Anda di halaman 1dari 8

A.

Peranan fisiologis dalam pernikahan

            Dalam perkawinan dituntut adanya segi kesehatan dari pasangan yang
membentuk keluaga tersebut. Batas umur yang tercantum dalam undang-
undang perkawinan lebih berorientasi pada segi kesehatan, fisisologik dan segi yang lain.
Faktor yang berrkaitan dengan fisiologi yaitu :

 Masalah kesehatan
 Kemapuan memberikan keturunan
 Kemampuan mengadakan hubungan seksual secara wajar

A. Kesehatan Pada Umunya

Dalam pekawinan diperlukan batas usia,karena batas usia juga mempengaruhi keturun
an atau  kematangan fisiologik dan kesehatan pada umunya juga mempengaruhi keturunan se
baiknya sebelum kawin harus melakukan pemeriksaan kesehatan pada dokter.Ini merupakan 
cara untuk mencegah permasalahan yang mungkin terjadi.

B.Masalah Keturunan

Mendapatkan keturunan merupakan salah satu tujuan dari pekawinan undang-undang 
pekawinan dapat dilihat pada Bab I pasal Aayat (2) yang
memungkin suami istri lebih dari seorang bila ternyata istri tidak dapat melahirkan keturunan,
keturunan sangat di
tentukan oleh sepasang suami istri serta dokter juga berperan penting dalam menentukan ketu
ranan untuk mencegah terjadinya kemungkinan-kemungkinan yang mungkin terjadi.

Untuk menjelaskan segi keturanan dari perkawinan anatara keluarga dari perkawinan antara k
eluaga dekat misalnya antara saudara sepupu misalnya.

Seorang pria kawin dengan wanita albino (bule) pria mempunyai sperma AA


dan wanita mempunyai ovum aa. Bila tejadi perubahan sperma  A terhadap ovum a
maka terjadi zygote Aa ,Aa merupakan genotype dari anak, karena A dominan terhadap a,
(tidak albino) tetapi anak mempunyai sifat Albino
jadi anak tersebut memiliki bawaan.Menghitung macam pe rkawinan dan untuk keturunan
yang akan diperoleh table perkawinan silangberikut:
A A
a Aa Aa Anak :Aa, Aa, Aa, Aa
a Aa Aa
Anaknya bersifat Bawaan

A A
A AA Aa
A AA Aa
Anak : AA, AA, Aa, Aa        

A a
A AA Aa
a Aa aa
Anak: AA (biasa)

Aa, Aa :pembawa (carrier)

Aa: (albino)    

B. Urgensi fisiologis dalam kesiapan berhubungan seksual

Seks merupakan cara komunikasi yang terdalam antara suami dan istri. Melalui seks mereka
dapat saling mencurahkan kasih sayang satu sama lain. Tetapi sering wanita menganggap
remeh masalah seks tersebut. Mereka menganggap pria hanya menginginkan seks saja.
Sedangkan wanita lebih menginginkan suatu kemesraan.

Pria dan wanita memiliki perbedaan seksual di mana pria baru dapat mencintai bila telah
terpenuhi kebutuhan seksualnya. Berbeda dengan wanita, mereka lebih menginginkan
terpenuhinya kebutuhan emosionalnya dulu baru dapat merasakan kebutuhan seks.

Pria sering kurang mengerti tentang kebutuhan seorang wanita akan kemesraan dan
menganggap wanita menyembunyikan keinginannya akan seks. Hal ini sering menimbulkan
pertengkaran dalam keluarga. Ketika pria menginginkan seks dan wanita sedang tidak dalam
suasana hati untuk itu, dia lantas salah mengerti dan merasa ditolak Pria yang merasa dirinya
ditolak akan menjauhkan diri dari istrinya. Sebaliknya sang istri merasa dirinya tidak dicintai
suaminya lagi karena suaminya tidak lagi bermesraan dengannya.

Dalam menghadapi kendala-kendala tersebut dalam suatu pernikahan, ada baiknya bila kedua
belah pihak saling memahami perbedaan-perbedaan di antara mereka, di mana telah banyak
buku yang menjelaskannya, antara lain Men are from Mars Women are from Venus, Why
Men Don’t Listen and Women Can’t Read Maps, dan lain-lain. Perbedaan mendasar antara
pria dan wanita tercermin dari fisiologis. Hormon dalam tubuh pria yang menciptakan gairah
seksual terbentuk secara cepat dan dilepaskan secara cepat pula setelah orgasme. Berbeda
dengan wanita, kenikmatan seksual terbentuk lambat dan tetap bertahan lama setelah
orgasme. Dengan memahami perbedaan yang mendasar akan kebutuhan seks pria dan wanita,
suatu masalah seks dapat diselesaikan dengan baik.

Langkah pertama agar tercipta seks yang istimewa dan baik adalah melalui komunikasi yang
mesra dan saling membantu dalam hubungan suami-istri. Dengan adanya komunikasi yang
baik, sepasang suami istri akan dapat meningkatkan gairah dan kualitas seks mereka.

Seks yang istimewa mengingatkan suami-istri akan cinta kasih yang luhur yang telah
menyatukan mereka. Seks yang istimewa akan membuka hati wanita untuk merasakan cinta
dan selalu

Wanita membutuhkan kasih sayang untuk membuka dirinya bagi hubungan seks sedangkan
pria membutuhkan seks untuk membuka dirinya bagi kasih sayang. Sebagai bagian dari fitrah
kemanusiaan, Islam tidak pernah memberangus hasrat seksual. Islam memberikan panduan
lengkap agar seks bisa tetap dinikmati seorang muslim tanpa harus kehilangan ritme
ibadahnya.

Bulan Syawal, bagi umat Islam Indonesia, bisa dibilang sebagai musim kawin. Anggapan ini
tentu bukan tanpa alasan. Kalangan santri dan muhibbin biasanya memang memilih bulan
tersebut sebagai waktu untuk melangsungkan akad nikah. Kebiasaan tersebut tidak lepas dari
anjuran para ulama yang bersumber dari ungkapan Sayyidatina Aisyah binti Abu Bakar
Shiddiq yang dinikahi Baginda Nabi pada bulan Syawwal. Ia berkomentar, “Sesungguhnya
pernikahan di bulan Syawwal itu penuh keberkahan dan mengandung banyak kebaikan.”

Namun, untuk menggapai kebahagiaan sejati dalam rumah tangga, tentu saja tidak cukup
dengan menikah di bulan Syawwal. Ada banyak hal yang perlu dipelajari dan diamalkan
secara saksama oleh pasangan suami istri agar meraih ketentraman (sakinah), cinta

(mawaddah) dan kasih sayang (rahmah), baik lahir maupun batin. Salah satunya –dan yang
paling penting– adalah persoalan hubungan intim atau dalam bahasa fiqih disebut jima’.

Sebagai salah tujuan dilaksanakannya nikah, hubungan intim –menurut Islam– termasuk
salah satu ibadah yang sangat dianjurkan agama dan mengandung nilai pahala yang sangat
besar. Karena jima’ dalam ikatan nikah adalah jalan halal yang disediakan Allah untuk
melampiaskan hasrat biologis insani dan menyambung keturunan Bani Adam.

Selain itu, jima’ yang halal juga merupakan ibadah yang berpahala besar. Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Dalam kemaluanmu itu ada sedekah.” Sahabat lalu
bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah kita mendapat pahala dengan menggauli istri kita?”
Rasulullah menjawab, “Bukankah jika kalian menyalurkan nafsu di jalan yang haram akan
berdosa? Maka begitu juga sebaliknya, bila disalurkan di jalan yang halal, kalian akan
berpahala.” (HR Bukhari, Abu Dawud, dan Ibnu Khuzaimah)

Karena bertujuan mulia dan bernilai ibadah itulah setiap hubungan seks dalam rumah tangga
harus bertujuan dan dilakukan secara Islami, yakni sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an dan
sunnah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.

Hubungan intim, menurut Ibnu Qayyim Al-Jauzi dalam Ath-Thibbun Nabawi (Pengobatan
ala Nabi), sesuai dengan petunjuk Rasulullah memiliki tiga tujuan: memelihara keturunan dan
keberlangsungan umat manusia, mengeluarkan cairan yang bila mendekam di dalam tubuh
akan berbahaya, dan meraih kenikmatan yang dianugerahkan Allah.
Ulama salaf mengajarkan, “Seseorang hendaknya menjaga tiga hal pada dirinya: jangan
sampai tidak berjalan kaki, agar jika suatu saat harus melakukannya tidak akan mengalami
kesulitan; jangan sampai tidak makan, agar usus tidak menyempit; dan jangan sampai
meninggalkan hubungan seks, karena air sumur saja bila tidak digunakan akan kering sendiri.

C. Dampak fisiologis terhadap kemampuan berhubungan seksual (koitus)

Masa remaja adalah masa di mana perilaku kaum remaja ingin mencoba hal-hal baru bahkan
yang didorong oleh rangsangan seksual. Pentingnya mengetahui perubahan fisik masing-
masing remaja agar mereka tidak terjerumus dalam hubungan seks pranikah dengan segala
akibatnya.

Pedoman Pelaksanaan Kegiatan KIE Kesehatan Reproduksi untuk Petugas Kesehatan di


Tingkat Pelayanan Dasar, Kementerian Kesehatan, menjelaskan perubahan fisik saat remaja
terjadi begitu cepat dan tidak seimbang dengan perubahan kejiwaan. Hal tersebut dapat
membingungkan para remaja sehingga perlu bimbingan dan dukungan lingkungan di
sekitarnya agar tidak salah melangkah.

Perubahan fisik pada remaja terjadi karena pertumbuhan fisik termasuk pertumbuhan organ-
organ reproduksi (organ seksual) menuju kematangan. Perubahan ini dapat dilihat dari tanda-
randa seks primer dan seks sekunder.

Tanda-tanda seks primer, yakni berhubungan langsung dengan organ seks seperti haid dan
mimpi basah. Sementara tanda-tanda seks sekunder, pada remaja laki-laki terjadi perubahan
suara, tumbuhnya jakun, penis dan buah zakar bertambah besar, terjadinya ereksi dan
ejakulasi, badan berotot, tumbuhnya kumis, cambang dan rambut di sekitar kemaluan dan
ketiak.

Pada remaja putri ditandai dengan payudara membesar, pinggul melebar, dan tumbuhnya
rambut di ketiak dan sekitar kemaluan.

Perubahan fisik juga dapat dilihat dari perubahan kejiwaan. Secara emosi, remaja lebih
sensitif seperti mudah menangis, cemas, frustasi, dan tertawa. Kemudian secara intelegensia,
remaja mampu berpikir abstrak, dan senang memberikan kritik.
Namun di antara itu semua yang penting diperhatikan adalah keingintahuan anak remaja
terhadap hal yang baru, sehingga muncul perilaku ingin mencoba-coba termasuk perilaku
seks pranikah.

Dari segi kesehatan reproduksi, perilaku ingin mencoba dalam bidang seks sangatlah rawan
karena dapat mengakibatkan dampak buruk yang merugikan masa depan, terutama remaja
perempuan.

Akibatnya bagi remaja akan menambah risiko tertular penyakit menular seksual seperti,
gonore, sifilis, herpes simpleks (genitalis), clamidia, kondiloma akuminata, dan HIV/AIDS.
Remaja perempuan terancam kehamilan yang tidak diinginkan, pengguguran kandungan yang
tidak aman, infeksi organ reproduksi, anemia, kemandulan, dan kematian karena pendarahan
atau keracunan kehamilan.

Dampak lainnya depresi, hilang kesempatan melanjutkan pendidikan, dan melahirkan bayi
kurang sehat.

Akibat buruk itu tidak hanya berdampak pada pasangan, tapi juga orang tua, keluarga, dan
masyarakat. Sehingga, perlu pembinaan kesehatan reproduksi remaja untuk memberikan
informasi dan pengetahuan yang berhubungan dengan perilaku hidup sehat bagi remaja.

Dengan pengetahuan yang memadai tentang perubahan fisik, dan akibat melakukan seks
pranikah, para remaja diharapkan mampu memelihara kesehatan dirinya agar dapat
memasuki masa kehidupan berkeluarga dengan reproduksi yang sehat.
DAFTAR PUSTAKA

Buku Panduan Seks Dalam Islam (Adi Supriadi / Assyarkhan)

Simanjuntak, Dina Mariana. Peranan Orangtua Dalam Mencegah Terjadinya Perkawinan


Usia Muda Di Kelurahan Gambir Baru Kabupaten Asahan. Diss. UNIMED, 2021.

Khairunnisa, A. (2013). Hubungan religiusitas dan kontrol diri dengan perilaku seksual
pranikah remaja di MAN 1 Samarinda. Psikoborneo: Jurnal Ilmiah Psikologi, 1(3).

Anda mungkin juga menyukai