengambil, menarik, mendorong, naik/turun tangga, berjingkrak,
melompat, menendang, mengendarai, melempar, dan menangkap merupakan contoh-contoh
gerakan kasar. Sedangkan kemampuan motorik halus ialah kemampuan gerak yang hanya
menggunakan otot-otot tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil yang membutuhkan
koordinasi gerak dan daya konsentrasi yang baik. Contoh-contoh gerakan halus, seperti:
memegang benda kecil antara ibu jari dan telunjuk, menunjuk benda dengan jari telunjuk,
menyortir benda sesuai dengan bentuknya, mencoret dengan jari, menjelujur, memutar
benda, merangkai kalung-kalungan, membalik halaman buku, menggunakan satu tangan
secara tetap, menebalkan garis lurus, atau lengkung, mewarnai bentuk-bentuk geometri,
merobek kertas, menyusun benda menurut besar kecilnya, panjang pendeknya, menggunting,
memotong, menulis, dan sebagainya.
Berikut daftar perkembangan motorik dari usia 12 bulan sampai dengan 9 tahun yang
diadopsi dari Moh.Amin, 1995:84-118
Contoh :
Identitas Anak
Nama : .........................................................................
Jenis kelamin : .........................................................................
Tempat dan tanggal lahir : .........................................................................
Sekolah : .........................................................................
Kelas/Semester : .........................................................................
a. Kemampuan dalam melakukan gerakan kasar (gross motor) :
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
b. Kemampuan dalam melakukan gerakan halus (fine motor) :
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
c. Kemampuan dalam melakukan keseimbangan tubuh :
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
D. LATIHAN
Buatlah instrumen asesmen untuk pekembangan motorik !
E. RANGKUMAN
1. Perkembangan motorik adalah kemampuan dalam melakukan gerak.
2. Kemampuan gerak meliputi kemampuan gerak kasar, gerak halus, dan keseimbangan.
3. Instrumen asesmen disusun berdasarkan ruang lingkup perkembangan motorik.
F. TES FORMATIF
Petunjuk: Pilihlah option berikut yang dianggap paling benar!
1. Seorang anak diminta untuk berjalan mengikuti pola lantai. Sehubungan dengan asesmen
perkembangan motorik, maka kegiatan tersebut bertujuan untuk mengukur …
a. Motorik kasar
b. Motorik halus
c. Fine motor
d. Balancing
2. Seorang anak diminta untuk melompat dengan satu kaki. Sehubungan dengan asesmen
perkembangan motorik, maka kegiatan tersebut bertujuan untuk mengukur …
a. Motorik kasar
b. Motorik halus
c. Fine motor
d. Balancing
3. Menangkap dan melempar bola merupakan contoh butir soal untuk mengukur ...
a. Motorik kasar
b. Motorik halus
c. Fine motor
d. Balancing
4. Contoh butir soal untuk mengukur fine motor dapat dilakukan melalui ...
a Mengangkat kaki
b Mengayunkan tangan
c Menyusun kubus
d Berjalan ditempat
6. Untuk mengukur keterampilan gross motor seorang anak dapat dilakukan melalui ….
a Merangkai mute
b Mewarnai bidang geometri
c Memegang pensil
d Melempar bola
7. Menggunakan alat tulis merupakan salah satu contoh butir soal untuk mengukur … ...
a Motorik kasar
b Motorik halus
c Fine motor
d Balancing
8. Berjalan pada suatu garis lurus merupakan salah satu contoh butir soal untuk mengukur
keterampilan …
a Motorik kasar
b Motorik halus
c Fine motor
d Balancing
9. Kegiatan di bawah ini merupakan alat untuk mengukur fine motor, kecuali …
a. Memungut benda secara bebas
b. Memungut benda sesuai dengan irama
c. Menangkap bola
d. Merangkai benada-benda
10. Meminta anak duduk dan berdiri di tempat, merupakan salah satu butir soal untuk
mengukur keterampilan …. …
a Motorik kasar
b Motorik halus
c Fine motor
d Balancing
Kunci Jawaban:
11. d 6. d
12. d 7. b
13. a 8. d.
14. c 9. c
15. c 10. a
KEGIATAN PEMBELAJARAN 4
Asesmen Perkembangan Persepsi
A. TUJUAN
Dengan mempelajari kegiatan pembelajaran 4 ini diharapkan mahasiswa mampu
membuat kisi-kisi dan mengembangkan butir-butir instrumen Asesmen perkembangan
persepsi. Secara khusus pembahasan ini bertujuan agar mahasiswa mampu:
1. Menetapkan ruang lingkup asesmen perkembangan persepsi
2. Menyusun kisi-kisi instrumen asesmen perkembangan persepsi
3. Mengembangkan butir-butir instrumen asesmen perkembangan berdasarkan kisi-kisi
yang telah dibuat
4. Menganalisis hasil asesmen perkembangan persepsi
B. POKOK BAHASAN
1. Penetapan ruang lingkup asesmen perkembangan persepsi
2. Penyusunan kisi-kisi instrumen asesmen perkembangan persepsi
3. Pengembangan butir-butir instrumen asesmen perkembangan berdasarkan kisi-kisi yang
telah dibuat
4. Menganalisis hasil asesmen perkembangan persepsi
C. INTISARI BACAAN
1. Penetapan Ruang Lingkup Asesmen Perkembangan Persepsi
Asesmen perkembangan persepsi merupakan suatu proses pengumpulan informasi
mengenai aspek-aspek perkembangan persepsi seorang anak yang diperlukan sebagai bahan
pertimbangan dalam merencanakan suatu program pembelajaran akademik, seperti
membaca, menulis dan matematika.
Tujuan asesmen perkembangan persepsi dalam bahasan ini dimaksudkan untuk
menghimpun informasi tentang tahap perkembangan persepsi anak yang dapat membantu
guru dalam memahami kemampuan persepsi anak yang meliputi persepsi auditoris, visual,
dan persepsi heptik.
Asesmen perkembangan persepsi hanya akan bermakna, jika guru mengetahui materi
keterampilan yang dikembangkan, dan tahap-tahap perkembangan anak. Dengan demikian
pemahaman yang jelas tentang konsep dasar perkembangan persepsi pada ABK merupakan
dasar yang penting untuk dapat melaksanakan asesmen secara tepat bagi mereka, sehingga
perlu dijelaskan hakikat perkembangan persepsi Anak Berkebutuhan Khusus. Jika tidak,
pelaksanaan asesmen perlu dipertanyakan.
Persepsi berasal dari istilah bahasa Inggris "Perception" artinya tanggapan atau
penerimaan langsung dari sesuatu; daya memahami atau menanggapi sesuatu; serapan;
proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui pancaindranya. Secara definisi Lerner,
(1988:282) mengemukakan bahwa persepsi merupakan proses memahami dan
menginterpretasikan informasi sensoris atau yang berhubungan dengan pancaindra, atau
kemampuan intelek untuk menyarikan makna dari data yang diterima oleh berbagai indra".
Dengan demikian untuk memahami proses persepsi terlebih dahulu harus dipahami apa yang
disebut dengan pengindraan.
Rochyadi & Alimin (2005) mengemukakan bahwa pengindraan sebetulnya
merupakan proses fisiologis. Apa yang diindra selanjutnya ditransfer ke otak dan membentuk
sebuah gambaran. Namun demikian, hasil pembentukan di otak tidak selamanya memberi
gambaran seperti apa yang diindranya. Misalnya, seorang anak diminta untuk mengamati
huruf /d/, di samping huruf tersebut berderet huruf-huruf seperti. /p/, /b/, /d/, /a/. Apabila
anak dapat menunjukkan huruf /d/ pada deretan huruf-huruf tadi, maka proses persepsi telah
terjadi karena ada penafsiran yang sama. Tetapi jika yang ditunjuk adalah huruf /a/, maka yang
terjadi hanya proses pengindraan. Sebetulnya anak melihat huruf /d/, tetapi apa yang dilihatnya
tidak membentuk gambaran yang benar. Secara fisiologis ia tidak mengalami gangguan
penglihatan, akan tetapi ia tidak dapat menafsirkan obyek yang dilihat dan inilah yang dim aksud
mengalami gangguan persepsi.
Sebagian ABK ada yang mengalami gangguan persepsi dan ada yang tidak. Mereka
yang mengalami gangguan persepsi dapat dipastikan akan mengalami masalah yang lebih
berat dibanding dengan mereka yang tidak mengalami gangguan persepsi. Dampak yang
paling nyata dari gangguan persepsi ini sering kali dirasakan guru ketika mereka belajar
membaca, menulis, berhitung, atau di dalam memahami orentasi ruang maupun arah.
Persepsi merupakan keterampilan yang dapat dipelajari, maka proses pembelajaran dapat
memberikan darnpak langsung terhadap kecakapan perseptual.
Adapun ruang lingkup bidang perkembangan persepsi terdiri dari tiga komponen
besar (Abdurahman, M. 1995) yaitu: (1) persepsi auditoris yang meliputi kesadaran
fonologis, diskriminasi auditoris, ingatan auditoris, urutan auditoris, dan perpaduan auditoris;
(2) persepsi visual, yang meliputi hubungan keruangan, diskriminasi visual, diskriminasi
bentuk dan latar, visual closure, mengenal obyek, dan (3) persepsi heptik yang meliputi
persepsi taktil dan kinestetik. Berikut penjelasan singkat mengenai masing-masing jenis
persepsi.
Persepsi Auditoris, adalah kemampuan untuk memahami atau
menginterpretasikan segala sesuatu yang didengar. Persepsi ini mencakup
kemampuan:
(l) Kesadaran fonologis adalah kesadaran bahwa bahasa dapat dipecah ke dalam kata,
sukukata, dan fonem (bunyi huruf).
(2) Diskriminasi Auditoris; Kemampuan mengingat perbedaan antara bunyi-bunyi fonem dan
mengidentifikasi kata-kata yang sama dengan kata-kata yang berbeda.
(3) Ingatan Auditoris; kemampuan untuk menyimpan dan mengingat sesuatu yang didengar.
(4) Urutan Auditoris; kemampuan mengingat urutan hal-hal yang disarnpaikan secara lisan
(5) Perpaduan Auditoris; Kemampuan memadukan elemen-elemen fonem tunggal atau
berbagai fonem menjadi suatu kata yang utuh
Persepsi Visual, merupakan kemampuan untuk memahami atau
menginterpretasikan segala sesuatu yang dilihat. Persepsi visual mencakup kemampuan
berikut:
(l) Hubungan keruangan menunjuk pada persepsi tentang posisi berbagai obyek dalam ruang.
(2) Diskriminasi visual menunjuk pada kemampuan membedakan suatu obyek dari obyek
yang lain.
(3) Diskriminasi bentuk-Iatar menunjuk pada kemampuan membedakan suatu obyek dari
latar belakang yang mengelilinginya.
(4) Visual closure menunjuk pada kemampuan mengingat dan mengidentifikasi suatu obyek,
meskipun obyek tersebut tidak diperlihatkan secara keseluruhan.
(5) Mengenal obyek menunjuk pada kemampuan mengenal sifat berbagai obyek pada saat
mereka memandangnya.
Sedangkan persepsi heptik menunjuk pada kemampuan mengenal berbagai obyek
melalui modalitas taktil (perabaan) dan kinestetik (gerak).
(l) Persepsi taktil; berkaitan dengan sentuhan atau rabaan; atau kemampuan mengenal
berbagai obyek melalui meraba; mis. mengidentifikasi angka yang ditulis di punggung,
membedakan permukaan kasar dari yang halus, mengidentifikasi jari mana yang
digunakan untuk meraba
(2) Persepsi kinestetik; (a) perasaan yang sangat kompleks yang ditimbulkan oleh
rangsangan di otot, urat, dan pergelangan; (b) mempunyai daya menyadari gerakan otot;
misalnya kesadaran posisi, rasa tubuh tentang kontraksi otot, tegangan, dan relaksasi
adalah beberapa contoh dari persepsi kinestetik.
D. LATIHAN
Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, silakan Anda
mengerjakan latihan berikut ini.
E. RANGKUMAN
Persepsi merupakan proses memahami dan menginterpretasikan informasi sensoris
(berhubungan dengan .pancaindra), atau kemampuan intelek untuk menyarikan makna dari
data yang diterima oleh berbagai indra". Dengan demikian untuk memahami proses persepsi
terlebih dahulu harus dipahami apa yang disebut dengan pengindraan.
Adapun ruang lingkup bidang perkembangan persepsi terdiri dari tiga komponen
besar, yaitu: (1) persepsi auditoris yang meliputi kesadaran fonologis, diskriminasi auditoris,
ingatan auditoris, urutan auditoris, dan perpaduan auditoris; (2) persepsi visual, yang meliputi
hubungan keruangan, diskriminasi visual, diskriminasi bentuk dan latar, visual closure,
mengenal obyek, dan (3) persepsi heptik yang meliputi persepsi taktil dan kinestetik.
Untuk mengembangkan butir-butir instrumen asesmen perkembangan persepsi,
guru/asesor hendaknya membuat kisi-kisi instrumen asesmen perkembangan persepsi
berdasarkan ruang lingkup kemampuan/keterampilan perkembangan persepsi. Yang
selanjutnya guru/asesor membuat lembar kerja siswa berdasarkan butir-butir instrumen
asesmen yang telah disusun. Akhirnya guru/asesor menganalisis hasil jawaban siswa.
Menganalisis hasil asesmen perkembangan persepsi artinya membuat deskripsi dari
hasil jawaban siswa, kemudian menginterpretasikannya, sehingga guru/asesor dapat
membuat kesimpulan dan rekomendasi terutama ditujukan kepada anggota tim PPI.
F. TES FORMATIF
Petunjuk: Pilihlah salah satu option yang dianggap paling benar!
1. Proses memahami dan memaknai obyek yang diterima oleh berbagai indra, merupakan
arti dari
a. Persepsi
b. Perkembangan persepsi
c. Persepsi Auditoris
d. Persepsi Visual
2. Seorang anak mampu menunjukkan gambar yang bunyi akhirnya terdengar bunyi (a) dari
gambar yang ditunjukkan. Auak tersebut telah memiliki persepsi
a. Auditoris
b. Visual
c. Kinestetik
d. Taktil
3. Seorang anak mampu membedakan bunyi keras-lemah atau bunyi jauh-dekat. Anak
tersebut telah memiliki persepsi
a. Kesadaran fonologis
b. Diskriminasi auditoris
c. Ingatan Auditoris
d. Urutan auditoris
4. Kemampuan membedakan suatu obyek dari obyek yang lain merupakan persepsi.
a. Diskriminasi visual
b. Diskriminasi bentuk dan latar
c. Visual closure
d. Mengenal obyek
8. Pada saat seorang guru/asesor membuat deskripsi dari hasil jawaban siswa tentang
perkembangan persepsi, kemudian menginterpretasikannya, maka asesor tersebut sedang
melakukan proses …
a. Membuat butir-butir soal instrumen
b. Membuat analisis hasil asesmen
c. Membuat kesimpulan
d. Membuat rekomendasi
10. Rekomendasi sebaiknya ditujukan kepada orang tua siswa, karena Orang tua merupakan
a. Anggota tim dewan sekolah
b. Anggota tim komitee sekolah
c. Anggota tim program pembelajaran individual
d. Anggota masyarakat sekolah
Kunci Jawaban:
1. a 6. c
2. a 7. d
3. b 8. b
4. a 9. d
5. d 10. c
Bila Anda mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih Anda dapat mengikuti ujian
akhir semester (UAS)., tetapi bila tingkat penguasaan Anda masih di bawah 80%, Anda harus
mengulang kegiatan belajar ini terutama bagian yang belum anda kuasai
BAHAN BELAJAR MANDIRI 3
ASESMEN AKADEMIK
Pendahuluan
Sebagaimana diuraikan pada bagian terdahulu, sebagaimana McLoughlin & Lewis
(1986:3) mengemukakan bahwa pada dasarnya asesmen pendidikan terutama difokuskan pada
berbagai bidang pelajaran di sekolah, baik faktor yang mempengaruhi prestasi di sekolah seperti
bidang akademik, bahasa, dan keterampilan sosial maupun faktor lingkungan. Faktor lingkungan
dapat dipertimbangkan bersama dengan analisis strategi belajar dan perilaku belajar siswa yang
dapat diamati dan dapat diukur.
Dalam penyelenggaraan pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus, secara garis besar
asesmen dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu: asesmen akademik, dan asesmen
perkembangan. Asesmen akademik menekankan pada upaya mengukur pencapaian prestasi
belajar siswa. Pada asesmen akademik aspek yang diases adalah bidang-bidang kemampuan dan
keterampilan akademik seperti bahasa, sains, dan matematika. Sedangkan asesmen
perkembangan mengutamakan pada aspek-aspek yang berkaitan dengan keterampilan prasyarat
yang diperlukan untuk keberhasilan bidang akademik. Adapun aspek-aspek yang diases dapat
berupa perkembangan kognitif, yang meliputi: aspek bahasa dan komunikasi, persepsi,
konsentrasi, dan memori; perkembangan motorik, perkembangan social, dan perkembangan
emosi.
Untuk keperluan penulisan bahan belajar mandiri 3 ini, pembahasan kegiatan
pembelajaran asesmen akademik hanya mencakup pada tiga bidang keterampilan akademik dasar
yang terangkum dalam istilah 3R‟s, yaitu Reading, Writing, and Aritmethics.
A. TUJUAN
Dengan mempelajari kegiatan pembelajaran 1 ini diharapkan mahasiswa mampu
membuat kisi-kisi dan mengembangkan butir-butir instrumen asesmen keterampilan
membaca. Secara khusus pembahasan ini bertujuan agar mahasiswa mampu:
Menetapkan ruang lingkup asesmen keterampilan membaca
Menyusun kisi-kisi instrumen asesmen keterampilan membaca
Mengembangkan butir-butir instrumen asesmen keterampilan membaca berdasarkan kisi-
kisi yang telah dibuat
Melaksanakan dan menganalisis hasil asesmen keterampilan membaca
B. POKOK BAHASAN
Penetapan ruang lingkup asesmen keterampilan membaca
Penyusunan kisi-kisi instrumen asesmen keterampilan membaca
Pengembangan butir-butir instrumen asesmen keterampilan membaca berdasarkan kisi-
kisi yang telah dibuat
Pelaksanaan dan menganalisis hasil asesmen keterampilan membaca
C. INTISARI BACAAN
1. Penetapan Ruang Lingkup Asesmen Keterampilan Membaca
Membaca merupakan aktivitas auditif dan visual untuk memperoleh makna dari
symbol berupa huruf atau kata. Sunardi & Muchlisoh (1997) mengemukakan bahwa aktivitas
ini meliputi dua proses, yaitu proses decoding, juga dikenal dengan istilah membaca teknis
atau permulaan, dan proses pemahaman. Membaca teknis adalah proses pemahaman atas
hubungan antara huruf (grafim) dengan bunyi (morfem) atau menterjemahkan kata-kata
tercetak menjadi bahasa lisan atau sejenisnya. Mengucapkan baik dalam hati maupun
bersuara, misalnya kata “Ibu tidur” yang tercetak merupakan proses membaca teknis.
Sedangkan pemahaman merupakan proses menangkap makna kata-kata yang tercetak. Pada
waktu melihat tulisan “Ibu tidur,” pembaca akan mengetahui bahwa yang tidur bukan ayah
dan bahwa Ibu dalam tulisan itu tidak sedang makan.
ABK yang mengalami kesulitan membaca harus ditangani sedini mungkin sehingga
masalahnya tidak semakin membesar. Langkah penanganan anak-anak ini meliputi tahap
asesmen dan tahap intervensi pembelajaran. Asesmen keterampilan membaca yang dimaksud
dalam bahasan ini adalah suatu proses dalam memperoleh data tentang keterampilan seorang
siswa dalam melakukan aktivitas membaca, baik dalam hal ketepatan membaca maupun
dalam memahami isi teks yang dibacanya, sebagai bahan bagi guru dalam menyusun
program dan intervensi pembelajarannya.
Adapun tujuan utama dari asesmen keterampilan membaca adalah untuk mengetahui
kondisi keterampilan membaca siswa saat ini, khususnya dalam aspek ketepatan membaca
dan pemahaman terhadap isi teks yang dibacanya sebagai bahan untuk menyusun suatu
program pembelajaran yang diprediksi sejalan dengan kebutuhan siswa yang bersangkutan.
Untuk dapat mengadakan asesmen dan menyusun program yang baik, guru perlu
mengetahui secara umum organisasi materi keterampilan membaca dan jenis-jenis
keterampilan yang terkait. Seperti dijelaskan sebelumnya, materi membaca meliputi
keterampilan membaca teknis dan membaca pemahaman.
Membaca teknis adalah proses decoding atau mengubah symbol-simbol tertulis
berupa huruf atau kata menjadi system bunyi. Proses ini juga sering disebut pengenalan kata.
Dalam proses membaca teknis, ada beberapa keterampilan yang dipersyaratkan (Sunardi,
1997:3), yaitu: keterampilan konfigurasi, analisis konteks, penguasaan kosakata pandang,
analisis konteks, dan analisis struktural. Secara operasional, proses membaca teknis atau
pengenalan kata menuntut kemampuan sebagai berikut (Sunardi, 1997:5) : a) mengenal huruf
kecil dan besar pada alfabet, b) mengucapkan bunyi (bukan nama) huruf, terdiri dari
konsonan tunggal (b, d, h, k, ..), vokal (a, i, u, e,…), konsonan ganda (kr, gr, tr, …), diftong
(ai,oi,au, …), c) menggabungkan bunyi membentuk kata, d) variasi bunyi (/u/ pada pukul, /o/
pada toko), e) menerka kata dalam menggunakan konteks, f) menggunakan analisis struktural
untuk identifikasi kata (kata ulang, kata majemuk, imbuhan).
Adapun komponen-komponen membaca pemahaman (Sunardi, 1997:5) meliputi:
pengembangan kosakata, pemahaman literal, pemahaman inferensial, membaca kritis, dan
apresiasi. Selanjutnya dikemukakan bahwa secara operasional, membaca pemahaman
menuntut kemampuan berikut: a) mengingat pokok pikiran wacana tertulis, b) mengingat
urutan kejadian atau pendapat, c) mencari jawaban atas pertanyaan rinci isi wacana tertulis,
d) mengikuti petunjuk tertulis, e) mencari hubungan sebab akibat, f) membuat
kesimpulan berdasarkan wacana tertulis, g) mengetahui kejanggalan isi wacana, h) mengenal
materi faktual atau fiktif, i) memanfaatkan daftar isi dan indeks buku, j) membaca table,
diagram, peta, k) memanfaatkan berbagai makna dari satu kata.
2. Penyusunan Kisi-kisi dan Pengembangan butir Instrumen Asesmen Keterampilan
Membaca
Untuk mengetahui secara pasti jenis kesulitan yang dialami siswa, pada dasarnya ada
dua macam prosedur, yaitu melalui asesmen formal dan informal. Asesmen formal dilakukan
dengan tes baku yang dilengkapi dengan petunjuk pelaksanaan tes, kunci jawaban, cara
menafsirkan hasilnya, dan alternatif penanganan siswa yang bersangkutan. Sayangnya, di
Indonesia tes semacam itu belum dikembangkan. Oleh karena itu, para guru harus
mengandalkan asesmen informal. Yang perlu diketahui adalah jika dilakukan dengan benar,
hasil asesmen informal tidak kalah keterpercayaannya dari hasil asesmen formal. Terdapat
berbagai macam prosedur asesmen informal yang dapat digunakan, diantarnya melalui
observasi guru/asesor. Berikut dikemukakan salah satu contoh ceklis pengamatan membaca
dari Ekwall yang diadopsi oleh Sunardi (1997:14).
D. LATIHAN
Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, silakan Anda
mengerjakan latihan berikut ini.
E. RANGKUMAN
Asesmen keterampilan membaca merupakan suatu proses dalam memperoleh data
tentang keterampilan seorang siswa dalam melakukan aktivitas membaca, baik dalam hal
ketepatan membaca maupun dalam memahami isi teks yang dibacanya, sebagai bahan bagi
guru dalam menyusun program dan intervensi pembelajarannya.
Tujuan utama dari asesmen keterampilan membaca adalah untuk mengetahui kondisi
keterampilan membaca siswa saat ini, khususnya dalam aspek ketepatan membaca dan
pemahaman terhadap isi teks yang dibacanya.
Secara umum organisasi materi keterampilan membaca meliputi keterampilan
membaca teknis dan membaca pemahaman.
Membaca teknis adalah proses decoding atau proses pengenalan kata atau
mengubah simbol-simbol tertulis berupa huruf atau kata menjadi system bunyi. Adapun
komponen-komponen membaca pemahaman meliputi: pengembangan kosakata, pemahaman
literal, pemahaman inferensial, membaca kritis, dan apresiasi.
Terdapat berbagai macam prosedur asesmen informal yang dapat digunakan,
diantarnya melalui observasi guru. Guru dapat mengadakan observasi harian secara teliti
untuk mengumpulkan informasi tentang kesulitan membaca siswa. Pengamatan dapat
dilakukan dalam berbagai kegiatan belajar.. Aspek yang dapat diamati juga bervariasi,
misalnya minat dan motivasi terhadap membaca, kemampuan membaca teknis, dan membaca
pemahaman. Hasil pengamatan harus didokumentasikan secara sistematis, sehingga mudah
untuk disimpulkan.
F. TES FORMATIF
Petunjuk: Pilihlah salah satu option yang dianggap paling benar!
1. Ditemukan seorang siswa mampu memaknai teks yang dibacanya melalui kata-katanya
sendiri. Siswa tersebut memiliki tingkat keterampilan membaca …
a. Teknis
b. Permulaan
c. Decoding
d. Comprehensive
2. Dibawah ini merupakan proses decoding dalam membaca, kecuali …
a Pengenalan kata
b Membaca permulaan
c Membaca teknis
d Membaca lanjutan
3. Memahami dan mengingat informasi secara tersurat pada wacana termasuk ke dalam
a Pengembangan kosakata
b Pemahaman literal
c Pemahaman inferensial
d Apresiasi
4. Hal yang berkaitan dengan kepekaan emosi dan estetik siswa atas materi wacana, adalah
komponen membaca pemahaman jenis …
a Pengembangan kosakata
b Pemahaman literal
c Pemahaman inferensial
d Apresiasi
5. Seorang siswa dapat membaca kata-kata dengan mudah tanpa berpikir lagi, siswa tersebut
diduga memiliki keterampilan …
a Konfigurasi
b Analisis konteks
c Penguasaan kosakata pandang
d Analisis fonik
6. Siswa yang memahami kaitan antara bunyi dan huruf pada kata, diduga telah memiliki
keterampilan …
a Konfigurasi
b Analisis konteks
c Penguasaan kosakata pandang
d Analisis fonik
7. Kemampuan siswa dalam menarik kesimpulan dari informasi yang tersurat berdasarkan
intuisi dan pengalamannya merupakan keterampilan …
a Pengembangan kosakata
b Pemahaman literal
c Pemahaman inferensial
d Apresiasi
8. Pengenalan bentuk huruf atau kata secara global, misalnya kata buku lebih panjang dari
kata aku, memerlukan keterampilan …
a Konfigurasi
b Analisis konteks
c Penguasaan kosakata pandang
d Analisis fonik
9. Memberikan pengalaman bermakna , seperti menyediakan berbagai buku atau
memperkenalkan siswa dengan lingkungan baru dapat membantu siswa dalam
mengembangkan keterampilan an …
a Pengembangan kosakata
b Pemahaman literal
c Pemahaman inferensial
d Apresiasi
Kunci Jawaban:
1. d 6. d
2. d 7. c
3. b 8. a
4. d 9. a
5. c 10. D
KEGIATAN PEMBELAJARAN 2
Asesmen Keterampilan Menulis
A. TUJUAN
Dengan mempelajari kegiatan pembelajaran 2 ini diharapkan mahasiswa mampu
membuat kisi-kisi dan mengembangkan butir-butir instrumen asesmen keterampilan
menulis. Secara khusus pembahasan ini bertujuan agar mahasiswa mampu:
Menetapkan ruang lingkup asesmen keterampilan menulis
Menyusun kisi-kisi instrumen asesmen keterampilan menulis
Mengembangkan butir-butir instrumen asesmen keterampilan menulis berdasarkan kisi-
kisi yang telah dibuat
Melaksanakan dan menganalisis hasil asesmen keterampilan menulis
B. POKOK BAHASAN
Penetapan ruang lingkup asesmen keterampilan menulis
Penyusunan kisi-kisi instrumen asesmen keterampilan menulis
Pengembangan butir-butir instrumen asesmen keterampilan menulis berdasarkan kisi-
kisi yang telah dibuat
Pelaksanaan dan menganalisis hasil asesmen keterampilan menulis
C. INTISARI BACAAN
1. Penetapan Ruang Lingkup Asesmen Keterampilan Menulis
Yang dimaksud dengan asesmen keterampilan menulis adalah suatu proses dalam
memperoleh informasi tentang penguasaan atau keterampilan menulis yang telah dimiliki
siswa saat ini serta untuk menemukan kesulitan hambatan dalam mempelajari keterampilan
menulis yang dialaminya. Adapun tujuan asesmen keterampilan menulis untuk mengetahui
gambaran secara menyeluruh keterampilan menulis apa yang telah dikuasai siswa dan
keterampilan menulis apa yang belum dikuasai siswa. Dengan demikian hasil asesmen
akanmenjadi landasan bagi penyusunan program pembelajaran menulis siswa yang
bersangkutan. Untuk dapat melakukan asesmen keterampilan menulis dengan baik , maka
perlu pemahaman tentang pengertian keterampilan menulis.
Terdapat beberapa pendapat tentang pengertian menulis. Lerner (1985)
mengemukakan bahwa menulis adalah menuangkan ide ke dalam suatu bentuk visual.
Tarigan (1986) menjelaskan bahwa menulis adalah melukiskan lambing-lambang grafis dari
bahasa yang dipahami oleh penulisnya maupun orang-orang lain yang menggunakan bahasa
yang sama dengan penulis tersebut. Sedangkan Hargrove & Poteet (1984) mengemukakan
bahwa menulis merupakan penggambaran visual tentang pikiran, perasaan dan ide dengan
menggunakan symbol-simbol system bahasa penulisnya untuk keperluan komunikasi atau
mencatat. Dari sekian banyak pendapat di atas Mulyono Abdurahman (1996:192)
menyimpulkan bahwa menulis merupakan: (1) salah satu komponen system komunikasi, (2)
penggambaran pikiran, perasaan, dan ide ke dalam bentuk lambing-lambang bahasa grafis,
dan (3) dilakukan untuk keperluan mencatat dan komunikasi.
Seperti halnya dalam asesmen keterampilan membaca, untuk dapat mengadakan
asesmen keterampilan menulis dan menyusun program yang baik, guru perlu mengetahui
secara umum organisasi materi keterampilan menulis dan jenis-jenis keterampilan yang
terkait. Pada dasarnya materi keterampilan menulis mencakup empat keterampilan, yaitu
(Sunardi,1997): (1) keterampilan pra menulis, (2) keterampilan menulis permulaan,
(3) keterampilan mengeja, dan (4) keterampilan menulis lanjutan (mengarang).
Sebagaimana dikemukakan oleh Sunardi (1997:4) keterampilan pra menulis
mencakup: (a) meraih, meraba, memegang, dan melepas benda, (b) mencari perbedaan dan
persamaan berbagai benda, bentuk, warna, bangun, dan posisi, (c) menentukan arah kiri,
kanan, atas, bawah, depan, dan belakang. Sedangkan keterampilan menulis dengan tangan
(permulaan) meliputi: (a) Memegang alat tulis, (b) Menggerakkan alat tulis (atas-bawah,kiri-
kanan,melingkar), (c) Menyalin huruf, kata, kalimat dengan huruf balok, (d) Menulis
namanya dengan huruf balok, (e) Menyalin huruf balok dari jarak jauh, (f) Menyalin
huruf, kata, kalimat dengan tulisan bersambung, dan (g) Menyalin tulisan bersambung dari
jarak jauh. Adapun keterampilan mengeja mencakup: (a) Mengenal huruf abjad, kata, (b)
Mengucapkan kata yang diketahuinya, (c) Mengenal perbedaan/persamaan konfigurasi kata,
(d) Mengasosiasikan bunyi dengan huruf, (e) Mengeja kata, (f) Menemukan aturan
ejaan kata, dan (g) Menuliskan kata dengan ejaan yang benar. Selanjutnya Moh.Amin (1995)
mengemukakan bahwa keterampilan menulis lanjut atau ekspresif (mengarang) meliputi: (a)
Reproduksi, (b) Deskripsi (uraian), (c) Ciptaan dan (d) Karangan Penjelasan.
Selanjutnya dijelaskan bahwa dalam membuat karangan reproduksi, siswa
menceriterakan kembali karangan yang telah dibuat oleh orang lain. Siswa tidak perlu
menyebutkan kembali semua kata yang terdapat pada teks bacaan aslinya. Siswa boleh
menggantinya dengan kata-kata yang dipilihnya dan boleh membuang bagian-bagian yang
dianggap kurang penting atau menambahkan bagian-bagian yang dianggapnya lebih
memperjelas maksud karangan. Karangan reproduksi ini penting, karena: 1) mengimbangi
gagasan yang belum dapat siswa susun sendiri sehingga memberikan kesempatan berlatih
menyatakan pikiran, perasaan, dan kehendak sekalipun mereka belum dapat menyusunnya
sendiri. 2) waktu mereproduksikan karangan orang lain, siswa melihat bagaimana cara orang
lain menyusun perasaan, pikiran dan kehendak.
Pada karangan uraian (deskripsi) siswa berlatih mengemukakan sesuatu sebagaimana
adanya. Disini siswa sudah tidak hanya menyatakan kembali pikiran, perasaan, dan kehendak
orang lain lagi, melainkan merumuskan kenyataan-kenyataan menjadi kata-kata dan kalimat.
Misalnya tentang apa yang dilakukannya sebelum pergi sekolah, apa yang dilihatnya di jalan,
dan sebagainya. Jenis karangan ini lebih sulit dari pada karangan reproduksi. Disamping
harus merumuskan kenyataan menjadi kata-kata dan kalimat, dalam karangan ini siswa harus
juga menentukan dari mana akan memulai dan di mana akan berakhir.
Dalam karangan ciptaan, siswa harus merumuskan pikiran, perasaan, dan kehendak
yang tidak dirumuskan dahulu oleh orang lain. Kenyataan-kenyataan mungkin masih
dipergunakannya sebagai bahan, akan tetapi harus diberinya warna baru. Dalam membuat
karangan ciptaan, siswa harus merumuskan apa yang sebenarnya sedang tidak terjadi.
Misalnya membuat surat permisi karena sakit padahal dalam keadaan sehat, menyatakan apa
yang akan dikerjakannya kalau sudah besar padahal masih kanak-kanak, dan sebgainya.
Dalam karangan penjelasan, siswa menjelaskan mengapa sesuatu dikerjakan atau
harus dikerjakan, bagaimana cara mengerjakan pekerjaan itu, dan sebagainya. Judul karangan
ada yang menarik minat siswa ada juga yang tidak. Judul menarikpun ada yang sukar
dikarang apalagi yang tidak menarik. Menurut hasil penelitian hal-hal yang menarik
perhatian anak usia 7-10 tahun ialah pengalaman pribadi, peristiwa-peristiwa yang berkaitan
dengan perubahan musim, dongeng, permainan, hal-hal yang berkenaan dengan anak dan
orang tuanya, hal-hal mengenai binatang, dan ceritera tentang orang-orang istimewa atau
terkenal. Selanjutnya hal-hal yang menarik perhatian anak usia 11 tahun atau lebih ialah
pengalaman sendiri, pengalaman pergi dan petualangan, olah raga dan kelakuan di luar ruang
kesusasteraan, ceritera binatang, kehidupan di rumah, hobi, peristiwa-peristiwa hangat, cerita
orang-orang ternama, dan khayal.
Adapun hal-hal yang jarang menarik perhatian anak adalah pembicaraan mengenai
kesehatan, kemasuarakatan, kenegaraan, penjelasan-penjelasan tentang peribahasa dan kata-
kata mutiara, penjelasan-penjelasan yang sering mengenai benda-benda seperti payung, kaos
kaki, dan sebagainya.
Keterampilan a) Reproduksi
(
Tugas (karangan reproduksi): Tulislah apa yang kamu pahami dari teks bacaan
yang tersedia di bawah ini! (Guru/asesor menyediakan teks bacaan sesuai dengan
tingkat/kelas siswa yang bersangkutan)
4. Pelaksanaan dan Analisis Hasil Asesmen Keterampilan Menulis
Seperti yang dikemukakan sebelumnya bahwa untuk keterampilan menulis, terkecuali
asesmen keterampilan pra menulis, asesmen yang paling praktis adalah menganalisis
sampel hasil tulisan siswa. Oleh karena itu prosedur pelaksanaan asesmen keterampilan
menulis yang pertama adalah meminta sampel hasil tulisan siswa. Ada tiga hal yang perlu
diperhatikan sebelum siswa melakukan tugas yang diminta, yaitu: a) berikan
pengarahan yang jelas, b) berikan LKS, dan c) bubuhkan identitas siswa. Kedua, Guru/asesor
mengamati proses menulis siswa. Ada beberapa komponen yang dapat diamati dalam
pelaksanaan asesmen keterampilan menulis (Sunardi, 1997), di antaranya: Memegang pensil
dengan benar, Arah menulis (dari kiri ke kanan), Posisi kertas/buku, Posisi duduk siswa,
Jarak mata dengan kertas/buku, Kondisi siswa saat menulis (tegang, frustrasi, emosional),
Sikap yang ditunjukkan siswa (negatif, bosan, mengganggu ). Untuk lebih jelasnya
perhatikan tabel pengamatan proses menulis siswa berikut ini.
Langkah selanjutnya adalah menganalisis sample hasil tulisan siswa. Adapun aspek-
aspek yang dianalisis antara lain adalah bentuk huruf/kata, ukuran, letak dan proporsi huruf,
konsistensi jarak antar huruf, konsistensi tebal-tipis huruf, konsistensi tegak-miring huruf,
dan kecepatan dalam menulis. Adapun aspek-aspek untuk menganalisis hasil asesmen
keterampilan mengarang, diantaranya adalah aspek kelancaran, kosakata, struktur dan tanda
baca, dan isi karangan yang meliputi: ketepatan, kekayaan ide, dan organisasi.
D. LATIHAN
Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, silakan Anda
mengerjakan latihan berikut ini.
E. RANGKUMAN
Secara garis besar organisasi materi keterampilan menulis mencakup empat
keterampilan besar, yaitu: keterampilan pra menulis, keterampilan menulis permulaan,
keterampilan mengeja, dan keterampilan menulis lanjutan (mengarang). Terdapat empat jenis
karangan, yaitu karangan reproduksi, karangan uraian, karangan ciptaan, dan karangan
penjelasan.
Ada beberapa hal yang dapat diamati pada saat pelaksanaan asesmen keterampilan
menulis, di antaranya adalah: Memegang pensil dengan benar, arah menulis (dari kiri ke
kanan), posisi kertas/buku, posisi duduk siswa, jarak mata dengan kertas/buku, kondisi siswa
saat menulis (tegang, frustrasi, emosional), sikap yang ditunjukkan siswa (negatif, bosan,
mengganggu).
F. TES FORMATIF
Petunjuk: Pilihlah option di bawah ini yang dianggap paling benar!
1. Seorang siswa memiliki kemampuan menulis dengan tangan. Artinya siswa tersebut telah
menguasai keterampilan …
a Pra menulis
b Menulis permulaan
c Keterampilan mengeja
d Keterampilan mengarang
2. Siswa mampu menceriterakan kembali karangan yang telah dibuat oleh orang lain dengan
kata-katanya sendiri. Siswa tersebut terampil dalam membuat karangan …
a Reproduksi
b Uraian
c Penjelasan
d Ciptaan
3. Siswa mampu mendeskripsikan sesuatu yang dilihatnya. Siswa tersebut terampil dalam
membuat karangan …
a Reproduksi
b Uraian
c Penjelasan
d Ciptaan
4. Memberikan materi keterampilan “membuat surat ijin untuk tidak sekolah” kepada siswa,
adalah bentuk latihan dalam keterampilan mengarang jenis …
a Reproduksi
b Uraian
c Penjelasan
d Ciptaan
5. Berdasarkan hasil penelitian, anak usia 7-10 tahun lebih tetarik dengan hal-hal berikut,
kecuali …
a Pengalaman pribadi
b Hal yang berkenaan dengan anak dan orang tua
c Mengenai binatang
d Kemasyarakatan
6. Sedangkan anak usia 11 tahun atau lebih, mereka lebih tertarik dengan judul-judul
karangan
a Petualangan
b Kesehatan
c Kenegaraan
d Kemasyarakatan
7. Seorang siswa mampu menjelaskan mengapa sesuatu itu dikerjakan atau harus
dikerjakan secara tertulis. Siswa tersebut telah memiliki kemampuan dalam menulis
karangan …
a Reproduksi
b Uraian
c Penjelasan
d Ciptaan
8. Baik anak usia 7-10 tahun, maupun anak usia 11 tahun atau lebih, mereka sama-sama
tertarik dengan judul-judul karangan di bawah ini, kecuali …
a Pengalaman pribadi
b Cerita orang-orang ternama
c Mengenai binatang
d Kemasyarakatan
10. Pada kelas-kelas permulaan, pengajaran menulis dipusatkan pada keterampilan di bawah
ini, kecuali …
a Mengenal huruf
b Mengenal kata
c Menyalin kata
d Mengarang
Kunci Jawaban:
1. b 6. a
2. a 7. c
3. b 8. d
4. d 9. a
5. d 10. d
Bila Anda mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih Anda dapat mengikuti ujian
akhir semester (UAS)., tetapi bila tingkat penguasaan Anda masih di bawah 80%, Anda harus
mengulang kegiatan belajar ini terutama bagian yang belum anda kuasai
KEGIATAN PEMBELAJARAN 3
Asesmen Keterampilan Matematika
Melalui kegiatan pembelajaran 3 ini mahasiswa diperkenalkan dengan pengetahuan
tentang pembuatan kisi-kisi dan mengembangkan butir-butir instrumen asesmen keterampilan
matematika . Pembahasan difokuskan pada penetapan ruang lingkup asesmen keterampilan
matematika, menyusun kisi-kisi instrumen, mengembangkan butir-butir instrumen berdasarkan
kisi-kisi yang telah dibuat, serta bagaimana menganalisis hasil asesmen keterampilan
matematika
A. TUJUAN
Dengan mempelajari kegiatan pembelajaran 3 ini diharapkan mahasiswa mampu
membuat kisi-kisi dan mengembangkan butir-butir instrumen asesmen keterampilan
matematika. Secara khusus pembahasan ini bertujuan agar mahasiswa mampu:
1. Menetapkan ruang lingkup asesmen keterampilan matematika
2. Menyusun kisi-kisi instrumen asesmen keterampilan matematika
3. Mengembangkan butir-butir instrumen asesmen keterampilan matematika berdasarkan
kisi-kisi yang telah dibuat
4. Melaksanakan dan Menganalisis hasil asesmen keterampilan matematika
B. POKOK BAHASAN
1. Penetapan ruang lingkup asesmen keterampilan matematika
2. Penyusunan kisi-kisi instrumen asesmen keterampilan matematika
3. Pengembangan butir-butir instrumen asesmen keterampilan matematika berdasarkan
kisi-kisi yang telah dibuat
4. Pelaksanaan dan Menganalisis hasil asesmen keterampilan matematika
C. INTISARI BACAAN
1. Penetapan Ruang Lingkup Asesmen Keterampilan Matematika
Untuk mendapatkan data yang akurat tentang kondisi siswa yang diases, diperlukan
instrumen yang memadai. Instrumen yang memadai akan diperoleh, jika guru/asesor
memiliki pemahaman yang komprehensif tentang bidang yang akan diasesmennya.
Asesmen matematika yang dimaksud dalam pembahasan ini adalah suatu proses
perolehan data atau informasi tentang penguasaan keterampilan matematika seorang siswa
sebagai bahan dalam menyusun suatu program pembelajaran.
Tujuan utama dari asesmen matematika adalah untuk mengetahui kondisi penguasaan
keterampilan matematika seorang anak pada saat itu, baik keterampilan yang telah
dikuasainya maupun yang belum dikuasainya sebagai dasar untuk menyusun program
pembelajaran yang diprediksi sejalan dengan hambatan dan kebutuhan belajar anak tersebut.
Untuk membuat asesmen bidang matematika, guru/asesor seyogyanya memahami
secara komprehensif ruang lingkup serta unsur-unsur pembelajaran matematika; sequence
atau urutan materi, serta tahapan belajar matematika. Terdapat beberapa jenis
pengelompokkan bidang matematika yang diberikan pada jenjang pendidikan dasar, di
antaranya: pengelompokkan menurut isi (content) materi dan berdasarkan hasil belajar yang
diharapkan. (1) berdasarkan isi (content) materi, dan (2) berdasarkan hasil belajar yang
diharapkan.
Berdasarkan isi (content) materi, matematika dapat dibagi menjadi tiga bagian besar,
yaitu: Aritmetika, geometri, dan pengukuran. Aritmetika adalah pengetahuan tentang
bilangan. Dali S.Naga (1980:1) mengemukakan bahwa aritmetika adalah cabang matematika
yang berkenaan dengan sifat, hubungan-hubungan bilangan nyata dengan perhitungan
terutama menyangkut penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian.. Penggunaan
abjad dalam aritmetika … disebut aljabar (1980:29). Materi utama dalam aritmetika adalah
bilangan dan operasi bilangan atau komputasi yang biasa disebut operasi hitung.
Bilangan adalah suatu idea; sifatnya abstrak. Bilangan bukan simbol atau lambang
dan bukan pula lambang bilangan atau angka. Bilangan memberikan keterangan mengenai
banyaknya anggota suatu obyek. Bilangan menyatakan suatu nilai yang bisa diartikan sebagai
jumlah atau banyaknya sesuatu. Karena itu bilangan baru berwujud apabila dihubungkan
dengan obyek. Misalnya: “tiga buku”, “lima pensil”, dsb. Terdapat berbagai jenis atau
macam bilangan. Diantara bilangan-bilangan tersebut yang dipelajari pada jenjang
pendidikan dasar meliputi bilangan asli, bilangan cacah, bilangan pecahan, dan bilangan
bulat.
Adapun istilah operasi hitung berasal dari kata Operation yaitu pengerjaan, operasi
hitung adalah pengerjaan hitung. Terdapat empat operasi hitung dasar atau operasi hitung
utama dalam aritmetika, yaitu: penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian.
Penjumlahan merupakan operasi pokok yang menjadi dasar untuk memahami operasi
lainnya; Pengurangan merupakan invers atau kebalikan dari dari operasi penjumlahan;
Perkalian dimaknai sebagai penjumlahan berulang, sedangkan pembagian merupakan invers
atau kebalikan dari operasi perkalian. Sedangkan geometri adalah cabang matematika yang
berkenaan dengan titik dan garis (Aleks Maryunis, 1989:24). Titik adalah pernyataan tentang
posisi yang tidak memiliki panjang dan lebar, sedangkan garis hanya dapat diukur
panjangnya.
Aspek-aspek geometri yang dipelajari pada jenjang pendidikan dasar meliputi aspek
bidang atau bangun datar dan bidang atau bangun ruang. Bidang datar yaitu bangun yang
dapat kita bayangkan sebagai sesuatu yang datar seperti permukaan cermin, permukaan meja,
dan sebagainya. Bidang datar memiliki sifat-sifat: a) tidak mempunyai batas, b) berdimensi
dua, artinya mempunyai panjang dan lebar, c) mempunyai arah lebih dari dua arah, dan d)
tidak mempunyai tebal. Pada dasarnya bangun datar ini dibagi menjadi dua bagian besar,
yaitu bangun bersisi lurus dan bangun bersisi lengkung.
Bangun bersisi lurus terdiri dari: a) segi tiga (siku-siku, tumpul, dan lancip), b)
segi empat yang meliputi jajaran genjang (persegi panjang, belah ketupat, segi empat sama
sisi), trapesium (siku-siku, sebarang, sama kaki), dan laying-layang, c) segi lima, d) segi
enam, dan e) segi banyak. Bangun bersisi lengkung terdiri dari lingkaran, elips, dan bangun
lain.
Adapun bangun ruang menunjuk pada bidang yang memiliki tiga dimensi, yaitu
panjang lebar, dan tinggi. Jika suatu bangun tidak seluruhnya terletak dalam bidang, maka
bangun itu disebut bangun ruang. Sebuah batu bata, kita bungkus dengan kertas kemudian
keluarkan batunya tanpa merusak pembungkusnya. Pembungkus itu merupakan contoh suatu
bangun ruang. Bangun ruang dibentuk oleh daerah segi banyak yang disebut sisi. Ada
bermacam-macam bangun ruang, di antaranya prisma, kerucut, piramida, kubus, silinder, dan
bola.
Sedangkan berdasarkan hasil belajar yang diharapkan, matematika dapat dibagi
menjadi dua dimensi yaitu dimensi kualitatif dan dimensi kuantitatif.
Rochyadi & Alimin (2005) mengemukakan bahwa dimensi kuantitatif merupakan
pemahaman tentang konsep, prinsip dan keterampilan matematika yang diperoleh siswa
melalui pembelajaran, tanpa dikaitkan dengan aplikasi sosialnya.
Pemahaman suatu konsep atau prinsip matematika menunjuk pada pemahaman dasar
yang dicapai melalui proses identifikasi yang meliputi konsep bilangan, operasi hitung dasar
dan dasar-dasar geometri. Keterampilan matematika, merupakan kemampuan melakukan
komputasi atau mengaplikasikan konsep yang telah dipahami dalam waktu yang relatif
singkat dengan cara dan hasil yang benar. Pada dimensi kuantitatif, hasil pembelajaran siswa
belum mencapai yang sesungguhnya, karena apa yang dipelajarinya belum dapat difungsikan
dalam kehidupannya. Sedangkan dimensi kualitatif merupakan kemampuan siswa dalam
mengaplikasikan konsep, prinsip dan keterampilan yang diperolehnya dalam memecahkan
persoalan (problem solving) matematika secara nyata di dalam kehidupan mereka, sehingga
konsep, prinsip dan keterampilan tersebut menjadi fungsional & bermakna di dalam
kehidupan siswa tersebut. Operasionalisasi dari dimensi kualitatif ini diwujudkan dalam
bentuk soal cerita.
D. LATIHAN
Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, silakan Anda
mengerjakan latihan berikut ini.
E. RANGKUMAN
Pada dasarnya ruang lingkup pembelajaran matematika pada jenjang pendidikan
dasar dapat dikelompokkan berdasarkan isi (content) materi dan berdasarkan hasil belajar
yang diharapkan. Berdasarkan isi (content) materi, matematika dapat dibagi menjadi tiga
bagian besar, yaitu: Aritmetika, geometri, dan pengukuran. Sedangkan berdasarkan hasil
belajar yang diharapkan dikelompokkan menjadi dua dimensi, yaitu dimensi kuantitatif dan
dimensi kualitatif.
Ada dua tahap dalam pelaksanaan asesmen keterampilan matematika. Pertama,
asesmen dilakukan secara klasikal yang berfungsi untuk menjaring para siswa yang diduga
mengalami kesulitan dalam mempelajari matematika. Berdasarkan hasil asesmen pada tahap
pertama ini akan ada tiga kemungkinan penguasaan keterampilan yang dimiliki siswa, yaitu
yang akan diposisikan sebagai independen level, atau instruction level, atau pada posisi
frustration level. Kedua, dilakukan secara individual yang lebih berfungsi untuk menelusuri
hambatan-hambatan yang dialami siswa dalam menyelesaikan soal-soal matematika yang
diajukan. Terdapat dua hal yang perlu dicatat selama melaksanakan asesmen matematika,
yaitu pencatatan proses dan hasil asesmen sebagai bahan untuk menganalisis hasil kerja
siswa sebelum penarikan kesimpulan yang pada akhirnya dibuat rekomendasi yang ditujukan
kepada guru maupun orang tua siswa yang bersangkutan.
F. TES FORMATIF
Petunjuk: Pilihlah salah satu option yang dianggap paling benar!
1. Dibawah ini merupakan ruang lingkup materi pembelajaran matematika pada jenjang
pendidikan dasar berdasarkan kontennya, kecuali:
a Aritmetika
b Geometri
c Pengukuran
d Problem solving
2. Seorang siswa mampu menyelesaikan soal penjumlahan di bawah 10 dalam soal cerita
dari soal yang diberikan. Siswa tersebut telah memiliki keterampilan matematika dalam
tingkat …
a Dimensi kuntitatif
b Dimensi kualitatif
c Dua dimensi
d Dimensi operasi hitung
5. Kemampuan belajar seorang siswa yang berada pada tahap semi konkret, ia mampu
menyelesaikan soal-soal …
a Penjumlahan dengan menggunakan lidi
b Penjumlahan dengan menggunakan gambar
c Penjumlahan dengan menggunakan tally
d Penjumlahan dengan angka
8. Dalam menganalisis hasil pekerjaan siswa, ditemukan angka persentase 75% ke atas.
Tingkat penguasaan keterampilan matematika siswa yang bersangkutan diposisikan pada
…
a Independen level
b Instructional level
c Frustration level
d Individual level
10. Pengadministrasian data pada asesmen keterampilan matematika tahap kedua lebih
bersifat kualitatif, karena itu pada tahap ini asesor dituntut untuk melakukan hal di bawah
ini , kecuali:
a Mencatat hasil jawaban yang telah diselesaikan siswa
b Mencatat alas an yang diberikan siswa pada setiap penyelesaian soal matematika
c Mencatat cara kerja siswa dalam menyelesaikan setiap soal-soal matematika
d Menghitung skor presentase pencapaian siswa
Kunci Jawaban:
1. d 6. a
2. b 7. c
3. d 8. a
4. a 9. a
5. b 10. d
G. BALIKAN DAN TINDAK LANJUT
Cocokanlah jawaban Anda dengan kunci jawaban Tes Formatif yang terdapat di
bagian akhir bahan belajar mandiri ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar, kemudian
gunakan rumus tingkat penguasaan, yaitu jumlah jawaban Anda yang benar dibagi 10
kemudian dikalikan dengan 100%. Dengan demikian Anda akan memperoleh presentase
tingkat penguasaan Anda. terhadap materi Kegiatan Belajar Adapun arti tingkat penguasaan
yang Anda capai adalah sebagai berikut:
Bila Anda mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih Anda dapat mengikuti ujian
akhir semester (UAS)., tetapi bila tingkat penguasaan Anda masih di bawah 80%, Anda harus
mengulang kegiatan belajar ini terutama bagian yang belum anda kuasai
DAFTAR PUSTAKA
Abdurahman Mulyono, (1995), Program Pendidikan Individual, Pelatihan Inservice Guru SLB,
Jakarta: Depdikbud
Abdurahman Mulyono, (2001), Pendidikan bagi Anak berkesulitan Belajar, Jurusan PLB UNJ
Jakarta.
Abdurahman Mulyono & Estiningsih, E.(1997) Menangani Kesulitan Belajar Berhitung, Jakarta:
Depdikbud
Amin, Moh. (1995), Ortopedagogik anak tunagrahita, Jakarta : Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.
Astati (1995), Terapi Okupasi, Bermain, dan Musik untuk Anak Tunagrahita, Jakarta:
Depdikbud
Depdiknas (2006), Standar Isi, Standar kompetensi Lulusan, dan Panduan Penyusunan KTSP
Sekolah Dasar, Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan-Dikti
Hallahan, D.P. dan Kauffman, J.M. (1994), Exceptional children, Introduction to special
Education, allyn Bacon, Boston.
Hargove, Linda J & Poteet, James A. (1984), Assesment in Special Education, The Education
Evaluation, New Jersey, Prentice Hall, Inc.
Hargove, Linda J and Poteet, James A (1984), Assesment children, introduction to special
education, Boston : Alyn Bacon
Harwell, Joan M, How to Diagnose and Correct Learning Disabilities in the Classroom, New
York: Parker Publishing, Co,Inc.
Johnson, Berit & Skjorten, Miriam,D (2003) Pendidikan Kebutuhan Khusus: Sebuah Pengantar,
Menuju Inklusi, Buku No.1, Bandung: Program Pascasarjana-UPI
Lerner, Janet,W. (1989) Learning Disabilities, Teories, Diagnosis, and teaching Strategies,
USA: Houghton Mifflin Company
McLoughlin,James,A. & Lewis, Rena,B (1981) Assessing Special Students Strategies and
Procedures, USA: Merril Publishing Company
McLoughlin,James,A. & Lewis, Rena,B (1986)Assessing Special Students (2nd) USA: Merril
Publishing Company
Mercer Cecil D & Mercer, Ann,R (1989), Teaching student with Learning Problems, , USA:
Merill Publishing Company
Mercer, Cecil d & Lewis (1977), Children and Youth with Learning Disabilities, London,
Charles and Merril Publishing company.
Mason, H. & McCall, S. (Eds.). (1999). Visual Impairment: Access to Education for Children
and Young People. Part II. London: David
Myers, . Patricia (1986) Methods for Learning disorder, New York: John Wiley and Sons
Rochyadi & Alimin, Z (2005) Pengembangan Program Individual Bagi Anak Tunagrahita,
Jakarta: Depdiknas
Rochyadi & Soendari (2001) Tingkat Penerapan dan pemahaman Program Individualisasi
Pendidikan (IEP) Oleh Guru-guru SLB di Kodya Bandung, Jakarta: Proyek
Pengkajian danPenelitian Ilmu Pengetahuan, Dikti
Soendari, T (1 996), Penerapan Program Individualisasi dalam Pengajaran Berhitung bagi Anak
Luar Biasa, (Makalah disajikan dalam P2M pada Guru-guru SLB di Kodya
Bandung).
Suaheri, HN. (1987) Ortodidaktik Anak Tunagrahita III, Jurusan PLB- FIP- IKIP Bandung
Suherman, Yuyus, (2005). Adaptasi Pembelajaran Siswa ABK. Bandung, Rizqi Press.
Sunardi & Muchlisoh (1997) Menangani Kesulitan Belajar Membaca, Jakarta: Depdikbud
Sunardi & Muchlisoh (1997) Menangani Kesulitan Belajar Menulis, Jakarta: Depdikbud
Yusuf, Munawir, dkk (1997), Mengenal Siswa Berkesulitan Belajar, Jakarta: Depdikbud
Yusuf, Munawir (2005), Asesmen perkembangan pada anak tunagrahita, Jakarta : Departemen
Pendidikan Nasional.