1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Polda Kalimantan Utara merupakan Polda yang baru terbentuk di Tahun 2018
dengan Visi Polda yang Profesional, Modern dan terpercaya, untuk mewujudkan visi yang
Promoter harus didukung dengan sarana dan prasarana yang memenuhi kebutuhan
Opersional Kepolisian selaku pelindung, penganyom, pelayan masyarakat sekaligus sebagai
Aparatur Penegak Hukum, dengan Anggaran DIPA tahun Anggaran 2020 Polda Kaltara akan
membangun Rumah Tahanan Negara sebagai wujud Polri Yang Promoter, dalam
membangun Rumah Tahanan Negara tersebut harus memenuhi kriteria bangunan gedung
negara
Setiap bangunan Gedung Negara harus diwujudkan dan dilengkapi dengan
peningkatan Mutu atau Kualitas, sehingga mampu memenuhi secara optimal fungsi
bangunannya, dan dapat menjadi teladan bagi lingkungannya, serta memberi kontribusi
positif bagi perkembangan arsitektur. Setiap Bangunan Negara harus direncanakan dan
dirancang dengan sebaik-baiknya, sehingga dapat memenuhi kriteria teknis bangunan yang
layak dari segi mutu, biaya, dan kriteria administrasi bagi bangunan negara.
Pelaksanaan pengawasan lapangan harus dilakukan oleh pemberi jasa pengawasan yang
kompeten dan dilakukan secara penuh dengan menempatkan tenaga - tenaga ahli
pengawasan di lapangan sesuai kebutuhan dan kompleksitas pekerjaan.
Konsultan pengawas bertujuan secara umum mengawasi pekerjaan konstruksi dari segi
biaya, mutu dan waktu kegiatan pelaksanaan.
Kinerja pengawas lapangan sangat ditentukan oleh kualitas dan intensitas pengawasan,serta
yang secara menyeluruh dapat dilakukan kegiatannya berdasarkan Kerangka AcuanKerja
(KAK) yang telah disepakati.
Keberadaan Rumah Tahanan Negara diatur dalam ketentuan Pasal 18 Peraturan Pemerintah
Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana
(KUHAP) yang menyebutkan ayat (1) Di setiap Ibukota Kabupaten atau Kotamadya dibentuk
Rutan oleh Menteri; ayat (2) apabila dipandang Menteri dapat membentuk atau menunjuk
Rutan di luar tempat sebagaimana dimaksud ayat (1) yang merupakan cabang dari Rutan;
ayat (3) Kepala cabang Rutan diangkat dan diberhentikan oleh Menteri.Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan fungsi cabang rumah tahanan. Sementara metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian evaluasi pelaksanaan dan
pemanfaatan program, dengan digunakannya metode ini diharapkan mendapatkan
gambaran secara umum terkait Kebijakan Kementerian Hukum dan HAM tentang
keberadaan Rumah Tahanan Negara di luar Kementerian Hukum dan HAM. Keberadaan
Cabang rutan di luar Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, belum bersinerginya
cabang rutan di luar kementerian dengan rutan yang berada di bawah Direktorat Jenderal
Pemasyarakatan.
Untuk pelaksanaan Kegiatan Pengawasan Pembangunan Rutan di Mapolda Kalimantan
Utara ini diharapkan dapat memenuhi peraturan Pemerintah No 27 Tahun 1983
Kerangka Acuan Kerja ( KAK ) Sebagai acuan untuk pekerjaan pengawasan bagi penyedia jasa
sehingga mampu mendorong perwujudan pelaksanaan pembangunan kontruksi bangunan
gedung yang sesuai kaidah -kaidah yang berlaku.
2. DATA PENUNJANG
2.1 Data Dasar Kerangka Acuan Kerja dan risalah aanwijzing merupakan data awal yang berisi
azas, kriteria, dan proses yang harus dipenuhi atau diperhatikan. Setiap pengadaan data dan
informasi harus diupayakan oleh Konsultan Pengawas/Supervisi, namun sepanjang tersedia,
pengguna jasa akan mendukung pengadaan data terkait terutama untuk data dan informasi
yang tersedia dalam jangkauan kewenangan setelah diterbitkannya Surat Perintah Mulai
Kerja untuk Konsultan Supervisi/Pengawas
Untuk setiap data diharapkan terdapat lebih dari 1 (satu) alternatif atau referensi data,
sedangkan yang bersifat peraturan perundang-undangan yang berlaku harus diperoleh
secara lengkap dan terbaru.
Konsultan Pengawas/Supervisi selanjutnya harus menginterpretasikan semua data-data ke
dalam pelaksanaan tugas pekerjaan terkait Pengawasan konstruksi dengan tetap mengikuti
semua ketentuan dan standar baik teknis maupaun non teknis yang berlaku.
Untuk melaksanakan tugas, Konsultan Pengawas Konstruksi harus namun tidak terbatas
pada:
- Mencari sendiri informasi yang dibutuhkan selain informasi dalam KAK maupaun
informasi dari Pengguna Jasa;
- Memeriksa kebenaran informasi yang digunakan dalam melaksanakan tugasnya, baik
yang berasal dari KAK, maupun informasi lainnya;
- Informasi Pengawas yang dibutuhkan meliputi; Dokumen pelaksanaan yang terdiri dari
gambar rencana dan gambar pelaksanaan, RKS, Berita Acara Aanwijzing sampai tahap
penetapan pemenang, dokumen kontrak konstruksi; Jadwal pelaksanaan (bar Chart, S
Curve dan net work planning pekerjaan yang dibuat oleh Kontraktor); KAK; peraturan,
standar dan pedoman (teknis dan non teknis) yang berlaku untuk pekerjaan
pengawasan, termasuk petunjuk teknis pengawasan mutu pekerjaan, dan informasi
lainnya.
2.2 Standar Teknik Dalam kegiatan Supervisi seperti yang dimaksud pada KAK ini, Konsultan
Pengawas/Penyedia Jasa harus memperhatikan persyaratan-persyaratan serta ketentuan-
ketentuan sebagai berikut :
a. Persyaratan Umum Pekerjaan; Setiap bagian dari kegiatan supervisi/pengawasan harus
dilaksanakan secara benar dan tuntas dan memberikan hasil yang telah ditetapkan dan
diterima dengan baik oleh Pengguna Jasa/Kuasa Pengguna Anggaran/ Pejabat Pembuat
Komitmen/Pengendali Kegiatan;
b. Persyaratan Obyektif; Pelaksanaan pekerjaan pengaturan dan pengamanan yang obyektif
untuk kelancaran pelaksanaan, baik yang menyangkut macam, kualitas dan kuantitas dari
setiap bagian pekerjaan;
c. Persyaratan Fungsional; Kegiatan pelaksanaan supervisi baik yang menyangkut waktu,
mutu dan biaya pekerjaan harus dilaksanakan dengan profesionalisme dan
tanggungjawab yang tinggi sebagai Konsultan Manajemen Konstruksi;
d. Persyaratan Prosedural; Penyelesaian administrasif sehubungan dengan pelaksanaan
tugas/pekerjaan di lapangan harus dilaksanakan sesuai dengan prosedur prosedur dan
peraturan-peraturan yang berlaku;
e. Kriteria Lain-lain; Selain kriteria umum di atas, untuk Kegiatan Pengawas berlaku pula
ketentuan-ketentuan seperti standar, pedoman, dan peraturan yang berlaku, antara lain
ketentuan yang diberlakukan untuk pekerjaan kegiatan yang bersangkutan, yaitu Surat
Perjanjian Pelaksanaan Pekerjaan (Kontrak), dan ketentuan-ketentuan lain sebagai dasar
perjanjiannya.
2.3 Studi-studi terdahulu Pengguna jasa tidak menyediakan hasil studi terdahulu untuk proses
pengadaan jasa Konsultan pengawas Konstruksi ini. Konsultan pengawas Konstruksi wajib
melakukan eksplorasi data secara mandiri dalam rangka penyusunan dan pelaksanaan
metoda kerja pelaksanaan pekerjaan. (Konsep Desain / PraDisain)
2.4 Referensi Hukum
1. Peraturan terkait dengan Konsultan Pengawasan/Supervisi:
- Undang-Undang Bangunan Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung; -
Undang-undang No. 18 tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi;
- Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung;
- Peraturan Pemerintah Nomor 59 Tahun 2010 tentang Perubahan atas Peraturan
Pemerintah Nomor 29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi;
- Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2015 tentang Perubahan Keempat Peraturan
Presiden Nomor 54 tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;
- Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 07/PRT/M/2014 tanggal 4 Agustus 2014
tentang Perubahan Kedua Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor
07/PRT/M/2011 tentang Standar dan Pedoman Pengadaan Pekerjaan Konstruksi dan
Jasa Konsultansi;
- Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 26/PRT/M/2008 tanggal 30 Desember
2008 tentang Persyaratan Teknis Sistem Proteksi Kebakaran Pada Bangunan Gedung
dan Lingkungan;
- Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 24/PRT/M/2008 tanggal 30 Desember
2008 tentang Pedoman Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung;
- Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 45/PRT/M/2007 tanggal 27 Desember
2007 tentang Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara;
- Permendagri No. 1 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan
Perkotaan;
- Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 29/PRT/M/2006 tanggal 1 Desember
2006 tentang Pedoman Persyaratan Teknis Bangunan Gedung;
- Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 30/PRT/M/2006 tanggal 1 Desember
2006 tentang Pedoman Teknis Fasilitas dan Aksesibilitas pada Bangunan Gedung dan
Lingkungan.
2. Peraturan dan standar - standar teknis antara lain PBI, SKBI, PKKI, PUIL, SKSNI dan SNI,
dll.
3. Data Legger Bangunan
4. Sertifikat Tanah
5. Advice Planning
6. IMBB Eksisting
7. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 45/PRT/M/2007 tentang Pedoman Teknis
Pembangunan Bangunan Gedung Negara.
8. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 30/PRT/M/2006, tentang Pedoman teknis
Fasilitas dan Aksesibilitas pada Bangunan dan Lingkungan.
9. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20/PRT/M/2009 tentang Pedoman Teknis
Manajemen Proteksi Kebakaran di Perkotaan
10. Standar Nasional Indonesia SNI 03-1727-1989 tentang Pedoman perencanaan
Pembebanan untuk rumah dan gedung
2.5 Lingkup Kegiatan
1. Lingkup Kegiatan adalah Pengawasan Pembangunan Rumah Tahanan Polda Kalimantan
Utara.
2. Lingkup Pekerjaan Lingkup Kegiatan Lingkup Kegiatan Pengawasan Pembangunan Rumah
Tahanan Polda Kalimantan Utara meliputi pengendalian waktu, biaya, pencapaian sasaran
fisik (kualitas dan kuantitas), dan tertib administrasi di dalam Kegiatan Pembangunan
Pengawasan Pembangunan Rumah Tahanan Polda Kalimantan Utara mulai dari tahap
Persiapan Pekerjaan sampai tahap masa pelaksanaan berakhir (Penyerahan I), mulai dari
tahap pelaksanaan sampai dengan masa pemeliharaan, yang terdiri dari :
1). Tahap Konstruksi.
a. Mengadakan evaluasi program kegiatan pelaksanaan konstruksi fisik yang disusun
oleh penyedia jasa, yang meliputi program program pencapaian konstruksi,
penyediaan dan panggunaan tenaga kerja, peralatan dan perlengkapan, bahan
bangunan, informasi, dana, program Pengendalian kualitas pelaksanaan, dan
program Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3).
b. Mengendalikan program pelaksanaan konstruksi fisik, yang meliputi program
pengendalian sumber daya, pengendalian biaya, pengendalian waktu,
pengendalian sasaran fisik (kuantitas dan kualitas) pekerjaan, pengendalian tertib
administrasi, pengendalian kesehatan dan keselamatan kerja.
c. Melakukan evaluasi program terhadap penyimpangan teknis dan manajerial yang
timbul, usulan koreksi program dan tindakan turun tangan, serta melakukan koreksi
teknis bila terjadi penyimpangan.
d. Melakukan koordinasi antara pihak pihak yang terlibat dalam pelaksanaan fisik.
e. Melakukan kegiatan pengawasan yang terdiri atas:
- Memeriksa dan mengarahkan pembuatan Rencana Mutu Kontrak dari
Kontraktor.
- Memeriksa dan mempelajari dokumen pelaksanaan konstruksi yang akan
dijadikan dasar dalam pengawasan pekerjaan di lapangan,
- Mengawasi pemakaian bahan, peralatan dan metode pelaksanaan, serta
ketepatan waktu, dan biaya pekerjaan konstruksi,
- Mengawasi pelaksanaan pekerjaan konstruksi dari segi kualitas, kuantitas, dan
laju pencapaian volume/ realisasi fisik,
- Melakukan pengujian-pengujian yang diperlukan terhadap hasil pekerjaan baik
dengan melalui uji laboratorium maupun dengan melakukan test-test tertentu
yang harus dilakukan di lapangan sesuai arahan PPK seperti hammer test,
coredrill dan lain-lain.
- Mengumpulkan data dan informasi di lapangan untuk memecahkan persoalan
yang terjadi selama pekerjaan konstruksi,
- Menyelenggarakan kegiatan rapat koordinasi secara berkala, dan rapat teknis
lapangan secara rutin/mingguan membuat laporan mingguan dan bulanan
pekerjaan pengawasan, dengan masukan hasil rapat¬rapat lapangan dan
laporan laporan yang dibuat oleh penyedia jasa,
- Menyusun berita acara persetujuan kemajuan pekerjaan untuk pembayaran
angsuran, pemeliharaan pekerjaan, dan serah terima pertama dan kedua
pekerjaan konstruksi,
- Meneliti dan menyetujui gambar gambar pelaksanaan (Shop Drawings) yang
dibuat dan diajukan oleh kontraktor,
- Meneliti gambar gambar yang telah sesuai dengan pelaksanaan (As Built
Drawings) sebelum serah terima pertama,
- Menyusun daftar cacat/ kerusakan sebelum serah terima pertama, dan
mengawasi perbaikannya pada masa pemeliharaan,
- Menyusun HPS/OE untuk pekerjaan tambah yang diperlukan, bersama-sama
dengan Direksi Teknis,
- Menyusun back up perhitungan volume,
- Memberikan penilaian untuk mendapat persetujuan dari Pejabat Pembuat
Komitmen tentang sub kontraktor yang akan dilibatkan oleh penyedia barang/
jasa,
- Mengusulkan perubahan-perubahan serta penyesuaian di lapangan untuk
memecahkan persoalan-persoalan yang terjadi selama pekerjaan konstruksi,
- Menyusun laporan akhir pekerjaan Pengawasan konstruksi.
2.6 Keluaran Keluaran dari kegiatan ini sekurang-kuranya adalah sebagai berikut:
a. Laporan Mingguan, sekurang-kurangnya terdiri dari:
- Profil proyek sesuai yang minimal berisikan nama penyedia jasa konstruksi, nilai
kontrak, waktu/lama kontrak pelaksanaan konstruksi, sub item pekerjaan, gambaran
umum lapangan (gambar-gambar pra rencana permasalahan, dll);
- Perumusan masalah secara umum dan , laporan cuaca, laporan tenaga kerja,
peralatan;
- Dokumen visual kegiatan selama 1 (satu) minggu;
- Laporan Progress pelaksanaan konstruksi dilapangan;
- Resume dari laporan harian;
- Rekapitulasi capaian pekerjaan;
- Laporan harus diserahkan setiap minggu sejak diterbitkannya SPMK.
b. Laporan Bulanan, sekurang-kurangnya terdiri dari:
- Laporan hasil kemajuan pekerjaan dilengkapi visual pelaksanaan konstruksi terhitung
bulan pertama Kalender sampai dengan pekerjaan selesai;
- Permasalahan atau kendala dan usulan solusi penanganannya;
- Dokumen Administrasi (surat menyurat selama pelaksanaan konstruksi);
- Notulensi dan Absensi rapat koordinasi yang dilaksanakan oleh Pengawasan/Supervisi;
- Resume dari laporan Mingguan;
- Laporan diserahterimakan sejumlah 2 (dua) eksemplar tiap bulannya dengan format
A4, yang telah dibahas dan disetujui oleh Pengguna Jasa.
c. Laporan Akhir, sekurang-kurangnya terdiri dari:
- Berisikan laporan dari seluruh rangkaian kegiatan manajemen konstruksi, yang
dilengkapi dengan Album Foto (0%, 50%, dan 100%) serta gambar gambar perubahan
dalam proses pelaksanaan konstruksi berjalan (Potret Pelaksanaan);
- Laporan harus diserahkan selambat-lambatnya 1 Minggu setelah pelaksanaan
Konstruksi selesai sebanyak 5 (lima) buku laporan dengan format A4. Selain laporan
dalam bentuk hardcopy, Konsultan Pengawasan/Supervisi berkewajiban menyiapkan
seluruh hasil pekerjaannya dalam bentuk computer file yang dikemas ke dalam 1
(satu) unit Hard Disk Esternal, yang berisi informasi seluruh pekerjaan yang meliputi
proses pelaporan pelaksanaan.
d. Laporan Pemeliharaan Berkala, minimal berisi tentang pelaksanaan pemeliharaan,
perbaikan cacat kurang, kegiatan lain selama masa pemeliharaan sampai dengan FHO;
2.7 Peralatan, Material, Personil dan Fasilitas yang disediakan Pengguna Jasa diwajibkan untuk
menyediakan kantor Konsultan Pengawasan/Supervisi yang termasuk di dalam kontrak
kontraktor.
2.8 Peralatan dan Material yang disediakan Penyedia Jasa Penyedia Jasa diwajibkan untuk
menyediakan segala perlengkapan dan peralatan yang berkaitan dengan tugas
Pengawasan/Supervisi
2.9 Lingkup Kewenangan Penyedia Jasa Lingkup kewenangan bagi Konsultan
Pengawasan/Supervisi adalah terkait kegiatan pengawasan pekerjaan konstruksi yang
meliputi:
a. Pekerjaan Pengawasan/Supervisi, baik mengenai kuantitas, kualitas, maupun ketepatan
waktu pekerjaan;
b. Pengamanan untuk kelancaran pelaksanaan, baik dalam hal mutu pekerjaan, ketertiban
pekerjaan, menghindari penyimpangan pelaksanaan pekerjaan, maupun penyelesaian
perselisihan yang mungkin timbul;
c. Pengaturan penggunaan bahan untuk pekerjaan, baik mengenai asal bahan, penilaian/
penelitian kualitas bahan, dan larangan/penggunaan bahan yang tidak memenuhi
persyaratan;
d. Penyelesaian administrasi di lapangan mengenai penyerahan pekerjaan, penyimpangan
dari rencana, perhitungan pekerjaan tambah/kurang, perpanjangan waktu pelaksanaan.
2.12 Pelaporan