Anda di halaman 1dari 38

INAUGURAL LECTURE IN PARASITOLOGY

Unique Cases in Parasitic Diseases and Controversies


of Immunological Diagnostic in Clinical Studies
Malang, 30 January 2023

Kasus-kasus Parasitik yang Unik


di Rumah Sakit dr Saiful Anwar Malang

Prof. Dr. dr.Teguh Wahju Sardjono, DTM&H, MSc, SpParK


Lab. Parasitologi Fak. Kedokteran Univ. Brawijaya
Instalasi Laboratorium RSUD Dr. Saiful Anwar
Malang
Penyakit-penyakit Parasitik
Termasuk dalam kelompok “Neglected Tropical Diseases”
• Sering diabaikan / tidak dirasakan oleh pasien
• Kronik / tanpa gejala,
• Akut tapi gejala ringan
• Jarang menyebabkan kematian
• Px masih bisa beraktivitas seperti biasa
• Dibiarkan saja atau berobat secara tradisional (trial & error)
• Baru datang/dibawa ke Faskes kalau kejadiannya berulang,
tidak sembuh, mengkhawatirkan atau sudah parah
• Mis-Dx  Mis-Tx /Terlambat penanganan  Fatal
Beberapa Kasus Unik Di RSSA

• Polychaete Annelids in Urinary tract


Sudah pernah
• Strongyloides larvae in pleural fuid
dilaporkan
• Worm infestation causing anemia gravis
• Infection of ren worm in human, first case report from Indonesia
• Leech infestation in GI tract

Dilaporkan ulang
Beberapa kasus lain yang belum dilaporkan
Infeksi “cacing ginjal “ pada manusia
(Dioctophyma renale )

• Disebut juga “the Giant Kidney Worm”


• Cacing/Nematoda terbesar yang menginfeksi manusia, walau sangat
jarang.
• Bentuk dewasa panjangnya antara 30 – 60 cm, bisa sp 1 meter
• Hospes utama adalah Mustelida (khususnya cerpelai), juga pada canid
liar dan domestik, berang-berang, kuskus, dan rakun.
• Cacing oligochaete akuatik (misalnya Lumbriculus variegatus/“cacing
hitam”), dikenal sebagai hospes perantara.
• Sejumlah ikan air tawar dan spesies amfibi dapat bertindak sebagai
inang paratenik. (CDC-DPDx, 2019)
SIKLUS HIDUP
• Telur dikeluarkan dalam urin inang definitif, larva
L1 berkembang di dalam telur setelah sekitar
satu bulan dalam air.  dimakan oleh inang
perantara invertebrata (cacing oligochaete),
• Telur menetas di saluran pencernaan dan
menjadi L3 setelah dua kali ganti kulit (biasanya
2-3 bulan pada suhu 20-30°C).
• Jika hospes perantara dimakan oleh hospes
paratenik, larva L3 membentuk kista di jaringan
dan tidak berkembang lebih lanjut.
• Inang definitif menjadi terinfeksi setelah
memakan inang paratenic yang mengandung larva
L3 di dalam kista
• Setelah tertelan oleh inang, larva infektif
bermigrasi melalui dinding lambung ke hati, dan
akhirnya ke ginjal (biasanya ginjal kanan).
• Larva dalam kista tumbuh menjadi dewasa kira2
enam bulan setelah tertelan oleh hospes definitif.
• Manusia juga dapat terinfeksi setelah
makan makanan inang paratenik yang
(CDC-DPDx, 2019)
kurang matang.
Distribusi Geografis
• Distribusi karnivora sangat luas (seluruh dunia?).
• Infeksi zoonosis telah dilaporkan dari Amerika
Serikat, Iran, India, Cina, dan Indonesia.
• Kasus pada manusia – accidental !!
Kasus di RSSA (17 Juni 2006)
• Tn K 67 th tinggal di Singosari, Malang, datang ke IGD RS
Dr Saiful Anwar dgn keluhan sering kencing berwarna
merah (“gross haematuri”) dan mengeluarkan cacing wkt
BAK
• Dalam 1 minggu sebelum ke IGD sudah lebih dari 10 x
mengeluarkan cacing.
• Px di-MRS-kan utk evaluasi lebih lanjut

USG 17 Juni 2006


• Ginjal kiri membesar, berlobus
• Sistem pelviocalices tidak jelas
• Terdapat massa di ginjal kiri
• Dx. Susp Grawitz’s tumor
19 Juni 2006 – Selama di RS -Px mengeluarkan cacing lagi

Dilakukan pemeriksaan
makroskopik 
Dx sementara:
Dioctophyma renale

Cystoscopy 1(20 Juni 2006)

Nampak cacing keluar dari mulut


ureter kiri
Cenderung lari/masuk ke proximal
ketika terkena sinar
Hasil Diskusi antar Dept. 20 Juni 2006 (Urologi, IPD, Radiologi, Parasitologi)
• Parasit : - ini kasus langka (< 20 kasus di dunia). Cacing hidup di ginjal, ginjal sdh rusak
 Advis: demi keselamatan pasien, sebaiknya dilakukan nefrektomi
• Uro & IPD: Nefrektomi terlalu dini/ overTx (Fungsi ren masih baik)  selamatkan
ginjal dg obat cacing sistemik dulu  (Ivermectin – tidak ada)
• Radiologi : periksa fungsi ginjal sblm nefrektomi
• IVU 22 Juni : Non visualized left kidney  Advis MRI/RPG
• MRI 23 Juni tanpa & dg kontras : gambaran banyak cacing di cortex & pelvio-calices
ginjal kiri & bladder

Cystoscopy II & RPG (26 Juni)


Ketika insersi kontrast saat RPG, banyak
cacing keluar dari ureter kiri, mengisi
kandung kemih.
Dilakukan evakuasi dg elix evacuator 
diperoleh ± 16 ekor msh utuh, diameter
2-3 mm dan panjang 35 – 40 cm, sisanya
terpotong2  total ± 23 ekor cacing
 Diputuskan utk Nefrektomi
Nephrectomy 3 July 2006

Pemeriksaan ginjal (Isolated kidney)


- Ginjal membesar
- Tidak dijumpai lagi cacing di dalam ginjal
- Sebagian besar masa ginjal hancur dan sangat
rapuh
- Sistem Peviocalyces dan bagian atas ginjal
rusak /hancur

Px meninggal karena sepsis !!!

Sardjono et al., 2009


Kasus 2 (13 September 2013)
Hirudiniasis usus menyebabkan hematemesis,
melena dan anemia

 Wanita, 46 tahun
• Ax. Muntah darah disertai demam berulang, sesak nafas, BAB hitam, nyeri
pinggang, mual, muntah, penurunan nafsu makan dan badan terasa lemah.
Riwayat DM (+)

 Pemeriksaan fisik:
• Tampak lemah dan sakit , GCS 456, TD: 100/70 mmHg, RR: 28 x/ menit, HR:
100 x/menit,, suhu axilla: 36,5 0C
• Anemis, ekstremitas pucat, Tampak bekas darah di mulut. Keluarga membawa
muntahan darah disertai gumpalan yang dicurigai suatu nematoda

Sardjono & Nursiloningrum , 2014


Data klinis 13-09-2013 (IGD RSSA)

Gumpalan darah bersama muntahan Suspected “parasite”

Sardjono & Nursiloningrum , 2014


HASIL LABORATORIUM HEMATOLOGI
Parameter 13-09-2013 14-09-2013 15-09-2013 Nilai Normal
Hb (g/dl) 3,90 PRC 5,90 PRC 8,70 11,4 – 15,1
RBC (106/μl) 1,38 2,08 2,96 4,0 – 5,5

Hematokrit 11,40 17,30 24,60 40 – 47


(%)
WBC (μL) 5.350 2.170 3.150 4300 - 10300

PLT (/μL) 26.000 13.000 18.000 142.000-424.000

GDS (mg/dl) 357 - - < 140

Ureum 305,4 267.0 - Lk. 15 – 38


(mg/dl) Pr. 7 - 18
S.Kreatinin 7,03 6,38 -
Pasien meninggal Lk. 0.7 – 1,4
sebelum sempat Pr. 0.6 – 1,2
dilakukan endoskopi

Sardjono & Nursiloningrum , 2014


Penelurusan Data (Restrospektif) & Diskusi
• Satu bulan sebelum MRS di RSSA Px pernah MRS di RS Swasta dgn gejala yang
sama (muntah darah, berak warna hitam dan demam)
• 13 Agust 2013 : Hb 4 mg/dl. Trombo 130.000/mm3
• 20 Agust 2013 : Hb 9 mg/dl. Trombo 26.000/mm3 Tx transfusi darah
• Dirawat dgn Dx Demam Berdarah:
• Ternyata IgG/IgM Dengue (-)  KRS

Di RSSA : Hasil pemeriksaan morfologis makros & mikros  Lintah


Dx : Hirudiniasis saluran cerna

• Lintah  Annelida aquatik, free living


• Memiliki 3 gigi yang kuat di mulutnya. Saliva mengandung zat
antikoagulan kuat : hirudin, calin dan bdellin  perdarahan terus
• Hirudiniasis eksterna/interna

Sardjono & Nursiloningrum , 2014


Berbagai
Laporan kasus
Hirudiniasis
Peshawar Medical
College, Pakistan
Shiraz University of
Medical Sciences,
Shiraz, Iran
RINGKASAN

• Perdarahan UG/GIT  harus selalu ditanggapi sebagai kasus Emergency/


Gawat Darurat
• Perdarahan  tidak harus selalu diinterpretasikan dan dirawat/dikelola
sebagai DB
• Waspada berbagai macam penyebab perdarahan
• Sambil melakukan terapi supportif cari kausa utamanya,
• Kurang waspada  kesalahan diagnosis  kesalahan terapi/tata laksana
 FATAL
Myiasis
• Infestasi lava Diptera (lalat) dalam jaringan hidup manusia atau
vertebrata lain. Larva tersebut hidup dari memakan jaringan mati
atau hidup, termasuk cairan tubuh, atau makanan yang dicerna
dari inangnya.

• External Myiasis
• Cutaneous or Dermal Myiasis
• Subcutaneous Myiasis
• Wound Myiasis

• Body Cavities Myiasis


• Nasal, mouth, ears, ocular, anal or vaginal Myiasis

• Internal Myiasis
• Intestinal Myiasis
Myiasis Liang Telinga Luar (8 DESEMBER 2014)

• Perempuan, 82 tahun, datang ke RSSA dengan keluhan telinga kiri gatal, grebeg-
grebeg sudah 1 minggu. Keluar cairan -/+, nyeri -/+ pendengaran menurun +/+
Keluar belatung dari liang telinga kiri. → ke dr THT Blitar : saran dirangsang dgn asap
rokok keluar ± 50-60 belatung.  dikirim ke RSSA  MRS
• Pada malam harinya di ruangan rawat inap THT keluar banyak larva, (tanpa dirasa),
menyebar ke berbagai tempat (di bawah sprei, bantal, pojokan ruangan, dsb0.

Diterima sejumlah larva lalat yang berasal dari


pasien yang dirawat di Dept. THT RSSA.
Dilakukan pemeriksaan
dengan mengiris dan
memeriksa ujung anterior
dan posterior larva, lalu
diperiksa di bawah
mikrospkop

Dx Parasitologis
Dari morfologi anterior dan
posterior spiracle 
Larva stad 3 Lucilia (?)
Ocular Myiasis/Myiasis Orbita

• Seorang anak laki-laki usia 5 thn


dengan pembengkakan orbital
inferior dan massa eritematosa
yang timbul dari cul-de-sac
inferior mata kanannya

• Dilihat oleh Tim Bedah Ophthalmic


Mobile Angkatan Udara dari
Republik Honduras.
• Larva dikeluarkan dengan lembut di
bawah anestesi umum melalui
sayatan kecil di konjungtiva
• Dx via Spirakel posterior 
Dermatobia hominis

(Goodman et al., 2000)


Kasus Myiasis Mata/Sinus Orbitalis
di RSSA Malang
Px datang dengan keluhan keluar belatung dari sudut mata
kiri. Larva yang keluar diambil dan dikirim ke Laboratorium
Parasitologi

Hasil pemeriksaaan Parasitologis


Larva stad 3 dari Lucilia

Data pasien tidak terlacak


Myiasis Stoma Trakheostomi 1 23 Oktober 2014

Larva berasal dari stoma


trakheostomi PxCa Larynx
Dx. Awal (post spiracle : Larva
Musca domestica stad 3
Dx. Post biakan : lalat dewasa
Chrysomia spp

Doc Dept. THT RSSA, 2014;


Doc. SMF ParKlin, 2014

Myiasis Stoma Trakheostomi 2 13 Februari 2017

Larva berasal dari stoma trakheostomi dari Px


laki-2 yg di DxCa Larynx th 2015,
Trakheostomi permanen, dg Kemo Tx & Radio
Tx : Debridement stoma dan rekanulasi dg GA
didapatkan larva sebanyak 21 ekor
Dx. Awal (post spiracle : Larva Chrysomia stad II
Biakan tidak tumbuh
(Doc Dept. THT RSSA, 2017;
Doc. SMF ParKlin, 2017;
Sardjomo et al., 2017)
Myiasis Hidung/Cavum nasi
Px laki-laki usia 22 tahun mengeluh keluar belatung dari hidung sejak + 2 hari lalu.
Awalnya hidung pasien membengkak + 2 minggu lalu, hidung berbau dan
mengeluarkan nanah. Lalu 1 minggu kemudian muncul luka yang semakin membesar,
kemudian dirasa di lukanya ada yang bergerak-gerak. Pasien didiagnosa dengan KNF
pada bulan Juli 2015, lalu memulai kemoterapi pada bulan Oktober sebanyak 6 kali
dan pada bulan Februari 2016 dilakukan CT Scan evaluasi dan didapatkan massa
membesar. Pasien diminta untuk kemo lanjutan namun pasien menolak dan tidak
pernah kontrol. Px datang lagi ke RSSA karena keluar belatung 10 Agustus 2016.

(Sardjono et al, 2017)


Rx Operasi : Pro Debridemant dg GA

Laporan operasi: (11-8-2016)


Debridement +Ekstraksi myasis + biopsi CN S/ GA
1. Eksplorasi luka, tampak 1 ekor belatung di cavum oris
diambil dan dimasukkan tabung
2. Tampak fistel di ginggivo bucal ke arah Cavum Nasi S/
3. Eksplorasi luka di CN S/ tampak 2 ekor belatung,
dilakukan pengambilan dan dimasukkan tabung
4. Jaringan nekrotik dibersihkan perlahan dengan
ditetesi NS semaksimal mungkin
5. Tampak massa di CN S/ berdungkul kesan mudah
berdarah  dilakukan biopsi dan kontrol perdarahan
dengan kassa, perdarahan berhenti
6. Jaringan tepi luka diambil dan dikirim ke PA
7. Dilakukan swab pada luka  dikirim ke Mikrobiologi
8. Melanjutkan membersihkan jaringan nekrotik sisa
dengan NS dan perhidrol semaksimal mungkin

Dx. Parasitologis : Larva Lucilia stad-3 (1 larva)


Sisa 2 larva dibiakkan – tidak tumbuh
Investasi Cacing Railletina?
• Anak perempuan berumur 1 th 4 bulan, asal Nganjuk,
• Ibu: analis di Puskesmas
• 1-2 Sept. 2019 : BAB cair warna hijau, disertai bentukan spt cacing warna
coklat panjang 1-2 cm, ada yg tebal & tipis dlm jumlah relatif banyak
•  di Tx Pirantel Pamoat 1 x 125 mg – 3 hari
• Tgl 4 Sept 2019 : BAB lagi dg bentukan cacing sangat banyak
• Tgl 5-6 Sept 2019 :BAB bersih warna kuning cerah
• Tgl 26 Sept 2019 : BAB cair warna hijau, Cek FL ditemukan telur Ascaris (?)
• Tgl 30 Sept 2019 : Terapi Pirantel Pamoat 1 x 125 mg selama 2 hari
• Tgl 6 & 7 Okt 2019 : BAB warna hijau + bentukan spt cacing dlm jumlah
sangat banyak
• Selama BAB warna hijau Px tidak konsumsi cairan berwarna hijau
• Tx Selanjutnya : Albendazole sekitar Okt 2019 – Maret 2020
9 Okt 2019 - RSSA
Dx Sementara : Susp. Infeksi Cacing Railletina
• Raillietina spp. (raillietiniasis)
• genus cestoda  parasit pada burung, hewan pengerat,, dan primata non-
manusia.
• Infeksi manusia jarang terjadi, dilaporkan dari Amerika Tengah dan Selatan,
Kuba, Iran, Jepang, Asia Tenggara, Filipina, Polinesia Prancis, Australia, dan
Amerika Serikat (Hawaii).
• Infeksi pada manusia diperoleh dari konsumsi serangga yang
terinfeksi/invertebrata lain tanpa disengaja (Davis et al., 2019; Sapp dan
Bradbury, 2020; Blainne et al,, 2022). Sebagian besar kasus telah dilaporkan
dari anak-anak.
• Gambaran klinis : Sebagian besar kasus tanpa gejala. Pada anak
menunjukkan gejala usus umum seperti mual, muntah, diare, sakit kepala,
penurunan berat badan, pertumbuhan terhambat. Gejala non-usus tidak
jelas (Acha et al., 1980).
Dx Sementara : Susp. Infeksi Cacing Railletina
• Tidak ada rejimen Tx khusus utk raillietiniasis.  Praziquantel (Davis
et al., 2019).
• Dx pasti berdasarkan morfologi kasar cacing dewasa dan proglotid,
dan morfologi telur yang dibebaskan dari proglotid.

• Proglottid berisi telur  mirip dengan D. caninum,  harus dibedah untuk


memeriksa telurnya. (diameter 25–35 μm dan mengandung onkosfer
berkait enam).
• Telur terkandung di dalam kantong yang rata-rata berdiameter sekitar 250–
300 μm (Davis et al., 2019; Ash dan Orihel, 2007; ; Blainne et al,, 2022).
• Scolex dari Raillietina dilengkapi dengan kait, scolex dari I.
madagascariensis tidak bersenjata (Davis et al., 2019).
Mikroskopis
Siklus Hidup
Diagnosis Pasti (?)
• Dx. Exjuvantivus
• Dengan terapi Antihelmintic Pirantel Pamoate & Albendazole 
Pasien sembuh dan tumbuh sehat

Ijin ortu untuk


menampilkan foto
Kasus-kasus Parasitologik & Jamur di tempat lain
Unik dan belum dilaporkan?

• Di Manado (Prof. Dr. dr. Yosef Tuda, SpParK)


• Cacing Mata : Diroflaria atau Gnathostomiasis? Malaria
• Di Jakarta: (Prof Agnes, Prof Retno, Dr Pratika Uri, dr Ika dll)
• Penyakit Jamur dan Parasit Lain (Neurologi, paru dll)
• Di Simalungun -SumUt : (Prof. Dr. Umar Zein, DTMH, SpPD, KTI)
• Taeniasis asiatica, Salah satu galur Taenia baru?
• Di Palu (Dr. Dra. Sutrisnawati, Mkes)
• Schistosomiasis di Sulawesi Barat : masih adakah kasusnya?
• Di Sumatera Barat (Prof. Dr. Nuzulia)
• Severe Hookworm Infection – kasus dari Dept IKA?
• Di Jember (Dr. dr. Yunita Armiati, SpParK)
• Cacing dari Saluran Kemih: Infestasi atau Kontaminasi?
• Di Bali (Prof Putu Sutisna, Dr. Made Sudarmaja)
• Kasus-kasus Taeniasis di Bali
• Di Papua. Atau di mana lagi??
RINGKASAN
• Kasus-kasus Penyakit Parasitik relatif sering, sangat bervariasi, dan bisa
mengenai berbagai organ, tetapi sayang di RSSA tidak semuanya terekam
dan terdokumentasi dengan baik. Bagaimana di tempat lain?
•  Fenomena Gunung Es
• Beberapa kasus tidak dilaporkan di sini, karena relatif ringan dan tidak fatal
(Cutaneus Larva Migrans, Norwegian Scabies, Severe Dermatomycosis),
tetapi ada yang dilaporkan secara khusus (undiagnosed malaria, infeksi
parasit oportunistik atau parasit insidental lain).
• Kerjasama/kolaborasi antar departemen perlu ditingkatkan dalam rangka
peningkatan mutu pelayanan dan kemajuan ilmu & pengetahuan masing-2
departemen/bidang ilmu
Terimakasih
Kepada semua pihakyang telah membantu
terlaksananya kegiatan ini
Daftar Pustaka
• Bukhari MA, Fida R, Ahmad M, Akhnund IA & Asnad, 2013. Leech Infestation in Upper
Respiratory Tract (URT). Medical Channel;19(2):60-62
• Getahun M, Endayehu Y, and Berhanu GD. 2021 A Case Report on Leech Infestation as a
Cause of Severe Anemia in a 10-Month-Old Infant in Ethiopia. International Medical
Case Reports Journal 2021:14 111–114
• Goodman RL, Montalvo, MA, Reed, JB. et al. 2000. Anterior Orbital Myiasis Caused by
Human Botfly (Dermatobia hominis)., Arch Ophthalmol.;118(7):1002-1003. doi:10-
1001/pubs.Ophthalmol.-ISSN-0003-9950-118-7-epe90105
• Nur AM & Gorfu ZT. 2022. Upper GI Bleeding Due to Leech Infestation in Ethiopian
Patients: A Case Series and Review of Literature. International Medical Case Reports
Journal 2022:15 677–680
• Reihani H, Ghanei-Shahmirzadi A, Salehi S, Ansari-Charsoughi N, Karbasian F and M
Imanieh MH. 2022. Manifestation of leech infestation as severe gastrointestinal bleeding
in a 3-year-old boy: a case report and review of the literature . BMC Pediatrics (2022)
22:704 . https://doi.org/10.1186/s12887-022-03778-1
• Sardjono TW, Purnomo BB, Iskandar A, Gunawan A. 2009. Dioctophymatosis renalis in
humans: first case report from Indonesia. Proceedings of the Third ASEAN Congress of
Tropical Medicine and Parasitology (ACTMP3). The Windsor Suites Hotel, Bangkok,
Thailand. Parasites: a hidden threat to global health. p. 90–93. [Google Scholar]
Daftar Pustaka
• Sardjono TW, Poeranto S, Nursiloningrum E, Fatonah S. 2015. Leech Infestation Causing
Prolonged Gastrointestinal Bleeding, Acute Kidney Injury And Death. 51th Annual
Scientific Conference of the Malaysian Society of Parasotology and Tropical Medicine,
Kuala Lumpur 3-4 March 2015
• Sardjono TW, Wahyudiono AD, Hidayat R. 2017. Myiasis, diagnosis dan kepentingannya
Temu Ilmiah dan Workshop Perhimpunan Dokter Spesialis Parasitologi Klinik Indonesia
(PDS PARKI) “One Health: Update in Clinical Parasitology and Mycology”, Hotel Lumire
Jakarta - 17 – 19 Nopember 2017
• Sardjono TW. 2020. Foto-foto koleksi Kasus-kasus Parasitologis di praktek pribadi dan di
Rumah Sakit selama ini. Dokumen Pribadi. (Dipilih sebagian)
• Sardjono TW 2022. Recurrent expulsion of Railletina worms in a Javanese small girl.
Infection or Infestation? (belum dipublikasikan)
• Shinta, Soehartono, Purnama, & Wahyudin W. 2016. Myiasis pada hidung. Presentasi
kasus PPDS di Lab THT RSSA
• Suryotomo H, Halim A, Putra RE. 2014. Myiasis pada stoma trakheostomi. Presentasi
kasus PPDS di Lab THT RSSA
• Wahyudiono AD, Duhitatrisari F. 2014. Myiasis pada canalis akustikus externus.
Presentasi Kasus di Lab THT RSSA

Anda mungkin juga menyukai