Anda di halaman 1dari 24

EMANUEL GERRIT SINGGIH

Penulis:
RELIGION AND ECOLOGICAL DESTRUCTION
Emanuel Gerrit Singgih
Consideration of the “White Thesis” in
Afiliasi:
Universitas Kristen Duta
the Context of Indonesia
Wacana

Korespondensi:
gerrit@staff.ukdw.ac.id
Abstract

This article is an evaluation of two anthologies which respond to Lynn


T. White Jr., who traces the cause of the present ecological destruction
to implementation of religious worldviews in the past, and concludes
that Christianity as a very anthropocentric religion, is responsible for
this destruction. Although the majority of the responders regard that
White’s article from 1967, which become famous as the “White Thesis”,
is one sided, they still acknowledge its continuing relevance. This study
suggests that in the context of Indonesia, Christians could respond
accordingly to the thesis by engaging in dialogue with local or nature
religions concerning the Divine immanence and transcendence, for the
common struggle to prevent further ecological destructions.

Keywords: the White thesis, ecological destruction, Calvinism, Biblical


hermeneutics, Divine immanence and transcendence.

AGAMA DAN KERUSAKAN EKOLOGI

Mempertimbangkan “Tesis White” dalam


Konteks Indonesia

© EMANUEL GERRIT
SINGGIH Abstrak

DOI: 10.21460/gema.
2020.52.614 Tulisan ini merupakan evaluasi dari dua antologi yang berisi tanggapan-
tanggapan terhadap tulisan Lynn T. White Jr., yang menelusuri kerusakan
This work is licenced
ekologi pada masa kini dalam penerapan-penerapan pemahaman religius,
under a Creative
Commons Attribution- dan berpendapat bahwa agama Kristen yang antroposentrik bertanggung
NonCommercial 4.0 jawab atas kerusakan tersebut. Meskipun mayoritas dari penanggap
International Licence.
memperlihatkan bahwa tulisan White dari tahun 1967, yang kemudian

GEMA TEOLOGIKA Vol. 5 No. 2, Oktober 2020 113


AGAMA DAN KERUSAKAN EKOLOGI: MEMPERTIMBANGKAN “TESIS WHITE”
DALAM KONTEKS INDONESIA

terkenal sebagai “tesis White” agak berat sebelah, mereka tetap mengakui relevansinya. Dalam
bagian penutup diperlihatkan bagaimana dalam konteks Indonesia, orang Kristen bisa menanggapi
tesis White, dengan jalan berdialog dengan pemahaman lokal mengenai imanensi Yang Ilahi, dalam
rangka berjuang bersama menghadapi kerusakan ekologi.

Kata-kata kunci: tesis White, kerusakan ekologi, Calvinisme, penafsiran teks Kitab Suci, imanensi
dan transendensi Yang Ilahi.

PENDAHULUAN jadi saya keliru, setelah dua kali menggunakan


buku Borrong dalam perkuliahan Teologi
Ketika buku pertama di Indonesia mengenai Ekologi yang saya ampu untuk mahasiswa S1,
hubungan teologi dan ekologi, yaitu Etika saya merasa bahwa Borrong amat dipengaruhi
Bumi Baru dari Robert Borrong terbit di oleh pemikiran teologi Calvinisme dalam
tahun 1999, nama Lynn T. White Jr. (1907- membahas mengenai dampak kerusakan
1987) disebutkan dua kali di dalam buku ekologi, dan dalam pemikiran ini, orang
yang lumayan tebal ini, namun pemikirannya, mencari sebab-sebab kerusakan ekologi pada
yang biasanya disebut “tesis White”, tidak kerakusan atau keserakahan manusia, yang
diterangkan. Nama White hanya dikutip untuk seperti dikatakan oleh Rasul Paulus di surat
menyatakan ketidaksetujuan saja. Tetapi apa Kolose 3:5 (bdk. Ef. 5:5) adalah “sama dengan
yang tidak disetujui kita tidak tahu1 (Borrong, penyembahan berhala” (Singgih, 2000: 97-98).
1999: 227-228). Saya membayangkan bahwa Teologinya menyimpulkan bahwa kerusakan
pemikiran White berkaitan dengan teologi, disebabkan oleh kerakusan. Maka termasuk
sedangkan Borrong memperhatikan etika. Jadi dalam bidang etika. Tidak mengherankan
White tidak diperhatikan, karena berkaitan kalau judul bukunya adalah mengenai etika.
dengan teologi. Tetapi apakah etika berbeda Borrong dapat dikatakan berhasil dan berjasa
dari teologi? Pertanyaan ini tidak gampang dalam menawarkan sebuah “etika bumi
dijawab. Memang berbeda, namun etika baru”, bersama pakar-pakar lain yang juga
hampir selalu dibahas dalam teologi, dalam prihatin terhadap dampak kerakusan terhadap
arti teologi selalu mengandung pemikiran keberlangsungan bumi kita.
mengenai dampak etis dari teologi yang sedang Namun, setelah berkata demikian,
dikonstruksikan. saya tetap menyayangkan bahwa kita tidak
Supaya adil terhadap Borrong, saya mendapatkan informasi mengenai Lynn White.
perlu mengemukakan bahwa dua bab dalam Meskipun sebelumnya saya sudah pernah
bukunya membahas teologi dengan mendalam, merujuk ke White dalam sebuah tulisan di
yaitu bab V mengenai “Teologi Kristen dan tahun 1995 (Singgih, 1995: 129-130), dalam
Krisis Ekologis”, dan bab VI mengenai “Teologi kesempatan ini saya akan menguraikan lagi
tentang Manusia dan Krisis Ekologis”. Jadi ada pandangan White yang begitu mempengaruhi,
pembahasan teologi. Bahkan, meskipun bisa baik dunia teologi maupun dunia ilmu

114 GEMA TEOLOGIKA Vol. 5 No. 2, Oktober 2020


EMANUEL GERRIT SINGGIH

pengetahuan pada umumnya, sehingga sering White, sudah membuktikan bahwa pemikiran
disebut “tesis White”, sama seperti sebelumnya White tidak dangkal. Juga ada orang-orang
orang menyebut pemikiran Max Weber yang yang berpendapat bahwa White patut dilihat
menghebohkan, yaitu bahwa Calvinisme sebagai pendasar teologi ekologi yang
memunculkan kapitalisme, sebagai “tesis rekonstruktif, meskipun dia adalah sejarawan
Weber”. Saya akan memberikan ringkasan dan bukan pakar lingkungan hidup (Santmire,
tesis White, kemudian memeriksa tanggapan- 2000: 13). White memang bukan teolog,
tanggapan terhadap White dalam dua antologi, tetapi dia memiliki wawasan teologi karena
yaitu Ecology and Religion in History (1974) lulus M.A. dari Union Theological Seminary
dan Religion and Ecological Crisis: The di tahun 1928, dalam usia 21 tahun (Sponsel,
“Lynn White” Thesis at Fifty (2017), dan 2016: 90). Dia menulis sebagai sejarawan,
akhirnya memberi beberapa pertimbangan meskipun tulisannya berdampak pada ekologi
mengenai bagaimana baiknya kita di Indonesia dan teologi.
menanggapi tesis White. Seperti apakah tesis White? Saya
memberi ringkasan yang telah dibuat oleh
Todd LeVasseur dan Anna Peterson. Pertama,
RINGKASAN TESIS WHITE tesis ini mengangkat ke permukaan, agama dan
budaya sebagai akar krisis lingkungan hidup
Tesis White hanya berupa sebuah artikel atau ekologi. Sebelumnya, pendekatan yang
yang tebalnya kurang lebih 16 halaman buku dominan adalah mencari sebab-sebabnya pada
(White Jr., 1967: 1203-1207) . Tipisnya bahan
2
teknologi, kepadatan penduduk, dan unsur-
dan ketiadaan catatan referensi bisa menjadi unsur material lainnya. Faktor-faktor material
alasan untuk melecehkan White, seperti memang penting, tetapi faktor-faktor itu
tampak dalam beberapa tulisan. Mark R. Stoll sendiri pada gilirannya didorong oleh faktor-
menyindir bahwa artikel ini sebenarnya sebuah faktor ideologi, agama, dan budaya. Apa
“khotbah” (Stoll, 2017: 47-60)3, sedangkan yang dibuat orang berkaitan dengan ekologi
Alister McGrath menganggap akar intelektual mereka, tergantung dari apa yang mereka
dari artikel ini dangkal, hanya mencari kambing pikirkan mengenai diri mereka sendiri dalam
hitam bagi kerusakan ekologi yang terjadi di relasi dengan benda-benda di sekitar mereka.
dunia, bahkan mendemonisasi agama Kristen Ekologi manusia, sangat dikondisikan oleh
(McGrath, 2002: xv)4. Ada juga yang bertanya kepercayaan-kepercayaan mengenai hakikat
sinis, mengapa White begitu terkenal dalam dan tujuan manusia, dengan kata lain, oleh
bidang teologi ekologi, padahal dia bukan agama. White adalah sejarawan, pakar
pakar agama maupun lingkungan hidup, yaitu mengenai Eropa Barat pada abad pertengahan,
Charles Harper (Whitney, 2015: 24). Tetapi dan dari yang dia pelajari dari periode
meskipun tipis dan tanpa referensi, sebuah tersebut adalah perubahan-perubahan dalam
tulisan bisa mendorong pemikiran-pemikiran sikap religius, memungkinkan penciptaan
orang lain, dan kenyataan bahwa ada dua teknologi-teknologi yang bersifat destruktif
antologi yang secara khusus membicarakan dan demikian juga praktik-praktik di bidang

GEMA TEOLOGIKA Vol. 5 No. 2, Oktober 2020 115


AGAMA DAN KERUSAKAN EKOLOGI: MEMPERTIMBANGKAN “TESIS WHITE”
DALAM KONTEKS INDONESIA

pertanian, perhutanan, dan bidang-bidang karena dianggap berhala, dan digantikan


lain yang memanfaatkan alam (Levasseur dengan pemukiman manusia.
dan Peterson, 2017: 2). Kalau dilihat dari Dengan berkembangnya agama
unsur pertama ini, maka apa yang dilakukan Kristen, roh-roh yang tadinya ada di dalam
oleh Borrong seperti telah kita lihat di atas, objek-objek alam telah menguap. Hanya
yaitu mengasalkan kerusakan ekologi, dalam manusia saja yang memegang monopoli atas
hal ini pada perubahan iklim dan pemanasan roh, dan runtuh sudah larangan-larangan
global, pada keserakahan atau kerasukan mengeksploitasi alam. Agama Kristen sebagai
manusia (jadi non-material) berdasarkan pola agama baru, memungkinkan eksploitasi
pemikiran teologi Calvinisme, bisa masuk alam dalam suasana hati yang tidak peduli
ke sini juga, meskipun berbeda dalam objek terhadap perasaan objek-objek alam. White
yang dituding: White menunjuk pada agama/ mengkontraskan sikap antroposentris dan
teologi, Borrong menunjuk pada sifat buruk dualis ini dengan kepercayaan pra-Kristen
manusia, yang ditelanjangi oleh agama/ di Eropa dan agama-agama non-Barat, yang
teologi. menurut dia tidak sehebat itu merendahkan
Kedua, tesis ini menekankan pada dunia non-manusia (LeVasseur dan Peterson,
agama tertentu, yaitu agama Kristen seperti 2017: 3). Contoh yang tepat untuk Indonesia
yang dihayati di dunia Barat, sebagai adalah seperti yang digambarkan oleh Guillot
penyebab kerusakan ekologi. Bagaimana mengenai situasi di Jawa pada abad ke-19,
sampai bisa demikian? Menurut White, agama ketika pemerintah kolonial mengembangkan
Kristen Barat adalah agama yang paling sistem tanam paksa (cultuurstelsel) yang
antroposentrik daripada agama-agama lain di memungkinkan agama Kristen masuk ke
dunia ini. Sifat antroposentrik ini diperoleh pedalaman. Penduduk yang masuk agama
dari pemahaman bahwa manusia ambil bagian Kristen, yang tadinya takut kepada hutan karena
dalam transendensi Allah terhadap alam. dianggap angker, kemudian membabat hutan
Manusia ada di dalam alam, tetapi manusia untuk menjadi perkampungan-perkampungan
berpihak kepada Allah yang mengatasi Kristen, yang masih ada sampai sekarang ini,
alam, dan dengan demikian manusia pada dan perkebunan-perkebunan tanam paksa,
hakikatnya terpisah dari alam dan mengatasi yang menggantikan hutan-hutan, dan juga
alam, meskipun alam dan manusia adalah masih ada sampai sekarang ini (Guillot, 1985:
sama-sama ciptaan (di kitab-kitab pelajaran 175-179).
agama Kristen di Indonesia, ungkapan bahwa Ketiga, tesis ini tidak hanya menuding,
“manusia adalah mahkota ciptaan” sangat tetapi juga memberikan jalan keluar. Meskipun
umum, EGS). Yang mengandung roh adalah White menuduh agama Kristen Barat
manusia, alam (dalam hal ini hutan, sungai, sebagai penyebab masalah-masalah ekologi,
binatang, gunung) tidak mengandung roh, menurut dia, kita tidak dapat menyelesaikan
melainkan merupakan benda-benda material masalah-masalah ini tanpa atau di luar
biasa. Contohnya, hutan yang tadinya sakral, agama. Karena akar masalah bersifat religius,
sesudah datangnya agama Kristen, ditebang maka jalan keluarnya tetap harus religius.

116 GEMA TEOLOGIKA Vol. 5 No. 2, Oktober 2020


EMANUEL GERRIT SINGGIH

Di dalam agama Kristen Barat sendiri TANGGAPAN-TANGGAPAN TERHA-


ada potensi-potensi yang memungkinkan DAP TESIS WHITE
transformasi pemikiran, untuk memulihkan
dan mempraktikkan sikap-sikap yang kurang Seperti sudah disebut dalam Pendahuluan,
destruktif. Potensi-potensi ini selalu ada saya akan memeriksa kedua antologi di atas.
dalam tubuh agama Kristen Barat, namun Tetapi karena keterbatasan tempat, saya
tidak dominan. Menurut White, salah satu tidak mungkin membahas satu persatu, enam
potensi adalah pemikiran-pemikiran teologis tanggapan pada antologi yang pertama, dan
Fransiscus dari Assisi (dia melihat alam empat belas tanggapan dalam antologi yang
tidak sebagai objek, melainkan menyapanya kedua. Saya akan memilih tiga saja dari
sebagai “saudara/saudari”, EGS). Jadi dia antologi pertama, dan tiga dari antologi kedua.
mengusulkan agar orang-orang Kristen Barat Tanggapan-tanggapan lainnya dibicarakan
menggantikan pemikiran teologis yang amat bersamaan dengan pilihan saya, sejauh
antroposentrik dengan pemikiran ekologis berkaitan. Saya akan memulai dengan buku
dari Fransiscus (LeVasseur dan Peterson, yang pertama, yang terbit hanya tujuh tahun
2017: 3-4). Dalam tesis ini White (yang sesudah munculnya tesis White. Dua di antara
adalah orang Protestan) mengusulkan kepada enam tanggapan dalam buku ini sudah pernah
gereja Katolik agar Fransiscus dijadikan saya periksa, yaitu tulisan John Macquarrie dan
orang kudus pelindung ekologi. Usul ini James Barr (Singgih, 1995: 131-137), namun,
izinkanlah saya mengulanginya di sini, dalam
disambut baik oleh Sri Paus Yohanes Paulus
rangka mendapatkan gambaran yang utuh
II yang pada tanggal 29 November 1979,
mengenai tanggapan awal terhadap White.
mengangkat Fransiscus menjadi pelindung
ekologi. Bukan tidak mungkin, bahwa paus
Ecology and Religion in History
yang sekarang, terinspirasi oleh peristiwa ini,
ketika memilih nama Fransiscus saat terpilih Dalam pengantar oleh para editor, yaitu David
menjadi paus, dan yang mendorong dia untuk dan Eileen Spring, dikemukakan ringkasan
menulis ensiklik (fatwa) pertama mengenai tesis White seperti yang dekat dengan
keprihatinan ekologi, yaitu Laudato Si’ ringkasan yang dibuat oleh para editor dalam
(Callicott, 2016: 43). René Dubos tidak setuju antologi kedua, yaitu LeVasseur dan Peterson.
pada usul White, agar Fransiscus dipilih Namun ada yang terlewatkan oleh para editor
menjadi orang kudus pelindung ekologi, antologi kedua, yang dipahami dan dicatat
karena menurut dia Fransiscus terlalu dengan baik oleh para editor antologi pertama,
romantis. Dia mengusulkan Benedictus dari yaitu hubungan di antara agama Kristen dan
Nursia, karena sikapnya pragmatis dan “lebih teknologi, yang menjadi tekanan tesis White:
relevan” untuk masa kini (René Dubos, 1967: “Both modern technology and modern science
114-136). Mengenai hal ini kita tidak bisa are distinctively Occidental” (White, 1967:
berbuat apa-apa. Kenyatannya Fransiscus 19). Pemberian mandat kepada manusia untuk
yang dipilih. menguasai alam, mendorong manusia di
dunia Barat untuk mengembangkan teknologi,

GEMA TEOLOGIKA Vol. 5 No. 2, Oktober 2020 117


AGAMA DAN KERUSAKAN EKOLOGI: MEMPERTIMBANGKAN “TESIS WHITE”
DALAM KONTEKS INDONESIA

dalam rangka menundukkan alam demi untuk perkembangan individualisme yang


kepentingan manusia (Spring dan Spring, 1974: diakibatkan oleh penerapan teknologi.
7-8). Maka dalam buku ini ada pertimbangan- Ironisnya, reaksi yang muncul itu tetap
pertimbangan yang mengkualifikasikan mempertahankan bahwa teknologi berasal
pandangan teologi sebelumnya yang amat dari Alkitab dan doktrin penciptaan. Dengan
positif terhadap teknologi. demikian dapat diperlihatkan bahwa kalau
Pertama, saya membahas tanggapan iptek mendatangkan begitu banyak kerugian,
teolog sistematik, John Macquarrie, yang pasti ada yang salah pada sumbernya.
berjudul “Creation and Environment” Oleh karena itu, kecenderungan baru ini
(Macquarrie, 1974: 32-47). Dia mulai dengan menganjurkan perumusan ulang hubungan di
mencatat kecenderungan teologi modern, baik antara Allah, manusia, dan dunia. Macquarrie
Katolik (Johannes B. Metz) dan Protestan setuju dengan White, yang menekankan bahwa
(Harvey Cox), untuk mengusut asal-usul jika akar persoalannya adalah religius, maka
ilmu pengetahuan dan teknologi (seterusnya jalan keluarnya harus juga secara religius (lihat
disingkat “iptek”) dari Alkitab dan doktrin ringkasan tesis White di atas, pokok ketiga).
Kristen mengenai penciptaan. Kalau alam Sama seperti White yang mencari kembali
dilihat sebagai ciptaan, maka alam yang tradisi Kristen yang tidak dominan seperti
tadinya dianggap ilahi, dapat dilihat secara pandangan Fransiscus Assisi terhadap alam,
objektif sebagai alam yang bendawi semata- sebagai alternatif bagi pemahaman Kristen
mata. Dengan demikian, alam dapat dipelajari yang merusak alam, demikian pula Macquarrie
dan dimanfaatkan untuk kepentingan manusia. mengajak kita untuk mengevaluasi kembali
Pada waktu pandangan ini dirumuskan, konsep penciptaan di Alkitab.
dunia berada dalam dekade 60-an. Orang Teori bahwa penciptaan melahirkan
sedang jenuh terhadap tekanan pada teknologi tidak dapat dibuktikan jika ditinjau
keselamatan dalam sejarah, dan mulai kembali dari Alkitab sendiri. Orang Israel kuno tidak
memperhatikan pokok penciptaan. Belum ada menelurkan teknologi. Malah tetangga-
kritik terhadap teknologi, bahkan teknologi tetangganya yang “kafir”, yang mengilahikan
dihargai tinggi sekali.Kalau iptek dapat diusut alam, merekalah yang menjadi pelopor tek-
sebagai berasal dari penghayatan iman Kristen, nologi (Mesir, Mesopotamia). Orang Kristen
bahkan penghayatan iman dalam Alkitab perdana juga tidak melahirkan teknologi. Hal
sendiri, maka agama Kristen dan Alkitab dapat itu malah terjadi di Yunani. Kalau kita melihat
dihargai tinggi pula oleh dunia. tradisi Israel kuno sendiri, maka transendensi
Akan tetapi, tanpa diduga sebelumnya, Allah tidak pernah dikemukakan dengan
timbul reaksi keras terhadap kecenderungan mengorbankan imanensinya. Penciptaan
teologis ini. Teknologi tiba-tiba dianggap tidak mesti mengakibatkan “objektifisasi”.
sebagai sumber pelbagai kesulitan dan Perjanjian Allah dengan Nuh misalnya, bukan
kerugian manusia, misalnya kerusakan serius hanya merupakan perjanjian Allah dengan
pada lingkungan hidup, dan hancurnya manusia saja, melainkan juga dengan “burung-
kebersamaan dalam masyarakat, akibat burung, dengan binatang ternak, dan semua

118 GEMA TEOLOGIKA Vol. 5 No. 2, Oktober 2020


EMANUEL GERRIT SINGGIH

binatang di muka bumi” (Kej. 9:10). Di tradisi Model monarki dan penatalayanan
Mazmur, dengan gamblang dikemukakan di atas merupakan ciri khas Calvinisme.
bahwa alam memantulkan kemuliaan Allah Dalam pemeriksaan selanjutnya terhadap
(Mzm. 19:1). Dalam pemahaman orang Israel beberapa penanggap, sudah jelas bahwa yang
kuno, penciptaan mengandung unsur-unsur mempertahankan penatalayanan sebagai
naturalisme (bahkan penciptaan tidak identik jawaban terhadap keseimbangan ekologi,
dengan alam, ada bagian dari alam, yaitu air, adalah orang-orang Calvinis. Jadi dalam
yang tidak termasuk dalam ciptaan, EGS). kesetujuannya terhadap tesis White, sebenar-
Kemudian Macquarrie masuk ke nya Macquarrie mengkritik teologi Calvinisme.
hubungan di antara Allah, manusia, dan dunia, Dia dengan terus terang menghubungkan
yang menurutnya bermodelkan penguasaan model monarki yang berdasarkan pada
yang bersifat hierarkis: Allah berada paling kedaulatan dan kehendak Allah yang mutlak,
di atas, kemudian manusia, dan alam berada dengan Calvinisme (Macquarrie, 1974: 40-
paling di bawah. Model ini disebutnya model 41). Kritik Macquarrie akan terus menjadi
monarkis, yang dominan. Tetapi, menurut pertimbangan saya dalam memeriksa para
Macquarrie, ada model yang laten, yaitu penanggap lainnya.
model organis, yang perlu dipromosikan. Kedua, saya membahas James Barr,
Dalam model yang organis ini, hierarki teolog biblika (James Barr, 1974: 48-75).
ditiadakan, oleh karena Allah berada dalam Meskipun Barr dan Macquarrie menulis secara
dunia. Macquarrie tidak menganjurkan independen, garis besar pemikiran keduanya
panteisme, tetapi model organik menuntut kadang-kadang agak serupa. Barr memeriksa
agar sedikitnya Allah dilihat secara integral hubungan di antara perdebatan ekologis yang
sebagai transenden sekaligus imanen. Selama sedang terjadi di satu pihak, dan tradisi religius
ini apologetika Kristen mencoba membela dan Yahudi-Kristen yang berdasarkan Alkitab
mempertahankan doktrin penciptaan terhadap (dalam hal ini Perjanjian Lama, selanjutnya
tuduhan sebagai penyebab kerusakan ekologi, disingkat “PL”). Barr sadar, terdapat tuduhan-
dengan menunjuk pada konsep penatalayanan tuduhan serius yang meletakkan tanggung-
(stewardship). Tetapi menurut Macquarrie, jawab kerusakan ekologis masa kini di
pembelaan ini tidak memuaskan, oleh karena atas pundak PL. Kerusakan ini disebabkan
konsep penatalayanan masih menganggap oleh teknologi yang dilahirkan oleh ilmu
bahwa alam adalah properti atau milik dari pengetahuan, sedangkan pada gilirannya, ilmu
Allah, yang dipercayakan kepada manusia. pengetahuan lahir dari sikap religius Yahudi-
Itu berarti bahwa manusia masih lebih tinggi Kristen terhadap alam. Sikap ini menganggap
daripada alam, masih tetap penguasa alam, alam sebagai objek yang harus dikuasai dan
meskipun istilahnya berarti melayani. Padahal, dilumpuhkan oleh manusia. Sama seperti
model organis menaikkan derajat alam dan Macquarrie, Barr mencatat bahwa para teolog
menurunkan derajat manusia, sehingga hasil umumnya menganggap hubungan iptek
akhirnya adalah sebuah keseimbangan. Manusia dengan Alkitab sebagai sesuatu yang positif
dan alam, kedua-duanya bersumberkan Tuhan. (misalnya Harvey Cox), sedangkan para

GEMA TEOLOGIKA Vol. 5 No. 2, Oktober 2020 119


AGAMA DAN KERUSAKAN EKOLOGI: MEMPERTIMBANGKAN “TESIS WHITE”
DALAM KONTEKS INDONESIA

sejarawan (misalnya Lynn White) menilainya monoteisme, di dunia Yunani, yang pro-alam.
sebagai sesuatu yang negatif. Untuk masa kini, Toynbee menganjurkan agar
Barr mengusulkan untuk melihat dunia Barat belajar pada agama-agama Timur,
kembali ke dalam kitab Kejadian secara khusus misalnya Konghucu, Tao, dan Shinto. Akhirnya
dan PL secara umum, agar dapat memastikan dia mengusulkan perubahan Weltanschauung,
apakah hubungan di antara keduanya betul dari monoteisme ke panteisme (Toynbee, 1974:
merupakan hasil penafsiran yang tepat dan 148-149). Dugaan saya, mungkin karena sama-
apakah dalam sejarah memang ada hubungan sama orang Inggris, maka meskipun White
di antara Alkitab dan iptek. Oleh karena White tidak menyebut Kejadian 1:26-28, Barr merasa
mengkritik doktrin Kristen dengan bertitik- perlu untuk mengoreksi penafsiran terhadap
tolak dari pokok yang disetujui juga oleh teks ini, apalagi bahwa teks ini sudah sering
para teolog, yakni hubungan di antara Alkitab dipakai untuk mendukung tuduhan bahwa
dan iptek, maka menurut Barr, kita harus agama Kristen Barat bertanggung-jawab atas
meninggalkan pokok ini, sebab kritik terhadap kerusakan ekologi.
suatu pokok dari titik tolak yang sama, biasanya Barr mengakui bahwa umumnya
sulit ditangkis. Untuk melakukan hal ini, kita orang menafsir teks ini sebagai perkenan
tidak perlu memutuskan hubungan di antara Allah kepada manusia untuk menguasai alam.
konsep penciptaan dan iptek. Pandangan hidup Karena Tuhan memerintah segala sesuatu,
Kristen bisa mempengaruhi perkembangan maka demikian juga manusia sebagai gambar
iptek dan kenyataan berbicara, bahwa iptek Allah, memerintah atas ciptaan yang lain.
mengalami perkembangannya di dunia Barat Ungkapan manusia sebagai gambar Allah
yang berlatar belakang Kristen. Akan tetapi, memperlihatkan relasi yang bersifat analogis.
agak berlebihan kalau kita merumuskan, Tetapi menurut Barr, tafsiran seperti ini
bahwa konsep penciptaan melahirkan iptek. tidak tepat (1974: 60).6 Istilah gambar Allah
White tidak menyebutkan teks PL, sebenarnya mau memberi jalan keluar bagi
yaitu Kejadian 1:26-28. Lima tahun sesudah permasalahan di Israel kuno: sampai seberapa
tesis White, seorang sejarawan lain yang amat jauh kemiripan manusia dengan Allah.
terkenal, yaitu Arnold Toynbee, menggaungkan Memang ada hubungan di antara gambar Allah
pandangan yang serupa dengan White (Toynbee, dan penguasaan alam, tetapi bukan berarti
1974: 137-149). Dia secara eksplisit menyebut
5
bahwa frasa “gambar Allah” pada dirinya
dan menuding Kejadian 1:28 (ditambah dengan sendiri bermakna penguasaan. Relasinya lebih
Kej. 3:19) sebagai pendorong penguasaan bersifat konsekuensi: oleh karena manusia
dan perusakan alam. “Genesis i,28 gave the adalah gambar Allah, biarlah dia berkuasa.
licence; Genesis iii,19 provided the incentive” Konteks gambar Allah di Kejadian 5:3 dan
(Toynbee, 1974: 141). Menurut Toynbee, Kejadian 9:6 tidak bermakna penguasaan.
monoteisme adalah penyebab kerusakan Berbicara mengenai penguasaan,
ekologi, oleh karena monoteisme anti alam. penafsiran yang umum menekankan pada
Sejak Eropa menjadi Kristen, alam di Eropa kekuatan manusia dan kegiatan-kegiatannya
rusak. Sungguh berbeda dengan zaman pra- yang eksploatatif. Kata rada, ‘berkuasa’, ‘to

120 GEMA TEOLOGIKA Vol. 5 No. 2, Oktober 2020


EMANUEL GERRIT SINGGIH

have dominion’, diusut dari etimologinya benar. Jika konsep penciptaan merupakan
yang melukiskan penginjak-injakan buah bagian dari tradisi Hikmat, padahal tradisi ini
anggur untuk dijadikan minuman (dalam menghargai ilmu sebagai bagian dari upaya
konteks Jawa, penginjak-injakan kedelai mencapai kebijaksanaan, maka dalam kisah-
untuk dijadikan tempe, EGS). Demikian pula kisah penciptaan bisa saja ada pengaruh
kata kabasy, ‘menaklukkan’, ‘to subdue’, ilmu. Keteraturan penciptaan benda-benda
diartikan harfiah sebagai ‘penundukan di Kejadian 1 membayangkan kepada kita
secara kekerasan’, ‘trampling down’. Tetapi sebuah taksonomi ilmiah yang laku pada
menurut Barr, konteksnya tidak sekeras itu. zaman si penulis, dan dimanfaatkannya
Mengapa? Oleh karena di Kejadian pasal 1 dalam menguraikan penciptaan. Tetapi dalam
manusia pertama adalah vegetarian. Baru membantah antitesa yang biasanya dibuat di
sesudah bencana Air Bah, manusia boleh antara PL yang melihat alam sebagai benda
makan daging (Kej. 9). Jadi, di Kejadian 1, objektif dan agama-agama di luar Israel
penguasaan terhadap alam tidak mengandung kuno yang melihat alam sebagai ilahi, Barr
unsur kekuatan yang mengorbankan binatang tepat pada sasarannya. Menurut dia, antitesa
dan bagian dunia yang lain. Rada dan kabasy ini lebih banyak didasarkan atas keinginan
lebih baik diartikan sebagai ‘menaungi’, untuk mengoreksi yang telah terjadi (“what
‘mengayomi” (kabasy, karena konteksnya was it like”), sebagai yang seharusnya terjadi
berkaitan dengan pengusahaan tanah, bisa saja (“what it must have been like”) (Barr, 1974:
diartikan ‘mengusahakan’, dengan nada yang 71). Di dunia Asia Barat Daya Kuno, orang
sama seperti abdakh, ‘mengusahakan’ di Kej. bisa melihat yang ilahi di dalam alam, tetapi
2:15, EGS). Jadi kalau kita mau menjawab alam juga bisa dilihat secara biasa saja. Kalau
tuduhan bahwa Alkitab secara tidak langsung tidak begitu, mengapa misalnya Mesir yang
menjadi sumber pemikiran untuk menguasai sangat mendewakan alam itu bisa membangun
alam secara eksploitatif, maka pemahaman piramida-piramida?
terhadap kata-kata rada dan kabasy harus Oleh karena tradisi Yahudi-Kristen tidak
melepaskan tekanan yang berlebih-lebihan langsung berhubungan dengan teknologi, maka
pada nada yang keras, kuat, dan eksploitatif. menurut Barr, tradisi ini tidak bisa langsung
Teks Kejadian 1:26-28 tidak dapat dijadikan disangkut-pautkan dengan kerusakan ekologi.
pendukung tuduhan ini. Barr tidak mengungkapkan hal ini untuk
Sama seperti Macquarrie, Barr juga melepaskan dunia Kristen Barat dari tanggung-
berpendapat bahwa kisah-kisah penciptaan jawab, tetapi sebagai bagian dari tanggung-
di PL tidak menaruh perhatian teknologis jawab akademis untuk mengungkapkan
dan metode-metodenya. Jika ada uraian kebenaran. Barangkali ada faktor-faktor
mengenai hal itu, seperti dalam kisah Kain lain? Menurut Barr, ada. Eksploitasi habis-
dan Habel serta keturunan Kain, maka bagian habisan terhadap dunia dilakukan di dalam
itu diinspirasikan oleh cerita-cerita kuno di alam humanisme liberal, yang berpendapat
luar Israel kuno yang memang gemar pada bahwa manusia tidak lagi berada di bawah
teknologi. Dalam hal ini Barr tidak seluruhnya naungan Sang Pencipta. Pengaruh humanisme

GEMA TEOLOGIKA Vol. 5 No. 2, Oktober 2020 121


AGAMA DAN KERUSAKAN EKOLOGI: MEMPERTIMBANGKAN “TESIS WHITE”
DALAM KONTEKS INDONESIA

liberal inilah yang dimasukkan ke dalam kaum Cathar di Italia dan Perancis Selatan (h.
pemahaman mengenai Kejadian 1:26-28, 29), tanpa keterangan lebih lanjut, sehingga
dan pada pandangan PL terhadap alam. Barr tidak bisa dijadikan alasan (Tuan, 1974: 110-
adalah seorang penafsir kritis-historis yang 120).7 Mengapa Yi-fu Tuan menanggapinya
percaya pada adanya makna asli dari sebuah panjang lebar (sampai 22 halaman)? Mungkin
teks. Maka dia bisa mengatakan bahwa ada karena dia menganggap bahwa penggambaran
makna asli dari Kejadian 1:26-28 yang tidak White mengenai agama-agama pra-Kristen
bersifat eksploitatif, meskipun tetap ada yang pro-alam, juga mencakup agama-agama
kaitannya dengan penguasaan, dan makna pra-Kristen di Asia, dalam hal ini di China.
yang dimasukkan ke dalam teks tersebut, yang Yi-fu Tuan mulai dengan menunjukkan
eksploitatif, dan mengakibatkan munculnya bahwa di China orang merasakan dirinya
tuduhan di atas. Dalam hermeneutik posmodern, sebagai bagian dari alam secara lebih dinamis
orang tidak terlalu yakin lagi pada kemampuan daripada yang biasanya dibayangkan. Danau
penafsir mencari makna asli. Maka dalam Barat di Hangchou sangat terkenal indahnya,
merumuskan jasa Barr, barangkali lebih tepat ternyata merupakan danau buatan, demikian
kalau dikatakan, bahwa Barr memperlihatkan juga pulau-pulau yang berada di tengah-tengah
kemungkinan menafsir teks Kejadian 1:26- danau tersebut. Lingkungan alam Hangchou
28 secara berbeda dari yang biasanya. Tetapi yang indah permai sebenarnya merupakan
masih dapat dipertanyakan, apakah usulan hasil upaya dan kesenian manusia. Jadi tidak
Barr memang memuaskan, atau tidak. Kita pernah orang Timur begitu saja menerima
akan membahasnya kemudian, tetapi baiklah keberadaannya dan keberadaan alam. Untuk
diingat, bahwa Barr tetap bertahan pada konteks konteks kita di Yogyakarta, hal ini bisa kita
penguasaan, meskipun “lunak” (“benign”), saksikan dengan mudah: para petani di lereng
dan tudingannya kepada humanisme liberal Gunung Merapi amat menghormati gunung
juga masih bisa dipertanyakan. tersebut dan menyebutnya “Mbah Merapi”
Ketiga, saya membahas tulisan Yi-fu (dan kalau mereka tidur, kaki tidak pernah
Tuan, “Discrepancies between Environmental menghadap ke Gunung Merapi, karena
Attitude and Behaviour: Examples from tidak sopan, EGS), tetapi mereka dengan
Europe and China” (Tuan, 1974: 91-113). Yi- tenang membabat hutan di sekitarnya untuk
fu Tuan memberikan ringkasan tesis White, membangun desa, membuat sawah di lereng-
kemudian menguji tesis tersebut: apakah betul lerengnya, dan membajak sawah tersebut.
bahwa orang-orang dan agama Timur lebih Pemandangan gunung dan sawah sudah
pro-alam daripada orang-orang dan agama merupakan kesatuan yang biasa, sehingga
Barat? Sebelum itu, kita perlu mengecek selalu muncul dalam lukisan-lukisan indah
dulu, apakah tesis White memang mengatakan pemandangan alam, padahal gunung termasuk
demikian. Di tesis yang berasal dari tahun alam, sedangkan sawah adalah karya manusia.
1967, White menyebut “Buddhisme Zen”, yang Yi-fu Tuan juga menanggapi pema-
mempengaruhi kaum “beatniks” di USA (h. haman bahwa Taoisme dan Buddhisme
28), dan “India” yang mungkin mempengaruhi bersikap simpatik terhadap alam. Memang

122 GEMA TEOLOGIKA Vol. 5 No. 2, Oktober 2020


EMANUEL GERRIT SINGGIH

betul, di buku Tao Te Ching ada ungkapan clear evidence of the follies that have been
“wei wu wei, tzu wu pu chih” yang intinya already committed” (h. 105). Begitulah Yi-fu
memperlihatkan keseganan terhadap alam, Tuan mendefinisikan peradaban: “Peradaban
yang dipraktikkan dengan tidak melakukan adalah pelaksanaan kekuasaan manusia
tindakan-tindakan yang berlawanan dengan atas alam, yang pada gilirannya melahirkan
alam (Tuan, 1974: 100). Dia juga menyebut penghargaan estetik terhadap alam. Filsafat,
feng-shui atau geomancy, yaitu bagaimana puisi (yang memuja) alam, taman-taman,
bangunan-bangunan manusia diatur, pemandangan alam yang indah adalah hasil
disesuaikan dengan arah angin dan air, tidak peradaban, tetapi sama halnya dengan gunung-
hanya berupa garis lurus saja. Namun demikian, gunung yang mengalami deforestasi, sungai-
Yi-fu Tuan mengingatkan bahwa perhatian sungai yang mampet, dan di dalam kota-kota
terhadap alam ini muncul dari pengalaman bertembok yang padat dengan manusia, intrik-
praktis sebelumnya, yaitu kerugian sumber intrik politik, itu juga adalah hasil peradaban”
alam akibat tidak ada pengaturan, misalnya (Tuan, 1974: 105). Di dalam antologi yang
deforestasi.Kegiatan-kegiatan yang berdampak kedua yang memperingati 50 tahun tesis
pada deforestasi banyak sekali, misalnya: White, pandangan Yi-fu Tuan ini kadang-
pengadaan tanah pertanian; persediaan kayu kadang dipakai untuk menggemboskan tesis
untuk pembangunan istana, rumah, dan kapal; tersebut, tetapi dari arah yang terbalik: mereka
bahan bakar rumah tangga dan industri. Belum membela teks Kristen yang menggambarkan
lagi hutan bisa dibabat untuk mengusir binatang penguasaan terhadap alam dengan dalih bahwa
liar yang mengganggu dan bandit-bandit dalam praktiknya, aliran Kristen tertentu,
(serupa dengan pikiran militer USA di perang yaitu Calvinisme, malah menghargai dan
Vietnam, yang menghanguskan hutan-hutan memelihara alam. Padahal Yi-fu Tuan tidak
Vietnam Selatan dengan zat kimia, supaya membela teks-teks Taoisme dan Buddhisme.
tidak menjadi tempat persembunyian gerilya Memang teksnya pro-alam, tetapi praktik yang
Vietkong, EGS). Hutan-hutan di China Utara terjadi di China malah anti-alam.
dihabiskan untuk membuat arang, praktik Tulisan Lewis Moncrief agak dekat
kremasi dari Buddhisme ternyata memerlukan dengan artikel Yi-fu Tuan. Di satu pihak dia bisa
banyak bahan bakar kayu, dan budaya kaligrafi menerima tesis White, namun di pihak lain dia
ikut menjadi penyebab deforestasi: tinta China memberi kualifikasi. Meskipun agama sangat
ternyata dibuat dari arang kayu pinus (Tuan, menentukan, berargumentasi bahwa dari situ
1974: 103-111). berkembang perilaku manusia yang destruktif
Semuanya itu membuat Yi-fu Tuan terhadap lingkungan hidup, tampaknya
memberi kualifikasi pada pemahaman di atas: mengabaikan data sejarah (Moncrief, 1974:
memang benar bahwa ada konsep-konsep di 76-90). Manusia selamanya berusaha mengua-
China yang pro-alam, tetapi konsep-konsep sai alam, dalam arti mengaturnya untuk ke-
ini belum tentu diimplementasikan dalam pentingan hidupnya. Moncrief bersikap kritis
praktik dan sikap. Bahkan menurutnya, “the terhadap mereka yang sangat optimis terhadap
conservation of resources are in themselves teknologi, yang menganggap bahwa teknologi

GEMA TEOLOGIKA Vol. 5 No. 2, Oktober 2020 123


AGAMA DAN KERUSAKAN EKOLOGI: MEMPERTIMBANGKAN “TESIS WHITE”
DALAM KONTEKS INDONESIA

bisa menyelamatkan dunia dari krisis ekologi arah jalan yang sedang dibangun, demi
(h. 87-88). Situasi di Amerika ditentukan menyelamatkan sarang ular yang berada di
antara lain oleh “budaya frontier”: para perintis jalur proyek jalan tersebut (White Jr., 1973: 55-
yang dulu masuk ke pedalaman, membabat 64). Menurut White, tindakan para pekerja itu
hutan, mengeringkan rawa, mengontrol aliran didorong oleh pemahaman Buddhisme yang
sungai (sama seperti berang-berang yang pro-alam. Refleksi White menjadi contoh yang
selalu membuat bendungan), dan binatang liar baik untuk membandingkan sikap religius
dianggap saingan sekaligus sumber makanan. Barat dan Timur. Meskipun di tesis White
Tanah gambut (sod) dianggap halangan dan sudah ada istilah “the Latin West” (White,
biasanya dibakar dalam rangka mengusahakan 1974: 26), baru dalam artikel 1973 ini White
tanah yang ideal. merumuskan mengenai “Christianity and its
Tetapi dengan langkah yang sama Latin form (which includes Protestantism)”.
seperti telah dikatakan oleh Yi-fu Tuan, Mungkin karena itu, maka orang
kerusakan yang ditimbulkan menimbulkan berdebat mengenai mana yang lebih pro atau
pemikiran mengenai konservasi (h. 54). Bagi anti alam, agama Barat atau agama Timur.
Moncrief, bukan agama secara langsung yang Yang mengherankan adalah bahwa kebanyakan
menyebabkan perilaku destruktif terhadap yang membela Kekristenan Barat adalah orang-
alam. Dia membuat skema mengenai tesis White orang Calvinis, dan bukan orang Katolik yang
sebagai berikut: 1) Tradisi Yahudi-Kristen, biasanya dikaitkan dengan Kekristenan Latin.
2) Sains dan Teknologi, dan 3) Kerusakan Padahal White tidak menuding orang Calvinis,
Ekologi. Menurut dia, skema ini terlampau kecuali kalau Protestantisme diidentikkan
sederhana. Maka dia mengusulkan skema
dengan Calvinisme. Seperti kita lihat di atas,
sebagai berikut: 1) Tradisi Yahudi-Kristen,
yang eksplisit menuding orang Calvinis malah
2) Kapitalisme (dan perkembangan sains dan
Macquarrie, yang adalah teolog Calvinis (yang
teknologi) dan Demokratisasi, 3) Urbanisasi,
kemudian pindah menjadi Anglican). Dalam
peningkatan kekayaan, peningkatan penduduk,
artikel 1967, White juga sudah menyoroti
kepemilikan individual, kemudian barulah 4)
dualisme yang mengantitesakan manusia
Kerusakan Ekologi (h. 89-90).
dan alam, dan menganjurkan agar kita lebih
menghargai animisme (LeVasseur dan
Religion and Ecological Crisis
Peterson, 2017: 5). Kemudian dalam artikel
Kita masuk ke antologi kedua, namun dari 1978, White berpendapat bahwa sebuah
sebelum itu baiklah saya memberi ringkasan agama yang bersahabat terhadap ekologi,
dari tulisan-tulisan White pasca artikelnya mestinya agama yang bersifat animistik.
dari tahun 1967, seperti yang dilakukan oleh Hanya dengan demikian, manusia menyadari,
para editor dari antologi ini (LeVasseur dan menghargai dan mengasihi keberadaan kehi-
Peterson, 2017: 4-6). Di artikel tahun 1973, dupan yang lain, yang non-manusia (White,
White merefleksikan pengalamannya ketika 1978: 99-109). Karena animisme untuk waktu
masih muda di Srilangka. Dia melihat para yang lama mengandung makna peyoratif,
pekerja jalan yang Buddhis, membelokkan tidak mengherankan kalau White kemudian

124 GEMA TEOLOGIKA Vol. 5 No. 2, Oktober 2020


EMANUEL GERRIT SINGGIH

digolongkan ke mereka yang menganjurkan disediakan bagi jiwa orang-orang beriman,


kembali ke paganisme, seperti yang disindirkan melalui sakramen, melalui kebajikan dan doa
oleh McGrath di atas (Krech, 2017: 70-78).8 orang-orang kudus, dan dari pertobatan dan
Alasan dari para editor untuk membuat antologi doa-doa bagi mereka yang sudah meninggal.
kedua yang mengevaluasi tesis White setelah Bagi Aquinas, tujuan penciptaan adalah dalam
berusia 50 tahun adalah sederhana: “The rangka sebagai alat atau instrument, yang
motivating concerns for White’s writing of fifty menolong penebusan jiwa manusia. Maka
years ago are still with us, and for all intents binatang dan tetumbuhan tidak mempunyai
and purposes, every metric he knew about has tempat dalam pembaruan jagad raya, oleh
gotten worse, aided by now global issues about karena mereka tidak berkemampuan untuk
which he knew nothing (such as anthropogenic itu (h. 63). Binatang diciptakan untuk ke-
climate change)”. Berdasarkan hal ini, saya pentingan manusia, dan manusia boleh
memilih dan membahas tiga penanggap, yaitu memanfaatkannya, asal tidak dengan kejam.
Michael S. Northcott, Leslie Sponsel, dan Aquinas menentang kekejaman terhadap
Christopher Cone. Penanggap-penanggap binatang, bukan karena Tuhan memperhatikan
lainnya saya bahas berkaitan dengan pemilihan binatang, atau karena mereka harus dihormati
saya, sejauh berkaitan. pada dirinya sendiri, melainkan karena
Saya mulai dengan membahas Michael kekejaman terhadap binatang membuat rusak
Northcott, yang di satu pihak menganggap moral manusia dan menjadikannya berdosa.
tesis White benar, tetapi di pihak lain, juga Northcott kemudian memberikan bukti
salah (Northcott, 2017: 61-74). Dia mulai dari segi estetika dan liturgis mengenai sikap
dengan mencatat bahwa pengaruh tesis White anti-ekologi Katolik ini. Pada abad ke-4 M,
di dunia Barat besar sekali, sehingga orang seni dan arsitektur gereja-gereja di Roma,
cenderung melihat agama Kristen secara karena pengaruh “paganisme Romawi”, masih
negatif, khususnya Protestantisme, dan lebih ekologis: banyak gambar-gambar tanaman dan
khusus lagi, Calvinisme. Northcott kemudian buah-buahan, banyak gambar binatang yang
mengamati bahwa pernyataan White mengenai berada di bawah naungan kosmos yang hijau.
kekristenan Latin yang anti-ekologi, hanya Bahkan ada gambaran Kristus yang memikul
dikontraskan dengan Kekristenan Byzantium seekor anak domba (yang diinspirasikan oleh
(Yunani, Eropa Timur) yang pro-ekologi, gambaran Dewa Apollo, EGS). Namun pada
namun tidak disertai petunjuk-petunjuk nyata abad ke-5 M, interior dari gereja-gereja berubah:
bahwa memang demikian adanya. Menurut lukisan-lukisan alam menghilang dan digantikan
Northcott, klaim White dapat dilihat dalam oleh lukisan jiwa-jiwa yang sedang menuju ke
teologi keselamatan Thomas Aquinas, sorga, dan jalannya dihalangi oleh setan-iblis.
yang dapat dianggap sebagai bapak teologi Memang lukisan jiwa-jiwa ini menggunakan
tradisional Katolik. Teologi keselamatan badan manusia, tetapi hanya sebagai alat, bukan
Aquinas sangat bersifat antroposentrik. Kristus sebagai penghargaan terhadap badan (h. 64).
melaksanakan pendamaian, dan pelaksanaan Setelah itu Northcott memperlihatkan bahwa
ini dinilai sebagai sebuah harta tak ternilai, yang dalam pemahaman liturgi menurut Konsili

GEMA TEOLOGIKA Vol. 5 No. 2, Oktober 2020 125


AGAMA DAN KERUSAKAN EKOLOGI: MEMPERTIMBANGKAN “TESIS WHITE”
DALAM KONTEKS INDONESIA

Trente, roti tidak lagi menjadi simbol penebusan Theodore Roosevelt (tidak sama dengan
seluruh ciptaan, seperti masih diyakini dalam Franklin D. Roosevelt lawannya Hitler, EGS)
liturgi Byzantium, yang tetap menggunakan merintis taman-taman atau hutan lindung
roti beragi, sama dengan santapan sehari-hari. nasional. Pemeliharaan alam berkaitan dengan
Wafer tipis yang tidak beragi (“Hostia”, EGS), kesehatan moral. Hal ini diinspirasikan oleh
yang berbeda dari roti santapan sehari-hari, pemikiran Calvin, yang meskipun sering
berfungsi untuk memperlihatkan bahwasanya dianggap pesimis karena menekankan tentang
hanya sakramen yang dapat menjadi jalan dari dosa, tetap mengakui, bahwa bumi setelah
bumi menuju ke sorga. kejatuhan dalam dosa, tetap merupakan “teater
Semua yang disebut di atas, mendukung bagi kemuliaan Allah” (Latin: natura theatrum
klaim White. Sayangnya, menurut Northcott, gloria Dei, EGS). Saya bisa menambahkan
White tidak menyebutkan mengenai sikap-sikap bahwa ungkapan ini didasarkan atas
Protestantisme, yang pro-ekologi. Memang, pemahaman Calvin sendiri, mengenai hakikat
Northcott mengakui, bahwa pada mulanya pewahyuan ilahi, yang terbagi atas pewahyuan
para Reformator tidak mengoreksi hilangnya melalui alam, dan pewahyuan melalui firman
alam dari kisah keselamatan dalam budaya dalam Yesus Kristus. Tentu saja yang kedua
dan teologi Katolik, malah lebih-lebih lagi lebih penting, tetapi tidak membuat sampai
menekankan pada keselamatan oleh anugerah pewahyuan dalam alam terabaikan.
dengan menekankan kerohanian iman, dengan Di Inggris, “turn to nature” ini
jalan menghapuskan pelbagai ziarah, hari-hari diinspirasikan oleh novel Milton, Paradise
raya, dan perayaan liturgi. Lama-kelamaan Lost, yang menampung kerinduan orang akan
sikap ini memang memunculkan desakralisasi kembalinya Firdaus sesudah lama hilang dari
alam di dalam budaya Protestan. Northcott bumi. Novel ini berasal dari abad ke-17, dan
juga menghubungkan Protestantisme dengan menurut Northcott dibaca secara luas di abad
munculnya kapitalisme, yang memunculkan ke-17 dan 18, dan akhirnya mempengaruhi
teknologi baru seperti yang telah disebutkan orang-orang di abad ke-19 seperti Roosevelt (h.
oleh White, dan tekanan pada individualisme. 69). Sebenarnya agak riskan membayangkan
Dapat dikatakan bahwa pada mulanya, benang merah dari abad ke-17 ke abad ke-
Protestantisme juga anti-ekologi (h. 66-67). 19 (kesalahan yang sama dibuat oleh White,
Tetapi kemudian pada masa pasca Reformasi, yang membuat loncatan-loncatan abad), tetapi
di abad ke-19, dalam pertemuan di antara baiklah kita menyelesaikan uraian Northcott
Protestantisme dan aliran Romantik, terjadilah mengenai sikap pro-ekologi Protestan. Di
apa yang disebut oleh Northcott, sebagai Eropa, orang-orang Romantik Anglican dan
sebuah “turn to nature” dalam perilaku Lutheran, mempelopori kegiatan jalan kaki
Protestan (h. 67). Di Amerika, tokoh-tokoh (walking) dan hiking menelusuri alam dalam
Protestan mempelopori gerakan konservasi rangka mengagumi dan membiarkan alam
alam di abad ke-19 dan awal abad ke-20. menginspirasikan mereka. Jadi menurut
Pengaruhnya secara politis sangat besar, oleh Northcott, kegiatan-kegiatan masa kini yang
karena salah seorang presiden USA, yaitu lumrah, seperti: hiking, naik gunung, camping,

126 GEMA TEOLOGIKA Vol. 5 No. 2, Oktober 2020


EMANUEL GERRIT SINGGIH

dan cycling, semuanya dapat diusut dari satkan perhatian pada uraiannya mengenai
suasana kerinduan akan kembalinya Firdaus di ekologi spiritual (“spiritual ecology”). Menurut
kalangan Protestan. Pada masa kini, penulisan- Sponsel, tahun 1986 merupakan titik balik
penulisan sastra mengenai alam, misalnya buku dari kalangan spiritual, yang melihat agama
Rachel Carson, Silent Spring, diakibatkan oleh sebagai jalan keluar dari krisis lingkungan
semangat di atas. Pemerintah negara-negara hidup, daripada menyalahkannya sebagai
yang mayoritas Protestan sekarang memimpin penyebab kerusakan ekologi (seperti pendapat
dunia dalam keputusan-keputusan berkaitan White). Pada tahun itu, World Wildlife Fund
dengan ekologi, dibandingkan dengan negara- (WWF) mengadakan pertemuan di Assisi
negara dengan mayoritas Katolik (Stoll, 2017: yang dihadiri oleh pakar-pakar dan pemerhati
48, 56). Saya membayangkan bahwa waktu
9
ekologi, pejabat-pejabat pemerintah, dan para
itu Northcott belum sadar, bahwa bisa jadi ada agamawan. Hasilnya adalah Assisi Declaration,
orang Protestan seperti Trump yang menjadi yang ditulis oleh pemimpin-pemimpin agama
presiden, dan membatalkan banyak keputusan- Buddha, Kristiani (Katolik dan Protestan),
keputusan yang pro-ekologi, baik di USA Hindu, Islam, dan Yahudi, dan memberi
maupun dalam aras kerja sama bangsa-bangsa. pedoman etika lingkungan hidup bagi pengikut
Mengapa White yang adalah orang agama-agama di atas (h. 96).
Protestan, bisa mengabaikan fakta-fakta di atas Pertemuan ini disusul dengan pertemuan-
ini? Menurut dugaan Northcott, keterpilihan pertemuan berikutnya, yang menghasilkan
Fransiscus Assisi oleh White sebagai alternatif bidang akademik baru, yang disebut
bagi sebuah pemahaman religius Kristen yang “ecotheology” atau “environmental theology”,
lebih pro-ekologi, disebabkan oleh kepakaran- dan dikembangkan dalam jurnal-jurnal seperti
nya sebagai seorang sejarawan Eropa Barat Journal for the Study of Religions, Nature
abad pertengahan. Dia tidak memperhatikan and Culture (2007) dan Oxford Handbook of
sikon-sikon pada abad-abad sesudahnya, yang Religion and Ecology (2006). Meskipun bersifat
memunculkan “turn to nature” di kalangan akademis, Sponsel menyebutnya “spiritual”,
Protestan (h. 72). Northcott mengkualifikasikan karena menurut dia istilah “spiritual” lebih
tesis White, dan bersama Stoll memunculkan inklusif daripada “agama”, dan mencakup
fakta sejarah pasca abad pertengahan berupa pemikiran-pemikiran individual maupun
adanya kalangan Protestan yang pro-ekologi. organisasional, dan juga tindakan-tindakan
Tetapi Northcott menyebutkan Protestan yang aktif di dalam arena yang luas, yang meliputi
beraliran Romantik. Keduanya belum tentu bisa agama-agama dan spiritualitas-spiritualitas,
terintegrasikan. Jadi bisa dipertanyakan, mana lingkungan hidup, ekologi, dan paham-paham
yang lebih operatif, keyakinan Protestannya mengenai lingkungan hidup. Ekologi spiritual
atau aliran Romantiknya? terdiri dari tiga komponen, yaitu: upaya ilmiah
Kemudian saya membahas Leslie dan akademis, perjalanan spiritual dari pribadi-
Sponsel. Tulisannya banyak mengulang pokok- pribadi, dan varian-varian dari kegiatan-kegiatan
pokok yang sudah dibicarakan di atas (Sponsel, lingkungan hidup. Individu dan organisasi bisa
2017: 89-102). Maka saya hanya akan memu- berfokus pada salah satu dari ketiga komponen

GEMA TEOLOGIKA Vol. 5 No. 2, Oktober 2020 127


AGAMA DAN KERUSAKAN EKOLOGI: MEMPERTIMBANGKAN “TESIS WHITE”
DALAM KONTEKS INDONESIA

ini. Tetapi ada juga yang mendefinisikan di luar agama-agama besar yang resmi. Dengan
ekologi spiritual secara lebih sempit, misalnya: demikian mereka juga bisa terlibat, dan pada
spiritualitas bumi, mistisisme bumi, spiritualitas gilirannya menjadi pertimbangan bagi agama-
hijau, mistisisme alam, agama alam, spiritualitas agama besar yang resmi.
alam, agama dan ekologi, agama dan alam, Akhirnya saya memeriksa Christopher
ekologi religius, environmentalisme religius, Cone, teolog Reformed, yang membahas
dan naturalisme religius (h. 97). kelanjutan dari pemikiran dalam tesis White
Sama seperti White, ekologi spiritual (Cone, 2017: 103-109) dalam tulisan-tulisan
merasa bahwa pendekatan-pendekatan sekuler tahun 1973 yang sudah kita lihat di atas. Dalam
dalam mengatasi krisis lingkungan hidup tidak bukunya Redacted Dominionism: A Biblical
mencukupi, meskipun diperlukan dan telah Approach to Grounding Environmental Ethics
menghasilkan banyak perbaikan-perbaikan. (2012), Cone menanggapi tesis White dengan
Sejatinya, krisis lingkungan hidup adalah krisis memeriksa tafsiran-tafsiran terhadap Kejadian
spiritual. Nah, ekologi spiritual bisa menolong 1:26-28. Di atas, saya telah memperlihatkan
mengarahkan kegiatan-kegiatan manusia, bahwa tesis White tidak merujuk ke teks ini
sehingga mengarah ke perbaikan, meskipun maupun menafsirkannya. Yang secara eksplisit
boleh jadi dalam waktu lama baru menjadi merujuk dan menafsirkannya adalah Toynbee.
kenyataan. Krisis lingkungan hidup yang Juga dalam tulisan tahun 1973 dan 1978, White
menjadi semakin buruk, termasuk perubahan tidak menyebut teks ini. Namun, tampaknya
iklim secara global, hanya dapat diatasi dengan tanggapan orang terhadap tesis White adalah
perubahan-perubahan fundamental dalam cara sedemikian rupa, sehingga meskipun dia
manusia, baik secara pribadi maupun sebagai tidak menyebutkannya, orang menganggap
masyarakat, berinteraksi dengan alam. Dunia bahwa White secara implisit mengkritik
memerlukan pandangan dunia, sikap, nilai, teks ini, sehingga menyebabkan orang perlu
perilaku, dan lembaga-lembaga yang lebih merenungkannya kembali. Menurut Cone,
hijau. Agama bisa membantu ke arah tersebut. kalangan evangelikal menafsirkan teks ini dalam
Meskipun mengakui bahwa tesis White dua cara: yang pertama berupa interpretasi yang
mengandung hal-hal yang berat sebelah, secara bersifat dominionis (dominionist interpretation),
keseluruhan Sponsel mengakui bahwa tesis ini yaitu bahwa manusia berkuasa atas alam,
bernilai tinggi. Sebagai seorang sejarawan, sedangkan yang kedua adalah interpretasi
White sendiri membuat sejarah, dengan penatalayanan (stewardship interpretation),
mendorong diskursus mengenai hubungan yaitu bahwa manusia tidak berkuasa atas alam,
agama dan ekologi yang sudah berjalan lima melainkan menjalankan amanah pelayanan
dekade (h. 99). Dalam konteks Indonesia, saya terhadap alam. Cone merasa bahwa kedua
pikir bahwa perluasan pemikiran mengenai interpretasi ini tidak memadai dalam menjawab
hubungan ekologi dan agama sehingga tantangan tesis White, sehingga dia mengusulkan
meliputi spiritualitas, patut disambut baik, oleh interpretasi yang disebutnya sebagai “redacted
karena pemikiran-pemikiran yang pro-ekologi dominionism”, yaitu bahwa hubungan manusia
biasanya terdapat dalam kelompok-kelompok dengan alam didasarkan atas tema-tema yang

128 GEMA TEOLOGIKA Vol. 5 No. 2, Oktober 2020


EMANUEL GERRIT SINGGIH

bersifat teosentrik daripada antroposentrik, dan Dalam tulisan 1973, White menge-
bahwa mandat penguasaan diredaksikan dalam mukakan bahwa “Christianity in its Latin form
langkah-langkah narasi Kejadian. Tetapi kalau (which includes Protestantism) provided a
White tidak membahas kisah penciptaan di set of presuppositions remarkably favorable
kitab Kejadian, bagaimana dia bisa dievaluasi to technological thrust.” Menurut Cone,
dengan benar? di sini terjadi perubahan dari tulisan 1967,
Dalam analisanya terhadap tulisan yang menekankan bahwa kekristenan Barat
White (1973), Cone melihat hal yang baru: di membangkitkan upaya penciptaan sains dan
sini White lebih menekankan pada pentingnya teknologi, namun di tulisan 1973, kekristenan
apa yang telah dilakukan oleh sekelompok Latin dianggap berbarengan (“asserted
masyarakat, daripada apa yang dikatakannya. to be compatible”), daripada tersangkut
Pemahaman-pemahaman masyarakat umum- dalam pengrusakan-pengrusakan ekologi
nya didasarkan atas sekumpulan tulisan- atas nama kemajuan (h. 104-105). White
tulisan dan cara pengungkapan yang diwarisi juga mengembangkan perbedaan di antara
dari masa lampau, tetapi penerapan dari kekristenan Latin dan Byzantium, kali ini dengan
pemahaman-pemahaman tertulis ini bisa lebih memperhatikan ikonografi: di Byzantium,
unggul daripada pemahaman-pemahaman tokoh Adam digambarkan santai di taman
tertulis itu sendiri (h. 104). Di satu pihak, dia Eden, dikelilingi oleh binatang-binatang. Di
mengulang apa yang sudah dia katakan di kekristenan Barat, Adam digambarkan sangat
tulisan 1967, yang menuding pada aksioma- serius, siap dalam menjalankan kekuasaannya
aksioma, daripada pelaksanaan dari aksioma- atas yang lain, di wilayah yang diberikan
aksioma ini. Namun, tetap saja White Tuhan kepadanya. Berarti di sini perhatian
menyoroti tradisi kekristenan Barat yang White pindah dari kisah penciptaan, ke aplikasi
mengaplikasikan aksioma-aksioma dari kisah dari kisah penciptaan di kekristenan Latin.
penciptaan, tanpa merasa perlu memeriksa Tesis White di sini sudah diperhalus (h. 105).
apakah tradisi tersebut memahami dengan Tetapi seperti sudah saya amati di atas, White
benar kisah penciptaan dan pengaplikasiannya. sama sekali tidak membahas kisah penciptaan
Tantangan White bagi kekristenan Barat di dalam tulisan 1967! Saya mendapat kesan
bukanlah bahwa kekristenan Barat ini bahwa Cone tidak merasa perlu membaca
harus mempertimbangkan kembali praktik- tesis White, dan mengandalkan pada diskursus
praktik yang telah terjadi dalam terang kisah yang telah terjadi, yang memang mencakup
penciptaan, melainkan bahwa kekristenan kisah penciptaan di kitab Kejadian, dan secara
Barat harus menilai ulang (menilai ulang khusus, teks Kejadian 1:28. Cone merujuk pada
apa?) dengan tujuan yang bersifat utilitarian, pemahaman mengenai White, yang menulis
yang secara positif berdampak pada isu-isu sebagai sejarawan dan bukan sebagai teolog.
ekologis. Dalam kritik White yang lebih awal, Menurut Cone, pemahaman ini tidak kuat,
aksioma-aksioma dilihat sebagai masalah oleh karena White ternyata berteologi dengan
utama, namun kemudian, axioma-axioma menafsir Kejadian 1:28. Sekali lagi, White
menjadi masalah sekunder (h. 104). tidak menafsir Kejadian 1:28. Teks tersebut

GEMA TEOLOGIKA Vol. 5 No. 2, Oktober 2020 129


AGAMA DAN KERUSAKAN EKOLOGI: MEMPERTIMBANGKAN “TESIS WHITE”
DALAM KONTEKS INDONESIA

memang dibahas dalam diskursus pasca 108). Tetapi Septuaginta diterima sebagai Kitab
White mengenai tesis White, yang sering amat Suci di Gereja Yunani Ortodoks sampai hari ini!
teologis. Tetapi itu bukan “kesalahan” White. Menurut saya tidak ada salahnya kekristenan
Jadi evaluasi Cone terhadap kesarjanaan White Latin belajar dari kekristenan Yunani mengenai
meleset sama sekali. hermeneutik yang lebih simpatik terhadap
Dalam tulisannya Cone kembali ekologi, daripada berkutat di penafsiran yang
mengemukakan bahwa masalah dengan itu-itu saja. Di kelas-kelas tafsir di Fakultas
tesis White adalah tidak adanya argumentasi Teologi UKDW, dosen biblika sudah biasa
yang memadai untuk menjawab White, membandingkan teks Masoret dengan teks
disebabkan karena pemahaman yang ada LXX, dan tidak ada pemahaman bahwa teks
di kalangan evangelikal adalah interpretasi Masoret mutlak benar.
dominionis dan intepretasi penatalayanan.
Maka Cone menyediakan alternatif, yaitu
redacted dominionism. Dia mengakui bahwa PENUTUP: KESIMPULAN DAN SARAN
interpretasinya termasuk interpretasi minoritas,
sama seperti pemahaman Fransiscus Assisi Akhirnya saya harus menutup pembahasan ini.
mengenai alam, yang juga merupakan Ada beberapa hal yang dapat dipertimbangkan:
interpretasi minoritas. Cone mengusulkan (1) Mengenai tesis White itu sendiri. Dari
bahwa interpretasi dia mengenai redacted penelitian terhadap penanggap-penanggap di
dominionism, boleh juga dipertimbangkan, kedua antologi di atas, umumnya semua tetap
selain Fransiscus (h. 109). Tetapi ini pun menerima tesis White, meskipun kebanyakan
belum tentu menyelesaikan permasalahan. membuat kualifikasi terhadap tesis ini. Hanya
Dalam bagian penutup saya akan memberi satu yang mengusulkan untuk menyingkirkan
pertimbangan mengapa interpretasi dominionis, tesis White, oleh karena katanya tidak bisa
interpretasi penatalayan, dan redacted bertahan terhadap keberatan-keberatan yang
dominionism tidak mencukupi dalam rangka telah ditembakkan ke tesis ini, yaitu Stoll
menjawab tesis White, maupun dalam rangka (Stoll, 2017: 55-56).10 Berarti tesis White
berteologi secara ekologis. Bagian akhir tulisan tetap berharga untuk dipertimbangkan. White
Cone membicarakan usul White agar dunia adalah orang Kristen Protestan yang aktif,
Kristen Barat melakukan hermeneutik yang jadi saya melihat tesis White sebagai auto-
lebih kosmosentrik daripada antroposentrik, kritik dari orang Kristen Protestan terhadap
dan secara konkret mengusulkan teks Daniel pemahaman identitas dirinya sendiri, dan hal
3:57-90, namun dalam versi Septuaginta itu menunjukkan kerendahan hati yang sangat
(LXX). Mengapa? Oleh karena dalam teks diperlukan dalam tubuh kekristenan Protestan,
ini tidak dilakukan pembedaan kategoris dari yang kadang-kadang memberi kesan, ultra-
makhluk-makhluk ciptaan. Semuanya memuji sensitif terhadap kritik, meskipun kritik dari
Tuhan. Cone tidak setuju, oleh karena teksnya kalangan sendiri. Saya juga merasa penting,
tidak kanonis, sehingga dia tetap mengusulkan memperlihatkan pandangan David dan Eileen
pahamnya mengenai redacted dominionism (h. Spring, para editor dari antologi pertama tahun

130 GEMA TEOLOGIKA Vol. 5 No. 2, Oktober 2020


EMANUEL GERRIT SINGGIH

1974, bahwa tesis White tetap diperlukan, jawab untuk menghentikan kerusakan ekologi,
karena pada masa kini, penemuan teknologi bahkan memulihkan kerusakan ekologi. Dalam
modern ternyata telah membuat percepatan tulisan saya lama berselang (1995), saya sudah
atau akselerasi dari kerusakan ekologi (Spring mengajak agama-agama untuk mengadakan
dan Spring, 1974: 13).11 “mobilisasi agama-agama” atau “mobilisasi
(2) White melihat positif terhadap religius” untuk mengatasi masalah kerusakan
pemahaman-pemahaman di luar tubuh ekologi, setidak-tidaknya di Indonesia. Orang
kekristenan Latin, namun menjagokan paham Kristen saja tidak mungkin bisa mengatasi
dalam kekristenan Latin juga, yaitu paham pro- masalah ini sendirian (Singgih, 1995: 139).12
ekologi dari Fransiscus Assisi. Tetapi Northcott (3) Terakhir, berkaitan dengan minat
telah memperlihatkan bahwa kekristenan saya sebagai teolog biblika. Meskipun White
Latin, dalam hal ini ajaran tradisional tidak membahas Kejadian 1:26-28, dia
Katolik, juga bisa anti-ekologi, karena sangat dianggap menyoroti paham antroposentrik
antroposentrik. Northcott juga mengakui, dari teks tersebut. Maka Barr menganjurkan
bahwa Protestantisme awal, ikut saja pada agar kita tidak meneruskan makna “keras”
kecenderungan antroposentrik ini, meskipun melainkan makna “lunak” dari istilah rada dan
kemudian, karena pengaruh Romantik, kabasy dalam teks tersebut, yang diyakininya
timbul kecenderungan “turn to nature”, yang sebagai makna aslinya. Saya tidak yakin
berdampak pada keputusan-keputusan politik bahwa anjuran Barr menyelesaikan masalah,
di negara-negara mayoritas Protestan untuk karena dia masih bertahan bahwa teks tersebut
mempertahankan keseimbangan alam. Yi-fu mempunyai kaitan dengan penguasaan bumi.
Tuan dan Moncrief memperlihatkan bahwa Dalam buku tafsir saya mengenai Kejadian
memang ada unsur-unsur pro-ekologi dalam 1-11, saya mempertimbangkan pendapat Barr,
budaya China dan Amerika Protestan, namun namun karena makna “keras” sering kali sudah
semuanya itu muncul sebagai reaksi terhadap diidentikkan dengan makna asli (jadi berlawanan
kerusakan-kerusakan ekologi yang telah dengan Barr), maka saya menganjurkan agar teks
terjadi. Tampaknya hal yang sama juga dapat Kejadian 1:26-28 dibekukan untuk sementara
dikatakan mengenai India, budaya Timur waktu, demi untuk membangun sebuah teologi
lainnya, dan budaya Indian Amerika. Budaya biblis yang lebih pro-ekologi. Kemudian saya
di sini dibicarakan secara luas, meliputi mengusulkan mencari teks lain yang masih
penghayatan agama. bermakna penatalayanan, namun lebih “lunak”.
Bukti-bukti ini menurut saya lebih baik Saya memilih Kejadian 2:15, mengenai Tuhan
dipakai untuk menunjukkan bahwa semua Allah yang menanam kebun/Taman Eden, dan
agama bertanggung jawab atas kerusakan meminta kepada Adam agar mengusahakan/
ekologi, daripada hanya mengecam atau mengerjakan (Ibr.: abad) dan memelihara (Ibr.:
membela agama Kristen Barat (Protestan) syamar) kebun/taman itu (Singgih, 2011: 89).
sebagai anti atau pro ekologi. Karena semua Tetapi dalam beberapa artikel, saya
agama bertanggung jawab atas kerusakan mengarahkan perhatian kepada teks-teks lain
ekologi, maka semua agama juga bertanggung yang mungkin lebih dapat dimaknai secara pro-

GEMA TEOLOGIKA Vol. 5 No. 2, Oktober 2020 131


AGAMA DAN KERUSAKAN EKOLOGI: MEMPERTIMBANGKAN “TESIS WHITE”
DALAM KONTEKS INDONESIA

ekologis, daripada terus mencoba menafsirkan menilai stewardship sebagai tidak memadai
kembali teks Kejadian 1:26-28. Saya dalam rangka membangun teologi ekologi,
mendorong pemahaman mengenai Mazmur oleh karena mengikuti model monarkis, yang
104, yang berbicara mengenai manusia, mengandung penguasaan.
binatang, dan daratan/lembah pegunungan, dan Dalam sebuah penelitian tim UKDW
Tuhan, dan membuatnya menjadi pengimbang mengenai rehabilitasi atau restorasi hutan
bagi Mazmur 8, yang sangat dominionistik mangrove di Jawa Timur yang dilakukan oleh
(Singgih, 2019: 407-420). Usulan Cone awam Kristen, tim UKDW mengevaluasi secara
mengenai “redacted dominionism” yang teologis kegiatan restorasi mereka dengan
menurut dia, akan mengalihkan perhatian dari menggunakan teori Richard Evanoff, yaitu
manusia (antroposentris) ke Allah (teosentris). “human ecological triangle” yang terdiri dari
Pemahaman ekologis yang teosentris E = Environment, S = Society, dan P = Person.
sebenarnya sudah dikemukakan oleh Borrong Segitiga ini adalah segitiga sama sisi, sehingga
dalam bukunya di atas. tidak ada satu sudut pun yang dikorbankan.
Dia sadar, bahwa teologi yang sudah- Dalam hal ini Evanoff melampaui antitesa di
sudah bersifat antroposentrik.Tetapi karena antara “deep ecology” yang kosmosentrik,
Borrong tetap menghargai penatalayanan dan “shallow ecology” yang antroposentrik
warisan Calvinisme, maka dia menganjurkan (Evanoff, 2011: 34-35). Tim UKDW kemudian
agar teologi yang antroposentrik digantikan memaknai segi tiga Evanoff secara teologis,
dengan teologi yang teosentrik, mirip dengan dengan menempatkan faktor G = God, pada
yang diusulkan Cone (Borrong, 1999: 182). setiap sudut segitiga sama sisi ini, dan mengganti
Kemudian dia secara khusus membahas E dengan N = Nature. Maka segitiga ini menjadi
mengenai teologi yang teosentris/holistis, segitiga dengan sudut-sudut GN, GP, dan GS
yang didasarkan atas pemahaman Alkitab (UKDW Team, 2019: 12-13). Itu berarti bahwa
di kitab Kejadian pasal 1, yaitu bahwa alam tim UKDW memahami Tuhan tidak hanya
adalah ciptaan yang baik, bahkan amat baik. sebagai transenden, melainkan juga imanen,
Dengan demikian alam mempunyai nilai dan dalam masalah ekologi, imanensi Tuhanlah
intrinsik, namun karena Borrong menekankan yang perlu disadari. Persoalannya adalah untuk
pada Allah Pencipta sebagai pusat di atas waktu yang lama, orang Kristen menganggap
semua, maka alam tetap dilihat sebagai “alat bahwa Tuhan hanya transenden sebagai “the
dalam tangan Allah” (Borrong, 1999: 193). wholly other”, dan tidak imanen. Padahal
Tetapi dengan demikian, maka akhirnya, dari imanensi Allah cukup kuat di dalam Alkitab,
sudut Allah, alam tetap hanya memiliki nilai baik di Perjanjian Lama maupun di Perjanjian
instrumental, dan bukan nilai intrinsik. Menurut Baru. Mazmur 148:3-10 dan Yesaya 44:23
saya, kita perlu melampaui antroposentrisme, bukan sekadar metafora yang bersifat puitis,
kosmosentrisme, maupun teosentrisme dalam melainkan merujuk kepada alam, yang dengan
membayangkan hubungan Allah, alam, dan caranya sendiri, menghubungkan diri dengan
manusia. Hal itu akan saya cobakan di bawah Allah melalui pujian mereka, dan ada teks-teks
ini, namun saya setuju pada Macquarrie, yang yang memperlihatkan teofani Allah dalam alam,

132 GEMA TEOLOGIKA Vol. 5 No. 2, Oktober 2020


EMANUEL GERRIT SINGGIH

misalnya teofani kepada Ayub (Fretheim, 2005: Jr.’s Prescriptions for a Christian
249-268, 233-234).13 Dalam sebuah tulisan, Environmental Ethic”, dalam Todd
saya juga memeriksa teks PL yang melihat Allah LeVasseur dan Anna Peterson (eds.),
dalam alam, misalnya Ayub 36-37 (Singgih, Religion and Ecological Crisis, New
2019: 303-321).14 Dalam Perjanjian Baru, kita York-London: Routledge.
bisa melihat imanensi Yang Ilahi di surat Roma _____ . 2012. Redacted Dominionism:
(Martin, 2011: 67-85) dan di surat Kolose A Biblical Approach to Grounding
(Hukubun, 2018). Mudah-mudahan cukup Environmental Ethics, Eugene, OR:
jelas, bahwa dalam rangka menjawab tantangan Wipf & Stock.
tesis White, perbendaharaan kekayaan tekstual Dubos, René. 1974. “Fransiscan Conservation
Kitab Suci Kristen masih mencukupi untuk and Benedictine Stewardship”, dalam
dipertimbangkan secara teologis. Imanensi David dan Eileen Spring (eds.),
Yang Ilahi yang biblis ini dapat didialogkan Ecology and Religion in History, New
dengan imanensi Yang Ilahi dalam konteks York: Harper & Row.
Timur, seperti yang telah dilakukan oleh Ni Luh
Eaton, Heather. 2017. “The Challenges of
Suartini dalam konteks Bali masa kini (Suartini,
Worldview Transformation”, dalam
2019). Perhatian kepada imanensi ilahi di dalam
Todd LeVasseur dan Anna Peterson
alam, tidak perlu dikecam sebagai panteisme
(eds.), Religion and Ecological Crisis,
atau kembali ke kekafiran (kalau pun ada
New York-London: Routledge.
yang namanya “kafir” itu), melainkan, dengan
Evanoff, Richard. 2011. Bioregionalism and
menggunakan istilah dari A.N. Whitehead,
Global Ethics, New York-London:
sebagai “pan-en-teisme”: Allah ada di dalam
Routledge.
alam, namun tidak identik dengan alam.
Fretheim, Terence E. 2005. God and the World
in the Old Testament: A Relational
DAFTAR PUSTAKA Theology of Creation, Nashville:
Abingdon Press.
Barr, James. 1974. “Man and Nature: The Guillot, Claude. 1985. Kiai Sadrach: Riwayat
Ecological Controversy and the Old Kristenisasi di Jawa, Jakarta: Grafiti
Testament”, dalam David dan Eileen Press.
Spring (eds.), Ecology and Religion in Harun, Martin. 2011. “Paulus dan dan
History, New York: Harper & Row. Penyelamatan Kosmos”, dalam Forum
Callicott, J. Baird. 2017. “The Historical Roots Biblika, 14 (2011): 67-85.
of Environmental Philosophy”, dalam Hukubun, Monike. 2018. “Nuhu-Met sebagai
Todd LeVasseur dan Anna Peterson Tubuh Kristus-Kosmis: Perjumpaan
(eds.), Religion and Ecological Crisis, Makna Kolose 1:15-20 dengan budaya
New York-London: Routledge. Sari Umum di Kei-Maluku melalui
Cone, Christopher. 2017. “Continuing the Hermeneutik Kosmis”, Disertasi
Conversation: Applying Lynn White Doktor UKDW.

GEMA TEOLOGIKA Vol. 5 No. 2, Oktober 2020 133


AGAMA DAN KERUSAKAN EKOLOGI: MEMPERTIMBANGKAN “TESIS WHITE”
DALAM KONTEKS INDONESIA

Krech III, Shepard. 2017. “Animism and Belief: an Interpretation of Job 36:26-
Reincarnation: Lynn White in Indian 37:13”, dalam E. van der Borcht-P.
Country”, dalam Todd LeVasseur dan van Geest, Strangers and Pilgirims on
Anna Peterson (eds.), Religion and Earth, Leiden-Boston: Brill, h. 683-
Ecological Crisis, New York-London: 695.
Routledge. _____ . 2019a. “Allah dan Alam di dalam
LeVasseur, Todd dan Anna Peterson (eds.). Perjanjian Lama”, Emanuel Gerrit
2017. Religion and Ecological Crisis, Singgih, Dunia Yang Bermakna, Edisi
New York-London: Routledge. Revisi, Jakarta: BPK Gunung Mulia, h.
Macquarrie, John. 1974. “Creation and 167-186.
Environment”, dalam David dan Eileen _____ . 2019b. “Manusia dan Alam adalah
Spring (eds.), Ecology and Religion in Sama-Sama Ciptaan di Hadapan Allah:
History, New York: Harper & Row. Sebuah Refleksi terhadap Mazmur 8
McGrath, Alister. 2002. The Reenchantment dan Mazmur 104”, dalam Emanuel
of Nature, New York-Auckland: Gerrit Singgih, Dunia yang Bermakna,
Doubleday/Galilee. Edisi Revisi, Jakarta: BPK Gunung
_____ . 2008. The Open Secret: A New Mulia, h. 407-420.
Vision for Natural Theology, London: _____ . 2019c. “Sebuah Pemahaman Alternatif
Blackwell. mengenai Ciptaan: Tafsir Ayub 36:26-
Moncrief, Lewis W. 1974. “The Cultural 37:13”, dalam Emanuel Gerrit Singgih,
Basis for Our Environmental Crisis”, Dunia yang Bermakna, Jakarta: BPK
dalam David dan Eileen Spring (eds.), Gunung Mulia, h. 303-321.
Ecology and Religion in History, New Sponsel, Leslie. 2017. “Lynn White Jr., One
York: Harper & Row. Catalyst in the Historical Development
Santmire, Paul. 2000. Nature Reborn: The of Spiritual Ecology”, dalam Todd
Ecological and Cosmic Promise of LeVasseur dan Anna Peterson (eds.),
Christian Theology, Minneapolis: Religion and Ecological Crisis, New
Fortress Press. York-London: Routledge.
Singgih, Emanuel Gerrit. 1995. Reformasi dan Stoll, Mark R. 2017. “Sinners in the Hands
Transformasi Gereja menghadapi abad of an Ecologic Crisis: Lynn White’s
21, Yogyakarta: Kanisius. Environmental Jeremiad”, dalam Todd
_____ . 2000. Iman dan Politik dalam Era LeVasseur dan Anna Peterson (eds.),
Reformasi di Indonesia, Jakarta: BPK Religion and Ecological Crisis, New
Gunung Mulia. York-London: Routledge.
_____ . 2011. Dari Eden ke Babel: Sebuah Spring, David dan Eileen (eds.). 1974. Ecology
Tafsiran Kejadian 1-11, Yogyakarta: and Religion in History, New York-
Kanisius. London: Harper & Row.
_____ . 2012. “An Alternative Creation Suartini, Ni-Luh. 2019. Membangun Eko-

134 GEMA TEOLOGIKA Vol. 5 No. 2, Oktober 2020


EMANUEL GERRIT SINGGIH

Teologi Kontekstual GKPB dalam “The Historical Roots of Our Ecologic


menghadapi Krisis Ekologi di Bali, Crisis” after Fifty Years”, dalam Todd
Yogyakarta: Kanisius. LeVasseur and Ann Peterson (eds.),
Toynbee, Arnold. 1974. “The Religious Back- Religion and Ecological Crisis , New
ground of the Present Environmental York-London: Routledge.
Crisis”, dalam David and Eileen Spring
(eds.), Ecology and Religion in History,
New York: Harper & Row. Catatan:
Tuan, Yi-fu. 1974. “Discrepancies between 1
Di halaman 227 Borrong mengatakan “Contoh
Environmental Attitude and Behaviour: mengenai kritik Lynn White yang sudah dikemukakan
Examples from Europe and China”, dalam bab sebelumnya”. Tetapi di bab sebelumnya,
yaitu bab V, saya tidak menemukan nama White. Buku
dalam David and Eileen Spring (eds.),
ini aslinya sebuah disertasi doktor di STT Jakarta tahun
Ecology and Religion in History, New 1996. Mungkin ada di disertasi ini, namun ketika ditulis
York: Harper & Row. ulang menjadi buku di atas, nama dan kritik White di bab
UKDW Team, 2019. “From Destroying V terhapus.

to Rehabilitating the Forest:


2
Awalnya sebuah ceramah pada pertemuan
American Association for the Advancement of Science,
Understanding a Change of Attitude
Washington D.C., 1966. Akhirnya dimuat dalam David
toward Nature at Clungup Mangrove and Eileen Spring (1974: 15-31).
Conservation (CMC) Tiga Warna, 3
Bukan cuma itu. Stoll menginformasikan bahwa
Sendangbiru, South Malang, East Java, bakat berkhotbah itu diwarisinya dari ayahnya, yang
Indonesia”. Makalah ini rencananya adalah seorang pendeta Gereja Presbyterian USA.
akan diterbitkan di Belanda akhir 2020. Untuk apa sih informasi ini, kalau bukannya untuk
mengejek?
White Jr., Lynn T. 1973. “Continuing the 4
McGrath rupanya tersinggung oleh tuduhan
Conversation”, dalam Ian Barbour White bahwa agama Kristen Protestan bertanggung
(ed.), Western Man and Environmental jawab atas kerusakan ekologi masa kini, dan berusaha
Ethics: Attitudes Toward Nature and memberi apologia terhadap agama Kristen Protestan.
Maka sub-judul bukunya adalah “The Denial of Religion
Technology; Reading, MA: Addison-
and the Ecological Crisis”. Tetapi apologianya berjalan
Wesley, 55-64.
melenceng menurut saya. Perhatian ke imanensi dianggap
_____ . 1974. “The Historical Roots of our kembali ke paganisme, dan memunculkan ateisme pada
Ecologic Crisis” dalam David and orang-orang seperti Dawkins, jauh dari masalah agama
dan ekologi! Sebenarnya McGrath tidak tertarik kepada
Eileen Spring (eds.), Ecology and
ekologi. Bukunya mengenai teologi natural, The Open
Religion in History, New York: Harper Secret: A New Vision for Natural Theology (2008), tidak
& Row . merujuk pada persoalan teologi-ekologi.
_____ . 1978. “The Future of Compassion”, 5
Kesalahan mengira bahwa White merujuk ke teks
Ecumenical Review 30, 2 (1978): 99- Kejadian 1:28 bisa dilihat di Leslie Sponsel (2017: 91).
Kesalahan sama, tetapi yang lebih parah lagi terdapat
109.
di Christopher Cone (2017: 103-109). Di artikel ini
Whitney, Elspeth. 2017. Religion and kesalahan malah menjadi asumsi!
Ecological Crisis, “Lynn White Jr.’s 6
“I do not think that this is a probable exegesis.”

GEMA TEOLOGIKA Vol. 5 No. 2, Oktober 2020 135


AGAMA DAN KERUSAKAN EKOLOGI: MEMPERTIMBANGKAN “TESIS WHITE”
DALAM KONTEKS INDONESIA

7
Namun, dalam antologi kedua, rujukan ke India dari kalangan Protestan, dan fakta bahwa negara-negara
ini ditanggapi negatif oleh Christopher Key Chapple, Protestan lebih “hijau” daripada negara-negara Katolik
yang menganggap bahwa White meromantisir budaya (lih. Stoll, 2017: 48, 56). Yang mendasari munculnya
Asia, “Lynn White and India: Romance? Reality?”, perintis-perintis ini adalah konsep keadilan sosial dan
khususnya halaman 117-118. Tetapi contoh yang penatalayanan Kristen, yang menghasilkan prinsip
diberikan adalah tingkat polusi di Beijing dan New “common good” (h. 50, 56). Bahkan orang Protestan
Delhi di masa kini, padahal yang dibicarakan oleh fundamentalis sekalipun bisa pro-ekologi, misalnya
White adalah worldview, bukan kondisi ekologi masa Francis Schaeffer. Tetapi sekaligus dia mengakui,
kini. Mengenai tesis White sebagai worldview, lihat bahwa masih ada jurang di antara kalangan evangelikal
Heather Eaton (2017: 121-136). dan kalangan environmentalist (h. 54-55).
8
Di pihak lain, pandangan White yang positif terhadap 10
Saya kutip Stoll: “Most likely, we should simply
reinkarnasi dan animisme, disanggah oleh Shepard conclude that it is high time to abandon the White thesis
Krech III, pakar ekologi Indian Amerika di Religion altogether.”
and Ecological Crisis (2017: 75-78). Argumennya dekat 11
Tanggapan terhadap tesis White tidak proporsional,
dengan Yi-fu Tuan dan Moncries: memang begitu dalam apabila kita mengatakan bahwa dari dulu juga orang
teorinya, tetapi perilaku bisa lain sekali. Dia memberi memanfaatkan alam. Manusia industri mengkonsumsi
contoh mengenai kelangkaan binatang bison, yang sumber alam 50 kali lipat dari nenek moyangnya yang
biasanya dituduhkan pada pendatang-pendatang kulit agrikultural. Hanya butuh 25 tahun bagi biocide yang
putih yang membasmi kawanan bison, sehingga pernah dilepaskan oleh manusia industri, untuk muncul di
hampir punah.Tetapi orang-orang Indian juga berperan dalam tubuh manusia di seluruh dunia, bahkan di tubuh
dalam pelangkaan ini, baik sebelum maupun sesudah binatang-binatang yang hidup di Antartika. “In its vast
kedatangan orang kulit putih. Mereka animis, dan percaya scale and frenzied tempo the technological attack on
pada reinkarnasi binatang ke manusia dan sebaliknya.
nature may be said as unprecedented. This is the starting
Tetapi teknik menangkap dan membunuh bison adalah
point of White’s thesis.”
dengan mendorong kawanan bison sehingga berjatuhan 12
Di antologi kedua ada tulisan Whitney A.
ke jurang. Kadang-kadang semua dagingnya dimakan,
Bauman yang menganjurkan “archipelagic approach”,
tetapi kadang-kadang juga hanya bagian-bagian tertentu
sebagai tanggapan positif terhadap tesis White, “What’s
saja, misalnya lidah dan ponok. Sisanya dibiarkan saja.
left (out) of the Lynn White Narrative?”, dalam Religion
“In other words, waste is ancient” (h. 82). Orang Indian
and Ecological Crisis, 170-172. Konteksnya ternyata
Amerika sulit menerima bahwa mereka menyebabkan
merujuk pada konteks Indonesia yang majemuk.
binatang buruan menjadi jarang karena dibantai. Menurut
mereka, ada waktunya bison muncul, dan ada waktunya
13
Jauh sebelumnya, saya sudah membahas topik ini
bison menghilang. Dari sananya demikian (h. 83). Cuma dalam tesis Ph.D. saya di Glasgow University (1982),
bagi saya tidak jelas, apakah teknik di atas dilakukan oleh yang saya ringkaskan dalam tulisan, “Allah dan Alam di
semua orang Indian, atau hanya oleh sebagian saja. dalam Perjanjian Lama” (2019a: 167-186).
9
Dalam beberapa hal, uraian Northcott serupa
14
Versi bahasa Inggris dari tulisan ini dapat dilihat
dengan uraian Stoll, hanya saja Stoll lebih apologetik, di Emanuel Gerrit Singgih, “An Alternative Creation
sedangkan Northcott lebih reflektif. Stoll juga Belief: an Interpretation of Job 36:26-37:13” (2012: 683-
mengungkapkan frasa Calvin mengenai alam yang 695). Borrong agak ambigu mengenai pokok ini, tetapi
adalah teater bagi kemuliaan Allah, munculnya perintis- akhirnya dia mengingatkan bahwa Allah adalah baik
perintis konservasi modern, yang kesemuanya berasal transenden maupun imanen, di Etika Bumi Baru (h. 200).

136 GEMA TEOLOGIKA Vol. 5 No. 2, Oktober 2020

Anda mungkin juga menyukai