Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN AKHIR

PRAKTIKUM FISIKA DASAR I


DASAR PENGUKURAN & KETIDAKPASTIAN

Disusun Oleh:
EDI HIDAYAT SUPENDI
20211120043

REKAN:

SYAHLAN MAULANA
20211120042

MUHAMMAD IZZA DHIKRI FAUZAN


20211120043

UNIVERSITAS KEBANGSAAN REPUBLIK INDONESIA


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
TEKNIK MEISIN

2022
Percobaan 1
DASAR PENGUKURAN & KETIDAKPASTIAN

I. TUJUAN PERCOBAAN
1. Mampu Menggunakan beberapa Alat Ukur
2. Mampu menentukan ketidakpastian pada pengukuran tunggal dan berulang
3. Mengerti arti angka berarti

II. ALAT YANG DIGUNAKAN


1. Jangka sorong
2. Micrometer sekrup
3. Balok besi
4. Bola kecil
5. Silinder

III. TEORI
A. Arti pengukuran
Pengukuran adalah bagian dari keterampilan proses sains yang merupakan pengumpulan
informasi baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif. Pengukuran merupakan kegiatan
membandingkan sesuatu yang diukur menggunakan alat ukur dengan satuan yang telah di
jadikan acuan.Pengukuran besaran relatif terhadap suatu standar atau satuan
tertentu. Dikatakan relatif di sini, maksudnya adalah setiap alat ukur memiliki tingkat ketelitian
yang berbeda-beda, sehingga hasil pengukuran yang diperoleh berbeda pula. Ketelitian dapat
didefinisikan sebagai ukuran ketepatan yang dapat dihasilkan dalam suatu pengukuran, dan ini
sangat berkaitan dengan skala terkecil dari alat ukur yang dipergunakan untuk melakukan
pengukuran. Sebagai contoh, pengukuran besaran panjang dengan menggunakan penggaris
(mistar), jangka sorong dan mikrometer sekrup. Ketiga alat ukur ini memiliki tingkat ketelitian
yang berbeda-beda.Ketidakpastian pengukuran dapat di hitung dengan cara:

∆x=1/n NST alat …(untuk alat ukur yang jarak antarskalanya masih dapat di bagi oleh mata)
∆x= n NST alat …(untuk alat ukur yang jarak antarskalanya sulit di bagi lagi oleh mata)

Nilai ∆x hasil pengukuran dapat dilaporkan dengan cara :


X = (x ± ∆x) . . . . . . . . . . . . (1)

B. Ketepatan dan Ketelitian Pengukuran


Ketepatan (keakrutan). Jika suatu besaran diukur beberapa kali (pengukuran berganda) dan
menghasilkan harga-harga yang menyebar disekitar harga yang sebenarnya maka pengukuran
dikatakan “akurat”. Pada pengukuran ini,harga rata-ratanya mendekati harga yang sebenarnya.

Ketelitian (Kepresisian). Jika hasil-hasil pengukuran terpusat disuatu daerah tertentu maka
pengukuran disebut presisi ( harga tiap pengukuran tidak jauh berbeda )
C. Angka Penting atau Angka Berarti
Semua angka yang bukan nol adalah angka penting. Angka nol yang terletak diantara angka
bukan nol termasuk angka penting.
Contoh : 12,07 A mengandung 4 angka penting

Angka nol disebelah kanan angka bukan nol termasuk angka penting, kecuali kalau ada
penjelasan lain, misalnya berupa garis dibawah angka terakhir yang masih dianggap penting.
Contoh : 27,40 mm mengandung 4 angka penting.
21,50mm mengandung 3 angka penting.

Angka nol yang yang terletak disebelah kiri angka bukan nol, balik disebelah kanan maupun
disebelah kiri koma desimal tidak termasuk angka penting.
Contoh : 0,27 cm mengandung 2 angka penting.

D. Ketidakpastian Pengukuran
Ketidakpastian Bersistem
Ketidakpastian (Kesalahan) bersistem akan menyebabkan hasil yang diperoleh menyimpang dari
hasil sebenarnya.
Ketidakpastian Rambang (Acak)
Kesalahan ini bersumber dari gejala yang tidak mungkin dikendalikan atau diatasi berupa
perubahan yang berlangsung sangat cepat sehingga pengontrolan dan pengaturan diluar
kemampuan.

E. Analisa Ketidakpastian Pengukuran


Suatu pengukuran selalu disertai dengan ketidakpastian. Beberapa penyebab ketidakpastian
tersebut antara lain adalah NST.,kesalahan kalibrasi,keslahan titik nol,kesalahan pralaks,adanya
gesekan,fluktasi parameter pengukuran dan lingkungan yang saling mempengaruhi serta
keterampilan pengamat.

Ketidakpastian pengukuran tunggal


Pengukuran tunggal adalah pengukuran yang dilakukan satu kali saja. Keterbatasan skala alat
ukur dan keterbatasan kemampuan mengamati serta banyak sumber kesalahan lain,
mengakibatkan hasil pengukuran selalu dihinggapi ketidakpastian. Ketidakpastian yang dimaksud
dan diberi lambang ∆x. Lambang ∆x merupakan ketidakpastian mutlak. Untuk pengukuran
tunggal diambil kebijaksanaan : ∆x = ½ NST alat. Dimana ∆x adalah ketidakpastian pengukuran
tunggal. Angka 2 pada persamaan tersebut mempunyai arti satu skala ( kemampuan mata untuk
membagi 2 skala)

Ketidakpastian pengukuran berulang


Dengan mengadakan pengulangan, pengetahuan kita tentang nilai sebenarnya (Xo) menjadi
semakin baik. Jika pengukuran dilakukan sebanyak 3 kali dengan hasil X1,X2 dan X3 atau 2 kali
saja misalnya pada awal percobaan atau akhir percobaan, maka {x} dan ∆x dapat ditentukan.
Nilai rata-rata pengukuran dilaporkan sebagai {x ̅} sedangkan deviasi (penyimpangan) terbesar
atau deviasi rata-rata dilaporkan sebagai ∆x. Deviasi adalah selisih-selisih antara tiap hasil
pengukuran dari nilai rata-ratanya. Jadi :

X= X1 + X2 + X3 / 3………………………. (2)

δ1= |x ± x1 |, δ2= |(x ) ̅ ± x2 | dan δ3= |(x ) ̅ ± x3 |. Dimana ∆x adalah yang terbesar diantara
δ1,δ2,δ3.
IV. TUGAS PENDAHULUAN
1. Tentukan NST dari
a. Jam dinding yang satu lingkaranya dibagi 60, NST = 1 second
b. Penunjuk jarak antara kota yang dipasang oleh departmen pekerjaan
umum NST = 1 km
c. Alat timbang duduk yang dipakai bila membeli gula pasir di warung
NST = 1 Ons
2. Jika suatu alat ukur memiliki pembagian 9 skala utama = 10 skala nonius,

3. Gambarkan jangka sorong

A. Bagian Dalam Rongga

C. Kedalaman Lubang pada Benda


B. Bagian Luar Raongga

4. Dari hasil-hasil penimbangan suatu massa tertentu diperoleh harga yang berkisar
antara 243,35 dan 260,55g, tuliskan hasil penimbangan tersebut lengkap dengan
ketidakpastian
Nst = 260,55 - 245,35 /2 = 8,6gr
L = 260,55 - 8,6 atau 245,35 - 8,6
= 251,95 gr
V. JALANYA PERCOBAAN

1. Katupkan jangka sorong rapat-rapat tetapi jangan dipaksakeras-keras, catat


kedudukan skala dalam keadaan ini. Bahas mengenai kedudukan titik nolnya.
2. Ukurlah panjang, lebar, dan tebal balok logam, bola, tabung dengan jangka
sorong sebanyak 5 kali pada tempat yang berbeda-beda.
3. Tentukasn nilai ketidakpastian dan hasil pengukuran dengan nilai
ketidakpastian.
4. Katupkan micrometer sekrup rapat-rapat tetapi jangan dipaksakeras-keras,
catat kedudukan skala dalam keadaan ini. Bahas mengenai kedudukan titik
nolnya
5. Ukurlah panjang, lebar, dan tebal balok logam, bola, tabung dengan
micrometer sekrup sebanyak 5 kali pada tempat yang berbeda-beda.
6. Tentukasn nilai ketidakpastian dan hasil pengukuran dengan nilai
ketidakpastian.

VI. DATA HASIL PERCOBAAN 1 DASAR PENGUKURAN DAN


KETIDAKPASTIAN

Alat Ukur Jangka Sorong

NO OBJEK HASIL x̄ Δx X = x̄̄ ± Δx


1 20,65 mm
2 19,00 mm
98,35 / 5 = 19,67 20,70 - 19,00 / 2 =
1 BALOK 3 19,00 mm X = 19,67 ± 0,85
mm 0,85 mm
4 19,00 mm
5 20,70 mm
1 19,10 mm
2 19,15 mm
95,7 / 5 = 19,14 19,20 - 19,10 / 2 =
2 SILINDER 3 19,15 mm X = 19,14 ± 0,05
mm 0,05 mm
4 19,10 mm
5 19,20 mm
1 14,30 mm
2 14,30 mm
71,5 / 5 = 14,30
3 BOLA 3 14,30 mm 14,30 - 14,30 / 2 = 0 X = 14,30 ± 0
mm
4 14,30 mm
5 14,30 mm
Alat Ukur Mikrometer Sekrup

NO OBJEK HASIL x̄ Δx X = x̄̄ ± Δx


1 20,85 mm
2 19,12 mm
99,12 / 5 = 79,82 20,91 - 19,12 / 2 =
1 BALOK 3 19,12 mm X = 19,82 ± 0,89
mm 0,89 mm
4 19,12 mm
5 20,91 mm
1 19,11 mm
2 19,90 mm
95,33 / 5 = 19,07 19,60 - 19,11 / 2 =
2 SILINDER 3 18,50 mm X = 19,07 ± 0,24
mm 0,24 mm
4 19,60 mm
5 19,12 mm
1 18,28 mm
2 18,24 mm
91,3 / 5 = 18,26 18,28 - 18,24 / 2 =
3 BOLA 3 18,26 mm X = 18,26 ± 0,02
mm 0,02
4 18,24 mm
5 18,28 mm

VII. ANALISA / PERHITUNGAN DATA

1. Perhatikan nonius pada jangka sorong dan micrometer sekrup. Tentukan NST
alat ukur tersebut tanpa dan dengan nonius.

NST jangka sorong : 20 SN = 39 SU


20 SN = 39 (1 mm)
20 SN = 39 mm
SN = 1,95 mm
NST = 2 mm – 1,95 mm = 0,05 mm

NST Mikrometer Sekrup= (Batas ukur) / (jumlah skala) = (5 mm) / 10=0,5 mm


NST Skala Putar = (batas ukur skala)/(jumlah skala putar)
= (0,5 mm) / 50 = 0,01 mm

2. Tentukanlah masing- masing volume dari balok dan bola


a. Volume balok
V=PxLxT
V = 2,7 x 1,9 x 1,9
V = 9,75 mm
V = 0,975 cm

b. Volume Bola
V = (4/3) π.r3
V = (4/3) π.14,303
V = (4/3) π. 2.924
V. π = 3899
V = 3899 / 3,14
V = 1,24 cm3

VIII. TUGAS AKHIR PRAKTIKUM

Sudah dikerjakan di point VII. Analisa / Perhitungan Data

IX. KESIMPULAN
Pada praktikum yang telah dilakukan yakni praktikum pengukuran dan ketidakpastian
yaitu tentang melakukan pengukuran panjang,lebar,tinggi kubus dan diameter bola
dengan menggunakan alat ukur yang berbeda yakni jangka sorong dan mikrometer
sekrup, Pada praktikum ini pula dapat kita mengambil kesimpulan bahwa setiap alat ukur
memiliki tingkat ketelitian yang berbeda-beda dan memiliki keselahan pengukuran yang
berbeda. Hal ini tergantung pada kondisi alat ukur,perbedaan tingkat ketelitian alat ukur,
proses atau metode yang digunakan dalam praktikum, serta kemampuan seseorang dalam
mengukurnya. Pada praktikum yang telah dilakukan telah dapat diketahui serta dapat
dibedakan antara mana alat ukur yang lebih teliti dan tepat dalam memperkecil kesalahan
saat pengukuran

X. DAFTAR PUSTAKA

Buku Penuntun Praktikum Fisika Dasar 1 Unit Laboratorium Fisika Dasar Jurusan Fisika
FMIPA Universitas Negeri Makassar

Mikrajuddin. 2016. Fisika Dasar 1. Penerbit: Institut Teknologi Bandung

D. Halliday, R. Resnick, J. Walker. 2011. Fundamental of Physics. 9th Edition. Penerbit:


John Wiley & Sons

Anda mungkin juga menyukai