Disusun oleh :
Kelompok 2
Dhila Wina K A2B022005
Istyani Fitria Noorzantika A2B022002
Popi Nurhopipah A2B022008
Halaman
I. PENDAHULUAN ................................................................................................. 3
A. Profil IKM .......................................................................................................... 3
B. Produk Pangan yang Dihasilkan ........................................................................ 3
C. Orientasi Pasar ................................................................................................... 4
D. Proses Produksi .................................................................................................. 4
II. METODOLOGI ................................................................................................. 6
A. Waktu dan Tempat ............................................................................................. 6
B. Alat dan Bahan ................................................................................................... 6
C. Metode Pengambilan Data ................................................................................. 6
III. KAJIAN TERHADAP PENERAPAN SISTEM KEAMANAN PANGAN ..... 7
A. Aspek Good Manufacturing Practices (GMP) ................................................... 7
B. Analisis Bahaya .................................................................................................. 8
C. Bahaya Potensial (CCP) ................................................................................... 13
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................ 16
V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ............................................................ 32
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 33
I. PENDAHULUAN
A. Profil IKM
Jenang Jaket Asli ini dipasarkan dengan cara menjual ditoko milik
sendiri langsung kepada pembeli dan juga home industri ini mensupply
produk jenang jaket kepada toko-toko yang menjual oleh-oleh khas Banyumas
yang ada disekitar Purwokerto.untuk meningkatkan nilai jualnya, Jaket Jenang
Asli diproduksi dalam dua variant yaitu jenang yang menggunakan wijen atau
jenang jaket wijen dan jenang yang tidak menggunakan wijen atau jenang
jaket asli/polos. Jenang polos Rp14.000,00 per bungkus dan Jenang yang
menggunakan wijen Rp16.000,00 per bungkus.
D. Proses Produksi
1. Waktu
Kunjungan dilaksanakan pada hari Rabu, 7 September 2022 pada
pukul 14.00-15.30
2. Tempat
Kunjungan dan pengamatan dilakukan di home industri Jenang Jaket
Asli yang bertempat di Jl. Adipati Mersi No. 68, Mersi, Kec. Purwokerto
Timur, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah 53112.
1. Alat
• Kertas
• Bolpoin
2. Bahan
• Materi
• Formulir
1. Wawancara
Melakukan wawancara langsung dengan pemilik home industri Jenang
Jaket Asli terkait manajemen mutu dan keamanan pangan.
2. Observasi
Melihat secara langsung proes pembuatan Jenang Jaket Asli dan
kebersihan alat yang digunakan selama proses produksi.
III. KAJIAN TERHADAP PENERAPAN SISTEM KEAMANAN PANGAN
GMP merupakan suatu pedoman bagi industri terutama industri yang terkait
dengan pangan, kosmetik, farmasi dan peralatan medis untuk meningkatkan mutu
hasil produksinya terutama terkait dengan keamanan dan keselamatan konsumen
yang mengkonsumsi atau menggunakan produk-produknya. Dalam penerapannya,
GMP sangat erat hubungannya dengan Hazard Analysis & Critical Control
Control Points (HACCP). Penerapan Good Manufacturing Practices (GMP)
secara luas akan berakibat pada banyak aspek yang berhubungan dengan hygienis
karyawan perusahaan maupun sanitasi pada proses produksi. Sebab yang
diutamakan dari penerapan Good Manufacturing Practices (GMP) di lapangan
adalah agar tidak terjadi kontaminasi terhadap produk selama proses produksi
terjadi, sehingga produk yang sampai ke konsumen merupakan produk yang aman
untuk dikonsumsi. (Agustin, 2020)
Good Manufacturing Practice (GMP) atau biasa disebut cara produksi pangan
yang baik (CPPB) merupakan pedoman yang memperlihatkan aspek keamanan
pangan bagi Industri Rumah Tangga (IRT) untuk memproduksi pangan agar
bermutu, aman dan baik untuk dikonsumsi. Berdasarkan Undang- Undang Nomor
36 Tahun 2009 tentang kesehatan, pasal 111 Ayat (1) menyatakan bahwa makanan
dan minuman yang digunakan masyarakat harus didasarkan pada standart atau
persyaratan kesehatan dengan demikian dalam Udang-Undang tersebut tersirat
bahwa makanan dan minuman yang tidak memenuhi persyaratan kesehatan
dilarang untuk diedarkan. Peraturan tersebut sesuai dengan tujuan dari GMP, yaitu
memberikan prinsip dasar keamanan pangan bagi IRT dalam penerapan CPPB-
IRT agar dapat menghasilkan produk pangan yang aman dan bermutu sesuai
dengan tuntutan konsumen baik konsumen domestik maupun intenasional
Rudiyanto (2016)
GMP termasuk dari salah satu bagian dalam sistem Hazard Analysis Critical
Control (HACCP) yang berfungsi untuk meminimalkan bahkan menghilangkan
masalah mutu pangan yang dapat disebabkan oleh beberapa fakor seperti biologis,
fisis dan kimia. Bagi industri kecil hingga industri menengah, penerapan GMP
berguna untuk mendapatkan sertifikat P-IRT. Good Manufacturing Practice
mencakup 14 aspek yang terdiri dari lokasi, bangunan, fasilitas sanitasi, mesin dan
peralatan, bahan, pengawasan proses, produk akhir, laboratorium, karyawan,
pengemas, label dan keterangan produk, penyimpanan, pemeliharaan, penarikan
produk dan pelaksanaan pedoman. (Rizki S. R., 2019)
B. Analisis Bahaya
2. Bahaya Kimia
Bahaya kimia adalah berupa cemaran bahan-bahan kimia beracun
yang dapat menyebabkan keracunan atau penyakit jika termakan olah
manusia, seperti residu pestisida, logam berbahaya, racun yang secara alami
terdapat dalam bahan pangan, dan cemaran bahan kimia lainnya. Bahaya
kimia berbahaya yang mungkin terdapat pada produk pangan dibedakan
dalam dua kelompok, yaitu (1) bahan kimia yang terbentuk secara alami pada
bahan pangan, (2) bahan kimia yang ditambahkan ke dalam bahan pangan
baik secara sengaja maupun secara tidak sengaja.
Produk pangan yang mengandung lemak pada umumnya akan
mengalami reaksi-reaksi hidrolisis dan oksidasi yang dapat mempengaruhi
cita rasa ataupun menghasilkan senyawa yang dapat menyebabkan
ketengikan. Reaksi hidrolisis minyak atau lemak akan diubah menjadi asam-
asam lemak bebas dan gliserol. Reaksi hidrolisis yang dapat mengakibatkan
kerusakan lemak atau minyak terjadi karena terdapat sejumlah air dalam
minyak atau lemak. Proses oksidasi dapat berlangsung bila terjadi kontak
antara sejumlah oksigen pada minyak atau lemak. Oksidasi biasanya dimulai
dengan pembentukan radikal bebas dan hidroperoksida. Tingkat selanjutnya
ialah terurainya hidroperoksida menjadi aldehid dan keton serta asam-asam
lemak bebas. Terjadinya reaksi oksidasi akan mengakibatkan rasa dan bau
tengik pada minyak tersebut. Ketengikan (Rancidity) terbentuk oleh aldehida
bukan peroksida. Jadi kenaikan peroxide value (PV) hanya indikator bahwa
minyak sebentar lagi akan berbau tengik.
Bahan kimia yang sengaja ditambahkan ke dalam makanan, dengan
mengetahui komposisi bahan tersebut dengan maksud dan tujuan tertentu,
seperti untuk meningkatkan nilai gizi, cita rasa, mengendalikan keasaman dan
kebasaan, memantapkan bentuk dan penampakan. Bahan tambahan yang tidak
sengaja ditambahkan, yaitu bahan pangan yang tidak mempunyai fungsi
dalam makanan tersebut terdapat secara tidak sengaja, baik dalam jumlah
sedikit atau cukup banyak akibat perlakuan selama proses produksi,
pengolahan, dan pengemasan. Bahan ini dapat pula merupakan residu atau
kontaminan dari bahan yang sengaja ditambahkan untuk tujuan produksi
bahan mentah atau penganganannya yang masih terus terbawa ke dalam
makanan yang akan dikonsumsi.
Keracunan makanan, selain disebabkan karena mikroorganisme dapat
disebabkan karena bahan kimia. Ketika masuk ke dalam tubuh manusia zat
kimia ini akan memberikan efek berbeda-beda, tergantung jenis dan jumlah
zat kimia yang masuk ke dalam tubuh (Yuliarti, 2007). Umumnya gejala yang
ditimbulkan oleh pangan berkaitan dengan gangguan pencernaan dan gejala
sakit perut, demam, sakit kepala, diare, mual dan muntah-muntah. Penyakit
degeneratif seperti jantung koronenr, hipertensi, diabetes dan sebagainya
dapat disebabkan konsumsi pangan sumber karbohidrat, lemak, gula, dan
garam secara berlebihan.
3. Bahaya Biologi
Bahaya biologi yaitu berupa bakteri, virus, parasit yang dapat
menyebabkan sakit baik secara infeksi maupun intoksikasi. Gangguan
kesehatan berupa infeksi terjadi karena mengkonsumsi produk yang
mengandung mikroorganisme patogen, sedangkan intoksikasi terjadi karena
mengkonsumsi makanan yang mengandungracun (toksin) dari
mikroorganisme. Adanya bahaya mikrobiologis dapat terjadi karena adanya
mikroorganisme telah ada di dalam bahan atau karena kontaminasi dari luar
selama proses pengolahan.
Beberapa bakteri patogen yang berbahaya dan sering mencemari
makanan, yaitu Salmonella sp, Clostridium sp, dan Shigella sp. Bakteri-
bakteri seperti Salmonella sp dan Shigella sp dapat menyebabkan penyakit
menular dan mudah mengkontaminasi makanan yang kurang terjamin
sanitasinya, sedangkan Clostridium sp dan Pseudomonas dapat menghasilkan
toksin yang berbahaya. Selain bakteri, terdapat mikroorganisme lain seperti
kapang yang dapat menghasilkan racun yang disebut mitoksin. Salah satu
mitoksin yang dikenal adalah aflatoksin yang dihasilkan oleh kapang
Aspergilus flavus pada kacang tanah.
Makanan yang disukai manusia pada umumnya juga disukai oleh
mikroorganisme. Makanan yang telah terkontaminasi mikroorganisme akan
mengalami penguraian, sehingga dapat mengurangi nilai gizi dan cita rasa
makanan, bahkan dapat menyebabkan sakit sampai meninggal. Menurut SNI
01-2986-1992, Kapang adalah mikroorganisme multiseluler dan mempunyai
benang-benang halus yang disebut hifa, kumpulan hifa disebut meselium,
berkembangbiak menjadi spora. Contoh miselium adalah serat putih seperti
kapas yang tumbuh pada tempe. Kebanyakan kapang bersifat anaerob (tidak
membutuhkan oksigen bebas tuntuk pertumbuhan), penyetaraan asam basa
untuk pertumbuhannya sekitar pH 2 sampai pH 9. Kisaran suhunya 10 °C-30
°C, dan beberapa spesies mampu tumbuh di bawah atau di atas kisaran ini.
Kapang dapat menyebabkan kerusakan pada bahan pangan dan beberapa
dapat menyebabkan reaksi alergi dan infeksi terutama pada populasi yang
kekebalannya kurang. Seperti halnya bakteri, kapang dapat menimbulkan
penyakit, yaitu infeksi oleh kapang (mikosis) dan keracunan (mikotoksikosis)
akibat tertelannya hasil metabolisme beracun (toksin).
Kapang yang memproduksi mikotoksin terutama jenis Aspergillus sp,
Penicillium sp, dan Fusarium sp. Kapang juga mempunyai struktur yang
disebut spora yang pada umumnya terletak pada ujung-ujung dari hifa, dan
merupakan struktur yang sangat ringan dan mudah menyebar kemana-mana.
Spora merupakan alat perkembangbiakan kapang, karena pada kondisi
substrat dan lingkungan yang baik spora dapat bergerminasi dan tumbuh
menjadi struktur kapan yang lengkap. Satu struktur kapang dapat dihasilkan
beratus-ratus sporayang mudah menyebar dan mencemari pangan, kemudian
tumbuh menjadi bentuk kapang yang lengkap. Jika dilihat dibawah
mikroskop, berbagai jenis kapang mempunyai struktur hifa dan spora yang
berbeda-beda, dan karakteristik struktur tersebut digunakan untuk
mengidentifikasi kapang.
Spora kapang pada umumnya mempunyai warna tertentu tergantung
dari jenis kapangnya. Oleh karena itu, pertumbuhan kapang pada pangan
mudah dilihat dengan mata, yaitu ditandai dengan perubahan warna yang
menunjukkan adanya spora kapang atau berjamur.selain dapat menyebabkan
kerusakan pangan, beberapa kapang tertentu juga bermanfaat karena
digunakan dalam proses fermentasi pangan.
B. Analisis Bahaya
Analisis bahaya pada pangan dapat diidentifikasi dari bahan bakunya. Pada
bahan baku jenang dapat diidentifikasi potensi bahaya yang mungkin terjadi, yaitu
tepung beras ketan, gula merah, santan kelapa, dan air yang akan diuraikan pada
Tabel 2.
Tabel 2. Identifikasi Potensi Bahaya Pada Bahan Baku Jenang
No Bahan Bahaya Penyebab Penting tidaknya Tindakan
baku bahaya Peluang Keparaha Penting/tid pengendalian
(T/S/R) n (T/S/R) ak (T/S/R)
1. Tepung Fisik: Kesalahan T S T -Perbaikan
beras kontamina penanganan penanganan
ketan si benda dan dan
asing penyimpana penyimpanan
(kerikil, n bahan tepung beras
pasir) baku ketan.
R S T -Menyimpan
Biologi: Kutu yang tepung beras
kutu ada pada ketan
beras ketan ditempat
yang kering
dan tertutup
dan tidak
terlalu lama
disimpan.
Kimia: Kapang T S T -Memilih
racun yang racun, tepung beras
kapang, residu ketan yang
residu pestisida bebas
pestisida yang pestisida dan
terkandung kontrol
pada beras pemasok dan
ketan sortasi pada
saat
penerimaan
bahan baku
2. Gula Fisik: Kesalahan T S T Kontrol
merah kontamina penanganan pemasok dan
si benda dan sortasi pada
asing penyimpana saat
(kerikil, n bahan penerimaan
manggar) baku bahan baku,
Kimia: penyaringan
Pengawet Pada T S T gula setelah
(natrium pembuatan dicairkan
metabisulf gula merah Perhatikan
it) dalam
pemilihan
gula merah
3. Santan Biologi: Kesalahan T S T Kontrol
kelapa kapang/ja penanganan pemasok,
mur dan penanganan
Aspergillu penyimpana dan
s sp. n bahan penyimpanan
baku ditempat
kering
4. Air Biologi: Sumber air T S R Pengecekan
cemaran dekat mutu air,
E.coli dengan perebusan
cemaran air,
pemberian
saringan pada
saluran air.
Keterangan : T (tinggi), S (sedang), R (rendah)
Pada tepung beras ketan bahaya fisik dapat berupa benda-benda asing seperti
kerikil, pasir dan debu berasal dari kesalahan penggilingan dan pengemasan yang
tidak hati-hati oleh pemasok. Bahaya biologi dari tepung beras ketan berupa
adanya kapang dan kutu pada beras ketan, hal ini dapat dicegah dengan
mengontrol pemasok, pemilihan mutu/kualitas ketan yang baik, pengecekan secara
visual saat akan digunakan, dan memperhatikan tempat penyimpanan (tidak
lembap).
Pada air bahaya fisik dapat berupa adanya benda asing (kotoran atau debu),
sedangkan bahaya biologi dapat ditimbulkan yaitu cemaran mikroba (E.coli), hal
tersebut dapat dicegah dengan melakukan pengecekan mutu air setiap akan
produksi, dilakukan sterilisasi pada air, dan pemberian filter atau penyaring pada
saluran air.
Pada gula merah bahaya fisik yang dapat ditimbulkan yaitu adanya benda-
benda asing pada gula jawa seperti yang setiap kali ditemui yaitu manggar (bunga
kelapa) yang terikut dalam gula merah dan benda asing seperti kerikil atau residu
dari pembuatan gula merah. Bahaya fisik dapat ditangani dengan cara menyaring
gula merah setelah dilakukan pencairan/pemasakan, dan mengontrol pemasok
untuk memastikan kualitas gula merah yang akan digunakan. Bahaya kimia dari
gula merah adalah pengawet natrium metabisulfit. Hal ini perlu mendapatkan
perhatian karena senyawa sulfit termasuk senyawa yang berbahaya bagi kesehatan
manusia. Hal tersebut dapat dikendalikan dengan cara memilih kualitas jenis gula
yang baik (coklat tua) dan menyimpan gula merah ditampat kering dan tertutup.
Pemilihan jenis kelapa yang akan didapatkan santannya akan mempengaruhi
rasa pada produk akhir sehingga perlu diperhatikan. Semakin tua kelapa semakin
banyak minyak yang dihasilkan. Bahaya fisik yang dapat ditimbulkan buah kelapa
yaitu adanya benda asing seperti serpihan kecil tempurung kelapa, serabut kelapa,
dan lainnya. Bahaya biologi berupa kapang dan jamur. Hal ini dapat dicegah
dengan tindakan lebih hati-hati dalam proses pengupasan kelapa, pemarutan,
sampai pemerasan santan kelapa agar benda-benda asing tidak terikut masuk.
Selain itu, mengontrol pemasok, pemilihan kelapa yang tepat, penyimpanan kelapa
ditempat yang kering (tidak lembap), dan peyimpanan santan kelapa di tempat yang
bersih dan pada suhu kurang dari 25°C.
Dari semua potensi bahaya, Jenang Jaket Mersi ini kemungkinan adanya
residu atau kerikil pasir pada gula merah, kutu pada tepung beras, dan mikroba
pada santan kelapa. Menurut Puspitawangi, et al. (2014), bahaya potensial belum
tentu semuanya memberikan dampak penting. Perlu diketahui bahwa pemastian
signifikansi bahaya perlu dilakukan untuk meringankan pekerjaan lebih lanjut
untuk penentuan titik kendali kritis (CCP). Hanya bahaya signifikan saja yang
akan dianalisis lanjut ke dalam pohon keputusan.
Tabel 3. Identifikasi potensi bahaya pada proses pembuatan jenang
Tahapan Proses Identifikasi Bahaya Tindakan Pencegahan
Pencairan gula Fisik: kontaminasi sisa Penyaringan gula merah
merah manggar (bunga kelapa), cair
pasir
Pencampuran bahan Biologi: kontaminasi udara Pekerja mencuci tangan
dan pekerja hingga bersih serta
menggunakan masker.
Pemasakan Fisik : kontaminasi benda Pekerja memakai atribut
asing (rambut, debu) seperti masker dan
Kimia: cemaran logam penutup kepala.
dari alat masak Pengaturan suhu panas
yang digunakan
Pendinginan Biologi : kontaminasi Pendinginan dilakukan
mikroorganisme dari pada kondisi ruangan yang
lingkungan steril dan bebas dari
kontaminasi sehingga
cemaran dapat
diminimalkan
Pengemasan Fisik: kontaminasi benda Pengecekan secara visual
asing (debu, stapler, saat proses pengemasan,
rambut) pekerja menggunakan
Biologi : kontaminasi dari masker, penutup kepala
pekerja serta alas kaki, mencuci
tangan dan kaki dengan
sabun sebelum melakukan
pengemasan
Pada Tabel 3 tersebut didapatkan potensi bahaya yang dapat terjadi selama
proses pembuatan jenang. Potensi bahaya fisik karena adanya cemaran benda
asing seperti, kerikil, manggar, pasir, debu, rambut, dan stapler. Potensi bahaya
biologi yaitu kontaminasi mikroorganisme dari lingkungan apabila penyimpanan
yang kurang tepat, dan kontaminasi mikroorganisme dari pekerja berupa cemaran
yang terbawa karena pekerja tidak menjaga kebersihan dirinya seperti tidak
mencuci tangan dengan sabun saat akan melakukan pemasakan. Serta potensi
bahaya kimia yaitu cemaran logam dari alat pemasakan yang digunakan, sehingga
perlu pengendalian suhu agar logam tidak mengkontaminasi produk.
Menurut Puspitawangi, et al. (2014), bahaya potensial belum tentu semuanya
memberikan dampak penting. Perlu diketahui bahwa pemastian signifikansi
bahaya perlu dilakukan untuk meringankan pekerjaan lebih lanjut untuk penentuan
titik kendali kritis (CCP). Hanya bahaya signifikan saja yang akan dianalisis lanjut
ke dalam pohon keputusan.
C. Penentuan CCP
Proses pengolahan jenang jaket di kelurahan Mersi yaitu persiapan bahan
baku, perlakuan awal (pencairan gula merah), pencampuran (tepung beras ketan,
gula merah cair, santan), pemasakan, pendinginan, dan pengemasan. Berdasarkan
pada proses pengolahan tersebut dapat diketahui bahwa titik kritis pengolahan
dapat dilihat pada tabel 4 dan 5.
Tabel 4. Penentuan titik kendali kritis bahan baku
Bahan baku Potensi bahaya CCP Batas kritis Pengendalian
Gula merah Terdapat sisa Bukan Tidak ada cemaran Menyaring gula
manggar dan CCP fisik (sisa manggar, setelah
kerikil kecil pasir dan sebagainya) pemasakan
Tepung Terdapat kutu Bukan Tidak terdapat kutu Pengecekkan
ketan CCP pada tepung ketan, tepung secara
warna tepung putih visual pada saat
tepung akan
digunakan
Santan Kontaminasi CCP Maksimal 1-2 jam Disimpan pada
kelapa mikroorganisme sebelum digunakan tempat yang
(Pranowo, 2009) bersih dan pada
suhu kurang dari
25°C
Bahan baku pembuatan jenang adalah gula merah, tepung ketan dan santan.
Berdasarkan Tabel 4, pada bahan baku pembuatan jenang didapatkan satu titik
kritis yaitu pada santan. Santan termasuk CCP karena terdapat potensi bahaya
yang dapat membahayakan kesehatan manusia karena mudah terkontaminasi oleh
mikroorganisme. Potensi bahaya kontaminasi mikroorganisme ini dapat dicegah
dengan cara penyimpanan bahan pada tempat yang bersih dan diletakan pada
ruangan yang suhunya kurang dari 25°C. Pada gula merah dan tepung ketan bukan
CCP karena berdasarkan diagram pertanyaan (Lampiran 1) tidak terdapat potensi
bahaya yang dapat membahayakan konsumen.
Tabel 5. Penentuan titik kendali kritis proses
Tahapan Potensi bahaya CCP Batas kritis Pengendalian
proses
Pencairan Terdapat sisa Bukan Tidak ditemukan Menyaring gula
gula merah bunga CCP cemaran fisik setelah pemasakan
(manggar), pasir (sisa manggar,
pasir dan
sebagainya)
Pencampuran Kontaminasi CCP Pekerja tidak Pekerja harus mencuci
bahan mikroorganisme mengenakan tangan dengan sabun
dari pekerja atribut prosedur sebelum melakukan
keamanan pangan pengolahan serta
yaitu tidak menggunakan masker
mengenakan dan penutup kepala
masker, penutup serta memakai alas
kepala dan alas kaki
kaki
Pemasakan Cemaran logam CCP Pemasakan Pengaturan suhu
berat dari alat selama 4 jam pemanasan
dengan suhu
antara 85°C-90°C
(Pranowo, 2009)
Pendinginan Kontaminasi CCP Didinginkan Pendinginan dilakukan
mikroorganisme selama 12 jam pada kondisi ruangan
dari lingkungan dengan suhu yang steril dan bebas
ruang pendingin dari kontaminasi
maksimal 10°C sehingga kemungkinan
(Pranowo, 2009) cemaran dari
lingkungan dapat
diminimalkan
Pengemasan Kontaminasi CCP Pekerja tidak Pekerja harus
mikroorganisme mengenakan menggunakan masker,
dari pekerja atribut prosedur penutup kepala serta
keamanan pangan alas kaki, mencuci
yaitu tidak tangan dan kaki
mengenakan dengan sabun sebelum
masker, penutup melakukan
kepala dan alas pengemasan
kaki
Cemaran fisik Penggunaan Penggunaan kemasan
seperti stepler stepler berpotensi plastik dengan
pada saat bahaya sehingga menggunakan sealer
membungkus pengemasan harus saat pengemasan
diganti
menggunakan
sealer
A. Kesimpulan
1. Industri Rumah Tangga Jenang Jaket “Jaket Asli” memiliki kategori
ketidaksesuaian yang minor sebanyak 24, mayor sebanyak 7, serius
sebanyak 6, dan tidak memiliki ketidaksesuaian dengan kategori kritis.
IRTP Jenang Jaket “Jaket Asli” termasuk kedalam level IV, sehingga harus
melakukan audit internal dengan frekuensi setiap hari.
2. Potensi bahaya pada bahan baku dan proses pembuatan jenang
teridentifikasi bahaya fisik (kerikil, manggar, debu, rambut, pasir, stepler),
bahaya kimia (pengawet kimia nira kelapa, logam dari alat masak), dan
bahaya biologi (E.coli dari air, kapang/jamur Aspergillus sp.).
3. Pada pengolahan jenang jaket Mersi ditemukan critical control point pada
bahan baku yaitu santan dengan batas kritis maksimal 1-2 jam sebelum
digunakan, dan pada proses pengolahan yaitu proses pencampuran bahan,
pemasakan, pendinginan serta pengemasan.
B. Rekomendasi
1. Lingkungan produksi sebaiknya dijaga kebersihannya, tidak membiarkan
hewan berkeliaran di sekitar tempat produksi, sehingga produk yang
dihasilkan bersih dan terhindar dari kontaminan seperti mikroba.
2. Sebaiknya tempat pencucian peralatan diberi sekat berupa tembok agar air
tidak membasahi lantai dan lantai tidak menjadi licin.
3. Sebaiknya sarana seperti pintu, ventilasi, jendela, atap yang berdebu
dibersihkan secara rutin.
4. Sebaiknya disediakan alat ukur untuk menimbang BTP, produk yang akan
dikemas, sehingga beratnya sesuai dengan yang diinginkan.
5. Sebaiknya lebih ditekankan lagi kepada karyawan agar menggunakan
pakaian kerja yang baik, merawat kebersihan badan, menggunakan
masker, penutup kepala, alas kaki dan mencuci tangan dengan sabun.
DAFTAR PUSTAKA
Puspitawangi, D., Haryo, S., & Rani, R. 2014. Pengembangan Usaha Ekspor Pada
Perusahaan Jenang Kudus Kharisma dengan Implementasi HACCP (Hazard
Analysis Critical Control Points) dan Dampaknya Terhadap Aspek Kelayakan
Investasi. Industrial Engineering Online Journal, 3 (2): 1-9.
Rudiyanto, H. 2016. The Study of Good Manufacturing Practices (GMP) and Good
Quality Wingko Based on SNI-01-4311-1996. Jurnal Kesehatan Lingkungan.
8(2):148. http://doi.org/10.20473/jkl.v8i2.2016.148-157
Ya Tidak
Pertanyaan 2.
Apakah setiap pengolahan, termasuk penanganan yang benar oleh konsumen
menjamin hilang atau berkurangnya bahaya sehingga aman?
Ya Tidak
Pertanyaan 3.
Apakah ada resiko kontaminasi ulang oleh peralatan atau produk lain yang tidak
dapat dikendalikan?
Ya (CCP) Tidak
Untuk formulasi bahan
Apakah formulasi/struktur produk akhir penting dalam mencegah bahaya sampai
tingkat yang membahayakan?
Ya (CCP) Tidak
Untuk setiap tahapan proses
Apakah proses ini mengandung bahaya signifikan?
Tidak
Ya (CCP) Tidak
Apakah ada kemungkinan terjadi bahaya atau kontaminan
sehingga bahaya meningkat sampai tingkat yang tidak
aman?
Lampiran
Lampiran 3. Dokumentasi kondisi home industry Jenang Jaket
Lampiran 4. Dokumentasi kunjungan