“FERMENTASI TEMPE”
Disusun oleh :
Aurora Febyola
Kasifa Manuella
Kelas : XI MIPA 1
BAB 1 PENDAHULUAN
BAB 2 PEMBAHASAN
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan..................................................................................................
3.2 Saran............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kacang-kacangan adalah salah satu bahan pangan potensial. Bahan pangan tersebut
beserta produk olahannya sangat mudah di jumpai di mana-mana. Bahkan, hampir setiap hari
orang mengonsumsinya. Kacang-kacangan merupakan bahan makanan yang murah dan mudah
di dapat seperti buncis, kacang merah, kacang hijau, atau kacang kedelai.
Tempe merupakan makanan yang dibuat dari proses fermentasi. Fermentasi tempe
merupakan salah satu bentuk penerapan ilmu mikrobiologi tradisional yang ada di Indonesia.
Tempe yang banyak dikenal adalah tempe yang dibuat dari fermentasi terhadap biji kedelai atau
beberapa bahan lain yang menggunakan beberapa jenis kapang Rhizopus, seperti Rhizopus
oligosporus, dan stolonifer (kapang roti). Sehingga membentuk padatan kompak berwarna
putih. Sediaan fermentasi ini secara umum dikenal sebagai “ragi tempe”. Pada dasarnya proses
pembuatan tempe merupakan proses penanaman mikroba jenis jamur Rhizopus sp pada media
kedelai, sehingga terjadi proses fermentasi kedelai oleh ragi tersebut. Hasil fermentasi
menyebabkan tekstur kedelai menjadi lebih lunak, terurainya protein yang terkandung
dalam kedelai menjadi lebih sederhana, sehingga mempunyai daya cerna lebih baik
dibandingkan produk pangan dari kedelai yang tidak melalui proses fermentasi.
Di Indonesia, jarang sekali temukan tempe yang terbuat selain dari kacang kedelai.
Padahal jenis kacang-kacangan lainnya juga bisa dijadikan bahan untuk pembuatan tempe jika
gizinya cukup menunjang proses fermentasi tempe seperti biji kacang panjang, biji kacang
panjang juga memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi.
Persen Nilai Harian berdasarkan Diet 2000 Kalori Nilai Harian Individu bisa lebih tinggi
atau lebih rendah tergantung pada kebutuhan kalori masing-masing. Biji kacang panjang adalah
sumber protein yang baik, vitamin A, thiamin, riboflavin, besi, fosfor, kalium, Vitamin C, Folat,
Magnesium dan mangan. Dalam Ukuran Porsi 100 Gram Kacang Terdapat 47 Kalori, 0 Gram
Lemak Total, Kolesterol 0 Mg, Natrium 4 Mg (0% Nilai Harian), 8 gram karbohidrat total (2%
Nilai Harian), dan 3 gram protein (Nilai Harian 5%). Ada Juga 17% Vitamin A, 2% Besi, 31%
Vitamin C dan 5% Kalsium (Handri and Rafira, 2003).
Cara mengolah biji kacang panjang menjadi tempe sama halnya dengan mengolah biji
kedelai menjadi tempe, yaitu dimulai dari tahapan pensortiran, pencucian pertama, perendaman,
pengupasan, pencucian kedua, perebusan, peragian dengan ragi tempe, pembungkusan dan
penyimpanan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut,
yaitu:
1. Apakah biji kacang hijau bisa menjadi produk fermentasi ?
2. Bagaimana cara mengolah biji kacang hijau menjadi produk fermentasi?
D. METODELOGI PENELITIAN
A. Alat Dan Bahan
1. Alat
Alat-alat yang digunakan dalam pembuatan tempe adalah sebagai berikut:
a. Panci
b. Kompor
c. Mangkok Kecil
d. Sendok
e. Penyaring
f. Daun pisang/plastik
g. Jarum
2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam pembuatan tempe adalah:
a. Biji kacang Hijau
b. Ragi tempe
c. Air
BAB II
PEMBAHASAN
Pada praktikum dilakukan fermentasi pada pembuatan tempe. Fermentasi adalah proses
produksi energy dalam sel dalam keadaan anaerob (tanpa oksigen). Melalui proses fermentasi
kacang panjang menjadi lebih enak dan meningkat nilai nutrisinya. Tempe dapat dibuat dari
berbagai bahan, akan tetapi pada paraktikum di buat dari kacang panjang. Bahan utama
pembuatan tempe terdiri dari air, kacang panjang dan ragi tempe. Syarat mutu kacang panjang
untuk memproduksi tempe tahu kualitas pertama adalah sebagai berikut :
a). Bebas dari sisa tanaman seperti kulit palang, potongan batang atau ranting, batu, kerikil,
tanah atau biji-bijian.
b) Biji kacang hijau tidak luka atau bebas serangan hama dan penyakit.
c) Biji kacang hijau tidak memar.
d) Kulit biji tidak keriput.
Tempe adalah makanan hasil fermentasi di buat dari kacang-kacangan yang diinokulasi
dengan jamur Rhizopus Oligosporus sehingga membentuk padatan kompak yang berwarna putih.
Fermentasi tempe mampu menghilangkan zar-zat yang tidak diinginkan yang terdapat pada
kacang panjang. Proses pembuatan tempe meliputi pemilihan kacang panjang, penimbangan,
perendaman, pengupasan kulit ari, pencician, pengukusan, penirisan, inokulasi,pengemasan,
fermentasi, dan pemanenan.
Proses pembuatan tempe melibatkan tiga faktor pendukung, yaitu bahan baku yang dipakai
(kacang panjang), mikroorganisme (kapang tempe), dan keadaan lingkungan (suhu, pH, dan
kelembaban).
Kualitas Tempe
1. Ciri-ciri Tempe yang Baik
Tempe yang baik dicirikan oleh permukaan tempe yang ditutupi oleh miselium kapang
(benang-benang halus) secara merata, kompak dan berwarna putih. Antar butiran kacang kedelai
dipenuhi oleh miselium dengan ikatan yang kuat dan merata, sehingga bila diiris tempe tersebut
tidak hancur. Tempe yang masih baik warnanya putih, spora kapang yang berwarna abu-abu
kehitaman belum terbentuk, dan aroma yang kurang enak yang kadang-kadang bau amoniak
belum terbentuk. Kegagalan untuk mendapatkan tempe yang baik dengan ciri-ciri tersebut diatas,
sering disebabkan oleh faktor-faktor yang menyebabkan pertumbuhan kapang tempe yang
diperoleh tidak merata kacang kedelai menjadi basah, lunak, bau amoniak atau bau alkohol.
Faktor-faktor tersebut antara lain :
a. Oksigen
Oksigen memang diperlukan untuk pertumbuhan kapang, tetapi bila berlebihan proses
metabolisme kapang menjadi lebih cepat sehingga menghasilkan panas berlebihan dan tidak
seimbang dengan pembuangannya (panas yang ditimbulkannya menjadi lebih besar daripada
panas yang dibuang dari bungkusan). Bila hal ini terjadi, suhu kacang kedelai yang sedang
mengala mi fermentasi menjadi tinggi dan akan mengakibatkan kapangnya mati. Oleh karena itu
pada pembutan tempe selalu menggunakan kantong plastik berlubang yang dibuat pada kantung
plastik sesuai dengan kebutuhannya. Sebaliknya jika oksigen yang diperlukan untuk
pertumbuhan kapang kurang, maka pertumbuhan kapang akan terhambat (lambat).
b. Suhu
Kapang tempe bersifat mesofilik, yaitu untuk tumbuhnya memerlukan suhu antara 25 – 30 C
atau suhu kamar, oleh sebab itu suhu ruangan tempat pemeraman perlu diperhatikan dengan
memberikan ventilasi cukup baik.
c. Jenis laru ( Ragi Tempe/ Rhizopus oligosporus)
Untuk mendapatkan tempe yang baik maka laru tempe harus dalam keadaan aktif, artinya
kapang tempe mampu tumbuh dengan baik. Menggunakan laru yang masih baru akan berpeluang
menghasilkan tempe yang baik Laru sangat berpengaruh terhadap pembentukan rasa, aroma dan
flavor tempe yang dihasilkan.
d. Nilai pH (derajat keasaman)
Derajat keasaman memegang peranan penting dalam proses pembuatan tempe. Bila
kondisinya kurang asam atau pH tinggi maka kapang tempe tidak dapat tumbuh dengan baik
sehingga pambuatan tempe akan mengalami kegagalan. Disamping untuk memenuhi kondisi
yang dibutuhkan oleh kapang tempe, suasana asam berguna untuk mencegah tumbuhnya
mikroba lain yang tidak diinginkan dalam pembuatan tempe.
2. Ciri-ciri Tempe yang Kurang Baik/Gagal
Sering kali didapatkan tempe yang pecah-pecah, pertumbuhan kapang yang tidak merata
atau bahkan tidak tumbuh sama sekali, kedelai menjadi busuk dan berbau amoniak atau alkohol
bahkan kedelai menjadi berlendir, asam dan penyimpangan lainnya. Beberapa penyimpangan
dan penyebab kegagalan pembuatan tempe dapat dirincikan secara ringkas pada tabel berikut:
No. Jenis Penyimpangan Mutu Penyebab
1. Tempa terlalu basah - Suhu fermentasi terlalu tinggi
- Kelembaban udara terlalu tinggi
- Kedelai terlalu basah karena kurang tiris
- Lubang pembungkus terlalu kecil
-Alat tidak bersih dan tidak higienis
2. Tempe tidak -Kapang tidak aktif/sudah mati
kompak -Laru terlalu sedikit
-Laru terlalu tua
-Pengadukan laru tidak merata
-Waktu fermentasi kurang lama
-Suhu fermentasi terlalu rendah
3. Permukaan -Pembentukan spora kapang akibat oksigen
tempe bercak-bercak hitam terlalu banyak
-Fermentasi terlalu lama
-Suhu terlalu tinggi
-Kualitas laru rendah
-Kelembaban terlalu kering
4. Tempe berbau -Terlalu lama fermentasi
amoniak/ alkohol -Suhu terlalu tinggi
-Alat tidak bersih
-Kadar air terlalu tinggi
5. Tempe pecah- -Pencampuran laru tidak merata
pecah dan -Suhu ruang inkubasi tidak merata
pertumbuhan -Lubang aerasi dan pergerakan udara dalam ruang
miselia tidak inkubasi tidak merata
merata
6. Tempe terlalu panas -Pengatur suhu, kelembaban, ventilasi tidak baik
(overheating) -Suhu terlalu tinggi
- Inkubasi terlalu tertutup
-Bahan terlalu banyak
7. Tempe beracun -Bahan dan atau laru terkontaminasi mikroba
patogen, bahan beracun, dll.
-Laru terlalu lemah keaktifannya/terlalu sedikit
sehingga justru mikroba berbahaya yang tumbuh
- Ruang dan alat tidak higienis
Kedelai Tempe
Energi 381 kal 210 kal
Protein 40,4 g 20,8 g
Lemak 16,7 g 8,8 g
Hidrat Arang 24,9 g 13,5 g
Serat 3,2 g 1,4 g
Abu 5,5 g 1,6 g
Fosfor 682 mg 326 mg
Kalsium 222 mg 155 mg
Besi 10 mg 4 mg
Karoein 31 mkg 34 mkg
Vitamin A 0,81 0,81
Vitamin B 0,52 mg 0,19 mg
Vitamin c 0 0
Air 12,7 g 55,3 g
Meskipun nilai gizi tempe lebih rendah daripada kedelai murni, tetapi tempe memiliki
beberapa sifat yang unggul yaitu :
1. Mempunyai nilai biologi tinggi, yaitu mengandung 8 asam amino esensial.
2. Lemak jenuh rendah.
3. Kadar Vitamin B12 tinggi.
4. Mudah dicerna, jadi baik untuk segala umur.
5. Dengan fermentasi kacang kedelai, asam-asam amino lebih terurai lagi sehingga mudah dicerna.
Secara kuantitatif, nilai gizi tempe sedikit lebih rendah dari pada nilai gizi kedelai.
Namun, secara kualitatif nilai gizi tempe lebih tinggi karena tempe mempunyai nilai cerna yang
lebih baik. Hal ini disebabkan kadar protein yang larut dalam air akan meningkat akibat aktivitas
enzim proteolitik yang mengakibatkan protein, lemak dan karbohidrat pada tempe menjadi
mudah dicerna di dalam tubuh dibandingkan kedelai. Oleh karena itu tempe sangat baik untuk
diberikan kepada segala kelompok umur (dari bayi hingga lansia), sehingga bisa disebut sebagai
makanan semua umur.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan data hasil percobaan setelah dibahas dapat diambil kesimpulan yaitu:
1. Kacang hijau dapat dibuat menjadi produk tempe melalui fermentasi
2. Kacang hijau dapat dibuat menjadi produk tempe melalui fermentasi, dan hanya saja harus ada
perlakuan yang lebih tepat untuk menghindari terbentuknya aroma yang busuk
3. Faktor penyebab tidak berhasilnya tempe yang dibuat adalah ksterilan alat yang
digunakan,peragian yang tidak merata, kurangnya aerasi pada saat pembungkusan, pada saat
peragian dilakukan dengan cara sambil berbicara
4. Setelah melakukan praktikun dapat disimpulkan bahwa pada proses pembuatan tempe dalam
proses inokulasi diperlukan tingkat kebersihan yang tinggi, karena pada tahap ini rentan sekali
terjadi kontaminasi. Faktor keberhasilan fermentasi sangat ditentukan oleh jenis bahan pangan
(subsrat). Demikian pula dengan macam mikrobanya, yang perlu dimiliki mikroba adalah harus
mampu tumbuh pada substrat dan mudah beradaptasi dengan lingkungannya
B. Saran
Dalam pembuatan tempe hal-hal yang perlu diperhatikan yaitu harus memperhatikan cara
pengupasan yang baik, perebusan, inokulum tempe, aerasi dan kelembaban, ksterilan alat dan
bahan, kebersihan tangan yang memegang serta yang paling utama yaitu mengetahui tahapan
dalam membuat tempe. Dalam setiap melakukan langkah kerja harus mempunyai dasar
ilmiahnya, supaya mengetahui tujuan dasar melakukan setiap langkah kerja.
Daftar Pusaka
Aryulina, Diah. 2006. Biologi 1 SMA dan MA untuk Kelas X. Jakarta: Erlangga.
Drs. Sudjino. 2005. Biologi Kelas X. Jakarta: Sunda Kelapa Pustaka.
Hanum, Eva Latifah. 2009. Biologi SMA dan MA X. Jakarta: PT. Remaja Rosdakarya.
Puji Astuti, Nurita. 2009. Sifat Organoleptik Tempe Kedelai. Surakarta: Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
Paket Industri Pangan untuk Daerah Pedesaan. 1982. Tempe Kedelai. Bandung: Pusat Penelitian dan
Pengembangan Teknologi Pangan Institut Pertanian Bogor.
Supriono,SP. 2003. Memproduksi Tempe. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Triwibowo, Sitoresmi. 1996. Cermin Dunia Kedokteran. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.