Anda di halaman 1dari 10

Sub. Lab.

Eksplorasi Migas
LABORATORIUM HULU MIGAS
POLITEKNIK ENERGI DAN MINERAL AKAMIGAS
Jl. Gajahmada No.38 Cepu, Kabupaten Blora, Jawa Tengah, 58315

MODUL PRAKTIKUM GEOLOGI MIGAS

ACARA II : DESKRIPSI PETROGRAFI BATUAN SEDIMEN SILISIKLASTIK

Batuan sedimen klastik merupakan batuan yang terbentuk dari batuan yang
telah ada sebelumnya, dapat berupa batuan beku, batuan metamorf, atau batuan
sedimen itu sendiri. Asal mula batuan sedimen terbentuk dari proses – proses yang
menyangkut proses sedimentasi. Proses tersebut diawali dari pelapukan batuan asal
baik secara fisika, kimia maupun biologi, hasil material lapukan kemudian
tertransportasi melalui media air, angin, ataupun salju untuk diendapkan pada
cekungan sedimen yang kemudian mengalami proses litifikasi menjadi batuan
sedimen.

I. DESKRIPSI

Pada praktikum petrografi batuan sedimen silisiklastik ada beberapa hal yang harus
dideskripsi, yaitu

1) Warna batuan pada sayatan tipis


Warna batuan pada sayatan petrografi dapat menunjukkan warna mineral yang
mendominasi. Warna ini meliputi warna interferensi pada nikol sejajar dan nikol
bersilang.

2) Tekstur

a. Ukuran butir
Ukuran butir sedimen silisiklastik dapat dilihat dan disesuaikan dengan
klasifikasi ukuran butir Wenworth adalah seperti di bawah ini :
Sub. Lab. Eksplorasi Migas
LABORATORIUM HULU MIGAS
POLITEKNIK ENERGI DAN MINERAL AKAMIGAS
Jl. Gajahmada No.38 Cepu, Kabupaten Blora, Jawa Tengah, 58315

a. Derajat Pemilahan/Sortasi

Pemilahan adalah keseragaman ukuran besar butir penyusun batuan


endapan/sedimen. Hal ini bermakna semakin seragam ukuran butirnya
semakin baik pula pemilahannya. Dalam pemilahan dipergunakan
pengelompokan sebagai dari yang terpilah sangat baik sampai dengan
sangat buruk. Kenampakan sortasi yang baik ini diperlihatkan oleh ukuran
besar butir yang seragam pada semua komponen batuan sedimen,
sedangkan penampakan buruk memiliki besar butir yang bergam dimulai
dari lempung hingga kerikil atau bahkan bongkah (lihat gambar di bawah).

Sortasi (After Folk, 1965)

Derajat kebundaran (Powers, 1953)

b. Derajat Pembundaran (Roundness)

Kebundaran adalah nilai membulat atau meruncingnya bagian tepi


butiran, dimana kenampakan ini hanya bisa di amati pada batuan sedimen
klastik sedang sampai kasar. Ada lima variasi tingkat kebundaran atau
keruncingan, yaitu :
i. Membundar Sempurna (Well Rounded), hampir semua permukaan
cembung dan ekuidimensional.
ii. Membundar (Rounded), pada umumnya permukaan – permukaan
butiran bundar, ujung – ujung dan tepi butiran lengkung.
Sub. Lab. Eksplorasi Migas
LABORATORIUM HULU MIGAS
POLITEKNIK ENERGI DAN MINERAL AKAMIGAS
Jl. Gajahmada No.38 Cepu, Kabupaten Blora, Jawa Tengah, 58315

iii. Agak Membundar (Subrounded), permukaan umumnya datar dengan


ujung– ujung yang membundar.
iv. Agak Menyudut (Sub Angular), mempunyai permukaan secara umum
datar dengan ujung – ujung tajam.
v. Menyudut (Angular), mempunyai permukaan kasar dengan ujung –
ujung butiran tajam dan meruncing.

c. Kemas (Fabric)

Kemas mempunyai makna seberapa banyak rongga diantara butiran


masih di dapatkan. Sedimen yang terkemas secara baik, tertutup (closed)
berarti semakin sedikit rongga yang tersisa diantara butiran. Atau
sebaliknya kemas terbuka (open) mempunyai kecenderungan masih
mensisakan rongga diantara butiran. Batuan yang telah mengalami
kompaksi lanjut akan mempunyai kemas tertutup sekalipun pada
awalnya berkemas terbuka dengan sortasi baik dan buruk.
Sub. Lab. Eksplorasi Migas
LABORATORIUM HULU MIGAS
POLITEKNIK ENERGI DAN MINERAL AKAMIGAS
Jl. Gajahmada No.38 Cepu, Kabupaten Blora, Jawa Tengah, 58315

d. packing orientasi
i. matrix, didominasi oleh matrix/massa dasar
ii. fragment/clast supported, didominasi fragment

e. Porositas dan permeabilitas


Porositas merupakan besarnya pori yang berada dalam batuan.
Di bawah ini merupakan penjelasan tipe – tipe porositas batuan sedimen :

Fabric selective

 Intercorpuscules

Merupakan porositas pada ruang (space) yang terdapat di antara butir-


butir dalam batuan sedimen. Porositas jenis ini sangat penting dalam
batuan sedimen dan hadir pada hampir semua batuan sedimen.
Meningkatnya diagenesa batuan biasanya diikuti menurunnya porositas
jenis ini.

 Fenestrae

Porositas pada kemas batuan sedimen lebih besar dari celah pada
batuan yang dikuasi butiran (grain-supported). Porositas jenis ini sangat
umum dijumpai pada batuan karbonat dan terbentuk karena dehidrasi,
litifikasi dan pengeluaran gas sehingga membentuk rongga mendatar.
Sub. Lab. Eksplorasi Migas
LABORATORIUM HULU MIGAS
POLITEKNIK ENERGI DAN MINERAL AKAMIGAS
Jl. Gajahmada No.38 Cepu, Kabupaten Blora, Jawa Tengah, 58315

Ilustrasi Porositas

 Intracorpuscules

Merupakan jenis porositas dalam bentuk butir atau kepingan batuan


berupa rongga yang ada pada fosil seperti moluska, koral, briozoa dan
fosil renik lainnya seperti foraminifera. Porositas jenis ini akan cepat
menurun setelah proses diagenesis berlangsung.

 Intercristaline

Porositas yang terdapat diantara kristal-kristal. Porositas jenis ini sering


dijumpai pada batuan sedimen evaporasi, batuan beku dan batuan
metamorf. Sering juga dijumpai pada batuan sedimen yang mempunyai
pertumbuhan kristal baik seperti dolomit.

 Mouldic

Porositas yang disebabkan oleh pelarutan butir atau fragmen, umumnya


akibat sementasi. Pelarutan dapat terjadisecara terpilih, hanya pada satu
Sub. Lab. Eksplorasi Migas
LABORATORIUM HULU MIGAS
POLITEKNIK ENERGI DAN MINERAL AKAMIGAS
Jl. Gajahmada No.38 Cepu, Kabupaten Blora, Jawa Tengah, 58315

jenis butir. Sehingga kesaranganmoldic ini dapat dibagi lagi, misalnya


oomoldic, dan pelmoldic atau biomoldic.

 Shelter

Ruang atau pori yangterbentuk di bawah partikel besar seperti kerang-


kerangan yangcembung. Porositas ini merupakan jenis porositas yang
kecil tetapimenjadi pelengkap porositas lainnya.

 Cavites de croissance

Porositas yang terbentuk oleh skeletal growth seperti koral,


stromatoporoid atau alga.

Non fabric selective

 Fracture

Jenis porositas yang terbentuk olehretakan, umumnya dalam batuan


yang brittle, yang biasanyadisebabkan oleh tektonik. Porositas ini
terdapat banyak dan dapatmeningkatkan permeabilitas pada
batugamping.

 Chenaux

Porositas yang terbentuk ketika batugamping mengalami dissolution


dibawah titik jenuh air. Pori ini berbentuk memanjang.

 Vuggy

Porositas yang memiliki diameter lebih dari 1 / 16 mm sehingga dapat


terlihat dengan mata telanjang. Pori ini memiliki bentuk yang kasar.
Kebanyakan vuggy dapat mewaili peningkatan pada porositas
intergranular atau porositas interkristalin. Beberapa porositas vuggy
dapat terbentuk menjadi CO2 yang kaya air tanah yangdihasilkan
selama terbentuknya hidrokarbon.

 Caverne

Porositas yang berukuran sangat besar dengan bentuk dapat berupa


channel atau vuggy.
Sub. Lab. Eksplorasi Migas
LABORATORIUM HULU MIGAS
POLITEKNIK ENERGI DAN MINERAL AKAMIGAS
Jl. Gajahmada No.38 Cepu, Kabupaten Blora, Jawa Tengah, 58315

 Breccia

Jenis pori yang merupakan kelanjutan dari porositas rekahan dengan


pertambahan jarak antara dinding-dindingyang merekah. Seperti halnya
porositas rekahan, porositas initerbentuk dari tektonik.

 Boring dan Burrow

Porositas yang terbentuk dari hasil biologi

3) Komposisi

Semen

Komposisi dari batuan sedimen klastik dapat dibedakan yaitu :

a. Fragmen/clast, butiran penyusun batuan yg berukuran besar berupa


pecahan batuan, mineral atau cangkang binatang.

b. Matrik (Massa Dasar), butiran yg lbh halus dari fragmen, terbentuk bersama
fragmen pada saat sedimentasi.

c. Semen, bahan pengikat butiran dalam batuan berupa silika, karbonat,


oksida besi atau mineral lempung
Sub. Lab. Eksplorasi Migas
LABORATORIUM HULU MIGAS
POLITEKNIK ENERGI DAN MINERAL AKAMIGAS
Jl. Gajahmada No.38 Cepu, Kabupaten Blora, Jawa Tengah, 58315

III. CARA PENENTUAN PERSENTASE KOMPOSISI BATUAN


1. Metode Point Counting

Gambar. Ilustrasi point counting

Untuk menentukan komposisi dengan metode point counting, dapat


dilakukan dengan menghitung jumlah setiap jenis mineral yang dapat dilihat
dalam medan pandang. Perhitungan ini tidak memperhatikan ukuran mineral
yang ada, meskipun ukurannya sangat kasar atau ukuranya halus jika masih
dapat dilihat maka dianggap sama (jumlahnya). Misalnya dalam suatu
batupasir, ada butiran kuarsa yang memiliki ukuran lebih kasar dibandingkan
dengan feldspar yang berukuran lebih halus, maka kuarsa yang lebih kasar
tersebut tetap dihitung satu butir, sama dengan butiran plagioklas yang
berukuran lebih halus. Sehingga metode ini cukup baik digunakan untuk
pemerian batuan sedimen silisiklastik yang tersusun atas klastika – klastika
berukuran relative sama.
Sub. Lab. Eksplorasi Migas
LABORATORIUM HULU MIGAS
POLITEKNIK ENERGI DAN MINERAL AKAMIGAS
Jl. Gajahmada No.38 Cepu, Kabupaten Blora, Jawa Tengah, 58315

2. Metode Kualitatif

Metode perhitungan komposisi mineral dengan cara kualitatif adalah


dengan membandingkan chart ilustrasi komposisi butiran dibawah ini:

Ilustrasi prosentase butiran


Sub. Lab. Eksplorasi Migas
LABORATORIUM HULU MIGAS
POLITEKNIK ENERGI DAN MINERAL AKAMIGAS
Jl. Gajahmada No.38 Cepu, Kabupaten Blora, Jawa Tengah, 58315

IV. KLASIFIKASI
1. Klasifikasi Penentuan Nama Batuan

Penentuan nama batuan dengan klasifikasi Pettijohn 1987 diatas


berdasarkan prosentase Felspard, Kuarsa dan Lithic Fragment. Pada
klasifikasi ini secara umum terbagi menjadi 3 berdasar atas persen jumlah
Matriks yang merupakan material penyusun batuan silisiklastik yang memiliki
ukuran butir halus.

2. Klasifikasi Setting Tektonik

Gambar. Klasifikasi setting tektonik, After Dickinson, W. R., et al. (1983)

Anda mungkin juga menyukai