PEMBAHASAN
Dua Himpunan bisa dikatakan Ekuivalen jika jumlah anggota kedua himpunan tersebut
sama tetapi bendanya ada yang tidak sama .
Kurang lebih seperti pada gambar diatas lah pengelompokan bilangan ekuivalen.
x: p, q, r
y: 1, 2, 3
Sama-sama memiliki jumlah anggota yang sama yaitu: 3 namun unsur-unsurnya berbeda,
yaitu yang satu angka dan yang satunya lagi huruf.
Dua buah himpunan A dan B mempunyai kordinalitas yang sama , jika ada fungsi
korespondensi satu-satu yang memetakan A pada B . Karena dengan mudah dibuat fungsi
yang memetakan satu-satu dan kepada himpunan A ke B , maka kedua himpunan itu
memiliki kordinasi yang sama .
Contoh :
1. Carilah himpunan A = {1, 2, 3, 4}, B = (a, b, c, d}, dan C = {1, ½ , 1/3 , ¼, 1/5 } Dari
ke tiga himpunan tersebut, yang manakah bilangan terkategori bilangan ekuivalen?
Jawab:
n (A) = 4, n (B) = 4, dan n(C) = 5
Maka n (A) = n (B) = 4, maka himpunan A ekuivalen B. Sedangkan C bukan
himpunan ekuivalen.
Jawab :
Dua himpunan A dan B dikatakan ekuivalen atau sederajat , jika banyak nya
anggota (elemen) himpunan A sama dengan banyaknya anggota (elemen)
himpunan B .
3. Di dalam sebuah kulkas (lemari es) terdapat jenis minuman , yaitu susu , teh , dan
sirup . Dan tiga jenis buah-buahan , yaitu mangga , jeruk , dan apel .
Sekarang kita misalkan jenis-jenis minuman adalah himpunan A dan jenis-jenis buah-
buahan adalah himpunan B , maka dapat ditulis :
A = {susu , teh , sirup}
B = {mangga , jeruk , apel}
Dari kedua himpunan tersebut yang sama adalah banyak anggotanya , yaitu sama -
sama tiga , dapat ditulis n (A) = 3 dan n (B) = 3 , jadi n (A) = n (B) = 3
Himpunan –himpunan yang banyak anggotanya sama disebut himpunan ekuivalen
atau himpunan ekuipoten .
Himpunan ekuivalen adalah dua himpunan yang memiliki jumlah anggota yang
sama .
Jadi Kesimpulannya :
Himpunan A dan B dapat dikatakan himpunan ekuivalen karena jumlah anggota himpunan A
dan himpunan B jumlahnya sama.
Dua himpunan A dan B dapat dikatakan ekuivalen atau sejajar karena jumlah anggota
(elemen) himpunan A sama dengan jumlah anggota (elemen) himpunan B.
Sebagai contoh, untuk soal 9/5 + 14/7, kelipatan dari 5 adalah 5, 10, 15, 20, 25, 30,
dan 35, sementara kelipatan dari 7 adalah 7, 14, 21, 28, dan 35. Angka 35 merupakan
kelipatan persekutuan terkecil dari kedua angka tersebut.
2. Kalikan pembilang dan penyebut untuk mendapatkan bilangan penyebut yang sesuai.
Kamu perlu mengalikan seluruh pecahan agar penyebut menjadi bilangan kelipatan
persekutuan terkecil yang sebelumnya didapatkan.
Sebagai contoh, kalikan 9/5 dengan 7 untuk mendapatkan angka 35 sebagai penyebut.
Kalikan pula pembilang dengan angka 7. Setelah itu, pecahan tersebut akan menjadi
63/35.
Sebagai contoh, jika kamu mengubah 9/5 menjadi 63/35, kalikan 14/7 dengan 5
sehingga kamu mendapatkan pecahan 70/35. Soal penjumlahan awal 9/5 + 14/7
sekarang telah berubah menjadi 63/35 + 70/35.
Sebagai contoh, 133/35 bisa disederhanakan menjadi 28/35. Pecahan ini juga dapat
diperkecil kembali menjadi 4/5 sehingga jawaban akhir untuk soal penjumlahanmu
adalah 3 4/5.
METODE 2 :
1. Ubah pecahan campuran menjadi pecahan biasa.
Jika kamu mendapatkan pecahan dengan angka bulat, ubahlah pecahan tersebut
menjadi pecahan biasa agar lebih mudah dijumlahkan. Pembilang pecahanmu akan
menjadi lebih besar daripada penyebutnya.
Sebagai contoh, untuk soal 51/8 + 217/24, catat kelipatan dari angka 8 dan 24 hingga
kamu menemukan angka 24.
Karena kelipatan dari 8 mencakup 8, 16, 24, 32, dan 48, dan kelipatan dari 24
mencakup 24, 48, dan 72, angka 24 bisa dipilih sebagai kelipatan persekutuan
terkecil.
3. Ubah pecahan menjadi pecahan yang ekuivalen jika kamu perlu mengubah penyebut.
Semua penyebut harus diubah menjadi kelipatan persekutuan terkecil yang
sebelumnya kamu dapatkan. Kalikan seluruh pecahan dengan bilangan tertentu untuk
mengubah penyebutnya menjadi bilangan kelipatan persekutuan terkecil.
Sebagai contoh, untuk mengubah penyebut dari 51/8 menjadi 24, kalikan seluruh
pecahan dengan angka 3. Kamu akan mendapatkan pecahan 153/24 dari hasil
perkalian tersebut.
4. Ubah semua pecahan pada soal agar menjadi ekuivalen.
Jika penyebut pada pecahan lain dalam soal berbeda, kamu juga perlu mengalikannya
agar sama dengan penyebut pecahan sebelumnya. Jika sudah memiliki penyebut yang
sama, pecahan tersebut tidak perlu disesuaikan.
Sebagai contoh, jika kamu memiliki pecahan 217/24, kamu tidak perlu
menyesuaikannya karena pecahan tersebut sudah memiliki penyebut yang sama
dengan pecahan sebelumnya.
Sebagai contoh, 370/24 dapat diubah menjadi 15 10/24 karena 24 dapat dikalikan
dengan angka 15 untuk mendapatkan hasil yang mendekati angka 370, serta memiliki
sisa atau selisih 10 dari hasil perkalian tersebut dengan angka 370. Sementara itu,
pecahan 10/24 dapat diperkecil kembali menjadi 5/12 sehingga jawaban akhir yang
kamu dapatkan adalah 15 5/12.