Lambaian-lambaian Sunyi
lambaian-lambaian sunyi
langit kelabu abadi
senandung senandung duka
lambaian-lambaian sunyi
langit kelabu abadi
adalah kehidupan hari kini
1971
1971
(nb. baris ke 11, engkau dan aku memancapkan salam; saya ragu apakah itu salah cetak dari
menancapkan?)
1971
1973
1973
1973
1973
Cahaya
mula-mula Cahaya: berpijar di ufuk jingga
yang gemilang menyingkap tabir Semesta
belukar sekeliling, kegelapan berguling
yang lantas sepi merajai seluruh cipta
1974
1974
1974
Danau
siapakah berkaca di Danau Kehidupan
romanmu anggun dan teduh berkilauan
sepi dari bujuk, pamrih atas dendam
terlihat bening dan hening permukaan
1974
Lalu Kita Ragu-ragu Menyebut; Siapa di Situ
lalu kita ragu-ragu menyebut; siapa di situ
siapa memadu angan dan kalbu dalam sedu
bersandar di pintu, mabok kepayang duka
hari-hari terjabat dalam gelap, dalam sunyi semesta
1974
1974
1974
Surabaya
I
menggaung lagu Bar, mari kita datang
dalam irama mengapung, kata-kata diucapkan
redup lampu, engkau-aku, kan tenggelam
memburu gelap kelam, hati kita girang
dalam gairah lambung, kaki-kaki diayunkan
larat-larut, hikmah hidup, kan menjelang
II
kurengkuh buaian, hangatmu tubuh prempuan
elok dalam dialog, esok saat-saat yang hilang
dansa-dansi, basa-basi, kan menepis bayang
III
beri rekah bibir, panas tubuh bergetar
dalam regukan subuh, dalam lekapan pusar
tahan diri keluh, sebelum menjadi pudar
IV
telaga segala telaga, sekeliling hutan duka
tersimpan bijak laki, tersandang liang luka
meruah rahmat hari, satu permainan jiwa
V
tinggal hanya lengang, anggur indera telanjang
menjulur dendam-rindu, menjalar jauh angan
menunggu dalam rabu, dalam ketaktentuan jalan
1973
Catatan Lain
Langit Kelabu, Sajak-sajak 1971-1973-1974. Begitulah yang tertulis. Tak ada puisi
tahun 1972. Kalau menengok ke daftar isi, puisi dibagi tidak berdasarkan subjudul,
tapi berdasarkan tahun, yaitu Sajak-sajak 1971 (12 puisi), Sajak-sajak 1973 (13 puisi)
dan Sajak-sajak 1974 (32 puisi). Pembacaan sepintas, sajak-sajak dalam kumpulan
ini pasti akan mengingatkan ke sajak-sajak Goenawan Mohamad dan Sapardi Djoko
Damono. Semacam sajak suasana.
Diposting oleh M. Nahdiansyah Abdi di 18.05
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest
Label: koleksi Perpustarda Prov. Kalsel, Linus Suryadi AG