INSTALASI FARMASI
OLEH
KELOMPOK 2 :
1
FORM PENILAIAN
Patient 5%
Counceling
DIS 15%
Preseptor
(Apoteker)
2
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................4
1
4.1 Kesimpulan...................................................................................................62
4.2 Saran….........................................................................................................63
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................64
2
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
3
BAB I
PENDAHULUAN
pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan
sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan
mutu kehidupan pasien (Permenkes RI, 2016). Rumah Sakit adalah institusi
secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat
langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan
farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu
ditujukan untuk keperluan rumah sakit dan pasien. Pekerjaan kefarmasian yang
IFRS merupakan suatu organisasi pelayanan di rumah sakit yang habis pakai serta
pelayanan jasa yaitu farmasi klinik (PIO, Konseling, Meso, Monitoring Terapi
Obat, Reaksi Merugikan Obat) bagi pasien atau keluarga pasien (Rusli, 2016).
4
Perencanaan sumber daya manusia adalah suatu proses sistematis
jumlah dan jenis tenaga kerja yang dibutuhkan pada setiap periode tertentu
mencapai efektivitas pekerja yaitu manajemen sumber daya manusia. Salah satu
berdasarkan indikator beban kerja yang dilakukan oleh tiap kategori sumber daya
manusia kesehatan pada tiap unit kerja di fasilitas pelayanan kesehatan. Metode
ini mudah untuk diterapkan, komprehensif dan realistis (Depkes RI, 2014)
kerja di fasilitas pelayanan kesehatan termasuk rumah sakit. Salah satu bagian di
rumah sakit yang memiliki peran besar dalam menunjang kegiatan operasional
rumah sakit adalah instalasi farmasi rumah sakit (IFRS). Instalasi Farmasi Rumah
Sakit (IFRS) merupakan bagian integral pelayanan kesehatan di rumah sakit yang
tersedianya obat yang bermutu dengan harga yang terjangkau bagi semua lapisan
5
masyarakat (Pudjaningsih, 2006). Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI
sakit bidang farmasi merupakan suatu standar pedoman mutu yang dikeluarkan
oleh menteri kesehatan RI yang harus dipenuhi oleh setiap instalasi farmasi rumah
sakit di Indonesia. Standar mutu ini diharapkan agar instalasi farmasi dapat
pelayanan resep yang cepat, tidak terjadi kesalahan pemberian obat, membarikan
kepuasan terhadap pasien dan penulisan resep sesuai dengan formularium rumah
sakit.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit. Rumah Sakit Khusus adalah
rumah sakit yang memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau satu jenis
penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ, jenis penyakit
Pelayanan kesehatan yang diberikan oleh Rumah Sakit umum terdiri atas:
pelayanan nonmedik.
7
Rumah Sakit umum kelas A merupakan Rumah Sakit umum yang memiliki
jumlah tempat tidur paling sedikit 250 (dua ratus lima puluh) buah.
Rumah Sakit umum kelas B merupakan Rumah Sakit umum yang memiliki
Rumah Sakit umum kelas C merupakan Rumah Sakit umum yang memiliki
Rumah Sakit umum kelas D merupakan Rumah Sakit umum yang memiliki
Sumber daya manusia pada Rumah Sakit umum berupa tenaga tetap
meliputi:
a. Tenaga medis : dokter, dokter gigi, dokter spesialis, dokter gigi spesialis,
c. Tenaga keperawatan;
d. Tenaga kebidanan;
e. Tenaga kefarmasian;
8
h. Tenaga gizi;
m. Tenaga nonkesehatan.
b. Mata;
d. Ginjal;
e. Jiwa;
f. Infeksi;
h. Paru;
i. Ketergantungan obat;
j. Bedah;
k. Otak;
l. Orthopedi
m. Kanker; dan
Sumber daya manusia pada Rumah Sakit khusus berupa tenaga tetap
meliputi:
9
a. Tenaga medis;
c. Tenaga kefarmasian;
Rumah Sakit khusus yang memiliki jumlah tempat tidur paling sedikit 100
(seratus) buah.
Rumah Sakit khusus yang memiliki jumlah tempat tidur paling sedikit 75(tujuh
Rumah Sakit khusus yang memiliki jumlah tempat tidur paling sedikit 25 (dua
Setiap Rumah Sakit harus menyelenggarakan pelayanan rawat inap, rawat jalan,
dan kegawatdaruratan.
1. 30% (tiga puluh persen) dari seluruh tempat tidur untuk Rumah Sakit milik
2. 20% (dua puluh persen) dari seluruh tempat tidur untuk Rumah Sakit milik
swasta.
b. jumlah tempat tidur perawatan di atas perawatan kelas I paling banyak 30%
10
(tiga puluh persen) tempat tidur untuk Rumah Sakit baik milik Pemerintah Pusat,
Pemerintah Daerah, dan swasta. Rumah Sakit umum, terdiri atas 5% (lima persen)
untuk pelayanan unit rawat intensif (ICU), dan 3% (tiga persen) untuk pelayanan
intensif lainnya.
Instalasi Farmasi Rumah Sakit secara umum dapat diartikan sebagai suatu
departemen atau unit atau bagian dari suatu rumah sakit dibawah pimpinan
seorang apoteker dan dibantu oleh beberapa orang apoteker yang memenuhi
sediaan farmasi, dispensing obat berdasarkan resep bagi penderita saat tinggal
Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) adalah suatu unit di rumah sakit
untuk keperluan rumah sakit dan pasien. Pekerjaan kefarmasian yang dimaksud
pelayanan produk yaitu sediaan farmasi, perbekalan kesehatan dan bahan medis
11
habis pakai serta pelayanan jasa yaitu farmasi klinik (PIO, Konseling, Meso,
Monitoring Terapi Obat, Reaksi Merugikan Obat) bagi pasien atau keluarga
2016)
Habis Pakai
Rumah Sakit
12
- Melaksanakan pelayanan Obat “unit dose”/dosis sehari
memungkinkan)
Pakai
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang sudah tidak dapat
digunakan
Obat
pasien/keluarga pasien
13
Pakai
lain:
Rumah Sakit.
jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud
untuk:
14
b) menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian
meliputi standar:
Pakai;
1. Pemilihan
2. Perencanaan kebutuhan
3. Pengadaan
4. Penerimaan
5. Penyimpanan
6. Pendistribusian
8. Pengendalian
9. Administrasi
c) Rekonsiliasi Obat
15
e) Konseling
f) Visite
Kemenkes No. 129 tahun 2008 tentang standar minimal pelayanan rumah sakit,
16
1. Profesionalisme.
3. Komunikasi efektif.
5. Keterampilan Apoteker.
a. Profesionalisme,
c. Komunikasi efektif.
pilar landasan ilmiah ilmu farmasi, ilmu biomedik, ilmu humaniora, dan
17
a.Produksi/pembuatan Sediaan Farmasi.
k. Farmakovigilans.
Kesehatan
18
4. Melaksanakan penyimpanan Sediaan Farmasi dan Alat
Kesehatan.
Alat Kesehatan.
prekursor farmasi
prekursor farmasi
Farmasi
extemporaneous.
19
apakah yang bersangkutan layak diberi penugasan klinis dan kewenangan klinis
Apoteker.
dengan suatu keputusan yang diterbitkan oleh “penguasa” atau dapat dianalogikan
sebagai pejabat tertinggi dalam fasilitas pelayanan kesehatan (Rumah Sakit) yaitu
sebagai berikut :
20
Asesi membuat permohonan untuk dikeluarkan Surat Penugasan
rumah sakit atau Mitra Bestari untuk dilakukan kredesialing atas nama
21
Bagan Alur Proses Kredensial
22
bertanggung jawab dan mentaati semua disiplin dan etika profesi apoteker serta
moral yang baik kepada pasien, sejawat dan masyarakat. Rincian kewenangan
3. Farmakovigilans (MESO)
pelayanan resep)
Farmasi)
Kesehatan
13. Pemusnahan dan Penarikan Bahan Baku, Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan
23
Medis Habis Pakai dari tempat penyimpanan sampai kepada unit pelayanan/pasien
dengan tetap menjamin mutu, stabilitas, jenis, jumlah, dan ketepatan waktu.
rawat inap merupakan sub unit Instalasi Farmasi yang melaksanakan pelayanan
penunjang. Apotek rawat inap khusus menangani pendistribusian obat pada pasien
Habis Pakai berdasarkan Resep perorangan yang disiapkan dalam unit dosis
tunggal atau ganda, untuk penggunaan satu kali dosis/pasien. Sistem unit dosis ini
Adalah suatu sistem distribusi obat kepada pasien rawat inap disiapkan
dalam bentuk dosis satu kali pemakaian. Sistem distribusi obat UDD merupakan
tanggung jawab farmasis, juga terkait dengan staf medis, perawat, dan
dalam bentuk satuan unit dosis yang terdiri dari obat-obatan dalam jumlah yang
telah ditentukan atau penyediaan yang efisien untuk satu kali penggunaan untuk
24
Keuntungan sistem distribusi obat dosis unit :
Pasien mendapat pelayanan farmasi yang lebih baik selama 24 jam sehari
memeriksa kopi pesanan obat yang asli dari dokter sebelum pemberian
obat; dan bagi perawat ada kesempatan untuk memeriksa obat-obat yang
lebih efisien.
dari saat dokter menulis pesanan obat sampai saat pasien menerima dosis
unit/UDD.
kekuatan daya obat, nomor kontrol, dan kemasan tetap utuh sampai obat
25
kesalahan obat dan juga membantu menarik kembali kemasan pada saat
obat.
sehari.
Individual dose dispensing adalah resep yang ditulis dokter untuk tiap
pasien untuk beberapa hari. Dimana setiap pasien langsung bisa menebus
Keuntungan :
langsung.
26
Kerugian :
Pasien yang berada di rawat inap, terbagi menjadi dua kelompok, yaitu :
1. Pasien BPJS
dengan one day dose dispensing yaitu ada pasien yang mendapatkan obat
langsung untuk sekali pakai, dan dikombinasikan dengan obat-obat yang bisa
dipakai untuk sehari. Sehingga pasien BPJS selalu mendapatkan obat langsung
individual dose dispensing, yaitu pasien non BPJS diberikan obat untuk
pemakaian beberapa hari sekaligus, namun pemberian obat untuk dimakan ada
yang langsung diberikan untuk beberapa hari, dan ada juga yang pemberiannya
dibantu oleh petugas dengan memberikannya per unit atau pemberian sekali
pakai.
27
2.7 Alur Pelayanan Resep di Apotek Rawat Jalan
Apotek Rawat jalan adalah sub unit dari instalasi farmasi yang merupakan
Mencatat obat dan alkes habis pakai yang hampir habis dalam buku
tersendiri.
Merapikan penyimpanan obat dan alkes habis pakai sebelum dan sesudah
pelayanan.
Menerima dan memeriksa obat dan alkes habis pakai askes rumah sakit
28
diterima ke petugas logistic atau gudang farmasi.
Mencatat pemakaian obat dan alkes habis pakai umum dan BPJS dari
Resep akan dientri oleh petugas sekaligus diverifikasi dan diberi nomor
urut.
AA memeriksa ulang nama obat, jumlah obat, jenis obat, aturan pakai, dan
biaya obat.
Setelah obat selesai disiapkan dan dicek ulang, obat diserahkan kepada
pasien disertai dengan penjelasan cara pakai, cara penyimpanan dan informasi
lainnya
29
2.8 Sumber Daya Manusia
Sumber Daya Manusia merupakan aset rumah sakit yang penting dan
merupakan sumber daya yang berperan besar dalam pelayanan rumah sakit.
Penanganan Sumber Daya Manusia Penting karena mutu pelayanan rumah sakit
sangat tergantung dari perilaku Sumber Daya Manusia, kemajuan ilmu dan
pendidikan dan pelatihan serta terpadu dan saling mendukung, guna menjamin
2007).
yang sesuai dengan beban kerja dan petugas penunjang lain agar tercapai sasaran
dan tujuan Instalasi Farmasi. Ketersediaan jumlah tenaga Apoteker dan Tenaga
dan perizinan Rumah Sakit yang ditetapkan oleh Menteri. (Permenkes RI,2016).
30
2.8.1 Kualifikasi Sumber Daya Manusia (SDM)
Apoteker
Tenaga Administrasi
Pekarya/Pembantu pelaksana
Untuk menghasilkan mutu pelayanan yang baik dan aman, maka dalam
jawabnya.
sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Instalasi Farmasi harus dikepalai oleh
31
seorang Apoteker yang merupakan Apoteker penanggung jawab seluruh
a) Beban Kerja
Jumlah dan jenis kegiatan farmasi yang dilakukan (manajemen, klinik dan
produksi)
Jumlah Resep atau formulir permintaan Obat (floor stock) per hari
Volume Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai.
32
tenaga Apoteker dengan rasio 1 Apoteker untuk 50 pasien.
rawat jalan, maka kebutuhan tenaga Apoteker juga diperlukan untuk pelayanan
pada jenis aktivitas dan tingkat cakupan pelayanan yang dilakukan oleh Instalasi
Farmasi.
dan rawat jalan, diperlukan juga masing-masing 1 (satu) orang Apoteker untuk
dan unit gawat darurat, maka diperlukan pedoman teknis mengenai Pelayanan
Kefarmasian pada unit rawat intensif dan unit rawat darurat yang akan diatur lebih
33
2. Menentukan dan mengirim staf sesuai dengan spesifikasi pekerjaan (tugas
diperlukan.
kompetensinya.
mentaati prinsip dan prosedur yang ditetapkan dan sesuai dengan kaidah-kaidah
Apoteker juga dapat berperan dalam Uji Klinik Obat yang dilakukan di
Rumah Sakit dengan mengelola Obat-Obat yang diteliti sampai dipergunakan oleh
subyek penelitian dan mencatat Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki (ROTD)
34
apotek rawat inap
apoteker madya
Memantau Persediaan Obat dan Alat kesehatan Habis Pakai Umum dan
Rawat Jalan
muda
Menyusun Rencana Kebutuhan Produksi Obat Steril dan Non steril Untuk
Rumah Sakit
Mengawasi Kegiatan Produksi Obat Steril dan Non Steril dan Bahan Habis
Pakai
Menetapkan formula obat dan teknik pembuatan sediaan obat jadi yang
akan diproduksi
35
Mengevaluasi dan Menyiapkan Laporan Kegiatan Produksi Obat Steril
ruangan.
Menyiapkan data Obat dan Alat Kesehatan Habis Pakai BPJS dan
madya
Farmasi
36
tentang prevalensi dan jenis penyakit, standar pelayanan kesehatan, jenis
personal.
37
disediakan RS. Berapa perkiraan pasien untuk setiap pelayanan kesehatan
2011).
dll. Perkiraan kebutuhan jumlah dan jenis tenaga kesehatan diperoleh dari
yang diperlukan. Metode ini mudah dan sederhana. Hasil yang didapatkan
SDM, situasi demand dan supplay SDM RS dan kapan tenaga kerja
38
informasi obat, konseling, edukasi dan visite, idealnya dibutuhkan tenaga
Unit (ICU), Intensive Cardiac Care Unit (ICCU), Neonatus Intensive Care
serta Rumah Sakit. Metode WISN adalah alat manajemen sumber daya
39
manusia yang digunakan untuk menentukan berapa banyak tenaga
kesehatan jenis tertentu yang diperlukan untuk mengatasi beban kerja yang
(Depkes RI,2004).
masing kategori SDM yang bekerja di RS selama satu tahun. Data yang
40
c. Pendidikan dan pelatihan sesuai ketentuan yang berlaku di RS yang
e. Ketidak hadiran kerja sesuai data rata – rata ketidak hadiran kerja
Data informasi yang diperlukan untuk penetapan unit kerja dan kategri
SDM adalah :
fungsinal.
c. Data pegawai berdasar pendidikan yang bekerja pada tiap unit kerja di RS.
41
d. PP nmor 32 tahun 1996 tentang SDM kesehatan.
kesehatan.
per tahun yang dimiliki oleh setiap kategori tenaga menyelesaikan tiap
kegiatan pokok oleh masing – masing kategori SDM. Standar beban kerja
waktu kerja tersedia yang dimiliki oleh masing – masing kategori SDM.
42
selanjutnya adalah menyusun standar kelonggaran dengan rumus dibawah
ini:
kebutuhan SDM per unit kerja meliputi: Data yang diperleh dari langkah
Kuantitas kegiatan pokok tiap unit kerja selama kurun waktu satu
kurun waktu satu tahun. Kebutuhan jumlah SDM disetiap unit kerja
43
Rasio WISN = 1 berarti jumlah SDM sesuai dengan beban kerja berdasar
Rasio WISN < 1 berarti jumlah SDM yang ada belum sesuai dengan beban
kerja.
BAB III
Sumber Daya Manusia merupakan aset rumah sakit yang penting dan
merupakan sumber daya yang berperan besar dalam pelayanan rumah sakit.
Penanganan Sumber Daya Manusia Penting karena mutu pelayanan rumah sakit
sangat tergantung dari perilaku Sumber Daya Manusia, kemajuan ilmu dan
44
perencanaan, pendidikan dan pelatihan serta terpadu dan saling mendukung guna
(Adisasmito, 2007)
yang sesuai dengan beban kerja dan petugas penunjang lain agar tercapai sasaran
dan tujuan Instalasi Farmasi. Ketersediaan jumlah tenaga Apoteker dan Tenaga
dan perizinan Rumah Sakit yang ditetapkan oleh Menteri. (Permenkes RI,2016).
aturan pemakaian, cara pemberian obat dan mengatur sistem manajerial apotek
rawat inap.
yang dibagi tiga orang bertanggung jawab pada shift pagi dan satu orang
bertanggung jawab pada shift sore. Asisten apoteker merangkap sebagai petugas
entry data yang tertulis dalam Kartu Instruksi Obat (KIO). KIO merupakan
Sakit. Untuk menghitung tenaga kerja yang dibutuhkan, kita terlebih dahulu harus
mengetahui :
Menentukan jabatan
Pendidikan/pelatihan/izin/sakit = 10 hari
45
Waktu kerja/hari = 6 jam/hari
= 274 hari/tahun
= 6 jam – 1 jam
= 1370 jam/tahun
46
2. Mengawasi kegiatan 28 pasien/ hari 1 menit 28 menit
Pencatatan dan Pelaporan
Apotik Rawat Inap
neurologi
3. Memantau Persediaan 28 pasien / hari 1 menit 28 menit
Obat dan Alat kesehatan
Habis Pakai di Apotik
Rawat Inap setiap hari.
neurologi
4 Menyusun laporan 60 menit
bulanan persediaan dan
kegiatan pelayanan di
apotek Rawat Inap
neurologi
5 Membuat daftar dinas 60 menit
petugas Apotek Rawat
Inap neurologi
6 Melakukan kegiatan 60 menit
pelayanan farmasi klinik
sesuai uraian jabatan
apoteker muda
7 Membaca daftar terapi 28 pasien/hari 5 menit/pasien 140 menit
diruang rawat dan
mengkaji ketepatan indi-
kasi, waktu penggunaan
obat, duplikasi dalam
pengobatan, reaksi alergi,
interaksi obat, efek sam-
ping serta kontraindikasi.
8 Melakukan visite ke- ruang 60 menit
rawat untuk melaksanakan
asuhan kefarmasian.
47
9 Memberikan solusi atas 60 menit
keluhan pasien yang
berkaitan dengan peng-
gunaan obat sehingga
tujuan terapi tercapai
secara optimal
10 Jumlah obat yang diberikan 28 pasien/hari 1 menit/pasien 28 menit
tepat untuk pasien yang
tepat, sesuai dengan yang
diminta dalam kartu
instruksi
Obat
11 552 menit
Keterangan :
tugasnya.
jumlah pasien.
x 1 Orang
𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑒𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑓/ℎ𝑎𝑟𝑖
48
552
×1 Orang=1,84 2 orang
300
tidur, 1 apoteker rawat inap memiliki beban kerja 30 pasien, sedangkan 1 apoteker
36
Apoteker yang dibutuhkan = ×1 orang=1,2 2 orang`
30
ICU
49
1. Ikut melaksanakan visite 36 pasien / hari 5 menit/ pasien 180 menit
ke ruangan Rawat Inap
Neurologi dan melak-
sanakan pelayanan farmasi
untuk pasien rawat inap
Neurologi sesuai Prosedur
Tetap Pelayanan Farmasi
Rawat Inap dan
Pelayanan Obat
Emergency.
2. Mencatat pemakaian obat 36 KIO/ hari 3 menit/KIO 108 menit
dan alkes habis pakai
Askes pada Kartu
Instruksi
Obat (KIO).
3. Menyiapkan Obat dan 36 resep / hari 3 menit/ resep 108 menit
Alkes Habis Pakai untuk
satu hari pemakaian
4 Menyerahkan Obat dan 5 menit
Alkes Habis Pakai kepada
perawat ruangan beserta
Kartu Instruksi Obat
(KIO) untuk pasien BPJS
dan buku tanda terima
untuk
pasien umum
5 Melaksanakan Pencatatan 36 pasien/hari 4 menit/ pasien 144 menit
dan pemeriksaan obat
emergency ruangan
Neuro- logi serta
melengkapi stok obat
emergency bila ada
50
kekurangan sesuai protap
pengelolaan obat
emergensi
6 Membuat catatan harian 18 pasien 5 menit / hari 90 menit
pengeluaran obat BPJS
untuk pasien Neurologi
dan membuat laporan
bulanan-nya.
7 Membaca daftar terapi 36 pasien/hari 5 menit/pasien 180 menit
diruang rawat dan
mengkaji ketepatan indi-
kasi, waktu penggunaan
obat, duplikasi dalam
pengobatan, reaksi alergi,
interaksi obat, efek sam-
ping serta kontraindikasi.
8 Melaksanakan pengisian 20 menit
kartu stok dan
pemeriksaan stok harian
obat sirup dan Tablet di
Apotek Rawat Inap dan
membuat laporan
bulanannya.
9 835 menit
x 1 Orang
𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑒𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑓/ℎ𝑎𝑟𝑖
835
×1 Orang=2,78 3 orang
300
51
835 waktu efektifkerja setahun
Berdasarkan waktu 1 tahun = × × 1 orang
300 waktu efektif kerja setahun
835 274
× ×1 orang=2,78 3 orang
300 274
52
Instruksi Obat (KIO) bagi pasien
pasien UMUM
7 Melaksanakan pengisian 1 30 menit 30 menit
kartu stok dan
pemeriksaan stok harian
alkes habis pakai apotek
rawat inap dan membuat
laporan bulanannya
8 Melaksanakan pencatatan 1 30 menit 30 menit
dan pemeriksaan obat
emergency ruangan
neurologi serta melengkapi
stok obat emergency bila
ada kekurangan sesuai
protap pengelolaan obat
emergency
203 menit
x 1 Orang
𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑒𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑓/ℎ𝑎𝑟𝑖
203
×1 Orang=0,67 1 orang
300
53
B. Perhitungan Jumlah Kebutuhan SDM Apotek Rawat Jalan (Shift
Pagi)
Beban
No Uraian Kegiatan SKR WPT
Tugas
1. Mengawasi dan melaksanakan 80 pasien / 1 menit / 80 menit
pelayanan Farmasi di Apotik hari pasien
Rawat Jalan
2. Mengawasi Kegiatan Pencatatan 80 pasien 1 menit 80 menit
dan Pelaporan Apotik Rawat Jalan / hari
3. Memantau Persediaan Obat dan Alat 60 menit
kesehatan Habis Pakai Umum dan
BPJS Rawat Jalan setiap hari
melalui SIM RS.
4. Membuat daftar dinas petugas 20 menit
Apotek Rawat Jalan.
5. Menyusun laporan bulanan 60 menit
persediaan dan kegiatan pelayanan
di apotek rawat jalan
6. Mengkaji resep dimulai dari seleksi 80 4 menit / 320
persyaratan administrasi, farmasetik pasien/hari pasien menit
dan klinis
7. Menyerahkan perbekalan farmasi 80 2 160
kepada pasien disertai dengan pasien/hari menit/pasien menit
pemberian informasi pasif
8. Memberikan solusi atas keluhan 80 menit
yang berkaitan dengan penggunaan
sehingga tujuan terapi tercapai
9. Jumlah obat yang diberikan tepat 80 menit
54
untuk pasien yang tepat, sesuai
dengan yang diminta dalam resep
∑WPT 940 menit
x 1 Orang
𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑒𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑓/ℎ𝑎𝑟𝑖
940
× 1Orang=3,13 3 orang
300
Rawat Jalan
Beban
No Uraian tugas SKR WPT
tugas
1 Melaksanakan pelayanan 80 resep 12 menit/ resep Resep non
farmasi untuk pasien BPJS non racikan dan racikan 75 x
poliklinik pada pagi hari, 26 menit untuk 12 menit =
IGD sesuai dengan protap resep racikan 900 menit
pelayanan sedangkan
resep racikan
5x26 menit =
130 menit jadi
total waktu
55
1030 menit
2 Mengawasi stok harian serta 30 menit 30 menit
menyusun permintaan obat
umum dan BPJS habis pakai
ke gudang farmasi
3 Merapikan penyimpanan 30 menit 30 menit
Obat dan Alkes habis pakai
sebelum dan setelah
pelayanan
4 Mengkoordinir dan 150 1 menit/kartu 150 menit
melaksanakan pengisian stok
kartu stok
∑WPT 1240 menit
x 1 Orang
𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑒𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑓/ℎ𝑎𝑟𝑖
1240
×1 Orang=4,1 4 orang
300
56
Beban
No Uraian Tugas SKR WPT
Tugas
1. Melaksanakan entry data 80 resep 3 resep/ 240 menit
resep umum pada menit
shift pagi
2. Memprint Rekap Bulanan 5 menit 5 menit
Penjualan Apotek Rawat
Jalan
Umum
3. Membukukan pengeluaran 20 menit 20 menit
obat
harian
4. Melaksanakan entry mutasi 3 menit 3 menit
obat dari apotik BPJS atau
UMUM
5. Membukukan faktur Obat 20 menit
Umum dari setiap obat
yang masuk ke Apotik
Rawat Jalan dalam
buku faktur.
6. Membuat daftar harga Obat 30 menit
dari setiap faktur obat yang
baru masuk sekaligus
memeriksa / mencek daftar
harga
obat yang lama.
∑WPT 318 menit
57
Jumlah Apoteker yang dibutuhkan =
x 1 Orang
𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑒𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑓/ℎ𝑎𝑟𝑖
318
×1 Orang=1,06 1 orang
300
58
Mengawasi Pelaksanaan 60 menit
Penerimaan, Penyimpanan dan
Pendistribusian obat dan
4
perbekalan farmasi lainnya dari
gudang farmasi ke seluruh unit di
Rumah sakit
Mengawasi pengelolaan 30 menit
5 penyediaan obat dan alat kesehatan
di Ruangan gudang farmasi
Mengawasi pendistribusian obat 30 menit
6 dan alat kesehatan di Ruangan
gudang farmasi
Menganalisa laporan pelayanan 60 menit
7 obat dan alat kesehatan di Ruangan
gudang farmasi
𝜮WPT 300 menit
x 1 Orang
𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑒𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑓/ℎ𝑎𝑟𝑖
300
×1 Orang=1 1 orang
300
59
Menyusun Rencana Kebutuhan 30 menit
1 Produk Obat Steril dan Non steril
Untuk Rumah Sakit
Mengawasi Kegiatan Produksi 60 menit
2 Obat Steril dan Non Steril dan
Bahan Habis Pakai
Menetapkan Formula Obat dan 60 menit
3 Tekhnik Pembuatan Sediaan Obat
Jadi yang akan diproduksi
Mengevaluasi dan menyiapkan 5 menit
4 Laporan Kegiatan Produksi Obat
Steril dan Non steril
Memeriksa dan Menyetujui 60 menit
5 Permintaan Hasil Produksi dari
Apotik dan ruangan
Mengawasi pemeriksaan verifikasi 30 menit
6 faktur-faktur, Obat dan Alat
Kesehatan di gudang farmasi
Meyiapkan data Obat dan Alat 30 menit
Kesehatan Habis Pakai BPJS dan
7 Umum yang akan dipesan sesuai
dengan perencanaan yang sudah
dibuat
Mengawasi Pelaksanaan 60 menit
Penerimaan, Penyimpanan dan
Pendistribusian obat dan
8
perbekalan farmasi lainnya dari
gudang farmasi ke seluruh unit di
Rumah sakit
Mengawasi pengelolaan 60 menit
9 penyediaan obat dan alat kesehatan
di Ruangan produksi
Mengawasi pendistribusian obat 60 menit
10 dan alat kesehatan di Ruangan
produksi
Menganalisa laporan pelayanan 5 menit
11 obat dan alat kesehatan Ruangan
produksi
60
𝜮WPT 500 menit
x 1 Orang
𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑒𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑓/ℎ𝑎𝑟𝑖
500
×1 Orang=1,67 2 orang
300
61
BAB IV
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisis kebutuhan tenaga kefarmasian dengan metode
6. Apoteker produksi 2 1
telah sesuai. Hanya saja terdapat kekurangan satu apoteker di Apotek Rawat
Jalan dan produksi serta kekurangan 1 TTK untuk 1 shift di Apotek rawat
62
4.2 Saran
63
DAFTAR PUSTAKA
Tahun 2016.
Rusli. 2016. Farmasi Rumah Sakit dan Klinik. Jakarta: Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia;
64
65