Disusun Oleh
Kelompok 5 :
1. ULFAN DERMAWAN
2. SAMSUL BAHRI
3. SYAIFULLAH
4. SULTAN SUDIRMAN
5. KIKI ENARTO
6. IRWANDI
7. WILDAN HADINATA
8. WAISAL QUARNIL
FAKULTAS HUKUM
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang ”IJTIHAD
SEBAGAI HUKUM ISLAM YANG KETIGA” ini. Makalah ini merupakan laporan yang
dibuat sebagai bagian dalam memenuhi kriteria mata kuliah. Salam dan salawat
kami kirimkan kepada junjungan kita tercinta Rasulullah Muhammad SAW, keluarga,
para sahabatnya serta seluruh kaum muslimin yang tetap teguh dalam ajaran beliau.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih ada kekurangan disebabkan oleh
kedangkalan dalam memahami teori, keterbatasan keahlian, dana, dan tenaga
penulis. Semoga segala bantuan, dorongan, dan petunjuk serta bimbingan yang
telah diberikan kepada kami dapat bernilai ibadah di sisi Allah Subhana wa Taala.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfat bagi kita semua, khususnya bagi
penulis sendiri.
Tim penulis
DAFTAR ISI
BAB I
1.3 Tujuan……………………………………………… 1
BAB II
BAB III
3.1 Kesimpulan………………………………………... 5
3.2 Saran………………………………………………. 5
DAFTAR PUSTAKA………………………………………. 6
BAB I
PENDAHULUAN
Dewasa ini, kita tahu bahwa hukum Islam adalah sistem hukum yang
bersumber dari wahyu agama, sehingga istilah hukum Islam mencerminkan konsep
yang jauh berbeda jika dibandingkan dengan konsep, sifat dan fungsi hukum biasa.
Seperti lazim diartikan agama adalah suasana spiritual dari kemanusiaan yang lebih
tinggi dan tidak bisa disamakan dengan hukum. Sebab hukum dalam pengertian
biasa hanya menyangkut soal keduniaan semata. Sedangkan Joseph Schacht
mengartikan hukum Islam sebagai totalitas perintah Allah yang mengatur kehidupan
umat Islam dalam keseluruhan aspek menyangkut penyembahan dan ritual, politik
dan hukum.
Pada umumnya sumber hukum islam ada dua, yaitu: Al-Qur’an dan Hadist,
namun ada juga yang disebut Ijtihad sebagai sumber hukum yang ketiga berfungsi
untuk menetapkan suatu hukum yang tidak secara jelas ditetapkan dalam Al-Qur’an
maupun Hadist. Namun demikian, tidak boleh bertentangan dengan isi kandungan
Al-Quran dan Hadist.
1.3 Tujuan
1
BAB II
PEMBAHASAN
Golongan 1:
Golongan 2:
Berpendapat bahwa yang benar itu hanya satu, yaitu hasil ijtihad yang cocok
jangkauanya dengan hukum Allah, sedang bagi yang tidak cocok jangkauannya
maka dikategorikan salah.
2.1.1 Ijmā
2
2.1.2 Qiyās
3
2.2.3 Mengerti tentang sunah
Di antara ilmu yang harus dikuasai oleh Mujtahid adalah ilmu ushul fiqh,
yaitu suatu ilmu yang telah diciptakan oleh para fuqaha utuk meletakkan
kaidah-kaidah dan cara untuk mengambil istimbat hukum dari nash dan
mencocokkan cara pengambilan hukum yang tidak ada nash
hukumnya. Dalam ushul fiqh, mujtahid juga dituntut untuk memahami
qiyas sebagai modal pengambilan ketetapan hukum.
4
2.2.6 Mengetahui maksud-maksud hukum
Hal ini bertujuan agar produk hukum yang telah diformulasikan oleh
Mujtahid benar-benar proporsional karena memiliki sifat adil, jauh dari
kepentingan politik dalam istimbat hukumnya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Demikian makalah ijtihad dalam mata kuliah yang tentunya masih jauh dari
kesempurnaan. Kami sadar bahwa ini merupakan proses dalam menempuh
pembelajaran, untuk itu kami mengharapkan kritik serta saran yang membangun
demi kesempurnaan hasil diskusi kami. Harapan kami semoga dapat dijadikan suatu
ilmu yang bermanfaat bagi kita semua. Amin!
5
DAFTAR PUSTAKA
Ilmy, Bachrul (2012). Pendidikan Agama Islam untuk Kelas X SMK. Bandung:
Grafindo Media Pratama.