Anda di halaman 1dari 4

A.

ISI DAN PROSES KURIKULUM


1. ISI KURIKULUM

Putusan untuk menetapkan isi yang dicantumkan dalam kurikulum sesungguhnya dilakukan melalui
pemilihan yang berbasis keilmuan bukan kebetulan. Hal ini disadari bahwa kurikulum berserta isinya
berperan penting dalam praktik pendidikan. Kurikulum dan isinya memberikan kaitan erat antara
standar dan pengukuran pertanggungjawaban. Oleh karena itu diperlukan adanya telaah terhadap
kurikulum khususnya pada isi muatan kurikulum agar pilihan isi kurikulum signifikan. Alasan pokok dari
keharusan untuk selekstif karena isi harus mampu digaransikan mampu menghatarkan ketercapaian
tujuan yang sudah ditargetkan.

Ada kaidah umum yang diberlakukan dalam telaah isi kurikulum agar setidaknya secara generik
memperoleh dukungan isi kurikulum yang menang memenuhi persyaratan standar sebuah isi kurikulum
yang memiliki relevansi dengan tujuan kurikulum. Kaidah umum itu misalnya materinya mutakhir,
memiliki keterkaitan dengan bidang kurikulum bersangkutan, mempunyai standar sebagai sumber
acuan dan bercorak ilmiah. Namun ada di samping itu persyaratan lain yang diberlakukan sebagai
persyaratan isi kurikulum yang dikemukakan oleh beberapa ahli maupun mekanisme tertentu yang akan
diuraikan berikut ini.

Yang dimaksudkan telaah kurikulum dalam konteks ini adalah mengkaji isi yang layak untuk dimasukkan
dalam kurikulum sebagai bahan kurikulum untuk disampaikan kepada siswa. Pengkajian isi kurikulum
mengharuskan ada tindakan pilihan dan pengambilan keputusan terhadap keragaman isi kurikulum.
Adakalanya di lapangan tersedia sejumlah varian calon materi yang dapat diisikan dalam konfigurasi
kurikulum dan itu harus menentukan pilihan calon materi yang paling tepat dan bergaransi. Itulah
saatnya harus memutuskan untuk memilih satu di antaranya. Alasan subjektif seharusnya dihindari
untuk memilih isi yang dicakup dalam struktur kurikulum. Pemilihan isi materi kurikulum harus melalui
investigasi misalnya melalui studi kasus, analisis isi maupun studi banding (Supriyanto, 2018).

Dalam mengkaji isi atau materi kurikulum ini, sering dihadapkan pada masalah scope dan sequence.
Scope atau ruang lingkup isi kurikulum dimaksudkan untuk menyatakan keluasan dan kedalaman bahan,
sedangkan sequence menyangkut urutan (order) isi kurikulum. Menurut S. Nasution (1987).
pengurutan/struktur bahan kurikulum tersebut dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :

1) Urutan secara kronologis, yaitu menurut terjadinya suatperistiwa.

2) Urutan secara logis yang dilakukan menurut logika.

3) Urutan bahan dari sederhana menuju yang lebih kompleks. 4) Urutan bahan dari mudah menuju yang
lebih sulit.
5) Urutan bahan dari spesifik menuju yang lebih umum.

6) Urutan bahan berdasarkan psikologi unsur yaitu dari bagian- bagian kepada keseluruhan.

7) Urutan bahan berdasarkan psikologi gestalt, yaitu dari

keseluruhan menuju bagian-bagian.

Sejalan dengan pendapat di atas, Nana syaodih (1988) berdasarkan

beberapa sumber, mengungkapkan beberapa cara menyusun sekuens

bahan sebagai berikut:

1) Sekuens kronologis 2) Sekuen kausal

3) Sekuens structural.

4) Sekuens logis dan psikologis.

5) Sekuens spiral.

6) Sekuens rangkaian ke belakang. 7) Sekuens berdasarkan hirarki belajar.

Penetapan sekuens atau urutan mana yang akan dipilih nam- paknya sangat tergantung pada sifat-sifat
materi/isi kurikulum sebagaimana telah diungkapkan pada bagian terdahulu, juga harus memiliki
konsistensi dengan tujuan yang telah dirumuskan(Pahrudin, 2021).

2. PROSES KURIKULUM

Dari pengertian mengenai pengembangan kurikulum yang di ungkapkan oleh berbagai pakar
pendidikan di atas maka dalam proses pengembangan kurikulum Muhaimin, memberi gambaran
bahwa proses Pengembangan kurikulum dimulai dengan perencanaan kurikulum. Dalam
penyusunan perencanaan itu didahului oleh ide-ide yang akan dituangkan dan dikembangkan
dalam program. Ide kurikulum bisa berasal dari:

a) Visi yang dicanangkan, Visi (vision adalah The statement of idea or hopes) yakni pernyataan
tentang cita-cita atau harapan-harapan yang ingin dicapai oleh suatu lembaga pendidikan dalam
jangka panjang.

b) Kebutuhan stakeholders (siswa, masyarakat, pengguna lulusan), dan kebutuhan untuk studi
lanjut.

c) Hasil evaluasi kurikulum sebelumnya dan tuntutan perkembangan ipteks & zaman.
d) Pandangan-pandangan para pakar dengan berbagai latar belakangnya.

e) Kecenderungan era globalisasi, yang menuntut seseorang untuk memiliki etos belajar
sepanjang hayat, melek sosial, ekonomi, politik, budaya dan teknologi.25

Kelima ide tersebut kemudian diramu sedemikian rupa untuk dikembangkan dalam program
atau kurikulum sebagai dokumen, yang antara lain berisi: bentuk silabus, dan komponen-
komponen kurikulum yang harus dikembangkan. Apa yang tertuang dalam dokumen tersebut
kemudian dikembangkan dan disosialisasikan dalam proses pelaksanaannya yang dapat berupa
pengembangan kurikulum dalam bentuk satuan acara pembelajaran (SAP), proses pembelajaran
di kelas atau di luar kelas, serta evaluasi pembelajaran, sehingga diketahui tingkat efisiensi dan
efektivitasnya. Dari evaluasi ini akan diperoleh umpan balik (feed back) untuk digunakan dalam
penyempurnaan kurikulum berikutnya. Dengan demikian, proses pengembangan kurikulum
menuntut adanya evaluasi secara berkelanjutan mulai perencanaan, implementasi hingga
evaluasi itu sendiri (Sutrisno 2021).
DAPUSNYA

Supriyanto, E.(2018). Desain krukilum Berbasis SKS dan Pembelajaran untuk Sekolah Masa Depan.
Muhammadiyah University Press.

Sanjaya,W.(2008). Kurikulum dan Pembelajaran (Teori & Praktek KTSP). Kencana.

Pahrudin, A.(2021). Pengembangan Model Kurikulum Pendidikan Agama Islam Multikultural. Samudra
Biru.

Anda mungkin juga menyukai