Surakarta. Boyolali pertama kali adalah bagian dari desa – desa yang berdiri di
sementara yang didirikan dengan tujuan supaya pengiriman barang dan jasa
Pos sementara tersebut adalah Pos Tundhan. Kabupaten Boyolali berdiri pada
Dalem Gunung bermukim di pinggir jalan raya utama, di Ampel dan Boyolali
1
Kabupaten Boyolali awalnya merupakan sebuah desa di sebelah barat
Surakarta, dan berada tepat di jalur utama Semarang – Solo. Lihat : Serat Angger
Ingkang Sinoehoen Kandjeng Soesoehoenan Pakoeboewono VII (Serat Angger
Goenoeng). Bab. 1.
21
22
tersebut atas dasar pemerintah Bale Mangoe sudah tidak dapa tmengurusi
tahun 18472.
dengan Priyayi Gunung pada tanggal 5 Juni 1847. Tahun 1847 pemerintahan
2
Untuk mengurusi desa – desa di wilayah Surakarta dikeluarkanlah
peraturan yang tertuang pada staatsblad yang bersiskan tentang pemerinahan
dhusun. Lihat : Staatsblad van Nedherlandsch-Indie 1847 No. 30
23
berubah menjadi Kabupaten Gunung Pulisi pada tanggal 5 Juni 1847, dan
mengangkat pembantu, yakni carik. Selain abdi dalem yang diangkat Sunan
pemimpin yakni : patih dalem dan asisten residen. Seiring berjalanya waktu
3
Serat Angger Ingkang Sinoehoen Kandjeng Soesoehoenan
Pakoeboewono VII (Serat Angger Goenoeng). Bab. 4.
4
Staatsblad van Nedherlandsch-Indie 1854 No.32. Berisi tentang
pendirian pengadilan pradata disetiap Kabupaten Pulisi di wilayah Surakarta.
5
Staatsblaad van Nedherlandsch-Indie 1874 No.209.Tentang pembagian
wilayah distrik di Kabupaten Pulisi Boyolali.
24
status asisten residen dan stafnya disebut dengan abdi dalem Pangreh Praja,
dan Asisten Wedana Pangreh Praja. Peristiwa tersebut terjadi pada tanggal 12
Boyolali, terjadi prubahan status dari Bupati Pulisidan stafnya menjadi Abdi
Dalem Pangreh Praja. Untuk mengatur tugas dan wewenang abdi dalem
perusahaan perkebunan.
6
Rijksblaad Soerakarta 1918 No.23. Tentang perubahan status dari
Kabupaten Gunung Pulisi menjadi Kabupaten Pangreh Praja.
7
Rijksblaad Soerakarta 1918 No. 24. Tentang tugas dan kewajiban abdi
dalem distrik dan onder distrik.
25
berbagai negara dan tujuan diantaranya : Eropa, Cina dan Arab. Golongan
dan berkoloni satu sama lain. pembagian wilayah tempat tinggal didasarkan
atas status sosial, mata pencaharian dan kedudukan. Masyarakat Eropa berada
jiwa terdiri dari 479 jiwa masyarakat Eropa, 285.765 jiwa masyarakat
Tabel. I.
PENDUDUK KOTA BOYOLALI TAHUN 1920
maupun masyarakat.
1. Stratifikasi sosial
Golongan Bumiputra
kedudukan lebih tinggi dalam segala bidang baik pemerintahan maupun non
asing berkedudukan lebih tinggi daripada pribumi, tetapi tidak lebih tinggi
dari Eropa8. Masyarakat pribumi berada di posisi terendah dengan hak dan
tidak hanya dibidang sosial dan budaya melainkan di bidang ekonomi. Dalam
melalui pengorbanan yang cukup berat dengan hasil yang tidak seberapa dan
pemerintahan.
8
Peter Carey., Orang Jawa dan Masyarakat Cina 1755-1825. (Jakarta :
Pustaka Offset, 1984), hlm : 16.
29
percampuran budaya Eropa dengan Jawa terjadi, hal ini dikarenakan para
dikuasai secara penuh oleh kerajaan akan tetapi dengan banyaknya kericuhan
tertinggi dan berkedudukan sejajar dengan raja10. Suatu daerah yang dikuasai
9
Akhmad Setiawan., Perilaku Birokrasi dalam Pengaruh Paham
Kekuasaan Jawa, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1998), hlm 86.
10
Wahyuningsih., Jejak-Jejak Arsitektur Bangunan Indis di Kota Salatiga
Awal Abad XX, (Skripsi UNS : Fakultas Sastra dan Seni Rupa, Jurusan Ilmu
Sejarah, 2006), hlm. 24.
30
golongan Eropa berada di posisi teratas dan pribumi berada di lapisan bawah.
pribumi11.
mendiami desa-desa pada masa pemerintah kerajaan, dan tinggal jauh dari
Kabupaten Boyolali berbeda dalam segala aktifitas, hal tersebut dapat dilihat
11
Sartono Kartodirjo., Pengantar Sejarah Indonesia Baru: Sejarah
Pergerakan Nasional. (Jakarta : Ombak, 1993), hlm 97.
12
Kuntowijoyo., Raja, Priyayi dan Kawula : Surakarta 1900 – 1915,
(Yogyakarta : Ombak, 2000), hlm 8.
31
mendapatkan fasilitas.
Gambar 1.
Gambar 2.
bercampurnya dua budaya yang berkomunikasi satu sama lain, antara budaya
Belanda / Eropa dengan budaya Jawa dan menghasilkan budaya baru yakni
ke-20, awal mula berada di pesisir Jawa yakni Batavia dan kemudian
Munculnya budaya Indis ini tidak dapat dilepaskan dari politik, sosial dan
hidup dalam masyarakat Jawa juga turut berubah seiring berjalanya waktu.
Budaya Eropa ini dibawa oleh para pedagang dan pejabat Belanda dalam
di dunia.
pencaharian dan sebagainya hasil dari budaya Indis. Wujud dari hasil
Indonesia yang universal, tujuh unsur tersebut yakni bahasa, gaya hidup, mata
dan Belanda bercampur dan mempengaruhi gaya arsitektur tempat tinggal. Hal
dan Jawa.
2. Arsitektur Indis
Indis di Indonesia berawal dari pesisir Batavia pada Abad ke-18, dan
13
Djoko Soekiman.,Kebudayaan Indis dan Gaya Hidup Masyarakat
Pendukungnya di Jawa Abad XVIII – Medio Abad XX, (Yogyakarta: Bentang,
2000), hlm. 4
14
Ibid, hlm. 42.
34
kota maupun kabupaten tidak dapat dilepaskan dari gaya arsitektur sebagai
menggunakan konsep kota radial atau memusat pada suatu area tertentu,
yakni gaya Indis dengan ciri khas tersendiri. Kabupaten Boyolali yang
notabene kota militer, dalam hal gaya arsitektur tempat tinggal dan
arsitektur bergaya Eropa dan Jawa atau arsitektur Indis, dengan ciri khas yang
15
Indische Empire Style meruapakan gaya arsitektur Indis pertama di
Hindia Belanda. Lihat :Hadinoto., Arsitektur dan Kota-Kota di Jawa pada Masa
Kolonial, (Yogyakarta : Graha Ilmu, 2009), hlm. 47.
16
Ibid, hlm. 51.
17
Hadi Sabari Yunus., Struktur Tata Ruang Kota, (Yogyakarta: Ombak,
2004)., hlm. 119.
35
tradisional dengan pemisahan ruang yang seara jelas tidak berlaku pada
hanya tampak pada penggunaan rangka atap, bukaan rumah (pintu dan
jendela yang didesain besar dan banyak), dan konstruksi bangunan yang
tinggi dan besar18. Rumah tradisonal jawa diaplikasikan dalam rumah Eropa
Belanda.
tidak dapat dilepaskan dengan unsur keselarasan terhadap alam, terlihat pada
munculnya rumah Indis dengan halaman yang luas dan besar. Munculnya
bangunan dengan halaman besar dan luas dengan segala kekuatan pemilik
18
Antonius Indro Nursito., Perubahan Bentuk dan Tata Nilai dalam
Arsitetur Rumah Tradisional Jawa di Surakarta, Skripsi. (Surakarta : Fakultas
Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret, 2005), hlm : 108.
36
arsitektur lebih cenderung terhadap bagaimana cara melindungi diri dari alam
dan budaya rumah tradisional Jawa oleh Belanda ditambahkan dengan sistem
Konsep tata ruang rumah tradisional Jawa yang didasarkan atas dasar
privasi pemilik rumah, juga diaplikasikan pada tata ruang rumah Indis oleh
gandok, sentong kamar kiwo dan kamar tengen juga digunakan oleh Belanda
untuk mengatur privasi mereka dari masyarakat luar. Akan tetapi, tata ruang
segala teknologi dari Eropa dapat merubah tata ruang rumah tradisional
Jawa, dimana alun-alun berubah menjadi pusat masyarakat Eropa dan elite
19
Arya Ronald., Nilai-Nilai Arsitektur Rumah Tradisional Jawa.
(Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, 2005), hlm : 29.
20
Santoso Suryadi., Dinamika Perkembangan Arsitektur Jaman Pra
Kolonial di Pulau Jawa. (Dalam Majalah Dimensi No. 5, 1981), hlm 35.
37
pribumi. Akhirnya konsep tata ruang kota pedalaman di Hindia Belanda pada
Tata ruang Kabupaten Boyolali berbeda dengan kota lain akan tetapi
masih satu konsep yakni memusat di pusat kota dan bangunan-bangunan yang
School, Europe School, rumah distrik, mess bayangkari rumah tinggal pribadi
21
Robert Van Neil., Munculnya Elite Modern Indonesia. (Jakarta : PT
Dunia Pustaka Jaya, 1984), hlm : 35.