Anda di halaman 1dari 19

DIVERSIFIKASI PRODUK GARAM

DUKUNGAN DAN FASILITASI KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DALAM


DIVERSIFIKASI PRODUK GARAM KE DEPAN
OUTLINE PAPARAN

1 2 3 4
FASILITASI KLASIFIKASI DIVERSIFIKASI PENUTUP
PRODUK, LOW
USAHA GARAM VOLUME HIGH
GARAM SAAT INI VALUE ATAU
MELALUI HIGH VOLUME
LOW VALUE
PUGaR
1.
FASILITASI USAHA
GARAM MELALUI
PUGAR
EKSISTING PRODUKTIVITAS GARAM
DI INDONESIA
10 Provinsi Produsen
Garam di Indonesia

 10 Provinsi produsen
garam adalah Aceh,
Jawa Barat, Jawa
Tengah, Jawa Timur,
Bali, NTB, NTT, Sulsel,
Sulteng, dan Gorontalo.
Adapun Banten juga
mulai mengembangkan
produksi garam sejak
2019.

 Pulau Jawa (Jawa Barat,


Jawa Tengah dan Jawa
Timur) merupakan
penghasil utama garam
di Indonesia. Rekayasa
Tinggi Sedang Rendah teknologi terus
Lebih Rendah
dilakukan untuk
Produktivitas yang berbeda – beda dipengaruhi beberapa hal, diantaranya pola mengoptimalkan
produksi dan kondisi lingkungannya. Kualitas garam bahan baku bervariasi dari produktivitas lahan,
KI, KII dan KIII . Bagamana solusinya? antara lain integrasi
lahan, dengan
produktivitas 100-120
ton/ha/tahun.
PUGAR (PENGEMBANGAN USAHA GARAM RAKYAT)

PUGaR PUGaR adalah program peningkatan produktivitas lahan garam,


Pengembangan kualitas, dan kontinuitas pasokan garam berbasis kelembagaan
Usaha Garam usaha garam rakyat. Dilakukan melalui 2 (dua) pendekatan:
Rakyat
SDM/Kelembagaan dan Fisik

Bentuk kegiatan penguatan SDM dan Kelembagaan

SDM/
Kelembagaan

Penguatan Koperasi/BUM Desa Garam, Pembentukan Koperasi Induk, Sertifikasi Kompetensi

Bentuk kegiatan peningkatan sarana/prasarana usaha pergaraman

FISIK

Dukungan Geomembrane, Integrasi Lahan, Pembangunan Gudang Garam Nasional dan kegiatan lainnya
CAPAIAN PUGaR
2.
KLASIFIKASI GARAM DI
INDONESIA SAAT INI
KLASIFIKASI GARAM BERDASARKAN PEMANFAATANNYA

AIR LAUT

GARAM

GARAM GARAM GARAM


KONSUMSI INDUSTRI LAINNYA

GARAM INDUSTRI INDUSTRI


INDUSTRI INDUSTRI INDUSTRI WATER
RUMAH GARAM DIET ANEKA PENYAMAKAN
KIMIA PHARMASI PERMINYAKAN TREATMENT
TANGGA PANGAN KULIT

NaCl ≥ 95%
NaCl Min. 94% NaCl ≤ 60% NaCl ≥ 96% NaCl ≥ 97% NaCl ≥ 99,8%
Non Yodium NaCl ≥ 85%
Yodium ≥ 30% Yodium ≥ 30% Non Impurities Yodium ≥ 30% Non Impurities NaCl ≥ 85%
Non Metal dan Untuk Penjernihan
Non Metal dan Non Metal dan Non Heavi Air
Non Heavi Metal Non Heavy Metal Metal

NaCl ≥ 95%
CAP (Soda Untuk Pelunakan
G. MEJA PADAT Mie/Noodle Cairan Infus
G. MEJA PADAT Caustik) Air Pada Boiller
G. MEJA CAIR Bumbu Masak
Sabun Cairan Pembersih
Biscuit Darah
Kertas
Minuman Garam Murni
Tekstil
Gula
Plastik PVC Kecap
Mentega dan
Pengalengan Ikan

Permenperin No. 88 Tahun 2014


3.
DIVERSIFIKASI PRODUK GARAM:
LOW VOLUME HIGH VALUE ATAU
BIG VOLUME LOW VALUE?
PRODUKSI GARAM DUNIA DAN
POSISI INDONESIA

Sumber: Presentasi Kemenkoperekonomian (2019).

Catatan: Pada masa lampau garam Indonesia pernah “berjaya”


menjadi primadona di Asia Tenggara dan Eropa.
NILAI EKSPOR GARAM BERBAGAI NEGARA

Sumber: Presentasi Dr. Suadi (UGM), T.A KE-Garam Jateng


Catatan: Meskipun Belanda berada di posisi ke-10 penghasil garam dunia, namun “nilai” ekspor garamnya
paling tinggi di dunia, sekitar USD 270 juta. Dan Belanda secara historis pernah mengelola sumber daya
pergaraman Indonesia.
PRODUK GARAM INDONESIA
(PRODUKSI RAKYAT) (1)
Garam bahan baku dalam bentuk curah ataupun karungan sesuai
SNI 4435:2017 dari tambak garam (evaporasi), banyak diolah
menjadi garam konsumsi beriodium (SNI 3556:2016) dan juga
dimanfaatkan untuk pengasinan ikan, penyamakan kulit,
perkebunan, keperluan peternakan, hingga perminyakan.
Produksi garam ini sekitar 2,5 juta ton/tahun.
Daerah pesisir selatan Jawa dan
pantai barat Sumatera dengan
curah hujan yang lebih tinggi
dibandingkan wilayah pantura Jawa,
Madura dan NTT, saat ini telah
dikembangkan produksi garam
dengan sistem tertutup atau dikenal
dengan “produksi garam tunnel”.
Produk garam tunnel selain
terklasifikasi sebagai bahan baku
garam konsumsi beriodium, juga
dapat langsung dimanfaatkan untuk
pengasinan ikan, garam SPA/terapi,
dan lainnya.
PRODUK GARAM INDONESIA
(PRODUKSI RAKYAT) (2)

Garam indikasi geografis yang umumnya telah


diproduksi secara turun temurun pada daerah tertentu
dan menjadi kekhasan, juga terus dilindungi dan
dikembangkan sebagai produk kekinian, misalnya
garam laut Bali: Amed, Kusamba, dan Tejakula. Selain
itu ada juga garam yang tidak diproduksi di pesisir
namun memiliki kekhasan, seperti garam Bledug Kuwu
Grobogan dan garam Gunung Krayan.
PRODUK GARAM INDONESIA
(PRODUKSI RAKYAT) (3)

Garam dari daerah–daerah lainnya juga dikembangkan sebagai produk siap


digunakan, sehingga meningkatkan nilai lebih bagi UKM di daerah.
DIVERSIFIKASI DALAM USAHA GARAM (1)

 Lahan garam dapat dimanfaatkan untuk


pembudidayaan Artemia Salina, yang
bermanfaat sebagai pakan alami bagi
udang/ikan.
 Habitat alami artemia salina adalah perairan
dengan salinitas tinggi, seperti di areal tambak
garam.
 Tambak garam integrasi, setidaknya terdiri atas
Artemia Salina (http://bioclima.ro/J244.pdf) 4 (empat) bagian, yakni: bozem, peminihan I,
peminihan II, dan meja Kristal.
Di bagian  Tidak semua bagian cocok sebagai tempat
lahan mana pembudidayaan artemia salina, karena
artemia dapat perbedaan salinitas*) dan pengaruhnya
dibudidayakan terhadap kualitas garam yang akan dihasilkan.
?
*) Salinitas adalah tingkat keasinan atau kadar garam terlarut dalam air,
yang dinyatakan dalam “bagian perseribu” (parts per thousand atau ppt).
DIVERSIFIKASI DALAM USAHA GARAM (2)

Bozem atau tempat


penampungan air
muda, di sini derajat
kekentalan
umumnya 3,5°-5°
Be

Peminihan I dan II
dengan derajat Lahan/tambak integrasi yang dikelola oleh
kekentalan di atas Koperasi/BUM Desa minimum seluas 15 ha, peminihan
3,5° Be s.d 25° Be.
Artemia salina dapat I dan Peminihan II sekitar 60%. Dengan demikian ada
dibudidayakan di potensi pemanfaatan seluas maksimum 9 ha per unit
peminihan I, atau juga lahan integrasi.
di sebagian
peminihan II.
DIVERSIFIKASI DALAM USAHA GARAM (3)

 Bittern, adalah cairan pada meja


kristalisasi garam yang tersedia berlimpah.
 Bittern dapat diproses menjadi produk
turunan berupa: bahan baku obat (MgOH),
bahan farmasi (BaSO4), Aditif combustion
(MgO) hingga minuman isotonik.
 Untuk mengubah bittern menjadi produk di
atas memerlukan teknologi industri.
 BPPT telah mengawali dengan
merencanakan pabrik bittern, sebagai
anggota konsorsium flagship garam
industri terintegrasi, dan bersama KKP
mengusulkan Perpres tentang Percepatan
Pembangunan Pergaraman Nasional.
PENUTUP

 Baik Artemia maupun Bittern belum banyak dikembangkan di Indonesia, dan


lahan garam kita memang potensial digunakan sekaligus sebagai
diversifikasi usaha garam;
 Keduanya memiliki nilai ekonomi yang tinggi Jika dikelola secara baik, dan
meskipun jumlahnya tidak besar (karena memerlukan pengelolaan yang baik
dan profesional) namun memiliki nilai ekonomi yang tinggi (low volume high
value);
 Dukungan KKP secara nyata adalah mendorong adanya Percepatan
Pembangunan Pergaraman Nasional melalui Sentra Ekonomi Garam Rakyat
(SEGAR), yang didalamnya juga terdapat upaya diversifikasi produk/turunan
garam.
TERIMA KASIH

ALLPPT.com _ Free PowerPoint Templates, Diagrams and Charts

Anda mungkin juga menyukai