Anda di halaman 1dari 6

PBL ( PROBLEM BASED LEARNING ) Dalam Meningkatkan

Kreativitas Peserta Didik

Kelompok ll :

1. Anisa Alifyani Mastur (210303031)

2. Puput Papalia (210303022)

Institusi Agama Islam Ambon Prodi Pendidikan Matematika

Tahun 2022
Kreativitas

1. Landasan teori

Semiawan (2010:14) mengemukakan bahwa kreativitas adalah kemampuan menghasilkan bentuk baru
dalam seni atau dalam pemesinan atau dalam memecahkan masalah-masalah dengan metode-metode
baru.

Santrock (2011:310) a mendefinisikan kreatif sebagai kemampuan untuk memikirkan sesuatu dengan
cara-cara yang baru dan tidak biasa dan melahirkan suatu solusi yang unik terhadap masalah-masalah.

Suryadi dan Herman (2008) menjelaskan bahwa kemampuan berpikir kreatif merupakan suatu proses
berpikir untuk mengungkapkan hubungan-hubungan baru, melihat sesuatu dari sudut pandang baru,
dan membentuk kombinasi baru dari dua konsep atau lebih yang sudah dikuasai sebelumnya.
Kemampuan berpikir kreatif membantu peserta didik menciptakan ide-ide baru berdasarkan
pengetahuan yang telah dimiliki untuk menyelesaikan permasalahan dari sudut pandang yang berbeda.

Sani ( 2014:15) mengemukakan bahwa berpikir kreatif merupakan kemampuan mengembangkan ide
yang tidak biasa, berkualitas, dan sesuai tugas.

Kesimpulan : sekumpulan ide-ide ya di dapatkan dan pengimplementasiannya di sajikan dalam bentuk


yg unik atau ide penyelesaian dari suatu permasalahan yang tidak biasa pada umumnya tapi dapat di
terima karma berkualitas dan konkret

2. Indikator Berfikir kreatif

Berpikir kreatif adalah aktivitas berpikir untuk menghasilkan sesuatu yang kreatif dan orisinil. Baer
(dikutip Aryana, 2007:675) mengemukakan berpikir kreatif yaitu (1) lancar, adalah kemampuan
menghasilkan banyak ide, (2) luwes, adalah kemampuan menghasilkan ide-ide yang bervariasi, (3)
orisinal, adalah kemampuan menghasilkan ide baru atau ide yang sebelumnya tidak ada, dan (4)
memerinci, adalah kemampuan mengembangkan atau menambahkan ide-ide sehingga dihasilkan ide
yang rinci atau detail. Hal ini bahwa berpikir kreatif memiliki beberapa indikator untuk menghasilkan ide
yang baru.Kreativitas seseorang ditunjukkan dalam berbagai hal, seperti kebiasaan berpikir, sikap,
pembawaan atau kepribadian, atau kecakapan dalam memecahkan masalah.

Menurut Munandar (Hendriana, Rohaeti dan Sumarmo, 2017:113) berpikir kreatif adalah kemampuan
untuk melakukan suatu kegiatan dengan menurunkan banyak ide (fluency), mengubah persfektif dengan
mudah (flexibility), menyusun sesuatu yang baru (originality), dan mengembangkan ide lain dari suatu
ide (elaboration). Dengan memiliki kemampuan tersebut maka siswa akan mampu menyelesaikan
permasalahan dengan caranya sendiri dan menghasilkan banyak cara yang berbeda-beda

Tabel 1.1

Indikator Berfikir Kreatif Kriteria

I a). Mencetuskan banyak


gagasan Penyelesaian
1. Berfikir lancar masalah /pertanyaan.

b). Memberikan banyak


cara atau saran untuk
melakukan banyak hal.

2. B.erfikir luas a). Menghasilkan gagasan


jawaban atau pertanyaan
yang bervariasi.

b). dapat melihat masalah


dari sudut pandang yang
berbeda

c). mencari banyak


alternatif atau arah yang
berbeda

3. Berfikir original a). mampu untuk


mengungkapkan hal yang
baru dan unik .

b). mengungkapkan cara


yang tidak lazim untuk
mengungkapkan diri.

c). mampu membuat


kombinasi-kombinasi yang
tidak lazim dari bagian-
bagian atau unsur-unsur

4. Berfikir merinci a).Mampu


mengembangkan dan
memperkaya suatu
gagasan atau produk.

b). Menambah atau


memperbaiki suatu objek
gagasan atau situasi
sehingga lebih menarik

Munandar (2017:113)

Kesimpulan : indikator berfikir kreatif merupakan suatu uraian terperinci mengenai krearltifitas. dimana
terdapat 4 point yang jika dilihat maka akan nampak bahwasanya setiap point dapat memberikan ide-
ide tersendiri dalam peningkatan kretifitas pada siswa

Model PBL (Problemt Based Learning)

Hastuti (2011:105) mengatakan bahwa pembelajaran berbasis masalah memberikan suatu


lingkungan pembelajaran dengan masalah yang menjadi basisnya, artinya pembelajaran dimulai dengan
masalah yang harus dipecahkan.
Arends (2012: 396) mengemukakan bahwa bahwa esensi dari model pembelajaran berbasis masalah
adalah menghadapkan siswa pada masalah yang autentik dan bermakna bagi siswa serta mendorong
siswa melakukan kegiatan investigasi dan penemuan. Hal ini berarti model pembelajaran berbasis
masalah menuntut siswa untuk aktif dalam memecahkan masalah untuk mencapai kompetensi yang
diharapkan.

Cheong (2008:47) menyatakan bahwa model pembelajaran berbasis masalah merupakan


pembelajaran yang berpusat pada siswa yang difokuskan pada proses belajar siswa dan apa yang
mereka lakukan dan mereka capai.

Kesimpulan : bagaimana model ini pengerjaannya berupa pemberian masalah terhadap siswa. Masalah-
masalah yg di berikan tentunya adalah masalah yang faktual, orisinal, real yg di mana masalah tersebut
dapat menjadi pendorong bagi siswa untuk melakukan suatu progres atau tindakan.

Langkah-langkah PBL

Sejalan dengan itu, langkah-langkah model pembelajaran PBL juga diungkapkan Suprijono (2012: 74)
yaitu (1) Memberikan orientasi tentang permasalahannya kepada siswa, pada tahap ini guru
menyampaikan tujuan pembelajaran, mendeskripsikan berbagai kebutuhan logistik penting dan
memotivasi siswa untuk terlibat dalam kegiatan mengatasi masalah; (2) Mengorganisasi siswa untuk
belajar, pada tahap ini guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas-tugas belajar
yang terkait dengan permasalahnya; (3) Membantu investigasi mandiri dan kelompok, pada tahap ini
guru mendorong siswa untuk mendapatkan informasi yang tepat, melaksanakan eksperimen, dan
mencari penjelasan solusi; (4) Mengembangkan dan mempresentasikan artefak dan exhibit atau
mengembangkan dan menyajikan hasil karya, pada tahap ini guru membantu siswa dalam
merencanakan dan menyiapkan artefakartefak yang tepat, seperti laporan, rekaman video, dan model-
model serta membantu mereka untuk menyampaikan kepada orang lain; dan (5) Menganalisis dan
mengevaluasi proses pemecahan masalah, pada tahap ini guru membantu siswa untuk melakukan
refleksi terhadap investigasinya dan proses-proses yang mereka gunakan.

Menurut Fogarty (dalam Rusman, 2012:243) PBL dimulai dengan masalah yang tidak terstruktur-
sesuatu yang kacau. Dari kekacauan ini siswa menggunakan berbagai kecerdasannya melalui diskusi dan
penelitian untuk menentukan isu yang ada. Langkah-langkah yang akan dilalui oleh siswa dalam sebuah
proses PBL adalah: (1) menemukan masalah; (2) mendefinisikan masalah; (3) mengumpulkan fakta; (4)
pembuatan hipotesis; (5) penelitian; (6) rephrasing masalah; (7) menyuguhkan alternatif; dan (8)
mengusulkan solusi.Lingkungan belajar yang harus disiapkan dalam PBL adalah lingkungan belajar yang
terbuka, menggunakan proses demokrasi, dan menekankan pada peran aktif siswa. Seluruh proses
membantu siswa untuk menjadi mandiri dan otonom yang percaya pada keterampilan intelektual
mereka sendiri. Lingkungan belajar menekankan pada peran sentral siswa bukan pada guru.

Jurnal pendukung :

PBL( Problem Based Learning ) Dalam Meningkatkan Kreativitas Siswa

Bilhakil Putra Yulisman, Usmeldi Usmeldi

Jurnal Penelitian Pembelajaran Fisika 7 (2), 163-170, 2021

Hasil yang diperoleh selama observasi adalah buku siswa yang digunakan belum terintegrasi dengan
keterampilan berpikir kreatif. Selain itu, buku siswa yang tersedia belum menggunakan model kurikulum
2013 yang seharusnya diterapkan di sekolah. Hal ini berdampak pada kepuasan siswa dalam menerima
pembelajaran. Hasil angket yang disebar didapatkan bahwa semua aspek yang ditanyakan terkait
dengan sistem pembelajaran berada di bawah 80%. Hal ini tergolong rendah untuk tingkat SMA Negeri
di Kota Padang. Oleh karena itu, pengembangan buku siswa dengan menggunakan model dalam
kurikulum 2013, salah satunya model Problem Based Learning untuk meningkatkan kemampuan berpikir
kreatif siswa, dirasa perlu. Rumusan yang diajukan dalam penelitian ini adalah bagaimana
mengembangkan buku siswa dengan model Problem Based Learning yang mengintegrasikan
keterampilan berpikir kreatif siswa SMA praktikal. Tujuan penelitian ini adalah mengembangkan buku
siswa dengan model pembelajaran berbasis masalah yang mengintegrasikan keterampilan berpikir
kreatif untuk meningkatkan keterampilan berpikir kreatif siswa SMA.

Anik Handayani, Henny Dewi Koeswanti

DOI: https://doi.org/10.31004/basicedu.v5i3.924

Hasil analisis yang diperoleh menjelaskan bahwa model pembelajaran Problem Based Learning dapat
meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa dengan nilai terendah 2,65%, tertinggi 19,90%, serta
rata-rata peningkatan 11,28%
Rina Febriana, Radhya Yusri, Hafizah Delyana

AKSIOMA: Jurnal Program Studi Pendidikan Matematika 9 (1), 93, 2020

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata kemampuan pemecahan masalah mahasiswa sudah baik
dilihat dari rata-ratanya 78, 6, serta mahasiswa memberikan respon yang positif terhadap pemecahan
masalah. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa penggunaan Modul Problem Based Learning mampu
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah mahasiswa dan mendukung kreativitas mahasiswa
dalam menyelesaikan masalah.

Iing Febrita, Harni Harni

Jurnal Pendidikan Tambusai 4 (2), 1619-1633, 2020

Berdasarkan hasil penelitian dari beberapa peneliti, presentase ketuntasan siswa yang mulanya rendah
dan setelah diterapkannya model pembelajaran Problem Based Learning presentase ketuntasan siswa
mampu menyentuh angka 96% dalam proses pembelajaran menggunakan model Problem Based
Learning (PBL). Metode penelitian menggunakan study literature. Jadi hasil didapatkan bahwa
pembelajaran tematik terpadu menggunakan model Problem Based learning dapat meningkatkan
berfikir kritis peserta didik.

Tika Evi, Endang Indarini

Edukatif: Jurnal Ilmu Pendidikan 3 (2), 385-395, 2021

Hasil uji Effect Size dengan menggunakan model model Problem Based Learning dan Problem Solving
terdapat hasil Sig. sebanyak 0,003 dengan nilai Partial Eta Squared sebesar 0,864. Hasil uji tesebut
menunjukkan bahwa model pembelajaran Problem Based Learning dan Problem Solving tergolong
sangat besar dalam memberikan pegaruh terhadap kemampuan berpikir kritis matematika. Jika dilihat
dari hasil uji Ancova model pembelajaran Problem Based Learning dengan nilai rata-rata yaitu sebesar
64, 9173 dan nilai rata-rata model pembelajaran Problem Solving sebesar 68.6220. Sehingga bisa
disimpulkan bahwa model pembelajaran Problem Solving lebih efektif jika dibandingkan dengan model
Problem Based Learning yang ditinjau dari kemampuan berpikir kritis matematika siswa Sekolah Dasar.

Anda mungkin juga menyukai