1
Disampaikan dalam Bimbingan Penatua GKPI Jemaat Khusus Bandung. 8 Juli 2019
Tugas penggembalaan adalah memberikan perlindungan dan rasa aman kepada kawanan domba yang
digembalakan. Seorang gembala yang baik adalah selalu melindungi domba-dombanya dari serangan binatang
buas dan dari bahaya-bahaya lainnya, misalnya: ajaran yang menyesatkan dan ajaran agama dan kepercayaan
yang lain, yang dapat membahayakan hidup rohani.
f. “Yang hilang akan Kucari, yang tersesat akan Kubawa pulang” (Yeh. 34: 16)
Tugas penggembalaan adalah mencari yang hilang atau tersesat dan membawa kembali pulang. Seorang
gembala yang bertanggungjawab tidak akan membiarkan dombanya tersesat atau bahkan hilang. Gembala yang
baik adalah gembala yang senantiasa memperhatikan kawanan dombanya. Oleh karena itu, setiap pelayan harus
senantiasa memperhatikan warga jemaat yang dilayani.
g. “Yang luka akan Kubalut, yang sakit akan Kukuatkan” (Yeh. 34: 16)
Tugas daripada pelayan jemaat sebagai gembala adalah termasuk juga merawat domba-domba yang
sakit dan terluka. Dalam Yakobus 5: 14 diberitakan: “Kalau ada seorang di antara kamu yang sakit, baiklah ia
memanggil para penatua jemaat, supaya mereka mendoakan dia serta mengolesnya dengan minyak dalam nama
Tuhan.” Oleh karena itu, setiap pelayan jemaat harus tanggap terhadap situasi warga jemaat yang dilayani dan
senantiasa siap sedia memberikan pelayanan, termasuk mendoakannya.
“Selamat Menghamba”
Hidup dengan Rendah Hati
Lukas 14: 7-11
I. Pendahuluan
Lukas, seorang penginjil yang menulis dua kitab, yaitu Injil Lukas dan Kisah Para Rasul, ialah seorang tabib
atau dokter. Oleh karena itu, amat terasa bahwa misinya dalam menuliskan dua kitab itu ialah supaya semua
pembaca mengetahui bahwa telah tergelar sejarah penyelamatan Allah bagi semua orang. Mulai dari janji Allah
akan keselamatan yang diwakili oleh Yohanes Pembaptis, ke realisasi janji keselamatan melalui karya,
kematian, dan kebangkitan Kristus Yesus, ke penyebaran berita keselamatan kepada seluruh dunia oleh Gereja
yang diilhami Roh Kudus. Salah satu ciri khas dalam tulisan Lukas menekankan cakupan universal dari Injil -
bahwa Yesus datang untuk membawa keselamatan bagi semua orang, baik orang Yahudi maupun orang bukan
Yahudi. Bagi Yesus, sebagaimana menurut Lukas perhatian terhadap orang yang serba kekurangan sangat
ditekankan, termasuk para wanita, anak-anak, orang miskin, dan kelompok yang dianggap sampah masyarakat.
Yesus dengan jelas terlihat sebagai Juruselamat yang ilahi-insani yang menjadi jawaban Allah bagi kebutuhan
segenap manusia akan keselamatan.
II. Penjelasan
Latar belakang dari teks ini adalah undangan terhadap Yesus untuk datang ke pesta dan makan di rumah
salah seorang pemimpin dari orang-orang farisi. Pada bagian ini Yesus memanfaatkan kesempatan untuk
menegur para tamu yang berusaha duduk di tempat-tempat kehormatan, dan mengajar tentang kerendahan hati.
Ia mengamati bagaimana para ahli Taurat dan orang Farisi ini berusaha mendapat tempat-tempat yang paling
utama, di bagian kepala meja (ay. 7). Dalam suasana yang tidak menyenangkan ini di mana para tamu,
mengingat kepentingan diri sendiri, mengambil tempat duduk yang terhormat, Yesus mengajarkan
perumpamaan tentang tamu-tamu yang angkuh - sebuah pengajaran tentang kerendahan hati.
Yesus menggunakan latar belakang sebuah pesta pernikahan di mana sejumlah tamu diundang untuk hadir.
Tempat duduk seperti dipan diatur dalam bentuk ladam yang dipanjangkan di sekeliling meja empat persegi
panjang. Orang yang menerima kehormatan tertinggi duduk di meja utama, dengan tempat kedua dan ketiga di
sebelah kiri dan kanan orang ini. Satu dipan memuat tiga orang, orang yang duduk di bagian tengah menerima
kehormatan tertinggi. Dipan di bagian kiri meja utama adalah yang mendapat prioritas kehormatan berikutnya,
dan sesudah itu dipan di sebelah kanan. Karenanya, para tamu orang Yahudi ditentukan oleh etika sosial pada
zaman itu untuk mencari tempat yang tepat di meja itu. Tetapi, jika memilih tempat di sebelah kiri para tamu
yang diundang, mereka dapat dianggap menunjukkan keegoisan, kecongkakan, dan kesombongannya. Dan
inilah yang sebenarnya terjadi di rumah seorang pemimpin orang Farisi di mana Yesus diundang. Orang-orang
Farisi dan ahli-ahli Taurat telah menciptakan iklim kesombongan dan keangkuhan tanpa kasih dan kerendahan
hati.
Dalam ayat 11, Dia memberikan kesimpulan dari perikop ini: barangsiapa meninggikan diri, ia akan
direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan. Sebuah “tema pembalikan hari akhir”
(eschatological reversal motif). Dapat dilihat bahwa tindakan duduk di tempat yang paling rendah adalah
karena sadar diri kecil, tidak layak, maka duduk di tempat yang paling rendah. Penampilan dan pertunjukan diri
ini memberikan orang rasa keagamaan yang saleh, luar biasa, seolah-olah membuat orang-orang itu
memperoleh lebih banyak kehormatan dan kekaguman. Menanggapi budaya ini, Yesus menantang praktik yang
biasa mereka lakukan, menunjukkan bahwa dalam perjamuan tersebut mereka menjadikan pengetahuan dan
kesaksian mereka sebagai kebanggaan, dan mereka berwawasan luas, namun siapa sangka bahwa mereka
adalah pohon ara tanpa buah. Dalam perumpamaan pertama, Yesus memperingatkan bahwa penghargaan bukan
merupakan sesuatu yang seharusnya menjadi ambisi, tetapi merupakan anugerah. Bisa saja itu jadi berbalik
mempermalukan diri kita sendiri, terlebih bila kita berhadapan dengan orang yang memang benar-benar pantas
mendapatkannya.
III. Aplikasi
1. Gereja sebagai milik Tuhan seharusnya menjadi tempat pertunjukan kerendahan hati sebagai bukti
keteladanan bahwa Allah telah merendahkan dirinya dalam karya keselamatan yang dikerjakannya dalam
Kristus Yesus.
2. Kita perlu terus belajar untuk membangun peribadahan yang tulus dalam kehidupan keseharian kita
dengan melepas embel-embel kehormatan apapun sehingga hanya Tuhanlah yang patut dan perlu
dihormati dan tidak ada yang mencuri hormat dan pemujian kepada Tuhan.
Notulen Rapat Panitia HUT GKPI ke 55 Wilayah XI - Region Jabodetabec
GKPI Rawamangun, Minggu 1 September 2019
Materi Rapat
7. Penggalangan Dana
9. Warna sari
Sekretaris Panitia
/ds
Pembukaan Pertandingan & rangkaian kegiatan HUT akan dilakukan pada hari sabtu 14 September 2019 di
GKPI Rawamangun.
Catatan :
Semua material lomba disiapkan oleh peserta
Hadiah disiapkan oleh panitia
Akan dilakukan pada satu hari bertempat di GKPI Rawamangun
Detail tehnis pelaksanaan, aturan main, jadwal & budget untuk kegiatan kategorial
Perempuan menyusul (3 Sept 2019)
Semua kegiatan ditangani oleh kaum Perempuan
Dilakukan pada saat hari pembukaan. 14 September 2019
7. Penggalangan Dana
a. Kontribusi dari masing2 jemaat. Jumlahnya akan ditentukan kemudian secara proporsional.
b. Sumbangan/donateur Dari anggota BKS Perempuan, PP, Pria & Sekolah Minggu, Warga Jemaat
GKPI.
c. Penjualan souvenir. Stiker, Mug, Kaos (pake sablon), Gantungan Kunci. Design dibuat oleh Ronald
Panggabean (Rawamangun).
9. Warna sari
A. Susunan Panitia
Seksi Konsumsi : Lince Nainggolan (Rawamangun) Koordinator: Forgelina Simatupang Togatorop
(bekasi), Mery Gultom (Pulo Mas), Lena Tobing (bekasi), Santi Hutasoit (Rawamangun), Bonur
Simatupang (Rawamangun), Bahwan Pakpahan (Rawamangun), Hotmaida Sihombing (Pondok Timur),
Bertin L. Tobing (Bekasi).
Seksi Dana : Helena Siahaan (Menteng) - Koordinator, Dr. Sonya br Tambunan (Bekasi), Ny.
Simanjuntak - Ery Hutabarat (Menteng), Imelda br Siahaan (Bekasi), Lisbeth Siburian (Bekasi), Ny.
Haris Simamora br Silaban (Cipayung), Rita Silitonga (Bekasi), Naomi Pakpahan (Rawamangun).
Seksi Peralatan & Perlengkapan : Paul Gultom ( Rawamangun - Koordinator). Liberti (Menteng),
Jimmi (Menteng), Paradongan (Menteng), Eric Tobing (Rawamangun), John Situmorang
(Rawamangun), Hardjito (Rawamangun), Doni Hutapea (Rawamangun).
Seksi yang lain akan dilengkapi kemudian sesuai kebutuhan