Anda di halaman 1dari 11

DAMPAK CUACA BURUK BAGI PEREKONOMIAN NELAYAN DI TANJUNG LUAR

KELOMPOK 2

ANGGOTA:
1. BQ. MARDYA
2. DIJI DWI APRI MAULIDA
3. DINI ASTIKA
4. DITYA SURYANATA
5. ELISA PEBRIANTI
6. EKO PURNAMA

SMA NEGERI 1 KERUAK


TAHUN AJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan karya ilmiah tentang "Dampak Cuaca Buruk
Bagi Perekonomian Para Nelayan di Tanjung Luar". Tidak lupa juga kami mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah turut memberikan kontribusi dalam penyusunan
karya ilmiah ini. Tentunya, tidak akan bisa maksimal jika tidak mendapat dukungan dari
berbagai pihak.Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik
dari penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam proposal ini. Oleh karena itu, kami
dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
proposal ini. Kami berharap semoga proposal yang kami susun ini memberikan manfaat dan
juga informasi untuk pembaca.

Keruak,1 Februari 2023

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………………………………………………………………………
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………
BAB l PENDAHULUAN………………………………………………………………………
A. LATAR BELAKANG…………………………………………………………………
B. MASALAH dan TUJUAN MASALAH………………………………………………
a. Masalah…………………………………………………………………………
b. Tujuan………………………………………………………………………….
C. RUANG LINGKUP KEGIATAN………………………………………………………
a. Objek……………………………………………………………………………
b. Jenis Kegiatan…………………………………………………………………
D. HIPOTESIS……………………………………………………………………………
E. TEORITIS……………………………………………………………………………….
F. METODE………………………………………………………………………………
BAB ll PEMBAHASAN ……………………………………………………………………….
A. HASIL PENELITIAN………………………………………………………………….
a. Dampak Cuaca Buruk Bagi Perekonomian Para Nelayan……………………
BAB lll PENUTUP……………………………………………………………………………
A. KESIMPULAN………………………………………………………………………..
B. SARAN…………………………………………………………………………………
DAFTAR
PUSTAKA……………………………………………………………………………………

BAB l PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Cuaca adalah keadaan udara pada saat tertentu dan di wilayah tertentu yang
relatif sempit (tidak luas) dan pada jangka waktu yang singkat. Atau definisi cuaca
ialah keadaan udara harian pada suatu tempat tertentu dan meliputi wilayah yang
sempit, keadaan cuaca ini dapat berubah setiap harinya. Atau pengertian cuaca yang
lainnya yaitu suatu keadaan rata-rata udara sehari-hari disuatu tempat tertentu &
meliputi wilayah yang sempit dalam jangka waktu yang singkat. Keadaan dari cuaca
mudah berubah – ubah, karena disebabkan oleh tekanan udara, suhu, angin,
kelembaban udara, dan juga curah hujan. Negara kita adalah negara kepulauan dan
dikelilingi oleh lautan.
Masyarakat yang tinggal di daerah pesisir umumnya bermata
pencaharian sebagai nelayan.Pada saat musim barat tiba para nelayan akan
menghentikan aktifitas melautnya karena akan membahayakan dan mengancam
keselamatan dirinya. Sebaliknya pada saat musim timur tiba para nelayan akan pergi
melaut dan mengambil ikan sebanyak- banyaknya untuk di jual kepada para pelelang
ikan dan memenuhi kebutuhan hidup masyarakat nelayan. Jika musim panen tiba
maka keadaan ekonomi para nelayan akan meningkat, sedangkan jika musim paceklik
tiba maka keadaanekonomi masyarakat nelayan akan menurun dan mempengaruhi
pola konsumsi mereka.
Maka berdasarkan pemikiran diatas bermaksud untuk mengangkat judul,
*DAMPAK CUACA BURUK BAGI NELAYAN DI TANJUNG LUAR*. Dimana
penulis akan mencari tahu sebab, akibat dan dampak cuaca buruk di daerah Tanjung
Luar.
B. MASALAH dan TUJUAN MASALAH
a. Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan sebelumnya, penelitian
ini bermaksud untuk mengetahui apakah cuaca buruk di tanjung luar sangat
berpengaruh terhadap ekonomi para nelayan. Agar penelitian ini lebih terarah
dan terfokus, maka dibuatlah beberapa sub masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana kehidupan para nelayan saat cuaca buruk di tanjung luar terjadi?
2. Apa dampak yang mereka alami disaat cuaca buruk tersebut terjadi?
b. Tujuan Masalah
Untuk memperjelas arah penelitian ini, dirumuskan tujuan penelitian sebagai
berikut:
1.Untuk mengetahui kehidupan para nelayan saat cuaca buruk terjadi.
2. Untuk mengetahui dampak yang mereka alami saat cuaca buruk tersebut
terjadi.

C. RUANG LINGKUP KEGIATAN


a. Objek
Penelitian ini berjudul Dampak Cuaca Buruk Bagi Perekonomian Para
Nelayan di Desa Tanjung Luar, Kecamatan Keruak.
b. Jenis Kegiatan
Mencari informasi tentang dampak Cuaca Buruk Bagi Perekonomian Para
Nelayan di desa Tanjung Luar Kecamatan Keruak

D. HIPOTESIS
H0: tidak terdapat dampak cuaca buruk bagi perekonomian nelayan tanjung luar
H1: terdapat dampak cuaca buruk terhadap perekonomian nelayan tanjung luar

E. TEORITIS
Cuaca adalah keadaan udara di atmosfer pada waktu dan tempat tertentu yang sifatnya
tidak menentu dan berubah-ubah. Penilaian terhadap kategori cuaca umumnya dinyatakan
dengan memperhatikan kondisi hujan, suhu udara, jumlah tutupan awan, penguapan,
kelembapan, dan kecepatan angin di suatu tempat dari hari ke hari. Secara umum, cuaca
diartikan sebagai kondisi perubahan suhu, angin, curah hujan, dan juga sinar matahari yang
mana berlangsung singkat.
Jenis cuaca yang biasa terjadi di Indonesia. Cuaca cerah dapat dilihat dengan kondisi
langit yang terang dan cerah. Sinar matahari cenderung hangat tidak menyengat panas.
Kondisi ini dapat dilihat dari langit yang berwarna biru membentang cerah. Cuaca cerah
berawan,seperti namanya, cuaca cerah berawan memiliki kondisi cuaca yang cerah namun
terdapat formasi awan yang mengiringinya. Cirinya, terdapat formasi awan yang berlapis
seperti bulu serat sutra yang halus.Cuaca berawan yaitu kondisi cuaca dimana di langit
terdapat formasi awan yang memadati atmosfer bumi. Cuaca berawan cenderung tidak terlalu
terik sebab awan menghalangi jalan sinar matahari. Awan yang ada di langit cenderung
bervariasi, seperti altocumulus, stratus, dan cumulus (awan yang berbentuk seperti bunga
kol).Cuaca berawan tebal merupakan cuaca sebagai indikasi akan adanya turun hujan. Di
cuaca ini, sinar matahari redup terhalang oleh kumpulan dan tebalnya awan bernama
nimbostratus. Awan nimbostratus adalah awan yang tebal yang membawa hujan gerimis
dengan ketinggian sekitar 600 – 3.000 meter dari permukaan bumi.Cuaca hujan ringan yaitu
kondisi dimana curah air hujan yang turun kurang dari 20-50 mm/hari.Cuaca hujan sedang
yaitu kondisi hujan dengan intensitas air hujan ada pada angka 20-50 mm/hari.Cuaca hujan
lebat yaitu kondisi cuaca hujan dengan intensitas air hujan yang berkisar di angka 50-100
mm/hari. Cuaca hujan petir yaitu kondisi dimana turun hujan yang lebat disertai dengan
adanya petir.
Pada penelitian ini peneliti menggunakan teori tindakan sosial yang dimana Max weber
mendefinisikan Sosiologi sebagaiilmu tentang situasi soaial.Weber dalam sosiologi
membahas mengenai perilaku sosial.Menurutnya terjadi suatu pergeseran tekanan kearah
keyakinan,motivasi,dan tujuan dari pada anggota masyarakat,yang semuanya memberikan isi
dan bentuk kepada perilakunya.Kata keperilakuan dipakai Weber untuk perbuatan-perbuatan
yang bagi siperilaku mempunyai arti subjektif.Perilaku hendak mncapai tujan atau didorong
oleh motivasi.

F. METODE
Penelitian ini,peneliti menggunakan pendekatan penelitian kualitatif deskrptif.dengan
pendekatan kualitatif diharapkan mampu menghasilikan sesuatu uraian mendalam tentang
ucapan,tulisan,atau perilaku yang dapat dimati dari suatu individu,kelompok,masyarakat dan
suatu organism tertentu.Adapun yang dimaksud dengan data deskriptif adalah data yang
dikumpulkan berupa kata-kata atau gambaran,dari pada angka-angka.
BAB ll PEMBAHASAN

A. HASIL PENELITIAN
a. Dampak Cuaca Buruk Bagi Perekonomian Para Nelayan
1. Menurut KNTI Ling Rohimin

Cuaca buruk yang terjadi pada akhir-akhir ini berdampak terhadap penghasilan
para nelayan kecil atau tradisional. Dengan kondisi cuaca tersebut menyebabkan para nelayan
itu tidak bisa menangkap ikan di lautan akibat gelombang tinggi yang berisiko bagi
keselamatan pelayaran. Dampak dari perubahan iklim ini memengaruhi sektor perikanan.
Dampak yang terjadi pada sektor perikanan adalah meningkatnya permukaan air laut,
bertambahnya intensitas terjadinya gelombang pasang, serta terjadinya hujan yang disertai
dengan angin kencang.

Sekretaris Jenderal Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia atau KNTI Ling


Rohimin mengatakan bahwa cuaca buruk tersebut sangat memberikan dampak yang
signifikan kepada para nelayan kecil atau tradisional. Pasalnya mereka tidak bisa melaut
sehingga pendapatan sangat menurun, bahkan tidak berpenghasilan sama sekali. “Nelayan
kita lagi terpuruk ya, cuaca ekstrem sangat berdampak tentunya karena mereka tidak bisa
melaut itu masalahnya, sehingga pendapatan mereka tidak ada sama sekali, benar-benar Rp 0,
makanya kalau kondisi seperti ini apa saja kita jual,” ujar Ling kepada Katadata.co.id,
Jakarta, Kamis (29/12). Ling mengatakan, dalam kondisi cuaca yang normal sekalipun para
nelayan dalam satu bulan itu hanya memiliki efektivitas selama 20 hari saja. Lantaran, waktu
10 hari mereka digunakan untuk memperbaiki alat angkat pancing dan perahu. “Jadi kalau
selama efektivitasnya hanya 20 hari dan ada cuaca ekstrim bisa dipastikan agak mengganggu
ya untuk keluarga nelayan,” ujar Ling.

2. Menurut Warga Sekitar

Menurut warga sekitar cuaca dulu dengan sekarang ini berbeda. Jika dulu cuaca
bisa ditebak, sekarang ini susah. Dewasa ini cuaca seringkali tiba-tiba berubah memberikan
tekanan pada nelayan. Umpamanya musim angin timur yang semestinya menjadi musim laut
tenang bagi nelayan saat mencari rajungan di laut, tiba-tiba angin barat datang. Kedatangan
angin barat ini membuat nelayan tradisional merasa kesulitan mencari tangkapan. Sebab
kedatangan angin barat ini selalu disertai dengan gelombang besar, sehingga resiko yang
dihadapi juga tinggi. “Sekarang ini panasnya juga berbeda, panas-panas dingin. Keluarnya
ikan pun menjadi berbeda-beda. Di laut, saat cuaca panas tiba-tiba ada dinginnya. Itu ikan
jadi tidak betah,” ujar warga sekitar. Akibatnya, hasil tangkapan makin hari makin menurun.
Dulu, sekali melaut dia bisa membawa pulang hasil tangkapan hewan yang masih
sekelompok kepiting dari beberapa marga anggota suku Portunidae ini antara 15-30 kilogram.
Sekarang ini hasil tangkapan tambah merosot, paling-paling pulang hanya dapat 3-5 ekor
rajungan.
Padahal musim baratan yang biasanya dimulai dari bulan Desember itu berakhir
pada bulan Maret. Tapi sampai sekarang ini masih ada. Artinya masih berlanjut musim
baratan atau warga menyebutnya dengan musim angin barat. Pada musim ini nelayan tidak
banyak yang berani melaut. Bila terpaksa melaut karena persediaan sudah habis. Selain itu,
pendangkalan pesisir pantai juga menjadi faktor menurunnya hasil tangkapan nelayan.
Dengan berbagai permasalahan yang dihadapi para nelayan rajungan ini warga sekitar
berharap menjadi perhatian pemerintah baik ditingkat daerah maupun pusat.

3. Pengaruh Gelombang Laut

Hasil penangkapan diketahui mulai dari bulan desember hasil tangkapan yang
didapatkan tidak ada sama sekali. Dimana pada bulan tersebut gelombang laut sangat tinggi
sehingga nelayan tidak berangkat melaut. Ketika masuk pada bulan januari hasil tangkapan
masih belum stabil dikarenakan masih ada pengaruh gelombang laut. Pada bulan februari,
jumlah tangkapan sudah mulai berangsur baik. Sampai di bulan maret mulai peralihan
stabilnya gelombang laut, dimana hasil tangkapan yang didapat meningkat, Pada bulan april,
hasil tangkapan masih stabil sama dengan bulan maret. Kemudian pada bulan Mei hasil
tangkapan sudah mulai relatif tinggi untuk setiap tripnya, dan bulan Juni keadaan gelombang
laut sudah baik, hasil tangkapan pun relatif lebih tinggi.

Terhitung dari bulan desember sampai dengan bulan juni hasil tangkapan nelayan
berangsur-angsur meningkat, hal ini merupakan pengaruh dari gelombang laut yang terjadi
pada bulan desember (puncak gelombang laut tertinggi) dan kemudian berakhir pada bulan
maret sampai bulan juni (tidak ada gelombang laut). Jumlah hasil tangkapan meningkat
sedikit demi sedikit seperti pada bulan maret sampai dengan bulan juni yang merupakan
bulan tidak adanya gelombang namun dapat dilihat hasil tangkapan pun tidak sama
jumlahnya, hal ini dikarenakan penyebaran ikan yang juga sulit diprediksi, hal ini
mengakibatkan jumlah tangkapan cenderung tidak stabil tetapi masih tergolong hasil
tangkapan yang relatif tinggi disetiap bulannya.

Keadaan cuaca sangatberpengaruh terhadap proses operasipenangkapan ikan.


Seringkali saat cuaca buruk nelayan tidak melaut untuk menangkap ikan, hal ini tentunya
menyebabkan nelayan tidak mendapatkan penghasilan. Dengan cuaca yang berubah-ubah
tentunya menyulitkan nelayan yang akan melakukan operasipenangkapan ikan. Ketika cuaca
buruk, gelombang tinggi dan angin kencang akan menghambat melaut apalagi dengan kapal
perikanan yang dimiliki nelayan Kuala Langsa kurang memadai. Jadi cuaca buruk sangat
berpengaruh dan mempersulit proses penangkapan ikan. Apabila pada saat gelombang tinggi
mereka berhenti sementara waktu melakukan penangkapan ikan guna menghindari terjadinya
kecelakaan di laut akibat dari cuaca ekstrim.
BAB lll PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari hasil penelitian yang telah diuraikan diatas, maka penelitian dapat mengambil
kesimpulan yakni nelayan di desa Tanjung Luar merupakan sumber prikanan yang
dikelola langsung oleh rakyat tanpa diatur dan dikoordinator oleh lembaga apapun.

Beberapa strategi yang dapat dilakukan oleh para nelayan antara lain:

1. Melakukan beraneka ragam pekerjaan meskipun dengan


upah yang rendah.
2. Memanfaatkan ikatan kekerabatan serta pertukaran
timbal balik dalam pemberian rasa aman dari
perlindungan.

3. Melakukan migrasi ke daerah lain biasanya migrasi


desa-kota sebagai alternatif terakhir apabila sudah tidak
terdapat lagi pilihan sumber nafkah di desanya.

Dampak perubahan iklim yang terjadi di pesisir Desa Tanjung, sehingga hampir
seluruh masyarakat telah membentuk persepsi yang sama mengenai perubahan iklim, tidak
peduli usia, pengalaman, untuk menyadari dampak perubahan iklim telah terjadi di pesisir
Desa Tanjung. Eratnya hubungan antara nelayan dengan sumber daya pesisir, sehingga
berbagai perubahan yang terjadi telah ditafsirkan secara mandiri oleh nelayan sebagai
dampak perubahan iklim.

Dampak yang ditimbulkan dari berbagai perubahan tersebut tidak hanya


mempengaruhi kondisi ekonomi nelayan, namun juga aspek-aspek lain di kehidupan sosial
nelayan.Dampak sosial-ekonomi yang ditimbulkan dari kerusakan ekosistem akibat
perubahan iklim yang terjadi di Tanjung antara lain adalah:
1. Sulitnya menentukan wilayah tangkapan ikan
2. Sulitnya menentukan musim penangkapan ikan.
3. Meningkatnya resiko melaut.
B. SARAN
Adapun saran pada penelitian ini sebagai berikut :

1.Bagi Nelayan

Dari adanya kegiatan perikanan ini, di harapkan para masyarakat atau para nelayan di
Kecamatan Tanjung harus meningkatkan lagi pendapatan dan mampu menghadapi perubahan
iklim yang sedang terjadi, sehingga para nelayan siap menghadapi berbagai rintangan yang
ada di laut.

2.Bagi Peneliti

Penelitian harus memanfaatkan berbagai sumber daya pesisir yang ada untuk
menyelamatkan perekonomian para nelayan di Desa Tanjung ini. Peneliti lintas disiplin ilmu
dibutuhkan agar pengelolaan sumber daya alami ini dapat berjalan maksimal tanpa
menimbulkan kerusakan-kerusakan yang baru

3. Bagi Pemerintah

Pemerintah harus memperhatikan kegiatan para nelayan di Desa Tanjung ini karena
masyarakat sekitar pesisir membutuhkan para pemerintah untuk membantu mereka mengolah
pendapatan. Seperti halnya rata-rata pantai menjadi tempat wisata bagi wisatawan baik dari
luar negeri maupun dalam negeri maka dari itu pemerintah lebih memperhatikan
masyarakatnya.
DAFTAR PUSTAKA

https://www-gramedia-com.cdn.ampproject.org/v/s/www.gramedia.com/literasi/
pengertian-cuaca/amp/?amp_gsa=1&amp_js_v=a9&usqp=mq331AQKKAFQArABIIACAw
%3D%3D#ap_tf=Dari%20%251%24s&aoh=16753984952898&csi=1&referrer=https%3A
%2F%2Fwww.google.com&ampshare=https%3A%2F%2Fwww.gramedia.com%2Fliterasi
%2Fpengertian-cuaca%2F

https://mamikos.com/info/jenis-cuaca-yang-ada-di-indonesia-pljr/

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Cuaca_buruk

Anda mungkin juga menyukai