Anda di halaman 1dari 7

PENATUA SEBAGAI GEMBALA DI DALAM TUGAS PELAYANAN GEREJAWI 1

I. Tugas utama Pelayan Jemaat (Penatua) adalah Penggembalaan


Apabila warga jemaat ditanya: apakah tugas seorang Penatua? Pada umumnya warga jemaat akan
memberi jawaban dari segi seremonial atau ritual peribadahan bahwa tugas seorang Penatua adalah: berkhotbah,
memimpin kebaktian-kebaktian yang dilaksanakan jemaat di gereja dan di kebaktian sektor, atau tugas lain
yang berkaitan dengan ibadah (memimpin nyanyian, mengumpulkan persembahan, membacakan warta jemaat,
pendoa syafaat). Menerima jawaban itu, maka seringkali motivasi jemaat untuk mengangkat Penatua didorong
oleh tujuan untuk mencukupi kebutuhan tenaga dalam melayani peribadahan.
Tidak jauh berbeda dengan jawaban dari warga jemaat, para pelayan jemaat pun banyak beranggapan
bahwa tugas panggilannya yang utama adalah pelayanan yang berkaitan dengan peribadahan, sehingga tidak
sedikit pelayan jemaat yang merasa bahwa dirinya sudah memenuhi tugas panggilannya sebagai pelayan jikalau
sudah melaksanakan pelayanan sesuai dengan jadwal petugas (roster) yang telah ada.
Dalam Agenda GKPI pada bagian penahbisan pelayan jemaat, tidak ada satupun dari beberapa
penjabaran tugas yang membicarakan pelayanan dalam acara kebaktian atau peribadahan, walaupun hal tersebut
termasuk tugas pelayan jemaat. Hal itu hendak menyampaikan bahwa dari keseluruhan uraian tugas pelayan
tahbisan ada makna yang terkandung di dalamnya yang menjadi tugas utama dari seorang pelayan, yaitu:
penggembalaan.
Tugas penggembalaan (menggembalakan) yang dilaksanakan oleh para pelayan jemaat adalah
merupakan amanat Tuhan Yesus (sang kepala gereja) kepada para hambaNya dengan mengatakan:
“Gembalakanlah Domba-Dombaku” (Yoh. 21: 15-19). Dalam Kisah Para Rasul 20: 28, Rasul Paulus
menasehatkan para Penatua di Efesus: “Karena itu jagalah dirimu dan jagalah seluruh kawanan, karena kamulah
yang ditetapkan Roh Kudus menjadi penilik untuk menggembalakan jemaat Allah yang diperoleh-Nya dengan
darah Anak-Nya sendiri”. Melalui ayat itu, maka dapat diketahui dan dipahami bahwa betapa sangat
berharganya seluruh warga jemaat bagi Tuhan, yang telah ditebus dengan darahNya sendiri.
II. Cakupan Tugas Penggembalaan
Pelayan Jemaat sebagai gembala adalah penggembala bagi kawanan domba yang telah diberikan oleh
Tuhan. Pelayan Jemaat sebagai gembala, dalam pelaksanaan penggembalaan, ada beberapa cakupan tugas
penggembalaan yang harus diperhatikan dan dipahami, sebagaimana dinyatakan di dalam Alkitab, yaitu:
a. “Aku mengenal domba-domba-Ku” (Yoh. 10: 14)
Gembala harus mengenal kawanan domba yang digembalakan. Dalam hal itu, maka seorang pelayan
harus mengenal warga jemaat yang dilayani. Pengenalan terhadap warga jemaat meliputi: latar belakang
hidupnya, pribadinya, keluarganya, keadaan sosial ekonominya, pergumulannya, harapan dan cita-citanya,
hingga keadaan hidup rohaninya.
b. “Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang
tenang” (Mzm. 23: 2)
Tugas penggembalaan adalah menyediakan makanan rohani bagi warga jemaat. Oleh karena itu, pelayan
jemaat harus dapat menyediakan dan membagikan (mengajarkan atau memberitakan) Firman Tuhan di wilayah
pelayanan masing-masing, seumpama murid-murid Tuhan Yesus yang membagi roti dan ikan sehingga semua
orang banyak dikenyangkan.
c. “Ia menyegarkan jiwaku” (Mzm. 23: 3)
Gembala adalah penyegar bagi kawanan domba. Oleh karena itu, seorang pelayan jemaat harus
menghibur atau memberikan penghiburan kepada warga jemaat yang kehilangan semangat, putus asa, yang
tertekan, yang lesu, dan yang berduka.
d. “Ia menuntun aku di jalan yang benar” (Mzm. 23: 3)
Gembala adalah pemimpin, pembimbing, dan penuntun kawanan domba yang digembalakan. Oleh
karena itu, seorang pelayan jemaat bertugas memimpin, membimbing, menuntun atau mengarahkan warga
jemaat agar senantiasa hidup dan berjalan di jalan yang benar, jalan menuju keselamatan hidup yang kekal,
yaitu Yesus, Anak Allah yang tunggal (Band. Yoh. 14: 6).
e. “Aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gadaMu dan tongkatMu, itulah yang
menghibur aku” (Mzm. 23: 4)

1
Disampaikan dalam Bimbingan Penatua GKPI Jemaat Khusus Bandung. 8 Juli 2019
Tugas penggembalaan adalah memberikan perlindungan dan rasa aman kepada kawanan domba yang
digembalakan. Seorang gembala yang baik adalah selalu melindungi domba-dombanya dari serangan binatang
buas dan dari bahaya-bahaya lainnya, misalnya: ajaran yang menyesatkan dan ajaran agama dan kepercayaan
yang lain, yang dapat membahayakan hidup rohani.
f. “Yang hilang akan Kucari, yang tersesat akan Kubawa pulang” (Yeh. 34: 16)
Tugas penggembalaan adalah mencari yang hilang atau tersesat dan membawa kembali pulang. Seorang
gembala yang bertanggungjawab tidak akan membiarkan dombanya tersesat atau bahkan hilang. Gembala yang
baik adalah gembala yang senantiasa memperhatikan kawanan dombanya. Oleh karena itu, setiap pelayan harus
senantiasa memperhatikan warga jemaat yang dilayani.
g. “Yang luka akan Kubalut, yang sakit akan Kukuatkan” (Yeh. 34: 16)
Tugas daripada pelayan jemaat sebagai gembala adalah termasuk juga merawat domba-domba yang
sakit dan terluka. Dalam Yakobus 5: 14 diberitakan: “Kalau ada seorang di antara kamu yang sakit, baiklah ia
memanggil para penatua jemaat, supaya mereka mendoakan dia serta mengolesnya dengan minyak dalam nama
Tuhan.” Oleh karena itu, setiap pelayan jemaat harus tanggap terhadap situasi warga jemaat yang dilayani dan
senantiasa siap sedia memberikan pelayanan, termasuk mendoakannya.

III. Sikap yang diperlukan Seorang Gembala


a. Mengasihi Tuhan Yesus dan domba-dombaNya
Kasih adalah motivasi utama dalam pelayanan sebagai hamba Tuhan, termasuk dalam penggembalaan,
yang menjadikan para pelayan tahan uji dan setia di dalam pelayanan untuk melayani. Yesus pernah bertanya
kepada Petrus: “Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?” (Yoh. 21: 15-19). Pertanyaan itu
diulang oleh Yesus sampai tiga adalah untuk mengetahui apakah Simon Petrus benar-benar mengasihi Yesus.
Maka setelah Simon Petrus menjawab bahwa dia mengasihi Yesus, lalu Yesus memberikan amanat kepada
Petrus: “Gembalakanlah domba-dombaKu”. Jika kita mengasihi Yesus, maka kita akan menuruti perintahNya
(band. Yoh. 14: 15). Allah senantiasa mengasihi umatNya, Yesus senantiasa mengasihi kawanan dombaNya,
maka setiap pelayan harus senantiasa mengasihi seluruh warga jemaat.
b. Memiliki kelemahlembutan
Kelemahlembutan adalah sikap yang berlawanan dengan kekasaran, perselisihan, dan sifat tergesa-gesa.
Kelemahlembutan terungkap dalam kerendahan hati, kesabaran, dan kasih sayang kepada semua orang. Salah
satu sifat Allah adalah panjang sabar, tidak memaksa dan tidak langsung menghukum. Dalam Roma 2: 4
tertulis: “Maukah engkau menganggap sepi kekayaan kemurahan-Nya, kesabaran-Nya dan kelapangan hati-
Nya? Tidakkah engkau tahu, bahwa maksud kemurahan Allah ialah menuntun engkau kepada pertobatan?” Hal
ini hendak menyampaikan bahwa seorang pelayan jemaat haruslah senantiasa sabar dan dengan
kelemahlembutan dapat menuntun orang yang suka melawan, sebab mungkin Tuhan memberikan kesempatan
kepada mereka untuk bertobat dan memimpin mereka mengenal kebenaran (band. 2 Tim. 2: 24-25). Setiap
warga jemaat memiliki kharakter pribadi yang unik, maka metode pendekatan para pelayan juga haruslah unik
juga (tidak sama), oleh karena itu kelemahlembutan dan kesabaran sangatlah diperlukan.
c. Bertanggungjawab dan penuh pengabdian
Dalam 1 Petrus 5: 2 Rasul Petrus memberikan nasihat kepada para penatua (pelayan jemaat) dengan
mengatakan: “Gembalakanlah kawanan domba Allah yang ada padamu, jangan dengan paksa, tetapi dengan
sukarela sesuai dengan kehendak Allah, dan jangan karena mau mencari keuntungan, tetapi dengan pengabdian
diri.” Penggembalaan adalah pelayanan yang terberat bagi hamba Tuhan (pelayan jemaat), tidak memberikan
keuntungan pribadi, tetapi harus dilaksanakan dengan tulus, sukarela, penuh tanggungjawab dan semangat
pengabdian diri. Menjadi pelayan adalah berarti bekerja di dalam pekerjaan Tuhan dan
mempertanggungjawabkan pelayanan kepada Tuhan, yang telah memanggil dan memilih para pelayan. Dalam
mengemban tugas pelayanan itu, hendaklah setiap pelayan bekerja dengan penuh tanggungjawab dan tidak
diperkenankan mencari penghargaan, hormat dan pujian dari orang lain di dalam melayani, karena melayani
pekerjaan Tuhan adalah wujud pelayanan dalam Kerajaan Sorgawi, bukan pelayanan dalam kerajaan duniawi.
d. Menjadi teladan bagi kawanan domba (warga jemaat)
Dalam 1 Petrus 5: 3 Rasul Petrus memberikan nasihat kepada para penatua (pelayan jemaat) dengan
mengatakan: “Janganlah kamu berbuat seolah-olah kamu mau memerintah atas mereka yang dipercayakan
kepadamu, tetapi hendaklah kamu menjadi teladan bagi kawanan domba itu.” Seorang gembala harus dapat
menjadi teladan atau panutan bagi yang digembalakannya dalam segala hal (berbicara, berperilaku, dan
bertindak) di dalam kehidupan. Oleh karena itu, setiap pelayan jemaat harus dapat memberikan teladan bagi
warga jemaat yang dilayani, baik dalam kehidupan pribadi, rumah tangga, pekerjaan, bermasyarakat, dan
berjemaat.
Dalam kaitan dengan berjemaat, para pelayan jemaat harus mampu menjadi teladan dalam mengadakan
ibadah di dalam rumah tangga dan memberikan persembahan bulanan. Pelayan sebagai gembala yang juga
pemberita firman (pengkhotbah) tidak boleh mengatakan kepada warga jemaat: ”khotbah sayalah kalian
dengar, jangan melihat kehidupan saya, kehidupan keluarga saya, karena saya hanya saluran penyampai
saja.” Perkataan dan hal seperti itu tidak boleh diungkapkan oleh seorang pelayan, oleh karena khotbah yang
disampaikan harus keluar atau bersumber dari hidupnya sendiri. Sama seperti Rasul Paulus menasihatkan
Timotius “Jangan seorang pun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-
orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam
kesucianmu.” (1 Tim. 4:12).
Demikianlah halnya seluruh pelayan jemaat, haruslah senantiasa menjadi teladan bagi seluruh warga
jemaat. Bagaimana cara untuk dapat menjadi teladan bagi semua orang adalah senantiasa menjadikan Tuhan
Yesus sebagai teladan hidup, meneladani sikap dan perbuatan Yesus (band. Filipi 2: 5 ; 1 Petrus 2: 21), serta
meneladani pelayanan Yesus (band. Yohanes 13: 15). Amin.

“Selamat Menghamba”
Hidup dengan Rendah Hati
Lukas 14: 7-11

I. Pendahuluan
Lukas, seorang penginjil yang menulis dua kitab, yaitu Injil Lukas dan Kisah Para Rasul, ialah seorang tabib
atau dokter. Oleh karena itu, amat terasa bahwa misinya dalam menuliskan dua kitab itu ialah supaya semua
pembaca mengetahui bahwa telah tergelar sejarah penyelamatan Allah bagi semua orang. Mulai dari janji Allah
akan keselamatan yang diwakili oleh Yohanes Pembaptis, ke realisasi janji keselamatan melalui karya,
kematian, dan kebangkitan Kristus Yesus, ke penyebaran berita keselamatan kepada seluruh dunia oleh Gereja
yang diilhami Roh Kudus. Salah satu ciri khas dalam tulisan Lukas menekankan cakupan universal dari Injil -
bahwa Yesus datang untuk membawa keselamatan bagi semua orang, baik orang Yahudi maupun orang bukan
Yahudi. Bagi Yesus, sebagaimana menurut Lukas perhatian terhadap orang yang serba kekurangan sangat
ditekankan, termasuk para wanita, anak-anak, orang miskin, dan kelompok yang dianggap sampah masyarakat.
Yesus dengan jelas terlihat sebagai Juruselamat yang ilahi-insani yang menjadi jawaban Allah bagi kebutuhan
segenap manusia akan keselamatan.
II. Penjelasan
Latar belakang dari teks ini adalah undangan terhadap Yesus untuk datang ke pesta dan makan di rumah
salah seorang pemimpin dari orang-orang farisi. Pada bagian ini Yesus memanfaatkan kesempatan untuk
menegur para tamu yang berusaha duduk di tempat-tempat kehormatan, dan mengajar tentang kerendahan hati.
Ia mengamati bagaimana para ahli Taurat dan orang Farisi ini berusaha mendapat tempat-tempat yang paling
utama, di bagian kepala meja (ay. 7). Dalam suasana yang tidak menyenangkan ini di mana para tamu,
mengingat kepentingan diri sendiri, mengambil tempat duduk yang terhormat, Yesus mengajarkan
perumpamaan tentang tamu-tamu yang angkuh - sebuah pengajaran tentang kerendahan hati.
Yesus menggunakan latar belakang sebuah pesta pernikahan di mana sejumlah tamu diundang untuk hadir.
Tempat duduk seperti dipan diatur dalam bentuk ladam yang dipanjangkan di sekeliling meja empat persegi
panjang. Orang yang menerima kehormatan tertinggi duduk di meja utama, dengan tempat kedua dan ketiga di
sebelah kiri dan kanan orang ini. Satu dipan memuat tiga orang, orang yang duduk di bagian tengah menerima
kehormatan tertinggi. Dipan di bagian kiri meja utama adalah yang mendapat prioritas kehormatan berikutnya,
dan sesudah itu dipan di sebelah kanan. Karenanya, para tamu orang Yahudi ditentukan oleh etika sosial pada
zaman itu untuk mencari tempat yang tepat di meja itu. Tetapi, jika memilih tempat di sebelah kiri para tamu
yang diundang, mereka dapat dianggap menunjukkan keegoisan, kecongkakan, dan kesombongannya. Dan
inilah yang sebenarnya terjadi di rumah seorang pemimpin orang Farisi di mana Yesus diundang. Orang-orang
Farisi dan ahli-ahli Taurat telah menciptakan iklim kesombongan dan keangkuhan tanpa kasih dan kerendahan
hati.
Dalam ayat 11, Dia memberikan kesimpulan dari perikop ini: barangsiapa meninggikan diri, ia akan
direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan. Sebuah “tema pembalikan hari akhir”
(eschatological reversal motif). Dapat dilihat bahwa tindakan duduk di tempat yang paling rendah adalah
karena sadar diri kecil, tidak layak, maka duduk di tempat yang paling rendah. Penampilan dan pertunjukan diri
ini memberikan orang rasa keagamaan yang saleh, luar biasa, seolah-olah membuat orang-orang itu
memperoleh lebih banyak kehormatan dan kekaguman. Menanggapi budaya ini, Yesus menantang praktik yang
biasa mereka lakukan, menunjukkan bahwa dalam perjamuan tersebut mereka menjadikan pengetahuan dan
kesaksian mereka sebagai kebanggaan, dan mereka berwawasan luas, namun siapa sangka bahwa mereka
adalah pohon ara tanpa buah. Dalam perumpamaan pertama, Yesus memperingatkan bahwa penghargaan bukan
merupakan sesuatu yang seharusnya menjadi ambisi, tetapi merupakan anugerah. Bisa saja itu jadi berbalik
mempermalukan diri kita sendiri, terlebih bila kita berhadapan dengan orang yang memang benar-benar pantas
mendapatkannya.
III. Aplikasi
1. Gereja sebagai milik Tuhan seharusnya menjadi tempat pertunjukan kerendahan hati sebagai bukti
keteladanan bahwa Allah telah merendahkan dirinya dalam karya keselamatan yang dikerjakannya dalam
Kristus Yesus.
2. Kita perlu terus belajar untuk membangun peribadahan yang tulus dalam kehidupan keseharian kita
dengan melepas embel-embel kehormatan apapun sehingga hanya Tuhanlah yang patut dan perlu
dihormati dan tidak ada yang mencuri hormat dan pemujian kepada Tuhan.
Notulen Rapat Panitia HUT GKPI ke 55 Wilayah XI - Region Jabodetabec
GKPI Rawamangun, Minggu 1 September 2019

Peserta yang hadir

1. Pdt. R. Panggabean 10. Sarjito Sitompul

2. Pnt. Charly Hutagalung 11. Saut Sitompul

3. Pdt. Irvan Hutasoit 12. Daniel Simanjuntak

4. Rommel Makmur 13. Masna Silaban

5. Uslen Manalu 14. Ny. P. Marbun / Anike

6. Ny. Manalu br Nainggolan 15. Robert Simanungkalit

7. … Hutagalung (Sekolah Minggu Jtngr) 16. . ……Tinambunan (Rwmgn

8. Pargaulan Marbun 17. Baris Marpaung

9. Paul Gultom 18. Fourgelina Simatupang

Materi Rapat

1. Konfirmasi kegiatan untuk Kategorial Sekolah Minggu

2. Konfirmasi kegiatan untuk Kategorial Pemuda-Pemudi (PP)

3. Lomba/Pertandingan untuk kaum perempuan

4. Lomba/Pertandingan Olah Raga untuk kaum Pria

5. Pembinaan Pelayan menyambut Periodisasi di GKPI tahun 2020.

6. Ibadah Syukur - Minggu 27 Oktober 2019

7. Penggalangan Dana

8. Pembuatan Proposal Kegiatan & Penggalangan Dana

9. Warna sari

Sekretaris Panitia

/ds

Pembukaan Pertandingan & rangkaian kegiatan HUT akan dilakukan pada hari sabtu 14 September 2019 di
GKPI Rawamangun.

1. Kegiatan untuk Kategorial Sekolah Minggu


a. Ada 4 kegiatan yg diusulkan : Mewarnai, Padus (20 orang) per jemaat/Resort, Puzzle & Cerdas Cermat
Alkitab (CCA).
b. Semua kegiatan Sekolah Minggu Dikerjakan oleh tim Seksi Sekolah Minggu
c. Time skedul : (Detail jadwal & jam menyusul)
d. Mewarnai & puzzle (1 hari)
e. Lomba Padus dan CCA (1 hari)
f. Dalam rangka pemberdayaan semua potensi ASM, diupayakan satu ASM mengikuti satu pertandingan.
Namun apabila jumlah (kapasitas) ASM dalam jemaat tertentu terbatas, ASM bisa ikut serta lebih dari 1
pertandingan atau merger dengan jemaat lain yg satu resort.
g. Total kegiatan dilakukan selama 2 hari, di gereja tertentu dimana lokasinya memadai.
h. Detail tehnis pelaksanaan, aturan main, jadwal & budget untuk kegiatan Sekolah Minggu menyusul (3
Sept 2019)

2. Kegiatan untuk Kategorial Pemuda-Pemudi (PP)


a. PP GKPI Got Talent; …. September 2019.
b. Detail tehnis pelaksanaan, aturan main, jadwal & budget untuk kegiatan Pemuda menyusul (3 Sept
2019)
c. Bertugas pada Ibadah Raya yaitu untuk tim Musik.
d. PIC : Nestorius (GKPI Tangerang)
3. Lomba/Pertandingan untuk kategorial Perempuan
a. Lomba merias wajah
b. Lomba Nasi Tumpeng
c. Lomba Merangkai Bunga

Catatan :
 Semua material lomba disiapkan oleh peserta
 Hadiah disiapkan oleh panitia
 Akan dilakukan pada satu hari bertempat di GKPI Rawamangun
 Detail tehnis pelaksanaan, aturan main, jadwal & budget untuk kegiatan kategorial
Perempuan menyusul (3 Sept 2019)
 Semua kegiatan ditangani oleh kaum Perempuan
 Dilakukan pada saat hari pembukaan. 14 September 2019

4. Lomba/ Pertandingan Olah Raga untuk kaum Pria


a. PIC secara keseluruhan : Robert Simanungkalit
b. Lomba nasi goreng (PIC Pargaulan Marbun)
c. Tenis Meja (PIC : Charles Rajagukguk - Menteng)
d. Gaple (PIC Carlo Marbun - Bekasi Utara)
e. Badminton (PIC Robert Simanjuntak - GKPI Rawamangun)
f. Catur (PIC : Baris Marpaung – GKPI Jemaat Rajawali)
- Pertandingan dilakukan selama 1 hari
- Peserta merupakan utusan dari masing2 jemaat
- Turnamen perorangan
- Lokasi & jadwal pertandingan 21 September 2019 di GKPI Cipayung
g. Detail tehnis pelaksanaan, aturan main, jadwal & budget untuk kegiatan kategorial Pria menyusul (3
Sept 2019)

5. Pembinaan pelayan menyambut Periodisasi di GKPI tahun 2020.


a. Tempat & Tanggal pembinaan : GKPI Menteng 19 Oktober 2019.
b. PIC : Pdt Irvan Hutasoit
c. TOR dan penjelasan lengkap pembinaan Pelayan akan disiapkan oleh Pdt. Irvan Hutasoit pada
tanggal 3 September 2019

6. Ibadah Syukur/Ibadah Raya - Minggu 27 Oktober 2019


a. Ibadah Raya
b. Kebersamaan warga jemaat & jemaat seluruh wilayah XI (sesuai dengan momentum tahun
pelayanan GKPI 2019 yaitu : Membangun Komunitas
c. Penyerahan Hadiah kepada para juara Lomba
d. Mengerahkan semua warga jemaat agar datang dari seluruh jemaat-jemaat di wilayah XI
berpartisipasi.
e. Untuk sosialisasi Mengundang para guru jemaat untuk mengikuti rapat dan memberikan
feedback/fully support (supaya merasa memiliki kegiatan/kepanitiaan)
f. Lokasi : Taman Wiladatika Cibubur
g. Target peserta : 1.500 jiwa
h. PIC : Saut Sitompul, dibantu oleh Ketua BKS Pria, Ketua BKS Perempuan , Ketua BKS Pemuda,
Ketua BKS Sekolah Minggu, Pdt. Pardi Silalahi, Pdt. Mega Aritonang, Pdt. JP. Erikson Hutabarat.
i. Pelayan Firman : Disiapkan oleh panitia - Pendeta GKPI yang bertugas/berada di wilayah XI
j. TOR dan penjelasan lengkap Ibadah Syukur akan disiapkan oleh PIC & tim pada tanggal 3
September 2019

7. Penggalangan Dana
a. Kontribusi dari masing2 jemaat. Jumlahnya akan ditentukan kemudian secara proporsional.
b. Sumbangan/donateur Dari anggota BKS Perempuan, PP, Pria & Sekolah Minggu, Warga Jemaat
GKPI.
c. Penjualan souvenir. Stiker, Mug, Kaos (pake sablon), Gantungan Kunci. Design dibuat oleh Ronald
Panggabean (Rawamangun).

8. Pembuatan Proposal Kegiatan & Penggalangan Dana


a. Dihimpun dahulu berapa estimasi biaya
b. Estimasi sumber dana untuk masing2 sumber dana.
c. Akan disiapkan format untuk isian oleh masing-masing PIC kategorial/tim kerja.

9. Warna sari

A. Susunan Panitia
 Seksi Konsumsi : Lince Nainggolan (Rawamangun) Koordinator: Forgelina Simatupang Togatorop
(bekasi), Mery Gultom (Pulo Mas), Lena Tobing (bekasi), Santi Hutasoit (Rawamangun), Bonur
Simatupang (Rawamangun), Bahwan Pakpahan (Rawamangun), Hotmaida Sihombing (Pondok Timur),
Bertin L. Tobing (Bekasi).
 Seksi Dana : Helena Siahaan (Menteng) - Koordinator, Dr. Sonya br Tambunan (Bekasi), Ny.
Simanjuntak - Ery Hutabarat (Menteng), Imelda br Siahaan (Bekasi), Lisbeth Siburian (Bekasi), Ny.
Haris Simamora br Silaban (Cipayung), Rita Silitonga (Bekasi), Naomi Pakpahan (Rawamangun).
 Seksi Peralatan & Perlengkapan : Paul Gultom ( Rawamangun - Koordinator). Liberti (Menteng),
Jimmi (Menteng), Paradongan (Menteng), Eric Tobing (Rawamangun), John Situmorang
(Rawamangun), Hardjito (Rawamangun), Doni Hutapea (Rawamangun).
 Seksi yang lain akan dilengkapi kemudian sesuai kebutuhan

B. Komunikasi dan Pendekatan


a. Sosialisasi dilakukan dengan Surat dari Panitia, komunikasi melalui Korwil untuk diteruskan melalui
para Pendeta resort, Guru-guru Jemaat / PHJ.
b. Kunjungan ke jemaat-jemaat tertentu oleh panitia.

Jakarta, 1 September 2019

Haposan Hutagalung Daniel Simanjuntak

Anda mungkin juga menyukai