Anda di halaman 1dari 47

Dr. Arjaty W.

Daud, MARS FISQua CERG QRGP

SASARAN KESELAMATAN
PASIEN

www.esaunggul.ac.id
2

International Patent Safety Goals

1. Ketepatan Identifikasi Pasien

2. Peningkatan komunikasi yang efektif

3. Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai

4. Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien


operasi.

5. Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan


kesehatan

6. Pengurangan risiko pasien jatuh

07/01/23 arjaty/ JCI/IPSG/2013


www.esaunggul.ac.id
3
1. Ketepatan Identifikasi Pasien

q Identifikasi pasien
q Minimal 2 Identitas : Nama lengkap dan Tanggal lahir.
q Gelang Identitas : Pink untuk wanita, Biru untuk Pria
q Pemasangan Gelang Identitas untuk semua Pasien Rawat Inap dan
Pasien Rawat jalan yg akan dilakukan Prosedur / Tindakan Invasif
mis. Hemodialisa, Kemoterapi, Tranfusi Darah
q Pemasangan gelang identitas diutamakan pada ekstrimitas yg tidak terpasang infus,
q Beri informasi ke pasien bahwa petugas kesehatan akan selalu menanyakan nama
dan tanggal lahir , sebelum melakukan tindakan, pemberian obat

q Nomor kamar dan tempat tidur tidak boleh dipakai untuk melakukan
identifikasi

07/01/23 arjaty/ JCI/IPSG/2013


www.esaunggul.ac.id
4

KAPAN MELAKUKAN IDENTIFIKASI PASIEN ?

1. Sebelum melakukan Prosedur / Tindakan


2. Sebelum pemberian obat
3. Sebelum pengambilan sample darah untuk
pemeriksaan Laboratorium
4. Sebelum Pemberian Tranfusi darah
5. Sebelum pemberian Diit

07/01/23 arjaty/ JCI/IPSG/2013


www.esaunggul.ac.id
5

IDENTIFIKASI PASIEN RISIKO TINGGI

• Pasien Alergi: Gelang Risiko MERAH


Riwayat Alergi ( obat obatan, makanan )
/ Test
Antibiotik dengan hasil positif
• Risiko jatuh : Gelang Risiko KUNING
Pasien Dewasa à Morse Fall Scale
Pasien anak à Humty Dumpty
• Pasien yang tidak ingin dilakukan
Resucitate ( Do Not Resucitate / DNR ) :
Gelang Risiko UNGU
07/01/23 arjaty/ JCI/IPSG/2013
www.esaunggul.ac.id
6

IDENTIFIKASI PASIEN PADA KONDISI TERTENTU


1. Pasien yang tidak dapat berkomunikasi:
v Terpasang ventilator
v Usia ( Bayi )
v Pasien tidak sadar
v Gangguan mental
Identifikasi dilakukan dengan mencocokan identitas gelang pasien dengan
identitas pada berkas rekam medis
2. Kesadaran menurun & tidak ada keluarga: Gelang identitas mencantumkan
:
v Mr X. / Miss X , tanggal , jam masuk RS dan nomor rekam medis
3. Tidak punya ekstrimitas atas / luka bakar:
v Identifikasi dilakukan dengan menempelkan stiker identitas dibaju
pasien
v Penempelan foto pada berkas rekam medis

07/01/23 arjaty/ JCI/IPSG/2013


www.esaunggul.ac.id
PENDAHULUAN
2. Peningkatan komunikasi yang efektif

Komunikasi efektif, merupakan komunikasi di antara para petugas pemberi


pelayanan yang dilakukan dengan , tepat waktu, akurat, lengkap, jelas, dan
dapat dipahami oleh penerima, sehingga dapat mengurangi kesalahan dan
menghasilkan perbaikan untuk keselamatan pasien.

Komunikasi efektif dapat dilakukan secara:


1. Verbal,
2. Tertulis,
3. Elektronik.

07/01/23 arjaty/ JCI/IPSG/2013 7


www.esaunggul.ac.id
Meningkatkan komunikasi yang efektif

Verbal Order :
• Write Down, Read Back
• SBAR (Stituation Back Ground Assessment
Reccomendation)
• Repeat Back
• Teach Back
• Check Back
• 5 Benar
• Jangan menggunakan Singkatan yg tidak terstandard

arjaty/ SKP FKTP/2019

07/01/23 8
www.esaunggul.ac.id
Komunikasi verbal

KOMUNIKASI VERBAL DENGAN SBAR KOMUNIKASI VERBAL DENGAN TBAK


(Tulis BAca Konfirmasi Kembali)

Kapan dilakukan? Kapan dilakukan ?


– Saat Serah Terima Pasien 1 Saat petugas menerima instruksi
– Saat Petugas melaporkan kondisi pasien verbal per telpon/lisan dari DPJP
kepada DPJP 2 Saat petugas menerima laporan hasil
– Catat Instruksi diformulir tes kritis / critical test /pemeriksaan
terintegrasi cito
– Beri stempel SBAR 3 Beri stempel TBAK
4 DPJP memberi paraf saat visit
keesokan harinya.

07/01/23 arjaty/ JCI/IPSG/2013 9


www.esaunggul.ac.id
SERAH TERIMA PASIEN DENGAN SBAR
Situasi
Pasien Tn Gun, 45 thn, dirawat di kamar 605, saat ini
mengalami gangguan pernafasan dengan RR 35 x/mt

Backround :
Pasien masuk rumah sakit 2 hari yang lalu dengan
riwayat, pneumothorax, O2 saturasi turun dari 95%
dalam 2 lmenit menjadi 85% dgn non rebreathing,
pada auskultasi: suara pernafasan menurun disebelah
kanan. Tracheal shift, peningkatan distress, pasien
saat ini diposisikan tidur semi fowler, dan diberikan
Oksigen 4 liter/mt dengan nasal canule

Assessment :
Pasien tampaknya mengalami gagal nafas / gangguan
pertukaran gas

Recommendation:
Dokter telah dihubungi pertelpon belum terhubung,
mohon dihubungi kembali untuk kemungkinan alih
rawat ICU untuk pemasangan ventilator.

07/01/23 arjaty/ JCI/IPSG/2013 10


www.esaunggul.ac.id
SBAR
This handover tool has been used in many communication situations, The
tool was utilised to facilitate shift to shift handover and nurse to doctor
communication..
S Situation
What is the situation? (Chief complaint, current
status)
B Background
What is the clinical background? (Previous history)
A Assessment
What is the problem? (Results of assessment, vital signs
and symptoms)
R Request/ Recommendation
What do I recommend/request to be done? (Suggested
and anticipated changes, critical monitoring)

07/01/23 arjaty/ SKP FKTP/2019 11


www.esaunggul.ac.id
MELAPORKAN KONDISI PASIEN DENGAN SBAR

Situasi :
Tn Ari Gunadi, Tanggal lahir 22 April 197, rawat di lantai IV utara, kamar
411, mengalami gangguan pernafasan, TD 130/90, N 88, RR 25 x/mt

Backround:
Pasien masuk rumah sakit 2 hari yang lalu dengan riwayat ,
pneumothorax, O2 saturasi turun dari 95% dalam 2 lmenit menjadi 85%
dgn non rebreathing, pada auskultasi: suara pernafasan menurun
disebelah kanan. Tracheal shift, distress pernafasan, pasien saat ini
diposisikan tidur semi fwoler, dan diberikan Oksigen 4 liter/mt dengan
nasal kanule

Assessment:
Pasien tampaknya tidak stabil dan cenderung memburuk

Recommendation:
R
Mohon segera datang, apakah diperlukan tindakan intubasi. SBA

07/01/23
Stempel arjaty/ JCI/IPSG/2013 12
www.esaunggul.ac.id
MENERIMA LAPORAN HASIL TES KRITIS
DAN NILAI KRITIS DENGAN TBAK

v Tes kritis dilaporkan oleh petugas Lab, Ro, Cardiologi

v Tes kritis (critical tes) / pemeriksaan cito, contoh:


- Tes / pemeriksaan diagnostik (x-ray, CT Scan, EKG)
- Tes / pemeriksaan walaupun hasilnya NORMAL / ABNORMAL harus dilaporkan
SEGERA

v Nilai / Hasil kritis (critical test result)


Hasil abnormal yang harus dilaporkan segera < 1 jam ke dokter peminta pemeriksaan /
perawat untuk dilaporkan ke dokter.

07/01/23 arjaty/ JCI/IPSG/2013 13


www.esaunggul.ac.id
Metode Komunikasi

1. Metode komunikasi saat menerima instruksi


melalui telpon : “menulis / menginput ke komputer
- membacakan – konfirmasi kembali”.
Konfirmasi harus dilakukan saat itu juga melalui
telpon untuk menanyakan apakah “yang dibacakan”
sudah sesuai dengan instruksi yang diberikan.

Metode komunikasi saat melaporkan kondisi


pasien kepada DPJP dapat menggunakan : SBAR.

1/7/23 SKP / Arjaty Daud 14


www.esaunggul.ac.id
Metode Komunikasi
2. Metode komunikasi saat melaporkan nilai kritis
pemeriksaan diagnostik melalui telpon :
“menulis / menginput ke komputer – membacakan

konfirmasi kembali” .

FOKUS SKP
• Hasil kritis : pasien rawat jalan maupun rawat inap.
• Pemeriksaan dx : semua pemeriksaan lab,
pencitraan / radiologi, diagnostik jantung, POCT.
• Pasien R.Inap pelaporan hasil kritis dapat dilaporkan
melalui perawat dan dilaporkan ke DPJP yang
meminta pemeriksaan.
• Rentang waktu pelaporan hasil kritis ditentukan < 30
menit sejak hasil di verifikasi oleh PPA yang
berwenang di unit pemeriksaan penunjang
diagnostik.

1/7/23 SKP / Arjaty Daud 15


www.esaunggul.ac.id
Metode Komunikasi
3. Metode komunikasi saat serah terima
distandarisasi pada jenis serah terima yang sama
mis. antara ruangan di Rawat inap.
• Untuk jenis serah terima yang berbeda, dapat

FOKUS SKP
menggunakan metode, formulir dan alat yang berbeda.
Misalnya :
• serah terima dari IGD à ruang RI dapat berbeda
dengan serah terima dari OK à ke unit intensif ;

Formulir serah terima, tidak perlu dimasukkan ke RM saat


pergantian shift tetapi, RS harus memastikan bahwa proses
serah terima telah dilakukan. Mis. PPA mencatat serah
terima telah dilakukan, kepada siapa tanggung jawab
pelayanan diserahterimakan, kemudian di TTD, tanggal &
waktu).

1/7/23 SKP / Arjaty Daud 16


www.esaunggul.ac.id
Jenis Serah Terima

• Jenis serah terima (handover) di RS tdd :


a. antara PPA saat pergantian shift (mis., antar dokter,

FOKUS SKP
dokter à perawat, antar perawat,
b. antara unit perawatan yang berbeda di RS (mis. dari
ruang perawatan intensif ke ruang perawatan atau
dari IGD ke OK);
c. dari ruang perawatan pasien ke unit layanan
diagnostik seperti radiologi atau fisioterapi;

Metode, formulir dan alat bantu ditetapkan sesuai jenis


komunikasi, dilakukan secara konsisten dan lengkap.

1/7/23 SKP / Arjaty Daud 17


www.esaunggul.ac.id
KOMUNIKASI TERTULIS

Hal-hal yang harus diperhatikan :


• Penulisan instruksi harus dilakukan secara lengkap, dapat terbaca dengan jelas
agar sumber instruksi dapat dilacak bila diperlukan verifikasi.
• Harus menuliskan nama lengkap , tanda tangan serta tanggal dan waktu
• Hindari penggunaan singkatan, akronim, dan simbol yang berpotensi menimbulkan
masalah dalam penulisan instruksi dan dokumentasi medis.
• Lihat Buku Standar Singkatan RS untuk panduan penggunaan Singkatan

07/01/23 arjaty/ JCI/IPSG/2013 18


www.esaunggul.ac.id
Poor handwriting

Coumadin or Kemadrin ?
Lotrison or Lotrimin ?

Doxorubicin or Daunorubicin ? Pentobarbital or Phenobarbital ?

Arjaty/IMRK/2008
www.esaunggul.ac.id
JANGAN GUNAKAN SINGKATAN

07/01/23 arjaty/ JCI/IPSG/2013 20


www.esaunggul.ac.id
LOOK ALIKE SOUND ALIKE

07/01/23 arjaty/ JCI/IPSG/2013 21


www.esaunggul.ac.id
Arjaty/IMRK/2008
www.esaunggul.ac.id
Arjaty/IMRK/2008
www.esaunggul.ac.id
Examples

Intended dose of 4 units in patient history


interpreted as 44 units. “U” should be written out as
“unit.”

07/01/23 arjaty/ JCI/IPSG/2013 24


www.esaunggul.ac.id
Examples

Intended dose of “.4 mg” interpreted as 4 mg


from medication order. Should be written as
“0.4 mg.”

07/01/23 arjaty/ JCI/IPSG/2013 25


www.esaunggul.ac.id
Examples

Intended recommendation of “less than


10” was interpreted as 4. “<” should be written
out as “less than.”

07/01/23 arjaty/ JCI/IPSG/2013 26


www.esaunggul.ac.id
Using Technology to Reduce Medication error
CPOE or BPOC / BBCR

Sejak laporan IOM tahun 1999 ,


penggunaan CPOE telah
membantu mereduksi medication
errors.
Penelitian menunjukkan
CPOE mereduksi error sebesar
55%.
Idealnya, pemesanan ini
diintegrasikan dengan informasi
lain dari pasien spt pemeriksaan
laboratorium.
Arjaty/IMRK/2008
www.esaunggul.ac.id
3. PENINGKATAN KEAMANAN OBAT YANG PERLU
DIWASPADAI / HIGH ALERT

OBAT HIGH ALERT :


Obat yang memerlukan kewaspadaan tinggi ,
terdaftar dalam kategori obat berisiko tinggi, dapat
menyebabkan cedera serius pada pasien jika terjadi
kesalahan dalam penggunaannya.

Semua elektrolit pekat tidak boleh disimpan di ruang


perawatan kecuali di ruang operasi, ICU, NICU, PICU,
ICCU, VK, IGD dalam area terbatas

07/01/23 arjaty/ JCI/IPSG/2013 28


www.esaunggul.ac.id
CONTOH OBAT HIGH ALERT

• Elektrolit pekat terdiri dari: injeksi KCl 7,46 %


injeksi MgSO4 40 %
injeksi Ca Gluconas 10 %
injeksi Na Bicarbonat 8,4 %
injeksi Na Cl 3 %
• Injeksi heparin

• Obat kanker

• Obat LASA
(Look Alike Sound Alike = Nama Obat Rupa Mirip) :

07/01/23 arjaty/ JCI/IPSG/2013 29


www.esaunggul.ac.id
12

LOOK ALIKE (SEDIAAN INTRAVENA)

ALINAMIN F EPINEFRIN

DOPAMIN
VIT K

TRAMADOL FUROSEMID

GENTAMISIN DIAZEPAM

07/01/23 arjaty/ JCI/IPSG/2013 30


www.esaunggul.ac.id
07/01/23 arjaty/ JCI/IPSG/2013 31
www.esaunggul.ac.id
4. Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien operasi.

UNIVERSAL PROTOCOL :
Tujuan : Untuk mencegah salah operasi, salah sisi, dan
salah pasien.

Dilakukan pada pasien operasi/ tindakan invasif, :


1. Penandaan (Mark Site)
2. Proses preverifikasi
3. Proses Time Out

07/01/23 arjaty/ JCI/IPSG/2013 32


www.esaunggul.ac.id
Penandaan (Mark Site)

Penandaan daerah operasi/ tindakan • Organ tunggal seperti: uterus,


invasif: jantung
q Dilakukan oleh dokter operator
untuk pasien : • Di mana secara teknis atau
1. Operasi elektifàdilakukan di anatomis tidak mungkin untuk
ruang rawat inap diberi tanda seperti : permukaan
2. Operasi cito à IGD/ Rawat Inap mukosa, perineum, bayi premature
q Menggunakan spidol permanen à • Untuk gigi, nama prosedur
Tanda “ “ tindakan gigi akan ditandai pada
Rontgen gigi
Organ yang mempunyai lateralisasi
• Penandaan tidak dilakukan pada
Beberapa digit pada jari tangan atau
kaki
tindakan: Endoskopi
Tulang belakang bagian depan atau
gastroenterology, Tonsilektomi ,
belakang pada tingkat: cervical, Hemorroidectomy
thoracal, lumbal dan sacrum. 33
www.esaunggul.ac.id
Benar Lokasi Operasi ?

• Seorang pasien 43 th, akan dilakukan


Tympanoplasty dgn GA. Saat
asesmen preoperativ, sudah diberi
tanda pada mastoid kiri.
• Saat pasien di lakukan Sign in di
Ruang Penerimaan di OK, ternyata
pasien mempunyai TATO di telinga
kanan yg dapat menyebabkan
WRONG SITE SURGERY ……

07/01/23 arjaty/ JCI/IPSG/2013 34


www.esaunggul.ac.id
UP (2): Proses preverifikasi
Pre verifikasi pra operasi adalah kegiatan verifikasi yang dilakukan oleh tim bedah sebelum
tindakan operasi/invasif dilakukan.

Tujuan
1. Menverifikasi lokasi, prosedur dan pasien yang tepat
2. Memastikan bahwa semua dokumen, foto Rontgen, hasil pemeriksaan yang relevan
tersedia, diberi label, dan dipampang
3. Memastikan peralatan khusus/implan tersedia

Kapan dan dimana?


1. Pada saat penjadwalan operasi (ODC)
2. Di ruangan sebelum diantar ke IBS
3. Di IBS saat serah terima ke perawat IBS

07/01/23 arjaty/ JCI/IPSG/2013 35


www.esaunggul.ac.id
UP (3): PROSES TIME OUT

Serangkaian tindakan untuk keselamatan


pasien operasi/tindakan invasif terdiri dari:
“Proses Sign In, Time Out, Sign Out”

Semua pertanyaan/ kekeliruan harus


diselesaikan sebelum Insisi.

07/01/23 arjaty/ JCI/IPSG/2013 36


www.esaunggul.ac.id
www.esaunggul.ac.id
5. Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan

Kebersihan tangan /Hand hygiene


a). Handrub pakai Alkohol gel
( 6 langkah)

b).Hand wash pakai air dan sabun


( 6 langkah)

07/01/23 arjaty/ JCI/IPSG/2013 38


www.esaunggul.ac.id
Indikasi Hand Hygiene (5 moment )
1. Sebelum kontak dengan pasien,
2. Sesudah kontak dengan pasien,
3. Setelah menganmbil sampel ,
4. Sebelum melakukan tindakan
/prosedur asepsis
5. Setelah kontak dengan
lingkungan area pasien

07/01/23 arjaty/ JCI/IPSG/2013 39


www.esaunggul.ac.id
07/01/23 arjaty/ SKP FKTP/2019 40
www.esaunggul.ac.id
SKP 6 Proses untuk mengurangi risiko pasien jatuh
Penapisan risiko jatuh pasien di rawat jalan
Fasyankes harus melakukan penapisan risiko jatuh pada pasien. Kriteria penapisan risiko
jatuh harus ditetapkan, dan dilakukan upaya untuk mencegah atau meminimalkan
kejadian jatuh.

Penapisan risiko jatuh Rawat Jalan mempertimbangkan :


1. kondisi pasien, contoh : pasien geriatri, dizziness, vertigo, gangguan
keseimbangan, gangguan penglihatan, penggunaan obat, sedasi, status
kesadaran dan atau kejiwaan, konsumsi alkohol
2. diagnosis, contoh pasien dengan diagnosis penyakit Parkinson
3. situasi : Pasien yang mendapatkan sedasi atau pasien dengan riwayat tirah
baring lama yang akan dipindahkan untuk pemeriksaan penunjang dari
ambulans, perubahan posisi akan meningkatkan risiko jatuh
4. lokasi : hasil identifikasi area-area di RS yang berisiko terjadi pasien jatuh,
antara lain lokasi yang dengan kendala penerangan atau mempunyai
barrier/penghalang yang lain, misalnya tempat pelayanan fisioterapi,
tangga.
07/01/23 41
arjaty/ SKP FKTP/2019
www.esaunggul.ac.id
Pengurangan risiko pasien jatuh di Rawat inap

Pengkajian risiko jatuh menggunakan :


• Skala Morse untuk pasien dewasa
• Humpty Dumpty untuk pasien anak

Jika pasien risiko tinggi jatuh :


1. Pasangkan Sign Risiko jatuh
2. Pasangkan Gelang risiko jatuh untuk pasien risiko
tinggi
3. Edukasi pencegahan jatuh selama dirawat dengan
pasien/ keluarga dan berikan Brosur Pencegahan
jatuh
4. Pasien dikaji kembali sesuai kondisinya

07/01/23 arjaty/ JCI/IPSG/2013 42


www.esaunggul.ac.id
PENILAIAN RISIKO JATUH PASIEN DEWASA
SKALA MORSE
Nama Pasien :
SCALE)
Tanggal Lahir : No RM : Ruang Rawat :

No Risiko Skala Skor ke 2 Skor ke 3 Skor ke 4 Skor ke 5 Skor ke 6


Tgl ........ Tgl ..... Tgl ... Tgl ........ Tgl .......
1 Mempunyai riwayat jatuh, baru atau dalam 3 bln
terakhir
a.Tidak 0
b.Ya 25
2 Diagnosis sekunder > 1
a.Tidak 0
b.Ya 25
3 Ambulasi berjalan
a. Bedrest / dibantu perawat 0
b. Penyangga / tongkat / walker / threepot / kursi 15
roda
c. Mencengkeram Furniture 30
4 Terpasang IV line / Pemberian anti koagulan
(Heparin) / obat lain yang digunakan mempunyai
side effects jatuh
a.Tidak 0
b.Ya 20
5 Cara berjalan / berpindah
a. Normal / bedrest / immobilisasi 0
b. Kelelahan dan lemah 10
c. Keterbatasan / terganggu 20
6 Status mental
a.Normal / sesuai kemampuan diri 0
b.Lupa keterbatasan diri / penurunan kesadaran 15
TOTAL SKOR
Nama & paraf petugas yang melakukan penilaian

07/01/23 arjaty/ JCI/IPSG/2013 43


www.esaunggul.ac.id
Tingkat Risiko :

Skor 0 - 24 Tidak berisiko, Perawatan yang baik

Skor 25 - 50 Risiko Rendah, Lakukan intervensi jatuh


standar

Skor ≥ 51 Risiko Tinggi, Lakukan intervensi jatuh risiko


tinggi

07/01/23 arjaty/ JCI/IPSG/2013 44


www.esaunggul.ac.id
PENILAIAN RISIKO JATUH PASIEN ANAK
HUMPTY DUMPTY
Nama Pasien : Tanggal Lahir : No RM : Ruang Rawat
Parameter Kriteria Skor Skor ke 2 Skor ke 3 Skor ke 4 Skor ke 5
tgl ….. tgl …. Tgl ….. Tgl …..
Kurang dari 3 Thn 4
Umur 3 – 7 Thn 3
7 – 13 Thn 2
13 - 18 Thn 1
Laki-laki 2
Jenis Kelamin
Perempuan 1
Kelainan Neurologi 4
Gangguan Oksigenisasi (Gangguan pernafasan,
Diagnosis Dehidrasi, Anemia, Anoreksia, Sinkop, Sakit Kepala 3
dll)
Kelemahan fisik / Kelainan psikis 2
Diagnosis Lain 1
Tidak memahami keterbatasan 3
Gangguan Kognitif Lupa Keterbatasan 2
Orientasi terhadap kelemahan 1
Riwayat Jatuh dari tempat tidur saat bayi - anak 4
Pasien menggunakan alat bantu atau menggunakan
boks atau mebel 3
Faktor Lingkungan Pasien berada di tempat tidur 2
Pasien berada di luar area Ruang perawatan 1
Respon terhadap Kurang dari 24 jam 3
operasi/obat Kurang dari 48 jam 2
penenang/efek Lebih dari 48 jam 1
anestesi
Penggunaan obat sedative (kecuali pasien ICU yang
menggunakan sedasi dan paralisis), Hipnotik, 3
Penggunaan obat barbitural, phenothiazines, antidepresan,
laksatif/diuretik, narkotik / metadon
Salah satu obat diatas 2
Pengobatan Lain 1
07/01/23 TOTAL SKOR arjaty/ JCI/IPSG/2013 45
Nama & paraf petugas yang melakukan penilaian www.esaunggul.ac.id
Tingkat risiko :

Skor 7-11: Risiko Rendah Untuk Jatuh

Skor ≥ 12: Risiko Tinggi Untuk Jatuh

Skor Minimal : 7

Skor Maksimal : 23

07/01/23 arjaty/ JCI/IPSG/2013 46


www.esaunggul.ac.id
Cara Penapisan risiko Jatuh Rawat jalan dapat dilakukan dengan :
1. Menanyakan tiga pertanyaan:
1. apakah dalam enam bulan terakhir pernah jatuh
2. apakah menggunakan obat yang mengganggu keseimbangan
3. apakah jika berdiri dan/atau berjalan membutuhkan bantuan orang lain.
Jika satu dari pertanyaan tersebut mendapat jawaban ya, maka pasien tersebut
dikategorikan berisiko
2. Modified get up and go test ,

07/01/23 arjaty/ SKP FKTP/2019 47


www.esaunggul.ac.id

Anda mungkin juga menyukai