Rppm3-Subtema3
Rppm3-Subtema3
Kalian telah bertualang mencari tahu tentang Cupuwatu sebagai Kampung Merdeka. Super Mangun juga mengeksplorasi beberapa sudut dari Dusun Cupuwatu
yang dikemas dalam “Super Mangun The Explorer” untuk mencari tahu kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh warga Dusun Cupuwatu. Harapannya, dengan
kegiatan tersebut membuat Super Mangun memiliki cukup bekal untuk menyelesaikan misi selanjutnya.
Di minggu ini, Super Mangun akan melanjutkan petualangan untuk berinteraksi dengan sekitar. Super Mangun tentu menyadari salah satu ciri manusia adalah
selalu hidup bersama manusia lainnya. Manusia perlu berinteraksi dengan orang lain dan sekitar. Interaksi ini bisa ditandai dengan saling berbicara, bekerja
sama, dan lainnya untuk mencapai tujuan bersama. Interaksi dapat terjadi jika terjadi komunikasi timbal balik antara dua orang atau lebih. Interaksi juga terjadi
saat kita melakukan kegiatan ekonomi, misalnya saat membeli makanan di warung, saat menawarkan dagangan, saat menerima paket, dan lain sebagainya.
Interaksi ini juga dapat dilakukan melalui kegiatan wawancara untuk menggali berbagai informasi dari narasumber. Agar interaksi terjadi dengan baik kita
perlu bersikap dan berbicara sopan.
Mengetahui,
Kepala Sekolah Koordinator Kurikulum
Mari kita mengingat kembali tentang ciri-ciri pertanyaan yang baik untuk wawancara:
1. Sesuai topik yang dibahas
2. Mengandung 5W+1H
What = apa
Where = dimana
When = kapan
Who = siapa
Why = mengapa
How = bagaimana
3. Pertanyaan harus saling berkesinambungan
4. Menggunakan bahasa yang baik dan benar
5. Menggali lebih banyak informasi
Haikal kesal. Harusnya pagi ini dia bisa tidur-tiduran sambil menonton TV. Tapi karena kaki Ibu
terkilir, terpaksa Haikal yang mengantarkan kue ibu ke warung. Bapak sudah berangkat dari tadi. “Bu, antar
kuenya besok saja ya, sama Bapak.” kata Haikal. “Tidak bisa, Kal. Kuenya bisa basi.” jawab Ibu sambil
memijat kakinya dengan minyak. “Semua kue sudah ibu susun di baki plastik. Jumlahnya sama. Kamu
tinggal mengantar saja ke warung Bu Weni, Bu Nila dan Pak Burhan.” kata Ibu. “Warung Pak Burhan?”
Haikal terbelalak. ” Jauh? Kan bisa pakai sepeda.” Jawab Ibu.
Haikal bimbang. Kenapa harus ke warung Pak Burhan? “Tolong Ibu, Kal. Sekali ini saja.” Ibu
menatap Haikal dengan penuh harap. Ah, Haikal jadi tak tega. Dari Subuh Ibu sudah membuat kue-kue itu.
Sehabis membuat kue kaki Ibu tersandung bangku dan kaki Ibu bengkak. “Ibu istirahat saja. Nanti Haikal
panggil Mak Ijah untuk mengurut kaki Ibu.” kata Haikal. Lalu Haikal mengambil sepedanya,
mengantungkan kresek hitam berisi kue di stang dan mulai mengayuh.
Warung Bu Weni tak jauh dari rumah Haikal. Tak lama, Haikal sudah sampai. Haikal langsung
menyerahkan sebaki kue ke tangan Bu Weni. “Ini uang penjualan kue kemarin ya.” kata Bu Weni sambil
menyerahkan beberapa lembar uang. “Terima kasih, Bu.” Haikal mengambil uang itu dan memasukkan ke
dalam kantong celananya.
Haikal mengayuh lagi. Kali ini menuju warung Bu Nila. Warungnya masih tutup. Mungkin karena
hari Minggu. Haikal mengetuk pintu rumahnya. Tak lama, pintu terbuka. Tampak Bu Nila sedang
menggendong bayinya. “Bu, ini kue titipan Ibu.” kata Haikal sambil menyerahkan baki. “Uangnya besok
saja ya, Kal. Sampaikan pada Ibumu.” kata Bu Nila. Haikal mengangguk. Lalu mengambil sepedanya.
Sekarang Haikal ragu, terus ke warung Pak Burhan atau pulang saja? Tapi Haikal ingat, uang penjualan kue
hanya dari Bu Weni. Pasti sedikit sekali. Haikal tak mau Ibu kecewa nanti. Haikal harus ke warung Pak
Burhan.
Haikal mengayuh sepedanya. Warung Pak Burhan sudah kelihatan. Bapak dengan postur tegap itu
sedang membersihkan debu yang menempel di toples permen. Haikal memperlambat laju sepedanya. Ingin
singgah, tapi ragu. Akhirnya Haikal terus mengayuh melewati warung Pak Burhan. Haikal berhenti di
bawah sebatang pohon. Melongok isi baki di dalamnya. Kuenya masih banyak. Apa Haikal sanggup menjual
kue sebanyak ini? Bagaimana cara menjualnya? Menjajakan keliling kampung? Ah, tidak. Haikal malu.
Sudahlah, titipkan saja pada Pak Burhan. Haikal membelokkan sepedanya ke warung Pak Burhan. Pak
Burhan menoleh saat mendengar ada suara di luar warungnya.
Melihat kumis tebal Pak Burhan, nyali Haikal ciut juga. Haikal memperlambat mengayuh sepedanya.
“Pak, ini titipan Ibu. Beliau sakit.” kata Haikal sambil menyerahkan kantong kreseknya. Pak Burhan
mengambil kantong itu, melihat isinya dan diam. Haikal cemas. Apa susunan kuenya tidak rapi lagi, rusak
atau Ibu salah hitung? Haikal menggigit bibir. Dia takut sekali pada lelaki berbadan besar ini. “Oh, kamu
anak Bu Ratmi ya?” tanya Pak Burhan ramah. Haikal lega. Bapak ini bisa ramah juga.
Pak Burhan menyalin isi baki itu ke tempat kuenya satu-persatu. Haikal menunggu uang penjualan
kue. Haikal tak ingin lama-lama di sini. Tapi Pak Burhan belum menyerahkan uangnya. Malah menyuruh
Haikal duduk dulu. Banyak bertanya sambil menyusun kue Ibu. Pak Burhan terus mengajak ngobrol.
Bercerita tentang anak-anaknya, warungnya, dan pohon mangga di halaman rumahnya. Lama-lama Haikal
sadar, kalau Pak Burhan tak seangker dugaannya.
Saat akan pulang, Pak Burhan memberi Haikal bonus sepuluh ribu rupiah sebagai hadiah. Pak
Burhan senang dengan anak yang rajin membantu Ibunya. Haikal mengayuh sepeda sambil bersiul-siul.
Tugasnya sudah selesai, dan yang paling penting, ternyata Pak Burhan tidak galak seperti dugaannya.
Sampai di rumah, Haikal langsung menyerahkan uang pada ibu. “Mak Ijah jadi ke sini, Bu?” tanya Haikal.
Tadi sebelum mengantar kue, Haikal singgah dulu di rumah Mak Ijah. “Sudah, Alhamdulillah habis diurut
Mak Ijah, kaki Ibu terasa enakan.” Jawab Ibu.
“Bu, besok Haikal mau mengantar kue lagi.” kata Haikal. “Beneran?” tanya Ibu tak percaya. Haikal
mengangguk. “Pak Burhan itu ternyata nggak galak ya, Bu. Dulu Haikal takut sama Pak Burhan.” Kata
Haikal jujur. Ibu tertawa. “Makanya, jangan berprasangka buruk dulu. Kalau kamu tak punya kesalahan, tak
mungkin Pak Burhan galak, kan?” Haikal mengangguk-angguk. “Haikal mau mengantar kue setiap hari? Ibu
juga mau memberi bonus.” kata Ibu sambil melambaikan selembar uang. Haikal semakin bersemangat.
Sumber: https://noviaerwida.wordpress.com/2015/03/23/cerpen-anak-warung-pak-burhan/
PETUNJUK KEGIATAN
JUMAT, 28 JANUARI 2022