Anda di halaman 1dari 19

TUGAS

METODOLOGI PENELITIAN
RESUME JURNAL

Disusun oleh:
Nama : Arum Nafilah
NIM : P17334122508

PROGRAM STUDI ALIH JENJANG


DIV TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK
POLTEKKES KEMENKES BANDUNG
2023
Jurnal 1

Penulis Eka Dyahayu Kusumaningrum, Luthfi Rusyadi, SKM., MH.Kes., M.Sc


Judul PRODUKSI KOMPONEN DARAH FRESH FROZEN PLASMA (FFP) UNTUK
MEMENUHI PERMINTAAN DI UNIT DONOR DARAH (UDD) PALANG MERAH
INDONESIA (PMI) KABUPATEN REMBANG
Sumber POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
Tahun 2022
Latar Darah lengkap dapat diproses menjadi produk komponen darah. Komponen
Belakang darah diolah melalui proses sentrifugasi dengan memperhatikan kualitas dan
keamanan produk komponen. FFP adalah komponen darah yang mengandung
semua faktor pembekuan labil. Jenis penelitian ini merupakan penelitian
deskriptif kuantitatif dengan rancangan observasional . Penelitian ini
menggunakan data primer dan data sekunder. Populasi yang digunakan adalah
data sekunder pada tahun 2021 mengenai produksi komponen darah FFP.
Sampel pada penelitian ini menggunakan sampel total yaitu data sekunder pada
tahun 2021 mengenai jumlah produksi komponen darah FFP dan permintaan
komponen darah. Dari data primer dengan melakukan pengamatan yang
dilakukan pada bulan Maret Tahun 2022 menunjukan bahwa proses produksi
FFP sudah sesuai dengan Standar Prosedur Operasional (SPO) yang
berpedoman pada Peraturan Menteri Kesehatan No.91 Tahun 2015. Dari data
sekunder jumlah produksi komponen darah FFP sebanyak 176 kantong. Jumlah
permintaan dari BDRS sebanyak 155 kantong dari data yang diambil pada
Tahun 2021. Presentase pemenuhan permintaan sebesar 100% semua
permintaan komponen darah FFP yang masuk dapat terpenuhi. Sehingga dapat
ditarik kesimpulan bahwa proses produksi komponen darah FFP diproduksi
sesuai dengan SPO yang ditetapkan sehingga permintaan yang dilayangkan
oleh BDRS dapat terpenuhi.
Tujuan Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan proses produksi komponen
darah FFP untuk memenuhi permintaan di UDD PMI Kabupaten Rembang.
Metode Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan
mendeskripsikan proses produksi komponen darah FFP untuk memenuhi
permintaan di UDD PMI Kabupaten Rembang. Penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan data primer dan data sekunder. Penelitian ini menggunakan
rancangan observasional dengan mengambil data primer mengobservasi proses
produksi komponen darah FFP dan mengambil data sekunder berupa database
produksi komponen darah FFP pada tahun 2021 serta data permintaan
komponen darah FFP pada tahun 2021.
Hasil dan a. Proses Produksi Komponen darah FFP di UDD PMI Kabupaten Rembang
pembhasan Proses pembuatan FFP di UDD PMI Kabupaten Rembang masih menggunakan
Contact Shock Freezer MBF 18. Pemisahan komponen darah masih
menggunakan Plasma Ekstraktor yang manual belum menggunakan Plasma
Ekstraktor yang otomatis. Karena pembuatan FFP di UDD PMI Kabupaten
masih tergolong sedikit dari data tahun 2021 dari jumlah pembuatan komponen,
komponen FFP hanya membuat sekitar 1,2 % dari jumlah keseluruhan produk
darah di UDD PMI Kabupaten Rembang.

b. Permintaan komponen darah FFP di UDD PMI Kabupaten Rembang pada


Tahun 2021
c. Produksi komponen darah FFP di UDD PMI Kabupaten Rembang

d. Pemenuhan Komponen darah FFP di UDD PMI Kabupaten Rembang


pada Tahun 2021
Pemenuhan komponen darah FFP pada tahun 2021 bulan Januari 9 kantong
(5%), Febuari 2 kantong (1%), Maret 7 kantong (4%), April 4 kantong (2%), Mei
30 kantong (17%), Juni 4 kantong (2%), Agustus 26 kantong (15%), September
17 kantong (10%), Oktober 2 kantong (1%), November 11 kantong (6%), dan
bulan Desember 12 kantong (7%). Ketersediaan dan permintaan pada bulan Mei
dan Juli memiliki jumlah yang berbeda pada bulan Mei jumlah permintaan
sebanyak 11 kantong dan bulan Juli sebanyak 50 kantong, namun
jumlah produksinya mengalami kelebihan stok yaitu pada bulan Mei sebanyak
30 kantong dan bulan Juli sebanyak 52 kantong.
Hasil penelitian bahwa pada bulan Januari hingga Desember Tahun 2021 di
UDD PMI Kabupaten Rembang total permintaan komponen darah FFP adalah
155 kantong dengan jumlah produksi komponen darah FFP 176 kantong dan
permintaan yang terpenuhi sebanyak 155 kantong.
Permintaan FFP di Indonesia cukup tinggi dikarenakan FFP diberikan untuk
mengatasi faktor koagulasi. Salah satu indikasi pemberian transfusi adalah
untuk pendarahan uterus abnormal yang dialami oleh wanita dimana memiliki
dampak yang berkepanjangan sekitar 14-25% terhadap siklus hidup wanita .
Tidak hanya itu penyakit hati kronis dan hemofilia termasuk indikasi pemberian
transfusi FFP. Menurut data Kemenkes Tahun 2018 prevelensi penyakit hati
kronis di Indonesia mencapai 20 juta jiwa dimana 20-40% menjadi sirosis hati,
sedangkan pengidap hemofili sekitar 20 ribu – 25 ribu. Kasus hemofilia A sekitar
80-85 %, dan 14% adalah hemofilia B sisanya penyakit pembekuan darah
lainnya. Karena pada gangguan pembekuan darah akibat tidak adanya faktor V
dan Faktor VII.
Kesimpulan Dari hasil penelitian yang didapatkan menunjukkan bahwa proses produksi
komponen darah FFP di UDD PMI Kabupaten Rembang sudah sesuai dengan
SPO pembuatan Plasma Segar Beku yang bersumber dari petunjuk operasional
penerapan pedoman pembuatan obat yang baik di UDD dan pusat
plasmaferesis yang berpedoman pada Peraturan Mentri Kesehatan No. 91
Tentang Transfusi Pelayanan darah Tahun 2015.

Jurnal 2

Penulis Fauziah Fajriyani, Hayati Eem, Marliana Nina, Nurhayati Betty


Judul PERANAN SUHU DAN LAMA PENYIMPANAN FRESH FROZEN PLASMA
(FFP) CAIR TERHADAP NILAI PROTHROMBIN TIME (PT)
Sumber JURNAL RISET KESEHATAN POLTEKKES DEPKES BANDUNG

Tahun 2019
Latar Penyimpanan FFP cair dapat menyebabkan penurunan faktor koagulasi. Salah
Belakang satu pemeriksaan faktor koagulasi yang digunakan untuk menguji pembekuan
darah melalui jalur ekstrinsik dan jalur bersama yaitu Prothrombin Time (PT)
yang terdiri dari faktor VII, X, V, prothrombin dan fibrinogen. Penelitian ini
bersifat eksperimen semu dengan desain penelitian time series yaitu membuat
variasi suhu penyimpanan di refrigerator (2-8ºC) dan suhu ruang (20-25ºC) dan
variasi lama penyimpanan 18 jam, 24 jam, dan 30 jam pada Fresh Frozen
Plasma (FFP) cair yang kemudian dilakukan pemeriksaan terhadap nilai
Prothrombin Time (PT) dengan 24 jam sebagai kontrol, dengan sampel FPP
normal golongan darah O sebanyak 30 sampel. Data yang diperoleh dari hasil
pemeriksaan PT dianalisis menggunakan uji statistik Friedman dan Wilcoxon
didapatkan nilai signifikan (p>0,05). Sehingga dapat disimpulkan bahwa
perubahan nilai Prothrombin Time (PT) tidak berkaitan dengan suhu dan lama
penyimpanan Fresh Frozen Plasma (FFP) cair.
Tujuan Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh suhu
dan lama penyimpanan FFP cair terhadap nilai PT.
Metode Jenis penelitian yang digunakan adalah quasi eksperimen. Metode yang
digunakan untuk menentukan nilai PT metode Quick One Stage
Hasil dan
pembhasan

Tabel diatas menjelaskan bahwa semakin lama penyimpanan Fresh Frozen


Plasma (FFP) dapat menyebabkan memanjangnya nilai Prothrombin Time (PT)
baik yang disimpan pada suhu ruang maupun suhu refrigerator. Variasi waktu
penyimpanan yang digunakan yaitu 18 jam, 24 jam dan 30 jam, dimana nilai
Prothrombin Time (PT) paling panjang pada penyimpanan 30 jam. Sedangkan
variasi suhu yang digunakan yaitu suhu ruang dan suhu refrigerator, dimana
suhu ruang lebih tinggi nilai Prothrombin Time (PT) daripada suhu refrigerator.

Untuk mengetahui adanya perbedaan hasil yang signifikan diantara variasi


waktu penyimpanan yang digunakan baik pada suhu ruang maupun refrigerator
yang dibandingkan terhadap kontrol (24 jam), maka dilakukan pengolahan data
secara statistik menggunakan Uji Non Parametrik yaitu Friedman dan Wilcoxon.
Diperoleh data seperti tabel 3 Sampel yang digunakan berjumlah 30 sehingga uji
normalitas yang digunakan yaitu Shapiro-Wilk. Hasil uji normalitas Shapiro-Wilk
diperoleh nilai sig 0,325 > α (0,05) pada hasil pemeriksaan Prothrombin Time
(PT) dengan penyimpanan suhu refrigerator dan waktu penyimpanan 24 jam.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa H0 diterima atau tidak terdapatnya
perbedaan antara penyimpanan pada suhu refrigerator dengan waktu
penyimpanan 24 jam.
Sedangkan untuk penyimpanan 18 dan 30 jam yang disimpan pada suhu ruang
dan refrigerator serta waktu penyimpanan 24 jam pada suhu ruang mempunyai
nilai sig< α (0,05), sehingga disimpulkan bahwa H0 ditolak atau terdapatnya
perbedaan antara waktu penyimpanan 18 dan 30 jam yang disimpan pada suhu
ruang dan refrigerator serta waktu penyimpanan 24 jam pada suhu ruang.

Dari hasil uji normalitas hanya didapatkan satu data yang dapat diterima maka
dapat disimpulkan bawa distribusi data tidak normal. Uji statistik yang harus
dilakukan adalah uji Friedman, yang kemudian dilanjutkan dengan uji Wilcoxon.

Pada hasil uji statistik Friedman diperoleh nilai sig 0,059 < α (0,05). Kemudian
dilanjutkan dengan uji statistik Wilcoxon diperoleh nilai sig 0,059 > α (0,05) saat
membandingkan waktu penyimpanan 18 jam terhadap 24 jam. Sedangkan hasil
uji statistik Wilcoxon diperoleh nilai sig 0,317 > α (0,05) saat membandingkan
waktu penyimpanan 30 terhadap dan 24 jam.

Pada hasil uji statistik Friedman diperoleh nilai sig 0,022 < α (0,05). Kemudian
dilanjutkan dengan uji statistik Wilcoxon diperoleh nilai sig 0,059 > α (0,05) saat
membandingkan waktu penyimpanan 18 jam terhadap 24 jam. Sedangkan hasil
uji statistik Wilcoxon diperoleh nilai sig 0,655 > α (0,05) saat membandingkan
waktu penyimpanan 30 terhadap dan 24 jam.
Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa perubahan
nilai PT tidak berkaitan dengan suhu dan lama penyimpanan FFP cair. Sehingga
penggunaan FFP yang sudah dicairkan dapat digunakan hingga penyimpanan
30 jam apabila disimpan pada suhu refrigerator.

Jurnal 3

Penulis Oktora Sendy Fadilla, Marliana Nina, Hayati Eem, Nurhayati Betty

Judul VARIASI WAKTU PENCAIRAN FRESH FROZEN PLASMA PADA SUHU 37°C
DAN 45°C TERHADAP NILAI PT DAN APTT
Sumber JURNAL RISET KESEHATAN POLTEKKES DEPKES BANDUNG
Tahun 2019
Latar Waterbath merupakan metode pencairan yang saat ini paling banyak digunakan,
Belakang yakni kantong FFP dimasukan kedalam kantong plastik bersegeldan
dicairkan selama 30 menit dalam waterbath suhu 37°C. Untuk mempercepat
waktu pencairan, FFP dapat dicairkan pada suhu yang lebih tinggi seperti
45°C karena tidak berdampak signifikan pada faktor pembekuan. Unit
analisis adalah FFP normal golongan darah O. Hasil pengukuran PT dan aPTT
di rata-ratakan dan dilakukan uji statistik Kruskall Wallis dan didapatkan p
value PT sebesar 0,063>0,05 yang artinya tidak terdapat perbedaan yang
signifikan antara kelompok perlakuan dan p value aPTT sebesar 0,001 > 0,05
yang artinya terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok perlakuan. Uji
statistik Mann Whitneydilakukan untuk mencari waktu pencairan optimum pada
suhu 45°C dan didapatkan mean rank terendah PT pada
pencairan FFP selama 15 menit dan mean rank terendah aPTT pada
pencairan FPP selama 15 menit.
Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan nilai PT dan aPTT pada
FFP yang dicairkan pada suhu 45°C selama 10 menit, 15 menit dan 20 menit
dibandingkan dengan FFP yang dicairkan pada suhu 37°C selama 30
menit sebagai standar dan untuk mengetahui waktu optimum pencairan FFP
yang dicairkan pada suhu 45°C.
Metode Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian quasi eksperimen
dengan desain penelitian time series design
Hasil dan
pembhasan

Kemudian data hasil penelitian dilakukan pengolahan data menggunakan uji


normalitas. Karena unit analisis yang digunakan pada penelitian ini
kurang dari 50 pada masing-masing kelompok, maka uji normalitas yang
digunakan adalah uji Shapiro-Wilk.
Diperoleh nilai mean rank terendah untuk kelompok PT yang
dicairkan pada suhu 45°C adalah kelompok FFP yang dicairkan selama 15
menit, dimana nilai mean rank kelompok tersebut paling mendekati
kelompok standar yaitu kelompok FFP yang dicairkan pada suhu 37°C
selama 30menit. Artinya waktu pencairan selama 15 menit merupakan waktu
pencairan optimum FFP pada suhu 45°C.
diperoleh nilai mean rank terendah untuk kelompok aPTT yang
dicairkan pada suhu 45°C adalah kelompok FFP yang dicairkan selama 15
menit, dimana nilai mean rank kelompok tersebut paling mendekati
kelompok standar yaitu kelompok FFP yang
dicairkan pada suhu 37°C selama 30 menit. Artinya waktu pencairan
selama 15 menit merupakan waktu pencairan optimum FFP pada suhu
45°C.
Karena terdapat perbedaan secara statistik maka dilakukan uji Allowable Limit
Of Error (ALE) yang digunakan untuk mengetahui apakah terdapat
perbedaan secara klinis atau tidak.
Apabila nilai % beda lebih besar dari nilai ALE aPTT, maka dapat
diartikan terdapat perbedaan secara klinis. Sebaliknya, jika % beda lebih
kecil dari nilai ALE aPTT, maka dapat diartikan tidak terdapat
perbedaan secara klinis.

Hasil perhitungan % beda pada pemeriksaan


aPTT adalah sebagi berikut:
1). Dalam perhitungan % beda antara FFP yang dicairkan pada suhu 37°C
selama 30 menit dengan FFP yang dicairkan pada suhu 45°C selama 10
menit diperoleh hasil 8% < 12% dari hasil ALE, sehingga dapat diartikan
bahwa tidak terdapat perbedaan secara klinis
2). Dalam perhitungan % beda antara FFP yang dicairkan pada suhu 37°C
selama 30 menit dengan FFP yang dicairkan pada
suhu 45°C selama 15 menit diperoleh hasil 5% < 12% dari hasil ALE,
sehingga dapat diartikan bahwa tidak terdapat perbedaan secara klinis
3). FFP yang dicairkan pada suhu 37°C selama 30 menit dengan FFP yang
dicairkan pada suhu 45°C selama 20 menit. Dalam
perhitungan % beda antara FFP yang dicairkan pada suhu 37°C selama
30 menit dengan FFP yang dicairkan pada suhu 45°C selama 20 menit
diperoleh hasil 9% < 12% dari hasil ALE, sehingga dapat diartikan bahwa tidak
terdapat perbedaan secara klinis
Kesimpulan 1).Pada nilai PT tidak terdapat perbedaan secara statistik, sedangkan pada
nilai aPTT terdapat perbedaan secara statistik dan tidak terdapat perbedaan
secara klinis pada FFP yang dicairkan pada suhu 37°C selama 30 menit
dengan suhu 45°C selama 10 menit, 15 menit dan 20 menit.
2).Waktu optimum pencairan FFP suhu 45°C pada pemeriksaan PT
menurut uji Mann Whitney selama 15 menit dan pemeriksaan aPTT
menurut uji Mann Whitney dan ALE selama 15 menit.
Disarankan pencairan FFP pada suhu 45°C selama 15 menit dapat
dijadikan standar pencairan FFP
Jurnal 4

Penulis Didin Retno, Ahmad Riza Zainal, Budi D Machsoos, Djoko Heri Hermanto,
Shinta Oktya Wardhani
Judul PERBEDAAN KUALITAS FRESH FROZEN PLASMA YANG DICAIRKAN
DENGAN METODE KONVENSIONAL DAN DENGAN METODE ALAT FFP
THAWER
Sumber journal of internal medicine
Tahun 2014
Latar Rumah Sakit Saiful Anwar (SAH) belum memiliki alat pencair Fresh Frozen
Belakang Plasma (FFP) yang terstandar. Standard Operating Procedure (SOP) untuk
mencairkan FFP di SAH adalah meletakkan FFP di atas meja sampai encer.
Baru-baru ini Thawer of FFP baru dikembangkan di SAH. Dalam penelitian ini
kami membandingkan antara dua metode yang konvensional dan yang baru.
Tiga puluh dua kantong FFP dibagi dalam dua perlakuan berbeda yaitu
kelompok Thawer baru dan konvensional. Setiap kantong FFP yang dicairkan
dicatat waktu pencairannya, aPTT, PPT dan INR. Analisis statistik menggunakan
uji T bebas atau Mann-Whitney sebagai alternatif. Pada penelitian ini ditemukan
rata-rata waktu pencairan FFP pada kelompok Thawer lebih pendek dari metode
konvensional 25,32 ± 3,4 vs 50,38 ± 5,52 menit dan secara statistik signifikan (p
< 0,05). Rerata aPTT pada kelompok Thawer baru adalah 36,79 ± 5,94; tetapi
pada metode konvensional adalah 36,94 ± 5,53 detik (p = 0,67). Rerata PPT
11,71 ± 0,95 detik pada kelompok Thawer baru dan 11,84 ± 2,22 detik pada
metode konvensional (p = 0,249). Rata-rata INR masing-masing kelompok
adalah 1,02 ± 0,08 pada kelompok Thawer baru dan 1,03 ± 0,19 pada metode
konvensional (p = 0,234). Penelitian ini menunjukkan bahwa FFP Thawer baru
mencairkan FFP lebih cepat dibandingkan metode konvensional tanpa
menurunkan kualitas FFP
Tujuan Mengetahui perbedaan kualitas

Metode Penelitian ini adalah penelitian eksperimental Laboratorium Fresh Frozen


Plasma yang dicairkan dengan Metode konvensional dan dengan metode alat
FFP Thawer
Hasil dan Didapatkan 2 kelompok perlakuan yaitu kelompok Alat Thawer
pembhasan dan Konvensional dengan jumlah n masing-masing
16 FFP.
Kelompok A terdiri dari 3 FFP dengan golongan darah O, 4 golongan darah
A, 4 golongan darah B dan 5 golongan darah AB.
Konvensional terdiri dari 5 FFP dengan golongan darah O, 4 golongan darah
A, 4 golongan darah B dan 3 golongan darah AB. Semua merupakan golongan
darah rhesus positif.

Rerata nilai aPTT pada kelompok Alat Thawer adalah 36,79 ± 5,94,
sedangkan pada kelompok konvensional 36,94 ± 5,53.
Rerata nilai PPT kedua kelompok adalah 11,71 ± 0,95 menit untuk kelompok
alat Thawer dan 11,84 ± 2,22 menit untuk kelompok konvensional.
Rerata nilai INR kedua kelompok adalah 1.02 ± 0,08 untuk kelompok alat
Thawer dan 1.03 ± 0,19 untuk kelompok konvensional.

Rerata waktu yang dibutuhkan kedua kelompok untuk terjadinya pencairan


FFP yang sempurna adalah 25,31 ± 3,40 menit untuk kelompok alat Thawer
dan 50,38 ± 5,52 menit untuk kelompok Konvensional.

Perbandingan rerata aPTT, PPT dan INR antara kelompok alat Thawer
(FFP yang dicairkan dengan alat thawer) dan kelompok konvensional (FFP
yang dicairkan dengan cara konvensional) menunjukkan nilai p > 0,05
sehingga H0 penelitian ini diterima, yaitu tidak terdapat perbedaan antara
kedua kelompok. Sedangkan perbandingan rerata waktu pencairan kedua
kelompok menghasilkan p < 0,05, sehingga H0 penelitian ini ditolak,
yaitu terdapat perbedaan rerata waktu pencairan antar kedua kelompok. Ini
membuktikan bahwa penggunaan alat FFP Thawer mempersingkat waktu
pencairan FFP tanpa menyebabkan penurunan kualitas FFP, yang
ditunjukkan oleh nilai aPTT, PPT dan INR yang tidak berbeda dengan
cara konvensional
Kesimpulan Beberapa kesimpulan yang dapat ditarik dari
hasil penelitian ini antara lain:
1). Penggunaan alat FFP Thawer dapat mempercepat waktu pencairan FFP,
dibandingkan dengan cara konvensional;
2). Tidak terdapat perbedaan kualitas FFP yang dicairkan dengan alat FFP
Thawer dan dengan cara konvensional.

Jurnal 5

Penulis Menik Hastutik , Tulus Ariyadi , Harun Nurrachmat


Judul PERBEDAAN TROMBOSIT SEBELUM DAN SESUDAH TRANSFUSI FRESH
FROZEN PLASMA PADA PENDERITA DEMAM BERDARAH DENGUE
Sumber Respiratory Universitas Muhamadiyah Semarang
Tahun 2018
Latar Trombositopenia berat sering terjadi pada fase akut DBD dan menjadi dilema
Belakang dalam menangani pasien karena kekhawatiran terjadi perdarahan. Transfusi
darah yang biasa diberikan dalam penanganan kasus tersebut adalah transfusi
suspensi plasma beku atau Fresh Frozen Plasma (FFP) yang mengandung
plasma dan faktor koagulasi labil (faktor V dan faktor VIII). Setiap unit biasanya
dapat menaikkan masing-masing kadar faktor pembekuan sebesar 2-3% pada
orang dewasa, dosis inisial adalah 10-15 ml/kg. Transfusi plasma diharapkan
meningkatkan trombosit karena fungsi plasma tersebut untuk menambal atau
menutup perembesan atau kebocoran pada penderita DBD.
Tujuan Tujuan penelitian untuk mengetahui perbedaan jumlah trombosit sebelum dan
sesudah transfusi jenis Fresh Frozen Plasma pada penderita DBD.
Metode Jenis penelitian analitik pendekatan cross sectional

Hasil dan Pemeriksaan jumlah trombosit dilakukan 6 jam setelah pasien selesai transfusi
pembhasan darah FFP. Penelitian dilaksanakan di RSUD Tugurejo pada bulan Juni-Juli
2017 terhadap 16 pasien rawat inap diagnosis DBD dengan menghitung jumlah
trombosit sebelum dan sesudah dilakukan transfuse FFP. Hasil diperoleh variasi
peningkatan jumlah trombosit sesudah transfusi FFP, yang meningkat dibanding
sebelum transfusi FFP. Peningkatan bervariasi, antara 3,13%-75% atau rata-
rata 28,32%. Uji beda Paired t Test diperoleh hasil terdapat perbedaan
bermakna antara jumlah trombosit sebelum dan sesudah FFP
Kesimpulan Penelitian jumlah trombosit terhadap 16 pasien DBD yang mendapat transfusi
FFP dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Jumlah trombosit sebelum mendapat transfusi FFP rerata 47.250/mm3 darah,
dan simpang baku 16759.07714.
2. Jumlah trombosit sesudah mendapat transfusi FFP rerata 68.062/mm3 darah,
dan simpang baku 18770.43331.
3. Terdapat perbedaan bermakna pada jumlah trombosit pasien DBD setelah
mendapat transfusi FFP (p < 0,001).

Anda mungkin juga menyukai