Oleh:
GANDHI BAYU ANANG KOESMAWAN 2111070182
RICA RULLIYANTI 2111070198
VINA YUNIAR CHAFIFAH 2111070222
Dalam hal merger dilakukan dengan menggunakan nilai buku, maka XL dan AXIS
diharuskan untuk memenuhi persyaratan tertentu seperti yang telah dijelaskan di
atas, salah satunya adalah XL dan AXIS berkewajiban pula untuk melunasi semua
hutang pajak terkait. Hutang pajak yang dimaksud di peraturan tersebut tidak
termasuk hutang pajak yang tertangguh karena pengajuan keberatan atau banding.
Setelah mendapat persetujuan dari Direktur Jenderal Pajak terkait penggunaan
nilai buku, maka tidak akan ada implikasi dari pajak penghasilan badan karena
tidak adanya keuntungan atau kerugian akibat pengalihan harta dari penggabungan
XL dan AXIS.
Kompensasi Kerugian
Pasal 3 dari PMK No. 43/PMK.03/2008 mengatur bahwa Wajib Pajak yang
melakukan merger dengan menggunakan nilai buku tidak boleh
mengkompensasikan kerugian/sisa kerugian dari Wajib Pajak yang
menggabungkan diri/Wajib Pajak yang dilebur. Dalam kasus ini, XL tidak boleh
mengkompensasikan kerugian/sisa kerugian dari AXIS.
Penyusutan
Selanjutnya, Pasal 4 ayat 1 dan 2 dari PMK No. 43/PMK.03/2008 mengatur bahwa
Wajib Pajak yang menerima pengalihan harta mencatat nilai perolehan harta
tersebut sesuai dengan nilai sisa buku sebagaimana tercantum dalam pembukuan
pihak atau pihak-pihak yang mengalihkan. Sebagai tambahan, penyusutan atas
harta yang diterima dilakukan berdasarkan masa manfaat yang tersisa sebagaimana
tercantum dalam pembukuan pihak atau pihak-pihak yang mengalihkan. Dalam
kasus ini, atas perolehan harta dari AXIS maka XL melakukan penyusutan sesuai
dengan masa manfaat yang tersisa dalam pembukuan AXIS.
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan studi kasus penggabungan PT XL Axiata Tbk. dan PT Axis
Telekom Indonesia, kami berkesimpulan sebagai berikut:
1. Penggabungan PT XL Axiata Tbk. dan PT Axis Telekom Indonesia dapat
menggunakan dengan nilai buku, hal tersebut sejalan dengan tujuan
penggabungan antara XL dan AXIS akan memberikan manfaat dan
keuntungan bagi XL dikarenakan adanya penambahan spektrum di 1.8GHz,
dimana spektrum tersebut sangat dibutuhkan XL untuk meningkatkan kualitas
layanan dan memperluas cakupan jaringan XL.
2. Dilihat dari penggabungan usaha tersebut menggunakan nilai buku dalam
pengalihan harta sehingga tidak ada implikasi pajak penghasilan badan atas
keuntungan yang timbul dari pengalihan harta dari PT Axis Telekom
Indonesia kepada PT XL Axiata Tbk.
3. Dalam kaitannya penggabungan PT XL Axiata Tbk. dan PT Axis Telekom
Indonesia terkait aspek perpajakan untuk pajak pertambahan nilai (PPN) tidak
dikenakan pajak, namun untuk Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
(BPHTB) diberikan fasilitas pengurangan 50% dikarenakan adanya Peraturan
Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 103 Tahun 2011 tentang pemberian
pengurangan keringanan BPHTB.
5.2. Saran
Perusahaan dalam rangka melakukan penggabungan, peleburan, pemekaran
ataupun pengambilalihan usaha perlu melakukan tax planning. Perusahaan bisa
saja menggunakan nilai buku dalam rangka aksi korporasi tersebut
(penggabungan, peleburan, pemekaran ataupun pengambilalihan usaha) sehingga
perusahaan tidak dikenakan pajak atas aksi korporasi tersebut.
Dalam hal ini perusahaan perlu terlebih dahulu meminta izin kepada Direktur
Jenderal Pajak untuk menggunakan nilai buku dalam aksi korporasinya sesuai
dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-28/PJ./2008 Tentang
Persyaratan Dan Tata Cara Pemberian Izin Penggunaan Nilai Buku Atas
Pengalihan Harta Dalam Rangka Penggabungan, Peleburan Atau Pemekaran
Usaha.
DAFTAR PUSTAKA