BAB I
PENDAHULUAN
mendunia karena di setiap negara penderita TBC paru selalu bertambah tiap
negara di dunia penyakit TBC paru tidak terkendali. Hal ini disebabkan banyak
penderita TBC paru yang tidak berhasil disembuhkan. WHO melaporkan pada
tahun 2012 sebanyak 1.3 juta orang meninggal akibat TBC paru tiap tahun dan
diperkirakan 5.000 orang tiap harinya. Tiap tahun ada 9 juta penderita TBC paru
dan 75% kasus kematian dan kesakitan di masyarakat diderita orang-orang pada
TBC paru merupakan 25% dari seluruh kematian yang sebenarnya dapat dicegah.
Di daerah Asia Tenggara menanggung bagian terberat dari beban TBC global
dunia dan peringkat ke-8 dari 27 negara dengan beban TBC Paru terbanyak di
6,900 pasien TBC Paru dengan 5,900 pasien (86%) kasus baru dan 1,000 pasien
di Indonesia sangatlah tinggi. Tahun 2009, 1,7 juta orang meninggal karena TBC
yang diantaranya 600.000 perempuan dan 1,1 juta laki-laki, sementara ada 9,4 juta
kasus baru TBC yang diantaranya 3,3 juta perempuan dan 6,1 juta laki-laki. Kasus
TBC lebih banyak diderita oleh laki-laki dibandingkan perempuan. Tahun 2010
Insidens berhasil diturunkan sebesar 45% yaitu 343 menjadi 189 per 100.000
penduduk, prevalensi dapat diturunkan sebesar 35% yaitu 443 menjadi 289 per
100.000 penduduk dan angka kematian diturunkan sebesar 71% yaitu 92 menjadi
didunia dan di Indonesia. TBC juga merupakan salah satu indicator keberhasilan
MDGs yang harus dicapai oleh Indonesia, yaitu menurunkan angka kesakitan dan
Di Propinsi Jawa Barat prevalensi penderita TBC paru dengan baksil tahan
asam (BTA) positif di Jabar adalah 107 penderita di setiap 100 ribu orang, atau
sekitar 44 ribu orang. Sedangkan suspek pengidap virus TBC paru diperkirakan
sepuluh kali lipat dari jumlah itu, atau sekitar 440 ribu orang. Berdasarkan data
Dinas Kesehatan Jabar, pada 2010 terdapat 30.067 penderita TBC paru di Jabar.
persen. Dari jumlah penderita itu, sebanyak 7,6 persen tercatat mangkir dari
pemeriksaan dahak. Dan dari angka yang mendapat penanganan, sebanyak 3,9
3
persen terputus proses pengobatannya. Pada tahun 2010 juga tercatat sebanyak
atau sangat kuat sehingga memerlukan waktu lama untuk mengobatinya, sehingga
dilakukan secara teratur sampai selesai. Bakteri ini lebih sering menginfeksi organ
paru-paru dibandingkan bagian lain tubuh manusia. Penyakit TBC paru bisa
menyerang siapa saja tua, muda, laki-laki atau perempuan, miskin atau kaya dan
bisa terjadi dimana saja. Penyakit TBC paru biasanya menular melalui udara yang
penderita TBC paru batuk, meludah, bersin ataupun berbicara. Penderita TBC
paru akan mengeluarkan kuman yang ada di paru-parunya ke udara dalam bentuk
percikan dahak. Kemudian, tanpa sadar dan tanpa sengaja orang lain akan
menghirup udara yang mengandung kuman itu hingga masuk ke paru-paru dan
kemudian menyebar ke bagian tubuh lainnya dan pada anak-anak sumber infeksi
umumnya berasal dari penderita TBC paru dewasa (Depkes RI, 2002).
Sungai Tarab, Kabupaten Tanah Datar Provinsi Sumatra Barat”. Hasil penelitian
penyakit TBC relatif cukup baik, sikap masyarakat masih kurang peduli terhadap
akibat yang dapat ditimbulkan oleh penyakit TBC, perilaku dan kesadaran
pelayanan kesehatan masih kurang, karena mereka malu dan takut divonis
menderita TBC.
antara pengetahuan, sikap, tingkat pendidikan, kepadatan hunian rumah dan luas
meningkatkan kebiasaan yang berhubungan dengan kesehatan yang baik (Perry &
pencegahan tersebut terdiri dari menyediakan nutrisi yang baik, sanitasi yang
adekuat, perumahan yang tidak terlalu padat dan udara yang segar merupakan
tidak ditunjang dengan sikap yang positif yang diperlihatkan akan mempengaruhi
(1908) dalam Notoatmodjo (2007: 105) yang menyatakan bahwa domain dari
perilaku adalah pengetahuan, sikap dan tindakan. Menurut Roger (1974) dalam
Notoadmodjo (2007: 139) sikap dan praktek yang tidak didasari oleh pengetahuan
yang adekuat tidak akan bertahan lama pada kehidupan seseorang, sedangkan
pengetahuan yang adekuat jika tidak diimbangi oleh sikap dan praktek yang
Maka dari itu pengetahuan dan sikap merupakan penunjang dalam melakukan
tahun 2015 periode bulan Januari sampai dengan Desember 2015 terdapat 1.137
penderita TBC paru BTA positif, penyakit ini menduduki urutan tiga setelah
usia dan nomor satu dari golongan infeksi (Dinkes Kab.Purwakarta, 2016).
Purwakarta, jumlah 10 besar penyakit pasien yang dirawat periode bulan Januari
2016 sampai April 2016 dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
6
Tabel 1.1
Daftar 10 Besar Penyakit Di Rawat Jalan RSUD Bayu Asih Kabupaten
Purwakarta Periode Bulan Januari s.d April 2016
Penyakit
Hipertensi
TBC Paru
Dyspepsia
No Bulan
Jantung
Typoid
Febris
Gagal
Fever
Diare
DHF
CHF
UAP
1. Januari 119 100 30 32 19 19 21 16 13 15
3. Maret 136 95 34 33 18 17 12 15 16 20
penyakit saluran pernafasan akibat TBC paru menduduki urutan teratas sebanyak
511 pasien. Angka ini jauh lebih tinggi bila dibandingkan dengan penyakit
lainnya pada kurun waktu yang sama. Dari data RSUD Bayu Asih Kabupaten
Purwakarta jumlah pasien TBC paru yang datang untuk berobat jalan pada
tahun 2013 terdapat 160 orang, pada tahun 2014 terdapat 153 orang dan pada
tahun 2015 terdapat 159 orang (Medical Record RSUD Bayu Asih, 2015).
Studi pendahuluan yang telah dilakukan di Rawat Jalan RSUD Bayu Asih
tidak berinteraksi dengan penderita TBC, mereka tidak akan tertular penyakit
TBC. Responden juga mengatakan bahwa saat bersin dan batuk tidak menutup
mulutnya, dan masih ada masyarakat yang membuang ludah atau dahak
disembarang tempat.
penyakit tuberkulosis saja. Penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti yaitu
merupakan hal yang sangat penting untuk diketahui dan dipahami sehingga
persepsi dan emosiaonal yang berfungsi untuk mengolah rangsangan dari luar.
Sedangkan factor dari luar meliputi lingkungan sekitarnya baik fisik maupun non
tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya, Trial (mencoba) melakukan sesuatu sesuai
dengan apa yang dikehendaki stimulus, Adoption berperilaku baru sesuai dengan
Tahun 2016.
faktor apa saja yang berhubungan dengan pengetahuan pasien tentang penyakit
1) Bagi Penulis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi dan menambah
pengetahuan bagi peneliti selanjutnya serta sebagai salah satu bahan kajian
pendidikan kesehatan.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tambahan bagi rumah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan bagi perawat dalam
5) Bagi Klien
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi pasien untuk
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang
indera penciuman, indera perasa dan indera peraba. Sebagian besar pengetahuan
manusia diperoleh melalui mata dan telinganya, yakni melalui proses pengalaman
dan proses belajar dalam pendidikan baik bersifat formal maupun informal
tindakan yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dibanding dengan
Pengetahuan adalah proses dari berpikir yang merupakan obor dan semen
peradaban manusia. Jadi pengetahuan merupakan proses dari berpikir dan hasil
dari tahu yang tejadi setelah orang melakukan penginderaan kelima inderanya,
tetapi sebagian memilih suatu proses yaitu proses belajar dan membutuhkan suatu
bantuan yang merupakan obor dan semen peradaban manusia (Nazarudin, 2001)
Pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang diketahui atau disadari oleh
seseorang, tetapi tidak dibatasi pada deskripsi, hipotesis, konsep teori, prinsip dan
prosedur yang secara probabilitas Bayesin adalah benar atau berguna. (Meliono,
2007: 33-35).
13
ini bisa didapatkan dengan melakukan pengamatan dan observasi yang dilakukan
secara empiris dan rasional. Pengetahuan empiris tersebut juga dapat berkembang
menggambarkan segala ciri, sifat dan gejala yang ada pada objek empiris tersebut.
sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), di dalam diri orang
2) Interest (merasa tertarik), terhadap stimulus atau objek tersebut. Disini sikap
tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti responden sudah lebih baik lagi.
Namun demikian dari penelitian baru atau adposi perilaku melalui proses
seperti ini, dimana didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif,
maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting). Sebaliknya apabila
perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran akan tidak berlangsung
lama.
1) Tahu (Know)
kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang
dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, “tahu” ini
2) Memahami (Comprehension)
secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat
3) Aplikasi (Application)
dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi disini dapat
sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. Misalnya dapat menggunakan
4) Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek
tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain kemampuan analisis ini dapat
5) Sintesis (Synthesis)
Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru
6) Evaluasi (Evaluation)
telah ada.
yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau
responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat
16
cara tradisional atau non ilmiah, yakni tanpa melalui penelitian ilmiah dan cara
modern atau cara ilmiah yakni melalui proses penelitian (Notoatmodjo, 2003: 16).
yang lain. Bila kemungkinan kedua ini gagal maka dicoba kemungkinan ketiga,
dan seterusnya sampai masalah ini dapat dipecahkan. Itulah sebabnya metode ini
disebut coba (trial) dan salah (error) atau metoda coba salah.
1) Cara Kebetulan
dilakukan oleh orang tanpa melakukan penalaran apakah yang dilakukan itu
Pengalaman adalah guru yang terbaik. Kalimat itu mengandung makna bahwa
Ajaran dan norma agama adalah suatu kebenaran yang diwahyukan dari
Tuhan melalui para Nabi. Kebenaran ini harus diterima dan diyakini oleh
tersebut rasional atau tidak. Sebab kebenaran ini diterima oleh para Nabi
adalah sebagai wahyu dan bukan karena hasil usaha penalaran atau
penyelidikan manusia.
proses diluar kesadaran dan tanpa melalui proses penalaran atau berpikir.
18
8) Induksi
9) Deduksi
khusus.
Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih
sistematis, logis dan ilmiah, cara ini disebut dengan metode penelitian ilmiah
5 kelompok yaitu :
1) Usia
pengetahuan. Usia adalah lamanya waktu hidup seseorang dalam tahun yang
(11 – 24 tahun), Dewasa Muda (25-35 tahun), Dewasa (36-54 tahun) dan
2) Pendidikan
maka seseorang akan cenderung untuk mendapat informasi, baik dari orang
3) Pekerjaan
4) Keterpaparan Informasi
5) Lingkungan
terdiri dari suhu, kelembaban udara dan kondisi tempat tinggal. Sedangkan
faktor yang kedua adalah lingkungan sosial, yaitu manusia dengan segala
Menurut Arikunto; 2006 yang dikutif Wawan dan Dewi (2010: 18 ) yaitu
2.2.1 Pengertian
menyebar dari paru ke bagian tubuh lainnya, melalui sistem peredaran darah,
organ tubuh dengan lokasi terbanyak di paru yang biasanya merupakan lokasi
adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium dengan gejala yang
bervariasi.
2.2.2 Etiologi
aerobik tahan asam yang tumbuh dengan lambat dan sensitif terhadap panas dan
sinar ultra violet, dengan ukuran panjang 1-4 /um dan tebal 0,3 – 0,6/um. Yang
2.2.3 Fatofisiologi
dibatukkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara. Partikel infeksi ini dapat
menetap dalam udara bebas selama 1-2 jam, tergantung pada ada tidaknya sinar
ultraviolet, ventilasi yang buruk dan kelembaban. Dalam suasana lembab dan
gelap kuman dapat tahan selama berhari-hari sampai berbulan-bulan. Bila partikel
infeksi ini terhisap oleh orang sehat akan menempel pada jalan nafas atau paru-
mikromilimeter.
perantara sel. Sel efektornya adalah makrofag sedangkan limfosit (biasanya sel T)
makrofag yang diaktifkan ditempat infeksi oleh limposit dan limfokinnya. Respon
sebagai unit yang terdiri dari 1-3 basil. Gumpalan basil yang besar cenderung
tertahan dihidung dan cabang bronkus dan tidak menyebabkan penyakit. Setelah
berada diruang alveolus biasanya dibagian bawah lobus atas paru-paru atau
dibagian atas lobus bawah, basil tuberkel ini membangkitkan reaksi peradangan.
namun tidak membunuh organisme ini. Sesudah hari-hari pertama leukosit akan
digantikan oleh makrofag, alveoli yang terserang akan mengalami konsolidasi dan
sendirinya, sehingga tidak ada sisa atau proses akan berjalan terus dan bakteri
akan terus difagosit atau berkembang biak didalam sel. Basil juga menyebar
melalui getah bening menuju kelenjar getah bening regional. Makrofag yang
membentuk sel tuberkel epiteloid yang dikelilingi oleh limposit. Reaksi ini butuh
biasa disebut nekrosis kaseosa. Daerah yang terjadi nekrosis kaseosa dan jaringan
granulasi disekitarnya yang terdiri dari sel epiteloid dan fibroblast menimbulkan
jaringan parut yang akhirnya akan membentuk suatu kapsul yang mengelilingi
tuberkel.
kelenjar getah bening regional dan lesi primer dinamakan kompleks ghon. Respon
lain yang dapat terjadi didaerah nekrosis adalah pencairan dimana bahan cair lepas
kedalam bronkus dan menimbulkan kavitas. Materi tuberkel yang dilepaskan dari
dapat terulang lagi kebagian paru lain atau terbawa kebagian laring, telinga tengah
atau usus.
meninggalkan jaringan parut fibrosa. Bila peradangan mereda lumen brokus dapat
menyempit dan tertutup oleh jaringan parut yang terdapt dekat dengan perbatasan
bronkus rongga. Bahan perkejuan dapat mengental sehingga tidak dapat mengalir
24
melalui saluran penghubung sehingga kavitas penuh dengan bahan perkejuan dan
lesi mirip dengan lesi kapsul yang terlepas. Keadaan ini dapat dengan tanpa gejala
dalam waktu lama atau membentuk lagi hubungan dengan bronkus sehingga
Organisme yang lolos dari kelenjar getah bening akan mencapai aliran darah
dalam jumlah kecil, kadang dapat menimbulkan lesi pada organ lain. Jenis
tuberkulosis milier. Ini terjadi apabila fokus nekrotik merusak pembuluh darah
sehingga banyak organisme yang masuk kedalam sistem vaskuler dan tersebar
1) Demam
kambuh lagi. Keadaan ini sangat dipengaruhi oleh daya tahan tubuh pasien
Batuk lebih dari 4 minggu dengan atau tanpa sputum. Batuk terjadi karena
adanya iritasi pada bronkus batuk ini diperlukaan untuk membuang produk
radang keluar. Sifat batuk ini dimulai dari batuk kering (non produktif)
sputum) dan berlanjut berupa batuk darah karena terdapat pembuluh darah
yang pecah.
3) Sesak Nafas
Pada penyakit yang ringan (baru kambuh) belum dirasakan sesak nafas. Sesak
nafas akan ditemukan pada penyakit yang lanjut yang infiltasinya sudah
4) Nyeri Dada
Nyeri dada pada tuberkulosis paru termasuk nyeri pleuritik yang ringan bila
nyeri bertambah berat berarti telah terjadi pleuritis luas. Nyeri dirasakan pada
saat batuk inspirasi dan ekspirasi pada waktu proses respirasi dimana paru-
paru-paru.
5) Wheezing
Gejala-gejala Umum :
1) Panas Badan
Merupakan gejala paling sering dijumpai dan paling penting sering kali panas
2) Menggigil
Dapat terjadi bila panas badan naik dengan cepat, tetapi tidak diikuti
pengeluaran panas dengan kecepatan yang sama atau dapat terjadi sebagai
3) Keringat Malam
tuberkulosis paru, keringat malam umumnya timbul bila proses telah terjadi,
timbul lebih dini nausea, takikardi dan sakit kepala timbul bila ada panas.
4) Anoreksia
5) Lemah Badan
Gejala-gejala ini dapat disebabkan oleh kerja berlebihan, kurang tidur, dan
dengan baik dan harus lebih hati-hati. Apabila dijumpai perubahan sikap dan
menurun pada pekerjaan, anak yang tidak suka bermain atau penyakit yang
27
kelihatan neurotik. Dan saat ini masih lebih baik dari sebelumnya
(retrospective symptomatology).
suatu ”definisi kasus” yang meliputi empat hal, diantaranya lokasi atau organ
tubuh yang sakit : paru atau ekstra paru, bakteriologi (hasil pemeriksaan dahak
secara mikroskopis) : BTA positif dan BTA negatif dan Tingkat keparahan
1) Tuberkulosis Paru
Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru misalnya pleura,
persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat kelamin dan lain-lain.
2) Satu spesimen dahak sps hasilnya BTA positif dan fhoto torax dada
3) Satu spesimen dahak sps hasilnya BTA positif dan biakan kuman TB positif.
28
4) Satu atau lebih spesimen dahak hasilnya setelah 3 spesimen dahak pada
paru aktif. Positif, negatif yang dimaksudkan disini adalah ”hasilnya meragukan”,
jumlah kuman yang ditemukan pada waktu pemeriksaan belum memenuhi syarat
Kasus yang tidak memenuhi definisi pada TBC Paru dan BTA (Bakteri
Tahan Asam) positif. Kriteria diagnostik TBC Paru BTA negatif harus meliputi :
2.2.5.3.1. Tuberkulosis paru BTA negatif foto thorax positif, dibagi berdasarkan
tingkat keparahan penyakit, yaitu bentuk berat dan ringan. Bentuk berat
yang luas (misalnya proses ”far advanced”) dan atau keadaan umum
pasien buruk.
29
yaitu :
kelamin.
2.2.6.1. Sumber penularan adalah penderita TBC BTA positif. Pada waktu batuk
2.2.6.2. Orang dapat terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup ke dalam saluran
melalui sistem peredaran darah, sistem saluran limfe, saluran napas atau
2.2.6.3. Daya penularan dari seorang penderita ditentukan oleh banyaknya kuman
Pada daerah dengan ARTI sebesar 1%, berarti setiap tahun diantara 1000
penduduk, 10 (sepuluh) orang akan terinfeksi. Sebagian besar dari orang yang
terinfeksi tidak akan menjadi penderita TBC paru, hanya 10% dari yang terinfeksi
yang akan menjadi penderita TBC paru. Dari keterangan tersebut diatas, dapat
diperkirakan bahwa daerah dengan ARTI 1%, maka diantara 100.000 penduduk
rata-rata terjadi 100 (seratus) penderita tuberkulosis setiap tahun, dimana 50%
seseorang menjadi penderita TBC Paru adalah daya tahan tubuh yang rendah,
2.2.8.1.1. Umur
jenis kelamin, ras, asal negara bagian, serta infeksi AIDS. Dari hasil penelitian
diperkirakan 75% penderita TB Paru adalah kelompok usia produktif yaitu 15-50
1996 jumlah penderita TB Paru laki-laki hampir dua kali lipat dibandingkan
jumlah penderita TB Paru pada wanita, yaitu 42,34% pada laki-laki dan 28,9 %
0,7%. TB paru lebih banyak terjadi pada laki-laki dibandingkan dengan wanita
2.2.8.1.3. Pendidikan
seseorang akan mencoba untuk mempunyai perilaku hidup bersih dan sehat.
pekerjaannya.
2.2.8.1.4. Pekerjaan
Jenis pekerjaan menentukan faktor risiko apa yang haru dihadapi setiap individu.
Bila pekerja bekerja di lingkungan yang berdebu paparan partikel debu di daerah
2009)
makanan dengan kadar gizi yang tidak sesuai dengan kebutuhan bagi setiap
anggota keluarga sehingga mempunyai status nutrisi dan gizi yang kurang yang
akan memudahkan untuk terkena penyakit infeksi diantaranya TB Paru. Dalam hal
kontruksi rumah yang dimiliki tidak memenuhi syarat kesehatan sehingga akan
TB paru sebanyak 2,2 kali, (Achmadi, 2005). Prevalensi merokok pada hamper
semua nehara berkembang lebih dari 50% terjadi pada laki-laki dewasa,
sedangkan wanita perokok kurang dari 5%. Dengan adanya kebiasaan merokok
Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang dengan status gizi kurang mempunyai
33
resiko 3,7 kali untuk menderita TB Paru berat dibandingkan dengan orang yang
status gizinya cukup atau lebih. Kekurangan gizi pada seseorang akan
terhadap penyakit. Status gizi, ini merupakan faktor yang penting dalam
2.2.8.1.7. Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan
pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh
berakibat pada sikap orang tersebut untuk bagaimana manjaga dirinya tidak
2.2.8.1.8. Perilaku
ekonomi.
Dalam hal ini pengaruh dari lingkungan luar seperti sikap dan perilaku
2.2.8.2.1. Ventilasi
Ventilasi mempunyai banyak fungsi. Fungsi pertama adalah untuk menjaga agar
aliran udara didalam rumah tersebut tetap segar. Hal ini berarti keseimbangan
oksigen yang diperlukan oleh penghuni rumah tersebut tetap terjaga. Kurangnya
karena terjadinya proses penguapan cairan dari kulit dan penyerapan. Kelembaban
ini akan merupakan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri-bakteri patogen/
kedua dari ventilasi itu adalah untuk membebaskan udara ruangan dari bakteri-
bakteri, terutama bakteri patogen, karena di situ selalu terjadi aliran udara yang
terus menerus. Bakteri yang terbawa oleh udara akan selalu mengalir. Fungsi
35
lainnya adalah untuk menjaga agar ruangan kamar tidur selalu tetap di dalam
kelembaban (humiditiy) yang optimum (Corwin, 2009). Untuk sirkulasi yang baik
diperlukan paling sedikit luas lubang ventilasi sebesar 10% dari luas lantai. Untuk
luas ventilasi permanen minimal 5% dari luas lantai dan luas ventilasi insidentil
(dapat dibuka tutup) 5% dari luas lantai. Udara segar juga diperlukan untuk
kamar 22°-30°C dari kelembaban udara optimum kurang lebih 60% (Tambayong,
2000).
2.2.8.2.2. Pencahayaan
Untuk memperoleh cahaya cukup pada siang hari, diperlukan luas jendela kaca
minimum 20% luas lantai. Jika peletakan jendela kurang baik atau kurang leluasa
maka dapat dipasang genteng kaca. Cahaya ini sangat penting karena dapat
membunuh bakteri-bakteri patogen di dalam rumah, misalnya basil TB, karena itu
rumah yang sehat harus mempunyai jalan masuk cahaya yang cukup. (Somantri,
2007).
makanan sehingga akan berpengaruh terhadap status gizi. Apabila status gizi
yang rendah pada umumnya berkaitan erat dengan berbagai masalah kesehatan
36
kebutuhan gizi, pemukiman dan lingkungan sehat, jelas semua ini akan mudah
Kondisi rumah dapat menjadi salah satu faktor resiko penularan penyakit TB
Paru. Atap, dinding dan lantai dapat menjadi tempat perkembang biakan
debu, sehingga akan dijadikan kelembaban udara sebagai media yang baik bagi
Luas lantai bangunan rumah sehat harus cukup untuk penghuni di dalamnya,
artinya luas lantai bangunan rumah tersebut harus disesuaikan dengan jumlah
penghuninya agar tidak menyebabkan overload. Hal ini tidak sehat, sebab
anggota keluarga terkena penyakit infeksi, akan mudah menular kepada anggota
keluarga yang lain. Persyaratan kepadatan hunian untuk seluruh rumah biasanya
dinyatakan dalam m2/orang. Luas minimum per orang sangat relatif tergantung
dari kualitas bangunan dan fasilitas yang tersedia. Untuk rumah sederhana luasnya
yang akan terjadi pada seseorang atau masyarakat disekitarnya (Notosoedirdjo dan
barrier.
Cara pencegahan TBC paru dapat dilakukan melalui cara sebagai berikut :
tidur.
1.
2.
2.1.
2.2.
2.3.
2.3.1.
2.3.2.
2.3.3.
2.3.
2.3.1.
39
2.3.2.
2.3.3.
2.3.4.
yang tinggi dilakukan skrining dengan foto toraks, tes PPD, pemeriksaan
(DOTS).
2) Penderita dengan initial drug resitance yang tinggi terhadap INH diberi obat
3) Memberi pengobatan secara teratur dan supervisi yang ketat dalam jangka
pengobatan).
41
2.5 Hipotesa
berikut :
BAB III
METODE PENELITIAN
yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama membuat
gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif dan bertujuan
cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat
Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran
yang dimiliki atau didapatkan oleh suatu penelitian tentang suatu konsep yang
menjadi akibat karena variabel bebas (Hidayat, 2009: 78). Sebagai variabel terikat
3.3.1 Populasi
tertentu yang akan diteliti (Hidayat, 2009: 60). Menurut Notoatmodjo (2010: 79)
populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang
Populasi pasien TB Paru yang datang ke poli paru RSUD Bayu Asih
dalam kurun waktu 4 bulan sebanyak 511 pasien, dengan jumlah rata-rata pasien
3.3.2 Sampel
(Hidayat, 2009: 60). Sampel merupakan sebagian atau wakil dari populasi yang
45
akan diteliti (arikunto, 2006: 131). Sampel adalah sebagian atau seluruh dari
jumlah dan karakteristik yang dimiliki suatu populasi itu sendiri yang akan diteliti
sampling, yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja
yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel,
bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data
(Sugiyono, 2006: 95). Dimana untuk mendapatkan jumlah sampel yang akan
rumus :
511
N=
4
N=128 pasien/bulan
Untuk menentukan besar sampel yang akan diambil, peneliti menggunakan rumus
N
n=
1+ N ( d )2
Keterangan :
N : besar populasi
n : besar sampel
d : tingkat kepercayaan/ ketepatan yang diinginkan (0,05)
46
128
n=
1+128( 0,05)2
128
n=
1+128( 0,0025)
128
n=
1,32
n=97 responden
sebagai berikut :
3.
3.1.
3.2.
3.3.
3.3.1.
3.3.2.
3) Pasien yang datang ke rawat jalan/poli paru RSUD BAYU ASIH dengan hasil
3
47
3.2
3.3
digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data (Riduwan, 2009: 69). Jenis
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan jenis data
Pengumpulan data dilakukan di rawat jalan poli paru RSUD Bayu asih
pada hari Selasa dan Sabtu. Adapun teknik pengumpulan data yang telah
3.4.
3.4.4. Meminta responden untuk mengisi kuesioner yang telah disediakan dengan
3.4.5. Responden diberi kesempatan untuk bertanya apabila ada kalimat dalam
yang telah diisi oleh responden yang bersangkutan karena ditakutkan ada
3.4
3.5
1.
2.
3.
3.1.
3.2.
3.3.
3.4.
3.5.
3.5.1.
3.5.1.1. Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang
indera penciuman, indera perasa dan indera peraba. Sebagian besar pengetahuan
manusia diperoleh melalui mata dan telinganya, yakni melalui proses pengalaman
dan proses belajar dalam pendidikan baik bersifat formal maupun informal
49
tindakan yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dibanding dengan
3.5.1
Tabel 3.1
Definisi Operasional
0
1
2
3
50
3.5
3
3.5
3.1
3.2
3.3
3.4
3.5
3.6
mengukur apa yang benar. Untuk membuktikan suatu instrumen valid maka
dilakukan uji validitas dengan menggunakan alat uji korelasi product moment,
dengan kriteria hasil bahwa jika harga r hitung lebih besar dari r tabel maka
keakuratan data penelitian dan untuk melihat sejauh mana kuesioner ini cocok
dipakai penelitian. Dengan uji kuesioner ini, maka kuesioner dapat diperbaiki atau
51
disesuaikan baik dari segi subtansi maupun dari segi komunikasi sehingga
kuesioner ini benar-benar dapat dipakai untuk penelitian, rumus yang digunakan
n ( Σ X Y )−( Σ X ) .(Σ Y )
r=
√ ⦃n Σ X 2 – ( ΣX )2 ⦄. ⦃n Σ Y 2−( Σ Y )2 ⦄
Keterangan :
dikuadratkan
Uji validitas ini dilakukan pada pasien yang datang ke poli paru RSUD
kuesioner, dengan ketentuan r tabel sebesar 0,444 dapat dari r tabel dengan nilai
kevalidan yaitu dengan cara membandingkan antara r hitung dengan r tabel, dapat
diketahui:
Setelah dilakukan uji validitas selama 1 hari di Poli Paru RSUD Ciereng
program komputer. Untuk hasil uji validitas variabel pengetahuan didapatkan nilai
Reliabilitas adalah suatu indeks yang menunjukan sejauh mana suatu alat
pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti dapat
menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten atau tetap asas bila
dilakukan 2 kali atau lebih terhadap gejala yang sama, dengan menggunakan alat
membandingkan nilai r tabel dengan nilai r hasil, nilai r hasil adalah nilai alpha
yang terletak di akhir output dengan tingkat kemaknaan 5% (0,05) sehingga item
kuesioner yang dikatakan reliable jika r hasil (r alpha) > r konstanta (0,6)
0,920 sedangkan untuk variabel perilaku didapatkan nilai r Alpha 0,837 > r
konstanta (0,6), maka dapat disimpulkan dari kedua kuesioner tersebut dinyatakan
sudah reliabel.
[ ][ ]
2
K Σσ b
r 11 = 1− 2
( k−1) σ t
53
Keterangan:
( )(
r 11 =
k
k−1
.
s2−∑ p q
s2 )
Dimana :
k : banyaknya item
skewness
standar error
54
Setelah dilakukan uji normalitas data pada variabel independen dan dependen
Dalam tahap ini dilakukan penerapan analisis data sesuai dengan tujuan
3
3.6
3.7 Tekhnik Pengolahan Data dan Analisa Data
1.
2.
3.
3.7
1) Pengeditan (Editing)
2) Pengkodean (Coding)
berbentuk angka atau bilangan dengan memberikan kode pada lembar angket.
3) Scoring
semua pertanyaan (Nursalam, 2008). Setiap pertanyaan yang telah diberi kode
mean atau median. Item skor yang digunakan pada pengetahuan yaitu:
4) Pemrosesan (Processing)
Peneliti melakukan proses data agar dapat dianalisa dengan cara memasukkan
5) Pembersihan (Cleaning)
6) Penyajian data
Hasil penelitian ditampilkan dalam bentuk tabel dan narasi yang didukung oleh
1.
2.
3.
3.1.
3.2.
3.3.
3.4.
3.5.
3.6.
3.7.
3.7.1.
3.7.2.
dari hasil penelitian, pada umumnya analisis ini hanya menghasilkan distribusi
dan persentase dari tiap variabelnya (Notoatmodjo, 2005: 118). Dalam Analisis
Univariat dan metode uji statistik untuk Variabel Pengetahuan pasien dan
Rumus Persentase
a
p= x 100 %
b
Keterangan :
(2006)
menggunakan skala:
menggunakan kuesioner yang terdiri dari dua pilihan jawaban “YA” atau
pengetahuan dan 9 pertanyaan tentang perilaku didapat hasil penilaian total skore
sebagai berikut:
Perhitungan mean :
x=
∑ X −i
n
Dimana
x = Mean
n = jumlah data
( )
1
N −( ∑ f )2
2
L2 + .c
f2
Rumus Median (Me) =
Dimana,
c = lebar kelas
menggunakan uji statistik sebagaimana terlihat pada tabel berikut ini. Rumus yang
digunakan :
( fo−fe )2
X
2
=∑ fe
Keterangan :
X² = Nilai chi-kuadrat
( ∑ fk ) X ( ∑ fb )
fe=
∑T
Keterangan :
Pada Analisis Bivariat dan metode uji statistik untuk variabel Independen
interprestasinya yaitu Ha ditolak jika p hitung > p tabel, H 0 diterima jika p hitung
< p tabel.
3.7
Memilih tempat yang akan dilakukan penelitian, sesuai data yang ada dan
masalah yang akan diteliti yang dilaksanakan pada bulan April 2016.
sumber informasi sesuai materi yang akan diteliti dari text book, jurnal dan
Menyusunan proposal penelitian yang dilakukan pada bulan Juni – bulan Juli
2016.
4) Seminar proposal
Uji validitas dilakukan pada tangal 24 Agustus 2016, dengan nomor surat
073/1350-0201/RSUD
62
1) Ijin penelitian
Peneliti memberi surat perizinan peneliti pada tempat yang akan dijadikan
tempat penelitian yang dilakukan pada tangal 29 Agustus 2016, dengan nomor
surat 895.6/1713/DIKLIT
menjadi responden.
kepada responden yang dilakukan pada tanggal 6,8 dan 10 September 2016.
5) Menarik kesimpulan
3.9
3.1
3.2
3.3
3.4
3.5
3.6
3.7
3.8
3.9
3.9.1 Lokasi
RSUD Bayu Asih Kabupaten Purwakarta yang beralamat di jalan Veteran No.39
Purwakarta
3.9.2 Waktu
Tahun 2016
64
BAB IV
4
4.1 Hasil Penelitian
Rawat jalan RSUD Bayu Asih Purwakarta pada September 2016 dengan sampel
Hasil penelitian ini disajikan dalam bentuk analisis univariat yaitu melihat
Penelitian ini dilakukan oleh peneliti sendiri, dengan hasil sebagai berikut:
1
2
3
4
4.1
4.1.1 Hasil Analisis Univariat
4.1
4.1.1
65
Pada tabel 4.3 dari hasil penelitian didapatkan bahwa dari 59 responden
4.2 Pembahasan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang
sebagai dukungan dalam menimbulkan rasa percaya diri maupun sikap dan
tuberkulosis.
didapatkan oleh responden berasal dari berbagai sumber, seperti buku, media
massa, penyuluhan atau pendidikan dan melalui kerabat. Adanya informasi baru
mengenai suatu hal dari media massa memberikan landasan kognitif baru bagi
Rawat Jalan RSUD Bayu Asih Purwakarta didapatkan data berdasarkan kuesioner
68
yaitu seperti yang ditujukan pada tabel 4.3, didapatkan bahwa sebagian responden
Seseorang yang memiliki tingkat pengetahuan yang baik maka apa yang ia
lakukan akan baik pula, seperti yang sudah peneliti temukan di lokasi penelitian.
Pengetahuan adalah awal dari terbentuknya suatu tindakan yang dilakukan oleh
seseorang. Hal tersebut sesuai dengan teori dari Notoadmojo (2002) mengatakan
bahwa pengetahuan yang baik diharapkan akan mempunyai sikap dan tindakan
yang baik pula, yang akhirnya dapat mencegah dan menanggulangi masalah
penyakit tersebut.
sebesar 42,5% yang berpengetahuan baik. Pada penelitian ini juga melaporkan
pengetahuan maka semakin tidak patuh penderita TB paru untuk datang berobat.
Rawat Jalan Poli Paru RSUD Bayu Asih Purwakarta tentang perilaku pencegahan
penularan penyakit tuberkulosis, seperti yang ditunjukan pada tabel 4.2 yaitu
sikap, penelitian yang mempertanyakan bagaimana konsistensi kedua hal itu satu
sama lainya. Bahwa perilaku konsisten dengan sikap hanya dalam kondisi
tertentu. Sikap ini tidaklah sama dengan perilaku, dan perilaku tidaklah selalu
primer penderita dapat merubah gaya hidup yang dapat mencegah penyakit. Hal
Gendhis Indra Dhewi dkk. yang menyatakan bahwa sikap yang buruk akan
penyakit tuberkulosis. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan Putra (2011),
Solok secara umum terhadap TB paru tergolong kurang dengan nilai sebesar
81,8%.
70
perilaku yang baik, dan 5 responden (10,2%) memiliki perilaku yang kurang.
yang digunakan adalah 95% (α=0,05), didapatkan value = 0,000 ( value <
0,05).
perilaku baik 44 responden (89,8%). Ini tentu sudah jelas bahwa seseorang yang
memiliki tingkat pengetahuan yang baik maka apa yang ia lakukan akan baik pula,
seperti yang sudah peneliti temukan di lokasi penelitian. Pengetahuan adalah awal
dari terbentuknya suatu tindakan yang dilakukan oleh seseorang. Hal tersebut
sesuai dengan teori dari Notoadmojo (2002) mengatakan bahwa pengetahuan yang
baik diharapkan akan mempunyai sikap dan tindakan yang baik pula, yang
dalamnya pemahaman tentang penyakit TB paru, ini diketahui oleh peneliti ketika
pada saat berkunjung kembali ke rawat jalan poli paru peneliti bertanya pada 3
tindakannya kurang, bahwa menurut mereka masih merasa baik baik saja
masa infeksi primernya butuh waktu 2-4 minggu inilah yang belum diketahui oleh
keluarga pasien. Hal ini sejalan dengan pendapat Green bahwa pembentukan
perilaku sangat dipengaruhi perilaku dalam diri (behavior cause) dan perilaku luar
2010).
responden (29,6%). Ini tentu tidak sesuai dengan teori yang menurut Notoadmojo
(2002) bahwa pengetahuan yang baik diharapkan akan mempunyai sikap dan
tindakan yang baik pula, yang akhirnya dapat mencegah dan menanggulangi
kurang maka ia cenderung melakukan kearah sikap dan tindakan yang kurang.
Akan tetapi yang ditemukan oleh peneliti ada 29,6% responden pengetahuan
kurang memiliki tindakan baik, hal ini kembali dalam teori menurut Green bahwa
kemungkinan 29,6% responden tersebut dipengaruhi oleh luar diri atau ikut ikutan
responden (70,4%). Tindakan yang merupakan tahap akhir dari perilaku, sehingga
tindakan yang baik atau yang kurang dilakukan oleh responden adalah pengaruh
dari awal yaitu pengetahuan responden. Tindakan yang kurang merupakan faktor
hidung dan mulut, menyiapkan tempat dahak pasien, memisahkan alat makan dari
pasien dengan anggota keluarga yang lain serta memberikan pencahayaan yang
baik di dalam ruangan. Untuk menjadikan tindakan yang baik haruslah sering
dipaparkan informasi dengan bagaimana, apa dan dampak dari penyakit TB paru.
Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Niko Rianda
rendah terdapat banyak kasus TB paru yaitu 63,3%. Sedangkan pada kontrol
hanya 37,3%. Hasil uji statistik didapat nilai p<0,05 (p=0,034) yang berarti
TB paru.
paru terhadap pasien dan keluarga pasien melalui penyuluhan dan konseling serta
memberikan pemahaman yang lebih mendalam bagi pasien dan keluarga pasien.
73
Dan tentunya peran serta dari keluarga itu sendiri sangat besar yaitu dengan
responden.
diajukan, sehingga ada yang terlewati dan tidak terjawab padahal sukar
BAB V
5.1 Simpulan
5.2 Saran
75
penyakit TB Paru
Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat dijadikan data atau informasi